Dalam keheningan yang mencekam, Zhu Long berjalan mengendap-endap, menahan napas setiap kali ranting kering patah di bawah langkahnya.
Ia tahu, satu suara kecil saja bisa mengundang perhatian binatang buas yang berkeliaran di sekelilingnya. Setelah kejadian sebelumnya dengan Babi Bertanduk, ia tak ingin mengambil risiko lagi. Dengan tubuh yang masih terluka dan dantiannya rusak, ia tak punya cukup tenaga untuk bertarung. Namun, di tengah kewaspadaannya, cahaya redup berwarna ungu menarik perhatiannya. Zhu Long memperlambat langkahnya dan berjongkok di dekat sumber cahaya itu. Sepasang matanya berbinar ketika melihat herbal Bulan Ungu, tumbuh di antara akar-akar pohon tua. "Herbal Bulan Ungu?" gumamnya, tangannya terulur memetiknya. "Tak kusangka aku bisa menemukannya di tempat seperti ini." Ia menggenggam herbal itu dengan hati-hati. Herbal ini tergolong langka, hanya tumbuh di tempat yang dipenuhi energi spiritual. Khasiatnya luar biasa—dapat memulihkan luka dalam dan mempercepat regenerasi tubuh, sangat cocok untuk kondisinya saat ini. Zhu Long menyeringai. "Sepertinya aku masih cukup beruntung." Tangannya mengusap herbal itu sejenak, mengingat-ingat sesuatu. Pengetahuannya tentang alkimia yang tersimpan dalam ingatannya bukan berasal dari pengalaman sendiri, melainkan dari jiwa seorang alkemis kuat yang pernah mencoba melahapnya. "Tapi sayangnya dia tak tahu siapa lawannya," ujarnya sembari terkekeh pelan. "Pada akhirnya, dia sendiri yang kulahap." Mengingat kejadian itu, Zhu Long tak bisa menahan tawa tipis. Sebagai jiwa pengembara selama sepuluh ribu tahun, ia telah mengalami banyak pertempuran melawan jiwa-jiwa pengembara, dan sekarang semua ingatan dari jiwa yang dia lahap itu menjadi bekalnya dalam tubuh barunya. Setelah memetik herbal tersebut, ia segera melanjutkan perjalanan, menelusuri hutan dengan langkah lebih cepat. Ia harus segera mencari tempat berlindung sebelum malam tiba. Tak butuh waktu lama, akhirnya ia melihat sesuatu yang berbeda di kejauhan. Sebuah desa kecil berdiri tak jauh dari bibir hutan. Namun, ada sesuatu yang aneh—desa itu begitu sunyi, tak ada suara manusia, tak ada cahaya dari rumah-rumah. Hanya tiupan angin dingin yang meliuk di antara bangunan kayu yang tampak terbengkalai. Zhu Long berjalan memasuki desa, matanya menyapu sekeliling dengan hati-hati. Beberapa rumah tampak rusak, pintu-pintu dibiarkan terbuka, dan perabotan berantakan seakan terburu-buru ditinggalkan. "Apakah tempat ini baru saja diserang?" gumamnya. "Mungkinkah ini ulah perampok? Atau binatang buas?" Namun, rasa ingin tahunya tak cukup besar untuk membuatnya mencari jawaban. Baginya, desa ini hanyalah tempat persinggahan sementara. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah tempat berteduh untuk mengobati luka dan memulihkan tenaga. Setelah berkeliling sejenak, ia menemukan sebuah rumah kayu kecil yang masih cukup utuh. Tanpa pikir panjang, ia mendorong pintunya yang sedikit reyot dan masuk ke dalamnya. Di dalam, hanya ada perabotan sederhana yang tertutup debu tipis. Tak ada tanda-tanda kehidupan, seolah tempat ini sudah lama ditinggalkan. Zhu Long duduk bersila di atas dipan kayu, menghela napas panjang sambil memijat tubuhnya yang masih terasa nyeri. Dantian sebagai pusat energi rohnya masih retak, dan itu membuatnya tidak bisa menggunakan kekuatannya dengan baik. "Sial… Dengan dantian seperti ini, meramu pil obat pun mustahil." Ia mendecak kesal. Tatapannya jatuh pada herbal Bulan Ungu yang kini tergenggam di tangannya. Cahaya lembut dari herbal itu berpendar dalam gelap, memberikan secercah harapan. Ia menimbang sejenak. Biasanya, untuk mendapatkan manfaat maksimal, herbal ini harus diolah menjadi ramuan dengan teknik alkimia. Namun tanpa energi roh, ia tidak bisa melakukan itu. Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah mengonsumsinya secara langsung. Sebagai sosok jiwa pengembara yang telah lama mengamati dunia kultivasi ini, Zhu Long setidaknya menyimpan ribuan teknik penyembuhan dalam benaknya. Menyembuhkan dantian yang sedikit rusak bukanlah perkara besar, dan masalah seperti ini tergolong masih dapat di selesaikan dengan mudah. Salah satu teknik penyembuhan yang Zhu Long pahami adalah teknik "Pemurnian Jiwa Ekstrim". Dengan menanfaatkan herbal Bulan Ungu mentah-mentah, ia akan memobilisasi energi yang masuk langsung ke dantiannya untuk membentuk lapisan baru yang lebih kuat. Namun untuk melakukan teknik ini, seseorang memerlukan intensitas kesadaran jiwa yang kuat, karena pada dasarnya jiwa yang lemah tak akan sanggup menahan gejolak energi roh mentah dari herbal Bulan Ungu. Tapi bagi Zhu Long, ia tak perlu banyak khawatir, jiwanya adalah sosok yang tak berasal dari dunia ini dan telah hidup selama ribuan tahun. Masalah kerusakan dantian ini hanyalah sesuatu yang kecil untuknya. Satu-satunya yang dia khawatirkan adalah tubuhnya sendiri. Apakah tubuh manusia ini sanggup bertahan dari rasa sakit yang akan timbul selama peroses penyembuhan ini? Zhu Long menguatkan tekadnya. "Berbahaya, tapi hanya ini satu-satunya cara." Mengkonsumsi herbal mentah seperti ini bisa berisiko—jika tubuhnya tidak mampu menahan efeknya, bisa saja kandungan energi dalam herbal itu justru merusak tubuhnya lebih parah. Namun, membiarkan dantiannya dalam kondisi rusak lebih lama akan lebih berbahaya lagi. Itu bisa menyebabkan kecacatan permanen. Ia menarik napas dalam, memantapkan tekadnya. Dengan gerakan tegas, ia menggigit buah bulat ungu yang tumbuh di puncak herbal itu. Rasanya sedikit pahit, namun diiringi sensasi hangat yang langsung menyebar ke seluruh tubuhnya. Tak butuh waktu lama, energi kuat dari herbal itu mulai bereaksi di dalam tubuhnya. Zhu Long mengepalkan tangannya, merasakan tubuhnya mulai menerima efek dari herbal mentah itu. Di dalam ruangan gelap dan hening itu, hanya suara napas berat Zhu Long yang terdengar. Keringat deras mengalir di pelipisnya, membasahi tubuhnya yang bergetar karena gelombang energi panas yang mengamuk di dalam tubuhnya. Giginya bergemeletuk menahan rasa sakit yang begitu intens, seakan ribuan bilah pedang menusuk setiap saraf dalam tubuhnya. 'Apapun yang terjadi, aku harus bertahan! Rasa sakit ini bukanlah apa-apa!' Ia menguatkan tekadnya dalam-dalam, menolak tunduk pada penderitaan sekecil itu. Di dalam ranah jiwanya, ia dapat melihat dantiannya—sebuah bola biru yang mengambang dalam lautan kesadaran. Namun, bola itu tidak lagi sempurna. Retakan besar menjalar di mana-mana, menutupi lebih dari setengah permukaannya seperti kaca yang hampir pecah. Dan kini, dengan efek herbal Bulan Ungu yang bekerja, energi roh mulai mengalir deras, memasuki tubuhnya melalui delapan jalur meridian yang terbuka. Arus itu berputar, mengamuk liar, menumpuk di pusat dantiannya yang terlihat rapuh. Wushh! Zhu Long tiba-tiba merasakan tekanan luar biasa dari dalam tubuhnya. Dantiannya, yang sudah dalam kondisi lemah, kini dipaksa menerima energi dalam jumlah besar. Ia bisa merasakan guncangan hebat dari dalam, seolah-olah dantiannya akan meledak kapan saja. "Grrrah!!" Suara geramannya menggema di dalam rumah kayu itu, tubuhnya melengkung menahan sakit. Setiap helai ototnya terasa akan robek, seakan tubuhnya dihantam gelombang badai pedang yang tak terlihat. Energi roh yang liar seakan ingin merobek jalur meridiannya, menyiksa tubuhnya dengan sensasi seperti dibakar hidup-hidup. Namun, Zhu Long bukanlah orang yang mudah menyerah. Sepuluh ribu tahun sebagai jiwa pengembara telah menempanya menjadi seseorang yang tak kenal takut. Ia telah bertarung melawan jiwa-jiwa kuat, bahkan beberapa yang pernah menguasai dunia. Ia telah melahap jiwa alkemis legendaris, kultivator kuno ataupun jiwa mahluk iblis, mengambil pengetahuannya dan menjadikannya bagian dari dirinya. Dan kini, ia juga memiliki janji yang harus ditepati. Janji kepada jiwa Zhu Long yang asli—untuk membalaskan dendam tubuh ini kepada mereka yang telah mengkhianatinya. 'Aku tak bisa menyerah sekarang!' Zhu Long menarik napas panjang, memaksa pikirannya untuk tetap fokus. Dengan kesadaran jiwanya yang kuat, ia menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Matanya terpejam rapat, ekspresinya keras menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, sementara pikirannya berkonsentrasi penuh untuk mengendalikan energi liar dalam tubuhnya. 'Aku bisa merasakannya… retakan pada dantianku mulai tertutupi…' Setiap denyut rasa sakit membawa efek luar biasa pada penyembuhan dantiannya. Zhu Long mulai memaksa tubuhnya berkultivasi, menarik dan mengatur energi yang mengamuk agar mengalir dengan lebih tenang dan terkontrol. Pelan namun pasti, retakan pada dantiannya mulai menyusut. Energi roh yang tadinya menghantam dantiannya tanpa kendali, kini mulai menyesuaikan diri dengan alirannya. "Ini dia!" Dengan satu dorongan terakhir, Zhu Long merapalkan teknik kultivasi yang pernah ia pelajari dari ingatan seorang ahli kuno. Teknik kultivasi "Sutra Dewa Seribu Kehidupan". Gelombang energi roh perlahan terkendali, mengalir lebih stabil melalui meridian-meridiannya, mengisi dantiannya dengan esensi yang lebih padat dan kuat. Energi yang tadinya meluap-luap kini berangsur-angsur terserap. Perlahan-lahan, bola biru yang sebelumnya retak kini kembali utuh, terlihat tenang, dan bersinar terang di dalam ranah jiwanya. Kini dantiannya telah pulih dari kerusakan yang begitu parah. Zhu Long membuka matanya. Nafasnya masih sedikit tersengal, tubuhnya basah oleh keringat, namun rasa sakit itu telah hilang. Yang tersisa hanyalah kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya. "Hufft~" Ia menghembuskan napas panjang, membiarkan sensasi kelegaan menyelimuti dirinya.Di dalam keheningan rumah kayu yang rapuh, Zhu Long duduk bersila, napasnya teratur dalam ritme yang dalam dan stabil. Matanya terpejam, tetapi pikirannya tetap waspada. Setelah bertahun-tahun hidup sebagai jiwa pengembara, ia tahu bahwa bahaya bisa datang kapan saja, dari mana saja. 'Delapan jalur meridian tubuh ini sudah terbuka…' Zhu Long bergumam dalam hati. 'Sayangnya, semua kultivasi tubuh ini sebelumnya telah hilang karena meridian yang sempat rusak. Aku perlu memulai dari awal lagi dan kembali menjadi lebih kuat.' Perlahan, ia mulai menerapkan teknik Sutra Dewa Seribu Kehidupan, sebuah metode kultivasi tingkat tinggi yang ia rampas dari ingatan seorang jiwa kultivator kuno semasa menjadi jiwa pengembara. Wushh… Energi roh di sekelilingnya mulai berputar, seperti angin yang mengalir lembut namun penuh kekuatan. Partikel energi roh yang melayang di udara terserap ke dalam tubuhnya, mengisi ulang ruang dalam dantiannya. Dengan dantiannya yang telah pulih, kini kultiva
Mentari pagi merangkak naik, mengusir sisa-sisa kegelapan malam yang masih menyelimuti desa bobrok itu. Cahaya keemasan menyoroti bekas perumahan yang telah lama ditinggalkan, menyapu debu dan puing-puing yang berserakan di tanah.Zhu Long melangkah perlahan, meninggalkan tempat itu tanpa menoleh ke belakang, tak ada alasan untuknya tetap tinggal lebih lama. Namun, baru beberapa langkah, dia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.Ketika menoleh, ia mendapati sosok gadis muda yang semalam diselamatkannya, ia tampak berjalan di belakangnya dengan ragu-ragu.Sinar matahari pagi menerpa wajah gadis itu, memperlihatkan kulitnya yang putih bersih dan mata merahnya yang berkilau seperti ruby. Meski pakaiannya sederhana dan tubuhnya tampak sedikit lelah, kecantikannya tetap terpancar. Jika saja ia mendapat perawatan yang layak, pesonanya bisa membuat mata laki-laki tak dapat berpaling.Zhu Long mengira gadis itu telah pergi setelah mengucapkan terima kasih semalam. Namun ternyata, ia m
Mengetahui anaknya dalam keadaan baik, Zhu Jiang menghela napas lega. Namun, seiring dengan rasa lega itu, tatapannya segera tertuju pada gadis muda yang berdiri di belakang putranya. Matanya menyipit, seolah berusaha menilai keberadaan gadis itu. "Siapa dia, Nak? Jangan bilang…?" ucap Zhu Jiang dengan nada menggantung, membiarkan putranya sendiri yang mengisi kekosongan itu. Zhu Long hanya terkekeh pelan. Ia tahu betul apa yang ada di dalam pikiran ayahnya. "Jangan salah paham, Ayah." jawabnya santai. "Dia hanyalah seorang gadis yang kutemui secara kebetulan. Ia sempat diculik oleh sekelompok berandal, dan aku menyelamatkannya. Namanya Shan Rong. Sayangnya, ia tidak punya tempat tinggal, jadi aku membawanya kemari." Mata Zhu Jiang menyipit sedikit lebih tajam. Ia menatap putranya penuh selidik sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Baiklah, jika itu memang keinginanmu." ujarnya, meskipun masih menyisakan sedikit keraguan dalam nada suaranya. Namun, sesaat kemudian ia melanjut
Aula utama klan Zhu, tempat yang cukup megah, terasa dipenuhi oleh suasana formal. Deretan kursi kayu berukir mengapit sisi kanan dan kiri aula, diduduki oleh para tetua klan Zhu yang duduk dalam keheningan penuh wibawa. Sementara di bagian tengah, Zhu Jiang, kepala klan Zhu, duduk di singgasana utama—sebuah kursi besar dengan ukiran naga yang melambangkan kejayaan klan mereka. Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan rombongan klan Qin yang baru saja tiba. Qin Xiao, kepala klan Qin, seorang pria paruh baya dengan jubah biru tua bergaris emas, melangkah masuk dengan penuh keanggunan. Di belakangnya, beberapa tetua klan Qin mengikutinya, bersama seorang gadis muda yang anggun dan menawan, dialah Qin Lan. Zhu Jiang segera berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramah. "Selamat datang, kepala klan Qin. Sudah lama kita tidak bertemu. Silakan duduk," ujar Zhu Jiang sambil mengulurkan tangan ke arah kursi yang telah disiapkan untuk tamunya. Qin Xia
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kepala klan Qin, suasana aula mendadak berubah drastis. Para tetua klan Zhu yang semula masih menaruh kepercayaan besar pada klan Qin, kini terlihat agak kaku.Beberapa dari mereka mulai berbisik satu sama lain, mencoba memahami situasi yang terjadi. Sementara itu, Zhu Jiang yang awalnya tampak tenang, ekspresinya perlahan berubah."Apakah aku mendengar dengan benar, Tuan Qin?" tanyanya, suaranya terdengar penuh kejutan tak percaya.Namun, Qin Xiao tetap tenang. "Ya, Tuan Zhu. Ini adalah keputusan yang telah kami pikirkan dengan matang, Lan'er sendiri setuju akan hal ini."Kata-kata itu seperti petir yang menyambar aula. Sementara hanya Zhu Long yang tersenyum tipis. Bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum dingin penuh ejekan, seolah telah menduga akan hal ini. Tatapannya menembus Qin Lan, seakan membaca isi pikirannya. Namun, gadis itu tetap diam. Di dalam hatinya, Qin Lan sendiri merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan.'Apa yang s
"Baiklah, kalau begitu tak ada gunanya terus menjalin pertunangan ini." ia menghela napas panjang, lalu melanjutkan dengan nada santai namun menusuk. "Mulai sekarang, kita tidak punya hubungan apa pun lagi."Kata-kata itu seolah menjadi tamparan keras bagi Qin Lan. Niatnya datang memang untuk membatalkan pertunangann itu, namun bukan Zhu Long yang harus memutuskannya, tetapi dia sendiri.Tatapan gadis itu langsung berubah tajam. "Harusnya aku yang mengatakan hal itu, dasar sampah!" ejeknya dengan anda berat dan dingin.Zhu Long menyipitkan matanya, lalu tersenyum tipis."Sampah?" ucapnya santai, "Bukankah kata itu lebih cocok untuk dirimu sendiri, Nona Qin?"Mendengar ejekan balik itu Qin Lan mengerutkan keningnya, wajahnya memerah karena amarah."Apa kau bilang?! Kau bahkan jauh lebih lemah dariku! Berani-beraninya kau mengatakan aku sampah?!" bentakannya menggema di ruangan.Sementara itu, Niu Feng hanya terkekeh pelan. "Nona Qin telah menerobos ke ranah Pemurnian Roh tahap lima dal
"Tuan Zhu, Anda tidak perlu bersikap kasar seperti ini," ujarnya dengan nada tegas. "Bagaimanapun, mereka hanyalah anak muda. Tak sepantasnya orang tua terus campur tangan dalam masalah mereka."Mata Zhu Jiang tetap tajam, ekspresinya penuh ketidakpuasan. Namun setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang dan menurunkan tekanan auranya, ia kembali duduk meski jelas terlihat bahwa ia masih merasa tidak terima.Zhu Long memperhatikan dua kepala klan itu dengan ekspresi tertarik. 'Oh? Dua orang tua ini sepertinya memiliki basis kultivasi yang cukup kuat... Mereka sepertinya memiliki rivalitas yang tinggi,' pikirnya.Namun, ia tidak membiarkan pikirannya melayang terlalu jauh. Dengan ekspresi dingin, ia kembali fokus pada Qin Lan."Baiklah," katanya dengan nada tenang. "Dan jika aku menang, kau akan melakukan hal yang sama seperti yang kau katakan tadi."Beberapa orang terkejut mendengar persyaratan itu. Namun, Qin Lan hanya menatapnya dengan sinis tanpa ragu sedikit pun. Tatapannya s
Keesokan harinya, matahari pagi menyapu kota Hongli dengan sinar hangatnya. Jalanan utama, seperti biasa, telah dipenuhi oleh hiruk-pikuk kehidupan kota. Pedagang mulai membuka lapak mereka, anak-anak bermain-main dengan pedang kayu, dan para penjaga kota berpatroli dengan raut wajah serius. Hiruk-pikuk ini bagaikan denyut nadi kota Hongli—tempat yang tak pernah benar-benar tidur. Di tengah keramaian itu, Zhu Long yang mengenakan jubah abu-abu melangkah tenang. Tatapannya tajam namun tidak mencolok, membaur di antara para penduduk kota. Setelah malam yang panjang untuk beristirahat dan memulihkan diri, Zhu Long kini kembali melangkah dengan satu tujuan yang tertanam jelas dalam benaknya, yaitu: menjadi kuat. Meskipun dantiannya telah pulih dari kerusakan, kekuatan kultivasinya saat ini masih jauh dari kata cukup. Bahkan menghadapi binatang buas kelas rendah pun belum tentu ia bisa menang. Oleh karena itu ia perlu mencari solusi untuk meningkatkaan kekuatannya secepat mungkin, ka
Ruang penyimpanan ramuan paviliun Qian Hua. Suasana dalam ruangan itu yang biasanya tenang dan teratur kini berubah menjadi medan perampokan tanpa kekerasan. Rak-rak kayu yang tersusun rapi mulai terlihat kosong di beberapa tempat, sementara botol-botol giok dan kendi-kendi kecil yang terbuat dari tanah liat berpindah tempat ke dalam pelukan seorang pemuda berwajah dingin—Zhu Long.Ia berjalan mondar-mandir di antara rak, sesekali menunduk untuk membaca label pada ramuan, lalu tanpa ragu mencomot botol yang menurutnya terlihat menarik. Di tangannya kini tertumpuk lebih dari selusin botol ramuan berkilau, masing-masing mengandung pil dan cairan yang memancarkan cahaya lembut dari warna-warna yang eksotis—biru safir, merah delima, hijau zamrud dan lain-lain.Bai Fu, yang berdiri tak jauh dari pintu, hanya bisa menghela napas panjang. Wajahnya yang biasanya penuh wibawa kini dipenuhi ekspresi frustrasi bercampur penyesalan."Ti-tidakkah ini… terlalu berlebihan?" suaranya nyaris seperti
"Ba-Bagaimana bisa?! Bagaimana bisa kau memurnikan ramuan obat tingkat tinggi dengan kemampuan rendahan seperti itu!?" seru Bai Fu, suaranya melengking, nyaris seperti teriakan orang yang baru saja kehilangan akal sehatnya.Wajahnya memucat dan sorot matanya tak bisa lepas dari tungku di hadapannya. Meski pil emas masih mengambang di dalam tungku, sisa suhu panas dan aura spiritual yang pekat masih terasa menggantung di udara. Bau herbal suci itu belum memudar, bahkan semakin menebal seperti kabut yang menyelimuti seisi paviliun.Zhu Long, yang beristirahat santai menenangkan diri setelah proses pemurnian intens itu. Dengan tenang ia bangkit, membersihkan debu ringan di jubahnya. Tatapan matanya santai, hampir terkesan malas, namun ada kilatan percaya diri yang membuat siapapun tak bisa memandangnya denganremeh."Kenapa kau bertanya seperti itu, pak tua?" ujarnya sambil mengangkat sebelah alis. "Bukankah kau dikenal sebagai Master Obat Surgawi di paviliun Qian Hua ini?"Nada suaranya
"Ini… ini benar-benar ramuan Sheng Jing tingkat tinggi?" seru seorang pria paruh baya dari kerumunan dengan suara bergetar. Suaranya menggema, seolah menampar seluruh kesunyian yang sempat menyelimuti ruangan itu.Tatapan orang-orang langsung tertuju pada tungku milik Zhu Long. Di dalamnya, sebutir pil emas mengambang dengan mantap, mengeluarkan kilau lembut dan aura kehangatan yang tak biasa. Aroma herbal pekat menyebar, bukan hanya menusuk indra penciuman, tapi seakan langsung menembus dada dan menggetarkan jiwa."Ti-tidak mungkin…!" seorang pria lain dengan pakaian khas staf Paviliun Qian Hua terhuyung ke depan, suaranya setengah tercekik. "Selama bertahun-tahun aku mengabdi di paviliun ini… aku belum pernah melihat ramuan Sheng Jing sehalus dan sepadat ini! Bahkan aromanya saja mampu membuat seluruh energi dalam dantianku bergetar!"Sorak kagum perlahan berubah menjadi hiruk-pikuk. Beberapa murid alkemis maju lebih dekat, tak kuasa menahan rasa penasaran mereka. Ada yang mengangka
Bai Fu merupakan seorang alkemis senior dengan puluhan tahun pengalaman, ia bahkan dikennal dengan julukan "Master Obat Surgawi" di seluruh kota Hongli. Dengan penguasaan api hijau yang ia miliki, Bai Fu merasa berada di puncak kemampuan alkimia. Api hijau adalah bukti bahwa ia telah mencapai tingkat keahlian yang tak terbayangkan oleh kebanyakan alkemis di kota ini. Setiap ramuan yang ia buat, setiap pil yang ia perbaiki, selalu menghasilkan hasil yang sempurna. Oleh karena itu, ketika pemuda bernama Zhu Long menantang kemampuannya, Bai Fu menganggap itu sebagai sebuah permainan anak-anak, sesuatu yang hanya akan menghibur kebosanan hidupnya.'Hmph, bahkan ramuan obat sederhana buatanku tak akan mampu kau saingi, nak. Kau masih terlalu muda untuk menantang orang tua sepertiku,' pikir Bai Fu sambil tersenyum sinis dalam hati. Meskipun angkuh, ia masih menghargai Zhu Long, terutama karena keberanian pemuda itu menghadapi seorang alkemis senior sepertinya. Namun, keyakinannya bahwa Zh
Baru beberapa menit berlalu sejak Zhu Long mulai memurnikan ramuan obatnya, namun keanehan mulai terasa di udara. Aroma samar mulai merayap keluar dari tungku di hadapannya—tak tercium seperti aroma menyengat atau bau hangus seperti yang banyak orang perkirakan dari pemuda 'amatiran' itu, melainkan aroma harum herbal yang begitu murni dan menyegarkan, seperti hembusan angin dari taman penuh bunga di musim semi. "B-bau ini? Tidak mungkin…!" seru seorang staf Paviliun Qian Hua dengan nada nyaris bergetar. Mata pria paruh baya itu membelalak saat ia mencium aeoma yang menguar di udara sekitarnya. Selama bertahun-tahun bekerja di paviliun Qian Hua ini, ia telah melihat ratusan, bahkan ribuan ramuan obat berkualitas. Ia mengenali puluhan tanaman herbal hanya dari aroma yang keluar, dan lebih dari itu, ia dapat membedakan mana ramuan berkualitas tinggi hanya dari satu tarikan napas. Namun kali ini, aroma yang menyeruak dari tungku Zhu Long mengguncang seluruh pemahaman pria paruh baya i
Dengan wajah tenang, Zhu Long melangkah maju. Ia mulai memilih beberapa bahan herbal dari tumpukan yang disediakan Paviliun Qian Hua. Tanpa ragu, ia memasukkan sejumlah herbal ke dalam tungku pemurnian sekaligus, menciptakan suara mendesis pelan saat bahan-bahan itu bersentuhan dengan logam panas."Apa!? Apa yang dia lakukan!?" seru seorang pemuda dengan suara penuh kejutan. "Kenapa dia memasukkan semua bahan herbal secara bersamaan!? Dia bahkan belum menyalakan api! Apa dia pikir memurnikan ramuan obat seperti merebus sup ayam!?""Sudah kuduga!" timpal yang lain. "Dia hanya bocah sok tahu. Tidak ada alkemis waras yang akan memulai proses pemurnian dengan cara seperti itu. Dia pikir siapa dirinya!?"Komentar penuh cemoohan meluncur dari berbagai penjuru ruangan, seolah Zhu Long sedang mempertontonkan lelucon, bukan kemampuan alkimianya. Namun pemuda itu tetap tenang. Tangannya bergerak cekatan dan presisi, tak sedikit pun terguncang oleh hinaan yang mengalir deras.Dalam hati, Zhu Lon
Di aula utama Paviliun Qian Hua, dua sosok berdiri saling berhadapan dengan jarak sepuluh meter. Atmosfer di dalam ruangan itu terasa menegang. Di antara mereka, dua meja kayu hitam telah disiapkan, masing-masing lengkap dengan tungku pemurnian adasar alkimia, dan tumpukan herbal langka yang masih segar dengan aroma tajam menusuk hidung. Zhu Long berdiri tenang di sisi kiri ruangan, jubah hitamnya berkibar pelan tertiup angin dari jendela terbuka. Sorot matanya jernih namun dalam, seperti danau yang menyembunyikan pusaran di bawah permukaannya. Di sisi lain, Bai Fu menatap Zhu Long dengan mata menyipit. Ia berdiri penuh percaya diri, tangan bersedekap di depan dada, dan senyum tipis menghiasi wajah tuanya yang penuh kerutan. Di sekeliling ruangan, para staf Paviliun Qian Hua dan puluhan pengunjung berkumpul, menyaksikan pertarungan tak biasa ini. Beberapa dari mereka bahkan adalah alkemis muda, murid-murid yang sedang belajar di bawah bimbingan Bai Fu. "Siapa pemuda itu?" bis
Namun Zhu Long tidak tinggal diam. Tatapannya tetap terfokus pada tungku di hadapannya, sorot matanya tenang namun menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan. Ia tahu benar, benda di hadapannya ini bukan sekadar tungku biasa. Ditempa dari bijih Hanxing yang sangat langka, bahkan di kota besar sekalipun, benda seperti ini sulit ditemukan. Apalagi di kota kecil seperti Hongli—tempat ini tak lebih dari pasar penghubung antar wilayah, dan bukan pusat perdagangan besar."Aku tidak akan membiarkan barang berharga ini direbut begitu saja," ucap Zhu Long mantap. Suaranya tenang, namun juga dalam seperti dasar jurang yang tak terukur. "Tungku ini… sudah menjadi milikku, kau takk bisa merebutnya begitu saja."Tanpa berkata lebih lanjut, Zhu Long mengangkat satu tangan. Sebuah kilatan cahaya muncul dari cincin di jarinya, dan sekejap kemudian—gedebuk! Sebuah kantong besar berisi koin emas jatuh menghantam meja kayu di depannya. Gemerincing nyaring mengisi ruangan, dan dari dalam kantong itu, em
Keesokan harinya, matahari pagi menyapu kota Hongli dengan sinar hangatnya. Jalanan utama, seperti biasa, telah dipenuhi oleh hiruk-pikuk kehidupan kota. Pedagang mulai membuka lapak mereka, anak-anak bermain-main dengan pedang kayu, dan para penjaga kota berpatroli dengan raut wajah serius. Hiruk-pikuk ini bagaikan denyut nadi kota Hongli—tempat yang tak pernah benar-benar tidur. Di tengah keramaian itu, Zhu Long yang mengenakan jubah abu-abu melangkah tenang. Tatapannya tajam namun tidak mencolok, membaur di antara para penduduk kota. Setelah malam yang panjang untuk beristirahat dan memulihkan diri, Zhu Long kini kembali melangkah dengan satu tujuan yang tertanam jelas dalam benaknya, yaitu: menjadi kuat. Meskipun dantiannya telah pulih dari kerusakan, kekuatan kultivasinya saat ini masih jauh dari kata cukup. Bahkan menghadapi binatang buas kelas rendah pun belum tentu ia bisa menang. Oleh karena itu ia perlu mencari solusi untuk meningkatkaan kekuatannya secepat mungkin, ka