Sudah beberapa tahun dia tidak pernah lagi menyebut nama Tuhan, hatinya membeku dengan penderitaan serta kekecewaan yang terus dideritanya. Dia sudah tidak tahu apa yang harus dipercaya dan apa yang diinginkannya dalam hidup.Tapi saat ini dia sedang berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Dia mengkhawatirkan adiknya, dia tak ingin hidup adiknya berakhir seperti dia. Tak terasa air matanya menetes, sesak didada yang dia rasakan seolah ingin meledak. ‘Ibu…..kuatkan aku ibu. Aku merindukan ibu!’Aku harus kuat tidak peduli apapun yang terjadi padaku, aku harus tegar dan bertahan yang penting adikku aman dan tidak terjadi hal buruk padanya, itu saja sudah cukup! Ucap Bella berusaha menenangkan hatinya. Tiba-tiba dia tersadar jika mobil sudah berhenti. Pintu bagasi terbuka lebar.“Keluar!”Suara bariton diiringi kap bagasi terangkat keatas sehingga pancaran sianr dari lampu menerangi membuat tangan Bella bergerak cepat mematikan lampu ponselnya lalu memasukkan kedalam tas.“Terimakasi
“Maaf aku sudah membuatmu menungguku. Apa kau bisa tidur nyenyak tadi malam sayang?” tanya Dante sambil memeluk pinggang istrinya.“Hmmm…..aku tidak pernah bisa tidur nyenyak tanpamu disisiku, sayang.” ujarnya bermanja-manja dipelukan Dante.“Kau tahu kan bagaimana kelakuan keempat temanku kalau sudah bertemu?”“Iya sayang!” Tatiana tersenyum sambil tangannya memainkan kancing kemeja Dante. “Apakah teman-temanmu mencoba meracunimu dengan minuman dan wanita-wanita itu?”“Tidak ada! Aku mengusir semuanya. Kami hanya membahas hal penting tadi malam. Aku hanya mengijinkan mereka mendatangkan satu wanita terbaik sebagai pelepas penat mata mereka. Hal yang kami bahas tadi malam sangat berat dan setelah selesai, mereka berempat saling memperebutkan wanita itu.”Dante menjelaskan kegiatannya dengan terperinci pada istrinya, dia juga tahu keinginan istrinya. Tangannya masuk kedalam bathrobe yang dikenakan Tatiana dan tangannya menjelajahi area sensitif milik istrinya.“Ahhh…...tahan dulu sayan
“Kau baru bangun sekarang? Apa kau tahu sudah jam berapa ini?” tanya Dante lagi.“Maafkan saya Tuan Dante Sebastian, anda benar saya memang baru bangun. Maaf telah mengecewakan anda. Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?” tanya Bella tanpa basa-basi. Dia mendekatkan diri pada Dante yang berdiri sambil bersidekap dihadapannya.Bella bersimpuh diujung tempat tidur tepat dihadapan Dante“Kau tahu jam berapa ini?” tanya Dante seraya kedua tangannya menyentuh si kembar yang kemarin malam masih tertutup lambang X.“Tidak tahu, Tuan.” jawab Bella menggelengkan kepala. Matanya melirik kearah nakas lalu mengambil ponselnya. Ha? Ponselku mati lagi? Sementara dikamar itu tidak ada jam dinding.“Lihat jam tanganku!” Dante tahu jika ponsel gadis itu padam. Tangannya masih memainkan puncak kembar dan Bella berusaha menahan rasa geli lalu melirik kearah jam tangan pria itu. Jam terbang Bella sudah tinggi, sentuhan kecil saja tidak akan membuatnya kelimpungan.Tangan Dante masih bermain
Keterlaluan bener sih jadi orang! Dia bahkan tidak menyediakan bathrobe disini. Tak henti-hentinya dia mengomel lalu membuka pintu kamar dan turun ke lantai dasar. “Permisi Tuan.”“Makananku sudah siap?” tanya Dante yang mengalihkan pandangan dari laptop pada Bella.“Aku baru akan menyiapkannya, Tuan. Tapi aku mau jujur pada Tuan kalau aku tidak bisa memasak.”“Aku hanya mau makan, tidak penting kau bisa masak atau tidak.”‘Dasar! Kalau begitu, silahkan saja terima apa yang akan aku buatkan untukmu tuan arogan! Awas saja kalau nanti kau protes ya, gerutu Bella dalam hatinya. Gadis itupun membalikkan badan berjalan menuju dapur karena tak mendapat respon apapun lagi dari Dante yang lebih fokus pada laptopnya.‘Tidak ada pria yang pernah memperlakukanku seperti ini sebelumnya, cuek banget sih jadi orang.’ Bella mengomel pelan sambil membuka kulkas. Hanya ada telur, sosis dan kentang beku. Hmmm….aku buat telur mata sapi saja kalau buat telur dadar tidak ada bahannya.Aku juga bisa goreng
‘Dasar! Apa sih sebenarnya yang ada dalam pikirannya? Sulit banget menembus pikirannya, kenapa aku tak bisa menerka jalan pikiran pria ini sih? Apa sih maunya dia? Kenapa dia mengambil sosis? Oh...tidak…...brengsek! Kenapa dia malah menempelkannya disana? Sssshhh…...” desah Bella keheranan menatap Dante yang mengangkat sosis goreng dari piring lalu menggerakkannya memutar diujung kedua kembarnya.Sosis goreng itu sudah dibelah empat oleh Bella tapi tak terputus sehingga bentuknya seperti kelopak bunga. “Buka mulutmua!” tak peduli dengan pertanyaan Bella sebelumnya, justru ucapan yang keluar dari bibir pria itu.Terkejut dengan ulah pria itu, Bella kembali mengumpat dalam hati. ‘Maksudnya apaan sih ini? Dia dipaksa memakan sosis yang sudah memutar-mutar tadi.“Enak?” tanya Dante.“Ehm...enak maksud anda apa ya Tuan?” tanya Bella pura-pura bodoh. Haduh….apalagi sih ini, menyesal banget aku membuat sosis goreng! Pfffff Sialain! Gumamnya penuh kekesalan karena Dante mengambil sosis dengan
“Yeah….setidaknya aku tidak merasa bosan. Aku bisa nonton film dan ponselku juga bisa di cas.” ucapnya melangkahkankaki menuju kamar. Meskipun dia kesal tapi dia sedikit terhibur dengan barang yang ditinggalkan Dante.Dia duduk di ranjang dan mulai membuka laptop, melakukan apa yang ingin dia lakukan. “Ah…..aku bisa mengisi waktuku juga menelusuri internet. Barangkali ada hal menarik yang bisa kupelajari. Siapa tahu kelak aku bisa hidup bebas dan punya kerjaan normal.”“Jarang-jarang aku bisa bersantai seperti ini dan nonton film sampai pagi buta! Ini mengingatkanku kembali pada jaman sekolah dulu, akhir pekan aku habiskan waktu nonton drama.Aduh senangnya!” ujar Bella kegirangan, dia bahkan tak terpikir untuk mengenakan pakaian. Sepanjang malam dia tak mengenakan apapun. Kini dia berguling-guling diselimut hingga tubuhnya terbungkus seperti kepompong.“Biasanya aku terbangun di malam hari untuk melayani orang, sekarang aku jadi sulit tidur malam hari.” seraya menghela napas. Hingga m
“Tunggu sebentar. Aku akan mengambilkan air minum lagi untukmu. Jangan turun dari ranjang.”Dante bergegas kedapur mengambil air minum lagi dan berlari cepat kembali ke kamar dengan segelas air ditangannya.“Hei apa yang kau lakukan?” Dante segera menaruh gelas diatas nakas dan berlari menghampiri Bella. Mengangkat tubuhnya keatas ranjang dan melepaskan pecahan beling dari tangannya.“Lepaskan aku! Lepas!” teriaknya berontak.“Katakan padaku apa yang ingin kau lakukan? Kau mau bunuh diri, ha?”“Aku takut. Aku takut sekali!” tubuh Bella semakin bergetar sambil menggelengkan kepalanya. “Aku takut gelap! Aku mau cahaya! Aku tidak bisa melihat apapun! Dia….dia menyentuhku! Dia merenggutnya dariku! Aku takut!” ucap Bella terbata-bata dan menunjukkan kengerian akan trauma yang dialaminya.“Gelap?” Dante mengulangi kalimat Bella dengan rasa kurang nyaman dihatinya. “Jelaskan perlahan. Aku tidak mengerti apa maksudmu.” pinta Dante lagi.“Mereka menutup mataku,mereka mengikat tangan dan kakiku
“Sshhhh! Kau membuatku tak sabar.” Dante kembali mendekat dan tangannya hampir menyentuh dua kembar milik Bella. Namun ponselnya berbunyi sehingga dia menghentikan apa yang hendak dilakukannya. ‘Ah….syukurlah! Hampir saja aku kelepasan atau aku akan menyesal seumur hidup.’Dante langsung mengambil ponselnya, dia tak ingin membuat keributan yang akan mengusik tidur Bella. Dai pun berjalan keluar dari kamar.“Halo sayang. Ada apa kau meneleponku?”“Apa kau sedang bersama teman-temanmu?” tanya Tatiana yang menelepon.“Tidak sayang. Aku sedang menunggu seseorang, pemilik club di jakarta. Aku masih ada urusan dengannya.”“Ok.Baiklah kalau begitu selesaikan urusanmu dulu ya sayang. Maaf aku sudah mengganggumu.”“Tidak apa-apa, sayang. Kau tidak pernah menggangguku. Kaatkan apdaku ada apa kau meneleponku?”“Ah bukan hal penting. Sudahlah.”“Maafkan aku meninggalkanmu malam ini.”“Tenanglah, tidak masalah. Aku hanya khawatir padamu, biasanya kau tidak keluar lagi dimalam hari tapi kau keluar
Dia memikirkan kira-kira seperti apa karakter Dante yang sebenarnya, termasuk perubahan sikap Dante yang tiba-tiba saja marah dan pergi begitu saja.“Dante...pria aneh! Haaah…..aku kan tidak menyusahkannya malah aku tadi memberikan uang padanya. Aku hanya memintanya untuk memberikan uang itu pada adikku dan dia bisa memotong biaya antarnya dari uang itu. Tapi kenapa dia jahat sekali tidak mau menolongku. Padahal aku hanya memintanya melakukan sesuatu yang sederhana.”“Oh Sarah! Bagaimana kondisimu disana? Tuhan….aku harus minta tolong pada siapa?” Bella kembali memikirkan tentang adiknya ketika dia memikirkan betapa jahatnya Dante padanya.“Aku sangat yakin kalau tiga puluh ribu dolar, pasti dia punya tapi memang dia yang tidak mau menolongku!” Bella mengomel sendirian dikamarnya mengingat kembali bagaimana Dante tidak mau menolongnya dan langsung pergi meninggalkannya.‘Tunggu! Apa aku bisa minta tolong pada Tuan Jeff? Tapi aku merasa tidak enak hati minta tolong padanya, selama ini
“Aku juga tidak tahu. Aku belum pernah melihatnya melakukan itu.”“Tapi memang ini jauh lebih sadis daripada film thriller!” Eddie mengomentari dengan suara pelan tak berani mengganggu Dante.KREEEKKKKAaaaaahhhhhkkkkk“Aduh sadis sekali!”“Issss…..kenapa aku merasa ngilu melihatnya?” bahkan teman-teman Dante berkeringat dingin melihat bagaimana pria itu mematahkan tangan Julian.‘Gergaji itu….’ bisik Hans pelan “Sssshhhh...”Nguuuuuuunnnng“Ini untuk seribu orang yang telah kau berikan padanya!” ucap Dante yang menjadi suara terakhir yang didengar oelh Julian didunia ini.Aaaahahhhhkkkkkk……..‘Ada apa dengan Dante? Kenapa dia bisa setega itu? Aku belum pernah melihatnya membunuh satu orangpun bahkan aku sempat berpikir bahwa dia satu-satunya kepala mafia yang tidak berani untuk membunuh lawannya! Dia bahkan selalu menyuruh kamu menyelesaikan semuanya. Tapi apa yang barusan kulihat?' batin Nick.'Kejam sekali! Dia benar-benar membelah orang itu dari atas ke bawah dengan gergaji mesin?
‘Sepertinya aku harus bisa mengendalikan diriku. Mereka berdua adalah keluargaku yang sebenarnya tapi aku berjanji akan memberikan kehidupan yang baik untuk wanitaku! Mungkin suatu hari nanti aku akan membebaskannya dengan kondisi yang aman tidak seperti dulu saat aku terlalu terburu-buru membebaskannya. Kali ini aku tidak akan membiarkan hidupnya hancur lagi, aku pastikan dia akan hidup dengan baik dan bahagia.’ ujar Dante dalam hatinya.Sejujurnya dia tidak ikhlas saat memikirkan itu, tapi dia tetap mengatakan pada dirinya dengan niat yang dia sendiri tak pahami.“Ayo kita masuk kedalam. Tidurkan Alex!” ucap Tatiana. Dante pun setuju lalu mereka berdua masuk bersama dengan Alex yang masih tidur didekapan Dante.“Jika kau ingin pergi, maka pergilah sekarang supaya kau tidak pulang larut malam.” kata Tatiana.“Apa kau tidak keberatan menjaga Alex?”“Dante! Aku sudah bilang padamu kalau dia anakku, berarti kau tidak perlu bertanya lagi soal itu. Tidak seorang ibu yang keberatan untuk
“Tolong jangan mulai lagi.”“Aku hanya mengutarakan isi hatiku. Aku hanyalah seorang perempuan cacat Dante! Tentu saja kau tidak akan pernah mau mendengarku.”“Cukup! Jangan mulai lagi Tatiana!” ujar Dante dengan intonasi tinggi.“Keputusanku untuk tetap menggeluti duniaku dan mengurus organisasiku bukan karena masalah dalam hidup kita! Aku tidak pernah mempermasalahkan semua kekuranganmu. Kita sudah sepakat!”“Itu menurutmu. Tapi bagiku itu masalah!”“Tatiana!”“Dante! Aku mau istirahat saja, aku lelah. Biarkan aku sendiri.”“Alasan! Kau hanya ingin menghindar dariku.”“Apakah pantas aku menghindari suamiku yang tampan dan kaya yang selalu mencintaiku apa adanya, tak pernah berbagi hati dengan wanita lain meskipun aku mandul?”Kalimat itu sontak membuat Dante lingling, dia tak bisa merespon ucapan istrinya. Dia ingin mengejarnya tapi Tatiana sudah melangkah pergi dengan langkah cepat.Dante hanya terdiam dengan pikirannya yang melayang pada sosok wanita yang kini sedang berada di pen
“Memancing dan menelepon. Tapi hari ini aku tidak mendapatkan seekor ikan pun, lautnya terlalu kotor.” kata Dante.“Ya kau benar sayang. Inikan teluk Jakarta, mungkin kau harus pergi memancing ketempat lain.”“Mungkin aku harus pergi lebih ketengah lagi, airnya mungkin lebih bersih.”“No, Dante! Aku mengkhawatirkan kesehatan anak kita kalau kau membawanya ketengah laut. Apa kau lupa kalau dia mabuk laut? Lagipula kita sudah melaut lama sekali sekarang Alex pasti sudah lelah. Biarkan dia beristirahat.” ucap Tatiana.“Baiklah. Kita akan kembali jika menurutmu itu lebih baik untuknya.”Keduanya lalu masuk menghampiri anaknya dan melupakan pancingan ikan dan melupakan sejenak bisnisnya.“Alex, jadi kau ketengah laut hanya untuk main lego saja?” tanya Dante menghampiri putranya.“Daddy lihat!” dia tak peduli dengan sindiran ayahnya, Alex yang masih berusia empat tahun justru memperlihatkan ego yang baru saja disusunnya.“Wah bagus sekali. Anak daddy sangat pintar.” mengomentari lego yang b
“Puffff…..ada apa sebenarnya antara kau dan Bella? Apa ada rahasia antara kalian berdua yang tidak mau kau beritahukan pada kami?”Dante diam sejenak dan berusaha menahan diri, menimbang-nimbang apakah dia harus bercerita pada sahabatnya atau tidak. Apakah dia harus jujur mengatakan semuanya?‘Aneh sekali sikapmu Dante! Selama aku mengenalmu kau hanya peduli pada keluargamu dan teman dekatmu saja. Tidak pernah mau peduli pada orang lain. Apa wanita itu keluarga Dante? Hubungan kekeluargaan seperti apa antara mereka?Kenapa aku tidak pernah tahu?’ ucap Barack dalam hatinya.Barack memilih untuk diam dan menunggu sampai Dante sendiri yang bicara dan siap mengatakan semuanya pada Barack dan ketiga temannya yang lain. Pria itu merasakan banyak keanehan pada diri Dante sejak dia datang ke Indonesia dan bertemu dengan Bella.“Dante! Apa kau tidak mempercayai sahabatmu sendiri?” tanya Barack lagi.“Kenapa kau banyak tanya? Apa kau tidak bisa melakukan apa yang kusuruh?”“Aku bisa. Selama ini
“Maaf Tuan, mau cari siapa?” tanya seorang penjaga saat melihat Barack celingak celinguk.“Dimana kantornya? Aku ingin menemui seseorang.”“Mari ikut saya Tuan. Akan saya antarkan kesana.”Barack pun mengikuti penjaga itu ke kantor penanggung jawab asrama.“Selamat pagi Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”“Saya ingin bertemu dengan Sarah Azalea. Saya orang suruhan kakaknya.”jawab Barack.“Apa benar anda adalah suruhan kakaknya? Selama ini belum pernah siapapun yang dikirim oleh kakaknya kesini” tanya seorang guru jaga disana.Barack mengganggukkan kepala dan mengeluarkan sesuatu dari kantorngnya.“Kakaknya sudah menikah memintaku untuk memberikan ini kepadanya.” kata Barack. ‘Aku yakin guru ini mencurigaiku dan kau tidak percaya kalau aku orang suruhan kakaknya tapi melihat uang segepok ini mentalmu pasti langsung goyah! Pasti kau akan segera memanggilnya.” ujar Barack dalam hati.“Silahkan duduk dan tunggu sebentar ya Tuan. Biar saya panggilkan Sarah!” ucap guru jaga itu. Sesuai dengan
“Tidak! Dalam mimpipun aku tidak berani!” jawab Barack.“Kalau begitu lakukan saja semua yang tadi kuperintahkan!”Klikk…..Dante langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu lagi.“Issshhhh!” Barack mendengus lalu merebahkan kembali tubuhnya diatas kasur yang empuk. Dia masih bermalas-malasan tapi dia segera bangun lalu mencuci muka. Melakukan rutinitas paginya sebelum melaksanakan perintah Dante. “Dante…..Dante! Pagi-pagi kau sudah memberiku kerjaan!” ujar Barack lagi melangkah keluar dari kamarnya menuju kamar lain yang tak jauh dari ruangannya.“Selamat pagi, Tuan!” sapa pengawal yang berdiri didepan pintu.“Buka pintunya!” perintah Barack sambil memasukkan ponsel kedalam skau celananya.“Baik, Tuan.” para pengawal itupun membuka pintu.“Kau mau apalagi, ha?” tanya Julian mendelik pada Barack.‘Dia sudah membuatku babak belur, sekarang mau apalagi dia? Belinda kau harus bertanggung jawab atas semua yang mereka lakukan padaku! Akan kubalas kau nanti! Saat aku bebas dari sini
“Aku mau naik kapal mommy!”“Naik kapal?” Tatiana bertanya pada Alex sambil mengeryitkan dahi lalu melirik kearah Dante.“Hem….” Dante hanya menggangguk. “Nanti siang kita akan pergi berlayar.”“Kau serius, sayang?” Tatiana kembali mengeryitkan dahi dan menatap Dante agak aneh.“Iya. Memangnya kenapa? Ada masalah?” tanya Dante kemudian.“Tidak ada. Tapi kau harus istirahat, sayang.” jawab Tatiana mengingat suaminya belum tidur.“Untuk apa istirahat? Aku sehat dan tidak merasa letih sama sekali.” jawab Dante sambil mengelus rambut istrinya.“Tapi tadi malam kau sudah keluar semalaman dan aku sangat yakin kalau kau belum istirahat sama sekali. Setiap kali kau bekerja dimalam hari, kau tidak pernah tidur dan sekarang kau malah ingin pergi lagi?” Tatiana menggelengkan kepala.“Aku tidak mau kau sampai jatuh sakit.” ujar Tatiana lagi sambil memegang tangan suaminya yang masih ada dipipinya.“Jangan khawatir, aku tidak akan sakit. Aku akan menjaga kalian berdua lagipula hari ini adalah hari