Share

BAB 2.

“Apa maksudmu?”

“Anda hanya akan bisa bebas jika anda menurut!” pelayan itu berkata tegas pada Belinda. “Saya rasa itu bukan hal yang buruk bagi anda.”

Apa maksudnya bicara begitu? Kebebasan jika menurut dan melakukan tugas? Apa yang mereka inginkan dariku? Siapa orang-orang ini? Tugas apa yang aku harus kerjakan? Belinda merasa cemas dan takut, pikirannya sudah buntu dan mumet.

“Bisakah kau menjelaskan padaku? Maksudmu apa?” tanya Belinda lagi.

“Anda akan tahu nanti. Yang penting anda jangan membuat kekacauan seperti tadi. Sekarang anda hanya perlu untuk menyiapkan diri dan melayani!”

“Melayani apa? Melayani siapa? Apa maksudmu? Kenapa kau membuatku bingung dengan semuanya? Tolong jelaskan padaku!”

“Hufff…...maksudku adalah persiapkan diri anda untuk melayani Tuan kami.” kata pelayan itu. Hati Belinda bergetar setelah mendengar ucapan pelayan itu.

‘Apa aku melayani sebagai pemuas nafsu? Oh Tuhan…..tolong aku. Tidak mau ...aku tidak mau melakukan itu!’ gumamnya dalam hati dengan ketakutan, seketika tubuhnya gemetar dan tenggorokannya kering dan keringat dingin mulai menetes dikeningnya. Ya Tuhan kenapa jadi begini? Apa salahku sehingga aku harus berakhir seperti ini?

“Aku tidak mau! Aku mohon padamu tolong jangan biarkan aku melakukan hal menjijikkan itu! Aku mohon belas kasihanmu, bantu lepaskan aku dan biarkan aku pergi dari sini. Aku masih muda, usiaku baru tujuh belas tahun. Tidakkah kau memiliki seorang putri? Tidakkah kau merasa kasihan padaku? Aku mohon biarkan aku pergi, tolong selamatkan aku!” Belinda terisak dan memohon tapi suasana hening dan tak terdengar lagi suara pelayan tadi.

Ceklek!

Suara pintu terbuka diiringi suara langkah kaki yang mendekat lalu menjauh meninggalkan ruangan. Belinda berusaha menajamkan pendengarannya untuk mengetahui situasi disekelilingnya.

“Tunggu! Jangan pergi! Aku mohon jangan tinggalkan aku disini! Aku mohon lepaskan aku, biarkan aku pergi dari sini!” Belinda terus berteriak tapi hanya suaranya saja yang terdengar. Tiba-tiba ada yang mengelus tangannya.

“Ahhh….! Siapa disitu? Apa ada orang?” pekik Belinda terkejut. ‘Siapa yang baru saja mengelus tanganku? Apakah dia Tuan yang dimaksud pelayan tadi? Tangan itu…..tangan yang menyentuhku tadi sepertinya tangan itu besar dan kuat. Tuhan aku mohon tolong aku, siapapun itu aku mohon tolong lepaskan aku dari sini! Kepanikan memenuhi hati Belinda ketiga tangannya kembali disentuh seseorang.

“Ahhh…..aku mohon jangan sakiti aku! Tolong jangan lakukan itu padaku, aku mohon Tuan!” Belinda kembali histeris saat sebuah tangan kembali menyentuhnya. Kini dia merasakan sentuhan tangan itu yang sudah merajalela kemana-mana.

Belinda mulai merasakan sesuatu yang aneh! Tubuhnya merinding. Belinda berusaha melakukan sesuatu untuk menolong dirinya, diapun menggerak-gerakkan tangan dan kakinya yang dirantai dengan harapan agar bisa terlepas. Tapi ikatan itu terlalu kuat karena kedua kaki dan tangannya diikat dengan rantai besi.

“Tuan! Aku mohon jangan lakukan ini padaku! Aku mohon kasihani aku, Tuan! Siapapun kau, tolong berhentilah dan jangan sakiti aku, Tuan!” Belinda memohon sambil terisak tapi sepertinya pria itu tidak peduli sama sekali, tangannya semakin liar dan mulai meremas bagian-bagian sensitif tubuh Belinda.

Tiba-tiba dia merasakan sebuah tangan besar dan kuat itu meremas kedua dadanya. Gadis itu semakin ketakutan dan tubuhnya gemetar, sensasi aneh menyerang tubuhnya.

Tak ada suara apapun diruangan itu, hening. Hanya deru napas dan suara Belinda saja yang terdengar. Kini tangan besar itu merambah mulai membuka pakaian Belinda sehingga membuat gadis muda itu semakin ketakutan.

“Tuan, aku mohon berhentilah, tolong jangan buka pakaianku, Tuan! Aku mohon padamu jangan sentuh aku!….haahhhhh.” Belinda hanya bisa terisak saat dia merasakan udara dingin yang menerpa seluruh tubuhnya. Dia pun menyadari jika kini tubuhnya pasti sudah polos tanpa sehelai benangpun.

“Huupppp….” tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang kenyal dan basah menggelitik salah satu bagian tubuhnya yang istimewa sedangkan satu tangan lagi meremas dadanya. ‘Oh Tuhan apa yang terjadi padaku? Belinda berteriak sangat kencang diruangan itu tapi sepertinya pria yang kini sedang menikmati kehalusan tubuhnya tidak peduli.

Tangan besar itu semakin buas meraba dan meremas semua area sensitifnya, sebuah benda basah yang menjilati dan mengulum dadanya mengalirkan getaran elektrik ke sekujur tubuh Belinda. Dia masih tujuh belas tahun dan tidak pernah merasakan sentuhan seorang pria.

Ini pengalaman pertamanya disentuh oleh seorang pria yang tidak dikenalnya dan lebih tragisnya dia bahkan tidak dapat melihat wajah pria itu apakah dia seorang pria muda atau pria tua yang seumuran ayahnya. Tangan pria itu besar dan kuat, Belinda merasakan sentuhan kulit tubuh pria itu yang menggesek tubuhnya.

Tubuh pria itu terasa keras dan padat jadi Belinda menilai jika pria itu pasti bertubuh kekar dan kuat. Sebuah tangan besar itu kini berada dibawah perut Belinda dan mulai berkenalan dengan area sensitifnya, jemari pria itu menyentuh hingga area itupun basah. Belinda sudah kehilangan akal, dia tidak memahami apa yang terjadi pada tubuhnya. Otaknya menolak tapi tubuhnya malah menerima.

“Aku mohon Tuan. Tolong hentikan!” Belinda mencoba memohon walaupun tubuhnya malah menggeliat, Belinda berusaha menahan dirinya agar tidak terbuai. Tapi desahan keluar dari bibirnya. Suaranya yang serak memohon belas kasihan justru terdengar mendayu-dayu dan meningkatkan keingan pria yang mendengar suara gadis itu.

Belinda berusaha meronta tapi bibirnya tak bisa lagi diajak bekerjasama. Bibirnya malah mengeluarkan suara desahan membuat pria itu semakin beringas menyentuh dan menggigit bagian-bagian sensitifnya.

“Tuan! Tolong...aku mohon jangan lakukan ini. Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya. Tolong lepaskan aku….aku mohon Tuan.” suara memelas diiringi desahan yang keluar dari mulut Belinda malah semakin meningkatkan gairah pria itu. Tiba-tiba sesuatu yang besar dan panjang memasuki tubuhnya. JLEB.

“Ahhhhhh…..” Belinda merasakan sakit dan perih ditubuh maupun hatinya. Dia menangis kencang ketika milik pria itu menembus masuk dan memenuhi liang miliknya, merobek selaput dara yang selama ini dijaga dengan baik.

Sakit! Hanya itu yang dirasakannya dan rasa sakit itu perlahan semakin perih saat tubuhnya dihentak-hentak dengan kuat penuh gairah. Pria itu sungguh kuat, staminanya baik dia bergerak diatas tubuh Belinda yang baru saja direnggut kesuciannya.

Pria itu seperti kehilangan kendali diri saat merasakan gadis itu masih perawan. Gadis muda yang menjadi pemuas nafsunya kini tak bisa lagi merasakan apapun ditubuhnya. Pria itu menghunjam dan menghunjam entah sudah berapa lama, Belinda tidak sadarkan diri lagi.

Keesokan harinya saat dia terbangun masih dengan mata yang ditutup kain. Belinda merasakan sekujur tubuhnya sakit, terutama bagian bawah perutnya yang masih sakit dan perih.

Semalam pria itu benar-benar memuaskan hasratnya sampai berjam-jam. Meskipun Belinda sudah pingsan tapi dia terus saja menghunjamnya berulang kali. Itulah mengapa Belinda merasakan sakit disekujur tubuhnya. Tapi satu hal yang dia sadari jika tubuhnya ditutupi pakaian. ‘Siapa yang memakaikan pakaianku? Apakah pria itu yang melakukannya?

Suara derap kaki mendekati Belinda dan duduk disampingnya. “Nona makanlah dulu.” seorang pelayan mulai menyuapkan makanan ke mulut gadis itu. Dia tak menolak karena memang sudah merasa lapar akibat tenaganya terkuras sepanjang malam.

Suapan demi suapan masuk kemulutnya hingga tak ada makanan tersisa dipiring, lalu pelayan itu memasukkan pipet kedalam mulutnya. “Minumlah.”

“Apakah kau yang memakaikan bajuku?” tanya Belinda penasaran.

“Iya nona. Saya juga yang membersihkan tubuhmu. Tuan kami menyukai kebersihan.” ujar pelayan itu.

“Hmm….sampai kapan aku akan berada disini?”

“Sampai nona menyelesaikan tugas.”

“Tugas apa? Kalian membuatku bingung. Aku dirantai, mataku ditutup dan seorang pria datang tadi malam dan menyentuh.” Belinda menahan amarah dan ketidakberdayaannya berada ditempat itu. Sudah sekian lama dia ditahan disana dan hanya terbaring di ranjang dengan keadaan kedua kaki dan tangan yang terikat serta mata yang tertutup. Hanya kegelapan yang menemani hari-harinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status