Share

2. Biarkan Aku Di Sini 2

"Kamu jadi dibebaskan bersyarat?" tanya seorang wanita bertubuh besar, berkulit, gelap, yang duduk tepat di depan Rinjani. Dia salah satu penghuni paling lama di sel itu.

"Saya nggak mau," jawab Rinjani masih dalam posisi duduk memeluk lututnya.

"Kenapa nggak mau? Bodoh. Dibebaskan kok nggak mau. Keluar saja, cari perempuan pengganggu itu dan kasih pelajaran setimpal. Jangan tanggung-tanggung kalau ngasih hukuman," ucap Mak Ewok berapi-api. Mak Ewok, begitulah penghuni lapas memanggilnya.

Rinjani tersenyum getir. Dia bukan perempuan yang bar-bar dan suka war. Namun pemandangan di depan matanya kala itu membuatnya hilang kesabaran. Hingga berbuat di luar dugaan.

Ada teman yang mengirimkan foto mobil sang suami terparkir di depan sebuah rumah. Dari rumah sakit langsung ke alamat yang ditunjukkan oleh temannya yang merupakan tempat tinggal kekasih gelap Daffa. Perempuan yang beberapa bulan terakhir ini menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Melihat perempuan itu bermanja dengan Daffa, tanpa pikir panjang Rinjani menerjangnya. Membuat Abila berteriak kaget sambil melindungi wajahnya dari amarah Rinjani.

Daffa berusaha memisahkan mereka dengan cara memeluk tubuh istrinya. Namun wajah Abila sudah terlanjur terluka. Kuku Rinjani tidaklah panjang, tapi cukup membuat pipi wanita itu penuh tanda kemarahannya.

Tidak hanya itu saja, beberapa jemari Abila mengalami keretakan karena di injak-injak oleh Rinjani.

Beberapa hari kemudian, ada surat panggilan dari kepolisian atas laporan kasus penganiayaan. Dan berakhir di sinilah Rinjani sekarang. Proses putusan yang begitu cepat tanpa mempertimbangkan segala alasan dan dia ibu dari seorang balita. Tampaknya Abila berperan besar untuk mengurungnya.

"Saudara Rinjani, ada yang ingin bertemu di ruang besuk." Seorang sipir yang berjaga memberitahunya.

"Nak, tuh. Lakimu balik lagi. Laki durjana memang begitu. Seenaknya slengki di luar, giliran ketahuan memohon-mohon balikan. Cuih." Mak Ewok bangkit dan bergabung dengan tahanan lain di pojok yang lain. Mereka ada delapan orang dalam ruang sempit itu.

Rinjani bangkit. Benarkah suaminya kembali lagi? Bukankah pertemuan dibatasi. Tapi dia bisa bernegosiasi dengan penyidik supaya bisa membesuknya lagi. Apapun bisa dilakukan oleh Daffa.

"Om Haslam." Rinjani kaget, ternyata omnya yang datang. Orang yang paling berjasa membesarkannya setelah kedua orang tuanya tiada.

"Bagaimana keadaanmu? Kamu tambah kurus sekarang." Lelaki setengah baya itu memperhatikan sang keponakan yang menyalami dan duduk di hadapannya.

Senyum getir menghiasai bibir Rinjani. "Om, datang sendirian?"

"Iya. Tantemu nggak enak badan makanya nggak bisa ikut. Om akan mengurus pembebasan bersyaratmu. Om yang akan menjaminmu."

"Apa Mas Daffa yang menyuruh, Om?"

"Bukan. Kenapa kamu bertanya begitu?"

Rinjani menceritakan maksud kedatangan suaminya tadi. Juga tentang penolakannya.

"Om sudah mengajukan pembebasan bersyarat. Kamu sudah menjalani dua per tiga masa tahanan dengan kelakuan baik. Tunggu prosesnya dan kamu akan keluar dari sini."

Rinjani menangis. "Maafkan saya, Om. Bukannya membuat senang, saya justru menyusahkan Om Haslam."

"Semua sudah terjadi. Nggak usah disesali. Om dan tante mengerti kenapa kamu sampai sekhilaf itu. Jadikan ini pelajaran berharga. Setelah bebas pulang saja ke rumah om. Karena om yang menjaminmu. Om sebagai wali pengganti orang tuamu, om berhak melindungimu disaat suamimu berbuat dzolimi dengan mengkhianatimu."

"Makasih banyak, Om. Sampaikan terima kasih saya pada Tante Mila."

"Nanti om sampaikan. Kamu pasti kangen juga sama Noval."

Tangis Rinjani kembali tumpah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
Alhamdulillah masih ada orang baik yg care sama Rinjani.. ayo semangat y Rinjani.. setelah ini tatalah hidupmu kembali..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status