Share

SANG KUPU-KUPU MALAM
SANG KUPU-KUPU MALAM
Penulis: Meta Janush

BAB 1.

Seorang gadis berusia tujuh belas tahun mengenakan seragam putih abu-abu baru saja memasuki rumahnya, tampak seorang pria berusia empat puluhan sedang duduk di ruang tamu menunggunya.

“Nak, akhirnya kau pulang juga. Kami sudah menunggumu sejak tadi.”

“Hah? Ayah, ada apa hari tumben kamu menungguku?” Belinda yang baru saja pulang sekolah dan baru menginjakkan kaki didalam rumah melihat ayahnya dan beberapa orang disekitar ayahnya. Dia mengeryitkan dahinya memandang heran. “Ayah? Siapa orang-orang ini?” tanya Belinda dengan curiga.

“Ehem…..Belinda. Kau harus menuruti ayah, saat ini ayah benar-benar membutuhkan bantuanmu. Pergilah dengan mereka dan turuti semua perintah mereka.”

“Apa? Tapi kenapa ayah?” Belinda sangat terkejut sampai matanya membelalak tak percaya. “Apa maksud semua ini ayah? Siapa mereka dan kenapa aku harus ikut dengan mereka? Apa ayah ada masalah dengan orang-orang ini?”

“Sudahlah Belinda! Jangan banyak tanya dan turuti saja apa yang ayah perintahkan!”

“Kami akan membawa putrimu sekarang. Kalian sudah membuang waktu kami terlalu lama dengan berdebat!” ujar seorang pria berusia tiga puluhan tahun lalu memberikan isyarat pada anak buahnya untuk mendekati Belinda.

“Ayah! Apa-apaan ini? Apa maksud ini semua ayah?” Belinda menoleh kearah pria yang tadi bicara, “Mau apa kalian? Jangan coba-coba mendekat!” wajah Belinda pucat ketakutan seakan hidupnya berada diujung tombak. Melihat penampilan para pria itu, tampaknya mereka bukan orang baik-baik.

“Tutup mulutnya! Jangan sampai tetangga curiga dan datang kerumah ini, gadis ini terlalu berisik!”

“Kalian mau apa...ppphhhh!” seorang pria memengangi Belinda dan menutup mulutnya dengan sapu tangan. Gadis muda itu semakin ketakutan saat dia merasakan pening dan segera akan kehilangan kesadaran.

“Ini uangmu! Jangan coba-coba mencari masalah dengan bos kami lagi. Kami akan membawa putrimu dan akan mengembalikannya setelah semua urusan bos kami selesai!” ujar seorang pria lalu menyerahkan sebuah koper berisi uang pada Cakra Birawa, ayah dari Belinda Alexandra Amani yang telah dibius pingsan.

Salah satu pria itupun langsung membopong tubuh Belinda dan memasukkan kedalam mobil lalu pergi. Cakra yang tersenyum puas melihat koper penuh uang dihadapannya, “Ha ha ha ha ternyata tidak buruk juga memiliki anak perempuan yang cantik! Setidaknya aku bisa bersenang-senang sekarang!”

**

“Ahhh…..dimana aku? Kenapa gelap sekali?” Belinda bertanya pada dirinya setelah dia sadar dan membuka matanya namun dia tidak dapat melihat apapun, semuanya gelap. “Apakah aku sudah mati? Apa aku berada didalam kubur?”

“Nona, apakah anda sudah bangun?” tanya sebuah suara menyadarkan Belinda bahwa dia tidak sendirian disana. Suara itu….suara itu adalah suara seorang perempuan.

“Ke---kenapa kau memanggilmu nona? Siapa kau?” tany Belinda cemas, dia hanya bisa melihat kegelapan tapi ada suara yang sepertinya berada didekatnya.

“Iya nona. Anda sudah bangun? Apakah anda lapar?” tanya wanita itu lagi.

“Emm...ya aku mungkin sudah bangun. Tolong aku kenapa mataku gelap?” Belinda baru menyadari bahwa matanya ditutup sebuah kain. “Kakiku! Tanganku….kenapa aku tidak bisa bergerak.” dia mencoba menggerakkan kaki dan tangannya, diapun terkejut.

“Lepaskan aku! Kenapa kaki dan tanganku diikat?” Belinda pun panik dan bicara dengan nada tinggi penuh ketakutan.

“Minum dulu nona agar anda tenang. Kalau nona sudah tenang maka saya akan jelaskan semuanya.”

Orang itu mengarahkan pipet kemulut Belinda, dia ingin menolak tapi dia merasakan tenggorokannya sakit dan kering. Belinda sudah tidak tahan menahan haus lalu langsung meminumnya. Sudah semalaman Belinda pingsan jadi wajar kalau dia haus.

“Terimakasih. Tolong jelaskan padaku ada apa ini? Dimana aku berada dan kenapa kedua kaki dan tanganku diikat?” tanya Belinda. Kini ingatannya telah kembali, tadi saat berada dirumah ada pria yang membekap mulutnya dengan obat bius dan pingsan, setelahnya dia tidak mengingat apapun.

“Tenangkan diri anda dulu nona. Jika anda sudah tenang maka kita bisa bicara.”

“Apa kau bilang? Tenang? Bagaimana aku bisa tenang jika mataku ditutup, tangan dan kakiku diikat? Aku tidak bisa melihat dan tidak bisa bergerak. Kau malah menyuruhku untuk tenang?” Belinda pun berteriak histeris.

“Coba kau berada diposisiku sekarang, apa kau bisa tenang? Kenapa kau menyuruhku untuk tenang saat ini, ha? Aku bahkan tidak bisa melihat dimana aku berada. Hanya mulutku saja yang masih bisa bicara. Kenapa tidak kalian bunuh saja aku sekalian?”

“Sebaiknya anda menenangkan diri nona. Jika anda seperti ini akan berakibat buruk pada dirimu nona.” kata wanita itu.

“Aku tahu kau seorang perempuan. Tolong aku! Tolong lepaskan aku! Aku mohon, aku tidak mau berada disini, aku tidak tahu dimana aku sekarang. Apa yang akan terjadi padaku?”

“Nona jika anda terus-terusan histeris seperti ini maka mereka akan memberikan anda obat bius lagi. Jadi lebih baik anda tenang.”

Ucapan wanita itu sontak membuat Belinda bergidik ngeri dan menahan airmatanya. Kain penutup matanya sudah basah oleh airmata, meskipun ketakutan namun Belinda mulai menahan emosinya. Bagaimanapun dia harus bertahan dan mencari cara untuk keluar dari tempat itu.

“Baiklah. Tapi tolong jelaskan padaku kenapa aku ada disini dan dimana ini? Aku akan tenang sekarang tapi tolong katakan sesuatu padaku. Aku takut sekali, aku mohon padamu.”

“Begini nona. Ayahmu sudah menjualmu pada karena dia berhutang banyak dan tidak sanggup membayar hutang-hutangnya.” pelayan wanita itu menceritakan semuanya pada Belinda sesuai catatan yang sudah diberikan padanya. Dicatatan itu tertulis rincian hutang dari Cakra Birawa.

“Apa? Ayah berhutang tiga milyar? Tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Untuk apa ayahku berhutang sebanyak itu? Apa yang sudah dilakukannya dengan uang sebanyak itu? Kami bukan orang kaya dan hidup kami pun pas-pasan, ini semua tidak benar. Pasti seseorang telah menjebak ayahku dengan hutang sebanyak itu.” kata Belinda menyakinkan dirinya.

Selama ini kehidupan mereka memang pas-pasan bahkan kadang untuk makan saja mereka kesulitan. Tiga milyar rupiah adalah uang yang banyak, jika memang ayahnya mendapatkan uang sebanyak itu tidak mungkin hidup mereka susah.

“Kau pasti berbohong iyakan? Tidak mungkin ayahku berhutang sebanyak itu! Untuk makan saja kadang susah, tidak mungkin ayahku setega itu menjualku, ayahku sangat menyayangiku!” Belinda menangis tersedu-sedu tidak bisa percaya kalau ayah yang dia sayangi dan menyayanginya selama ini malah menjualnya untuk membayar hutang.

“Saya turut prihatin  dengan keadaan anda. Mohon maaf kalau saya tidak bisa membantu nona.” ucap pelayan itu lagi. Perlahan tangisan Belinda pun reda.

“Tolong bantu lepaskan aku….aku mohon tolong bantu aku keluar dari sini. Aku akan bekerja keras untuk mendapatkan uang membayar hutang. Aku mohon padamu…..” Belinda memohon dengan suara memelas pada wanita itu.

“Maaf nona. Saya tidak bisa mengabulkan permintaanmu. Saya hanyalah seorang pelayan disini dan tidak mempunyai kekuasaan apapun untuk membantumu.”

“Tidak bisa atau tidak mau? Tidak….tidak….bukan kau tidak bisa tapi kau memang tidak mau membantuku. Kasihanilah aku, kau juga seorang wanita apa kau tidak punya hati nurani sebagai sesama wanita?” bujuk belinda.

“Nona, tolong jangan membuatku berada diposisi sulit. Sebaiknya anda tenang dab bersikap kooperatif dan mengikut saja perintah yang diberikan maka anda akan baik-baik saja. Anda cukup menjalan tugas yang akan diberikan pada anda dan setelah itu anda pasti akan dilepaskan. Hanya itu saja yang perlu anda lakukan, anda pasti akan keluar dari sini setelah semuanya selesai.”

Hai readers.....selamat datang di novel baruku. Semoga kalian suka ya 👍👍 Mohon dukungannya ya jgn lupa follow, like & komen. 🙏🙏🙏🙏😊🥰

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status