Share

Bab 7 - Pembatalan Pertunangan

Author: Murlox
last update Huling Na-update: 2025-04-07 19:46:06

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kepala klan Qin, suasana aula mendadak berubah drastis. Para tetua klan Zhu yang semula masih menaruh kepercayaan besar pada klan Qin, kini terlihat agak kaku.

Beberapa dari mereka mulai berbisik satu sama lain, mencoba memahami situasi yang terjadi. Sementara itu, Zhu Jiang yang awalnya tampak tenang, ekspresinya perlahan berubah.

"Apakah aku mendengar dengan benar, Tuan Qin?" tanyanya, suaranya terdengar penuh kejutan tak percaya.

Namun, Qin Xiao tetap tenang. "Ya, Tuan Zhu. Ini adalah keputusan yang telah kami pikirkan dengan matang, Lan'er sendiri setuju akan hal ini."

Kata-kata itu seperti petir yang menyambar aula. Sementara hanya Zhu Long yang tersenyum tipis. Bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum dingin penuh ejekan, seolah telah menduga akan hal ini. Tatapannya menembus Qin Lan, seakan membaca isi pikirannya.

Namun, gadis itu tetap diam. Di dalam hatinya, Qin Lan sendiri merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Harusnya Zhu Long sudah mati sekarang!' batinnya antara keterkejutan dan kekesalan.

Sementara itu, di balik kursinya, Zhu Jiang menggenggam sandaran dengan erat.

"Tuan Qin," ujarnya dengan suara berat. "Aku ingin mendengar alasan kalian membatalkan pertunangan ini."

Semua orang menahan napas. Benar-benar tak menduga akan kejadian seperti ini. Apalagi semua tetua yang semulanya berharap pertunangan ini akan menjadi awal yang baik antara kedua klan mereka, namun nyatanya itu sebaliknya.

Kedatangan klan Qin dengan tujuan membatalkan pertunangan berarti mereka telah siap kehilangan sekutu dekat mereka, atau mungkin mereka punya alasan yang lebih menguntungkan daripada sekedar hubungan kekeluargaan dengan klan Zhu.

Para tetua yang duduk dengan ekspresi serius beberapa kali menggeleng pelan. Niat mereka menjalin hubungan untuk memperkuat klan Zhu sepertinya tak tercapai.

Beberapa saat kemudian Qin Xiao akhirnya berdiri dari tempat duduknya. Ekspresinya tetap tenang, meski jelas ia tahu bahwa kata-kata yang akan diucapkannya akan mengguncang suasana.

"Keputusan ini memang mendadak, dan kami meminta maaf atas hal itu, Tuan Zhu," ucap Qin Xiao. Suaranya terdengar sopan, tapi dingin tanpa celah.

"Alasannya sederhana. Lan'er tidak lagi jatuh cinta pada Tuan Muda Zhu Long... Sebagai orang tua, aku tak bisa memaksakan kehendakku pada satu-satunya putriku."

Mendengar itu seketika seluruh anggota klan Zhu tertegun. Para tetua saling berpandangan, seolah ingin memastikan bahwa mereka tidak salah dengar.

Bagaimana mungkin pertunangan penting antar dua klan besar dibatalkan hanya karena alasan 'tak lagi jatuh cinta'?

Sebagian besar anggota klan Zhu bahkan menolak untuk mempercayai kata-kata Qin Xiao. Alasan itu terlalu kekanak-kanakan.

Jikapun ada permasalahan di antara kedua belah pihak, bukankah seharusnya ada jalan untuk memperbaikinya? Tapi klan Qin justru memilih keputusan sepihak yang terlalu drastis. Hal ini menimbulkan kecurigaan yang mulai merayap dalam benak semua orang.

"Keputusan semacam ini terlalu gegabah, Tuan Qin," ujar Zhu Jiang dengan nada menekan. Keningnya berkerut dalam, menunjukkan ketidaksenangan yang jelas.

"Mau bagaimana lagi, Tuan Zhu. Bagaimana jika kita mendengar langsung pendapat dari kedua anak kita terlebih dahulu?"

Zhu Jiang mengangguk pelan meengikuti saran itu.

"Baik, mari kita dengar langsung dari Lan'er," ucap Qin Xiao, kemudian melirik putrinya dengan ekspresi halus, seolah memberinya izin untuk berbicara.

Qin Lan pun berdiri perlahan. Tatapan matanya tajam saat ia menatap ke arah Zhu Long, seolah menyimpan banyak hal yang ingin dikatakannya sejak lama.

"Memang alasan yang dikatakan ayahku terdengar kekanak-kanakan," ujarnya. Suaranya terdengar datar, tapi ada tekanan di setiap katanya.

"Namun, sejak awal aku memang tidak pernah tertarik pada pertunangan ini. Dan selain itu..."

Ia menghentikan ucapannya sejenak, membiarkan suasana menjadi tegang sebelum akhirnya melanjutkan dengan nada lebih kuat.

"Aku baru tahu ternyata Zhu Long memiliki kepribadian yang buruk. Ia beberapa kali ketahuan tidur dengan gadis-gadis muda di sekte Linjian!"

"Tindakannya jelas melanggar aturan sekte dan juga merupakan sesuatu yang kubenci!"

Tatapan Qin Lan menusuk tajam ke arah Zhu Long.

Keheningan yang hadir sebelumnya kini pecah menjadi gelombang keterkejutan. Beberapa tetua klan Zhu tampak membelalakkan mata, sementara yang lain mulai berbisik di antara mereka sendiri.

"Tidak mungkin..." salah seorang tetua bergumam pelan.

Sementara itu, Zhu Jiang langsung berdiri, wajahnya merah padam karena rasa malu dan amarah.

"Bagaimana bisa kau menuduh Long'er seperti itu?!" serunya, suaranya bergetar karena kemarahan yang ditahan. "Long'er adalah anak yang baik. Tak mungkin ia melakukan hal seperti itu!"

Tetua ketiga, Zhu Xigong, segera ikut menyela. "Benar! Aku mengenal Tuan Muda Zhu sejak kecil. Dia anak yang disiplin dan penuh tanggung jawab. Tak mungkin dia memiliki kebiasaan seburuk itu!"

Namun sebelum siapa pun bisa menanggapi lebih lanjut, seorang pemuda yang duduk di samping Qin Lan akhirnya berdiri. Ia melangkah maju dengan tenang, sikapnya anggun dan penuh percaya diri. Senyum tipis tersungging di sudut bibirnya.

"Apa yang dikatakan Nona Qin adalah kebenaran, Kepala klan Zhu, para tetua," ucap Niu Feng dengan suara santai namun jelas.

Ia memandang Zhu Jiang dengan sikap hormat yang dibuat-buat, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang terasa meremehkan.

"Zhu Long bahkan pernah ketahuan tidur seranjang dengan seorang pelayan sekte. Tanpa perlu kujelaskan pun, kalian pasti tahu apa yang terjadi."

Kata-kata Niu Feng seperti pisau yang menusuk langsung ke dalam jantung setiap anggota klan Zhu.

Membuat atmosfer ruangan itu seketika terasa beku. Zhu Jiang, yang sedari tadi menahan marah, kini semakin terlihat geram. Ekspresinya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya. Seluruh tatapannya kini tertuju pada Zhu Long.

"Long'er..." suaranya lebih rendah, tetapi setiap katanya mengandung tekanan besar.

"Apakah itu benar?" tanyanya, suaranya berat dan penuh tekanan.

Zhu Long tak langsung menjawab. Ia hanya menatap dingin ke arah Qin Lan dan Niu Feng, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Zhu Jiang.

"Ayah, maaf... aku sendiri tidak mengingat pernah melakukan hal seperti itu." Jawaban yang terdengar tenang itu justru semakin menambah berat suasana.

Pasalnya Zhu Long sendiri tak mengiat semua hal tentang ingatan asli tubuh itu. Ia bergumam dalam hati dengan ekspresi masam, 'Ini adalah kelemahan dari siklus rankarnasi, dimana ingatan asli tubuh ini tampak kabur hingga batas tertentu. Namun, akan pulih kembali setelah beberapa waktu.'

Alis Zhu Jiang berkerut dalam, rahangnya mengatup rapat. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. Namun di dalam hatinya, ia tak bisa menutupi perasaan kecewa.

"Kau mungkin lupa karena pada saat itu kau sebenarnya tengah mabuk setelah minum tanpa henti." Niu Feng menyela dengan nada santai, namun kata-katanya seperti bara api yang dilempar ke dalam tumpukan jerami kering.

"Itu benar," Qin Lan menambahkan dengan suara dingin, "Sekte Linjian melarang murid-muridnya meminum atau membawa alkohol ke dalam sekte. Tapi kau justru melanggar aturan itu tanpa rasa bersalah."

Zhu Long tetap diam. Ia tidak menyangkal, karena ia sendiri tak mengingat apakah tuduhan itu benar adanya atau tidak. Diamnya justru semakin membuktikaan bahwa tuduhan itu mungkin memang benar adanya. Para tetua klan Zhu yang semula ragu, kini mulai menunjukkan ekspresi murka.

"Tidak disangka, Tuan Muda Zhu ternyata memiliki sikap tercela seperti ini!" Tetua keempat berseru, wajahnya menegang karena amarah dan rasa malu.

"Kepala klan, tolong berikan hukuman yang pantas untuknya!"

"Aku setuju," sahut tetua kelima dengan ekspresi penuh kekecewaan. "Ia telah mencoreng nama baik klan Zhu! Tak bisa dibiarkan begitu saja!"

Namun, sebelum emosi para tetua memuncak, Zhu Jiang mengangkat satu tangan. Gerakan itu cukup untuk membuat semua orang terdiam.

Matanya menatap tajam ke arah Zhu Long. Ada campuran kemarahan, kekecewaan, dan keraguan dalam tatapan itu. Namun sebelum Zhu Jiang sempat berbicara, Zhu Long lebih dulu menyela.

"Nona Qin dan Senior Niu sepertinya sudah datang dengan persiapan yang matang, ya?" Nada sindirannya terdengar jelas, meskipun raut wajahnya tetap tenang dan penuh keyakinan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 8 - Taruhan

    "Baiklah, kalau begitu tak ada gunanya terus menjalin pertunangan ini." ia menghela napas panjang, lalu melanjutkan dengan nada santai namun menusuk. "Mulai sekarang, kita tidak punya hubungan apa pun lagi."Kata-kata itu seolah menjadi tamparan keras bagi Qin Lan. Niatnya datang memang untuk membatalkan pertunangann itu, namun bukan Zhu Long yang harus memutuskannya, tetapi dia sendiri.Tatapan gadis itu langsung berubah tajam. "Harusnya aku yang mengatakan hal itu, dasar sampah!" ejeknya dengan anda berat dan dingin.Zhu Long menyipitkan matanya, lalu tersenyum tipis."Sampah?" ucapnya santai, "Bukankah kata itu lebih cocok untuk dirimu sendiri, Nona Qin?"Mendengar ejekan balik itu Qin Lan mengerutkan keningnya, wajahnya memerah karena amarah."Apa kau bilang?! Kau bahkan jauh lebih lemah dariku! Berani-beraninya kau mengatakan aku sampah?!" bentakannya menggema di ruangan.Sementara itu, Niu Feng hanya terkekeh pelan. "Nona Qin telah menerobos ke ranah Pemurnian Roh tahap lima dal

    Huling Na-update : 2025-04-08
  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 9 - Kebohongan

    "Tuan Zhu, Anda tidak perlu bersikap kasar seperti ini," ujarnya dengan nada tegas. "Bagaimanapun, mereka hanyalah anak muda. Tak sepantasnya orang tua terus campur tangan dalam masalah mereka."Mata Zhu Jiang tetap tajam, ekspresinya penuh ketidakpuasan. Namun setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang dan menurunkan tekanan auranya, ia kembali duduk meski jelas terlihat bahwa ia masih merasa tidak terima.Zhu Long memperhatikan dua kepala klan itu dengan ekspresi tertarik. 'Oh? Dua orang tua ini sepertinya memiliki basis kultivasi yang cukup kuat... Mereka sepertinya memiliki rivalitas yang tinggi,' pikirnya.Namun, ia tidak membiarkan pikirannya melayang terlalu jauh. Dengan ekspresi dingin, ia kembali fokus pada Qin Lan."Baiklah," katanya dengan nada tenang. "Dan jika aku menang, kau akan melakukan hal yang sama seperti yang kau katakan tadi."Beberapa orang terkejut mendengar persyaratan itu. Namun, Qin Lan hanya menatapnya dengan sinis tanpa ragu sedikit pun. Tatapannya s

    Huling Na-update : 2025-04-08
  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 10 - Perdebatan di Bengkel Duanlao

    Keesokan harinya, matahari pagi menyapu kota Hongli dengan sinar hangatnya. Jalanan utama, seperti biasa, telah dipenuhi oleh hiruk-pikuk kehidupan kota. Pedagang mulai membuka lapak mereka, anak-anak bermain-main dengan pedang kayu, dan para penjaga kota berpatroli dengan raut wajah serius. Hiruk-pikuk ini bagaikan denyut nadi kota Hongli—tempat yang tak pernah benar-benar tidur. Di tengah keramaian itu, Zhu Long yang mengenakan jubah abu-abu melangkah tenang. Tatapannya tajam namun tidak mencolok, membaur di antara para penduduk kota. Setelah malam yang panjang untuk beristirahat dan memulihkan diri, Zhu Long kini kembali melangkah dengan satu tujuan yang tertanam jelas dalam benaknya, yaitu: menjadi kuat. Meskipun dantiannya telah pulih dari kerusakan, kekuatan kultivasinya saat ini masih jauh dari kata cukup. Bahkan menghadapi binatang buas kelas rendah pun belum tentu ia bisa menang. Oleh karena itu ia perlu mencari solusi untuk meningkatkaan kekuatannya secepat mungkin, ka

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 11 - Taruhan dengan Master Obat Surgawi

    Namun Zhu Long tidak tinggal diam. Tatapannya tetap terfokus pada tungku di hadapannya, sorot matanya tenang namun menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan. Ia tahu benar, benda di hadapannya ini bukan sekadar tungku biasa. Ditempa dari bijih Hanxing yang sangat langka, bahkan di kota besar sekalipun, benda seperti ini sulit ditemukan. Apalagi di kota kecil seperti Hongli—tempat ini tak lebih dari pasar penghubung antar wilayah, dan bukan pusat perdagangan besar."Aku tidak akan membiarkan barang berharga ini direbut begitu saja," ucap Zhu Long mantap. Suaranya tenang, namun juga dalam seperti dasar jurang yang tak terukur. "Tungku ini… sudah menjadi milikku, kau takk bisa merebutnya begitu saja."Tanpa berkata lebih lanjut, Zhu Long mengangkat satu tangan. Sebuah kilatan cahaya muncul dari cincin di jarinya, dan sekejap kemudian—gedebuk! Sebuah kantong besar berisi koin emas jatuh menghantam meja kayu di depannya. Gemerincing nyaring mengisi ruangan, dan dari dalam kantong itu, em

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 12 - Taruhan dengan Master Obat Surgawi II

    Di aula utama Paviliun Qian Hua, dua sosok berdiri saling berhadapan dengan jarak sepuluh meter. Atmosfer di dalam ruangan itu terasa menegang. Di antara mereka, dua meja kayu hitam telah disiapkan, masing-masing lengkap dengan tungku pemurnian adasar alkimia, dan tumpukan herbal langka yang masih segar dengan aroma tajam menusuk hidung. Zhu Long berdiri tenang di sisi kiri ruangan, jubah hitamnya berkibar pelan tertiup angin dari jendela terbuka. Sorot matanya jernih namun dalam, seperti danau yang menyembunyikan pusaran di bawah permukaannya. Di sisi lain, Bai Fu menatap Zhu Long dengan mata menyipit. Ia berdiri penuh percaya diri, tangan bersedekap di depan dada, dan senyum tipis menghiasi wajah tuanya yang penuh kerutan. Di sekeliling ruangan, para staf Paviliun Qian Hua dan puluhan pengunjung berkumpul, menyaksikan pertarungan tak biasa ini. Beberapa dari mereka bahkan adalah alkemis muda, murid-murid yang sedang belajar di bawah bimbingan Bai Fu. "Siapa pemuda itu?" bis

    Huling Na-update : 2025-04-10
  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 13 - Taruhan dengan Master Obat Surgawi III

    Dengan wajah tenang, Zhu Long melangkah maju. Ia mulai memilih beberapa bahan herbal dari tumpukan yang disediakan Paviliun Qian Hua. Tanpa ragu, ia memasukkan sejumlah herbal ke dalam tungku pemurnian sekaligus, menciptakan suara mendesis pelan saat bahan-bahan itu bersentuhan dengan logam panas."Apa!? Apa yang dia lakukan!?" seru seorang pemuda dengan suara penuh kejutan. "Kenapa dia memasukkan semua bahan herbal secara bersamaan!? Dia bahkan belum menyalakan api! Apa dia pikir memurnikan ramuan obat seperti merebus sup ayam!?""Sudah kuduga!" timpal yang lain. "Dia hanya bocah sok tahu. Tidak ada alkemis waras yang akan memulai proses pemurnian dengan cara seperti itu. Dia pikir siapa dirinya!?"Komentar penuh cemoohan meluncur dari berbagai penjuru ruangan, seolah Zhu Long sedang mempertontonkan lelucon, bukan kemampuan alkimianya. Namun pemuda itu tetap tenang. Tangannya bergerak cekatan dan presisi, tak sedikit pun terguncang oleh hinaan yang mengalir deras.Dalam hati, Zhu Lon

    Huling Na-update : 2025-04-10
  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 14 - Aroma Herbal Berkualitas Tinggi???

    Baru beberapa menit berlalu sejak Zhu Long mulai memurnikan ramuan obatnya, namun keanehan mulai terasa di udara. Aroma samar mulai merayap keluar dari tungku di hadapannya—tak tercium seperti aroma menyengat atau bau hangus seperti yang banyak orang perkirakan dari pemuda 'amatiran' itu, melainkan aroma harum herbal yang begitu murni dan menyegarkan, seperti hembusan angin dari taman penuh bunga di musim semi. "B-bau ini? Tidak mungkin…!" seru seorang staf Paviliun Qian Hua dengan nada nyaris bergetar. Mata pria paruh baya itu membelalak saat ia mencium aroma yang menguar di udara sekitarnya. Selama bertahun-tahun bekerja di paviliun Qian Hua ini, ia telah melihat ratusan, bahkan ribuan ramuan obat berkualitas. Ia mengenali puluhan tanaman herbal hanya dari aroma yang keluar, dan lebih dari itu, ia dapat membedakan mana ramuan berkualitas tinggi hanya dari satu tarikan napas. Namun kali ini, aroma yang menyeruak dari tungku Zhu Long mengguncang seluruh pemahaman pria paruh baya

    Huling Na-update : 2025-04-11
  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 15 - Rasa Penasaran Bai Fu

    Bai Fu merupakan seorang alkemis senior dengan puluhan tahun pengalaman, ia bahkan dikennal dengan julukan "Master Obat Surgawi" di seluruh kota Hongli. Dengan penguasaan api hijau yang ia miliki, Bai Fu merasa berada di puncak kemampuan alkimia. Api hijau adalah bukti bahwa ia telah mencapai tingkat keahlian yang tak terbayangkan oleh kebanyakan alkemis di kota ini. Setiap ramuan yang ia buat, setiap pil yang ia perbaiki, selalu menghasilkan hasil yang sempurna. Oleh karena itu, ketika pemuda bernama Zhu Long menantang kemampuannya, Bai Fu menganggap itu sebagai sebuah permainan anak-anak, sesuatu yang hanya akan menghibur kebosanan hidupnya. 'Hmph, bahkan ramuan obat sederhana buatanku tak akan mampu kau saingi, nak. Kau masih terlalu muda untuk menantang orang tua sepertiku,' pikir Bai Fu sambil tersenyum sinis. Meskipun angkuh, ia masih menghargai Zhu Long, terutama karena keberanian pemuda itu menantang seorang alkemis senior sepertinya. Namun, keyakinannya bahwa Zhu Long

    Huling Na-update : 2025-04-11

Pinakabagong kabanata

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 49 - Hantu Gentayangan

    Di tengah derasnya serangan bertubi-tubi, Mu Niu mengamati gerak-gerik Zhu Long dengan seksama. Di balik perisai energi keemasannya, pertahanan Zhu Long tampak mulai rapuh. Retakan kecil bermunculan, celah-celah terbuka di sela perisai yang sebelumnya terlihat begitu kokoh. Mu Niu menyeringai lebar, seolah mencium bau kemenangan. "Hehe, bocah ini memang aneh. Energi spiritualnya terasa berbeda dari para kultivator biasa..." gumam Mu Niu rendah, matanya memantulkan sinar dingin. "Untung saja orang-orang bertopeng itu datang dan menyerang tepat waktu. Aku tak perlu lagi menghabiskan tenagaku untuk menghabisinya." Melihat peluang terbuka lebar, Mu Niu mengendurkan serangan pedang energinya sejenak. Ia mundur selangkah, menarik pergelangan tangan kirinya ke dada, lalu mulai mengutas beberapa segel kompleks. Gerakan jari-jarinya cepat dan terlatih, menciptakan gelombang spiritual berwarna merah tua yang berpendar di udara sekelilingnya. Dalam hitungan detik, sebuah lingkaran spiri

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 48 - Jurus Rahasia

    Sutra Dewa Seribu Kehidupan, merupakan salah satu teknik kultivasi kuno yang keberadaannya telah lama hilang dari dunia kultivasi.Bukan sembarang teknik kultivasi yang bisa siapapun gunakan seenaknya, teknik ini tak akan berguna sama sekali bagi mereka yang tak memiliki kekuatan jiwa yang kuat. Teknik ini menuntut kekuatan jiwa yang jauh melebihi batas manusia biasa. Tanpa jiwa yang kuat, bahkan satu halaman dari teknik ini tak akan memberikan efek apapun pada kultivasi dan justru akan menjadi petaka untuk tubuh.Teknik tersebut terdiri dari lima belas halaman, masing-masing menyimpan rahasia kekuatan dahsyat dan ribuan jurus langka. Setiap halaman, konon, bisa mengubah nasib seorang kultivator, membawa mereka melintasi batas hidup dan mati.Zhu Long, dalam kondisi terjepit bahaya, menemukan dirinya dalam keputusasaan. Tubuhnya gemetar menahan derasnya serangan bilah pedang merah gelap dari Mu Niu yang seolah tak ada habisnya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, matanya menyipi

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 47 - Di Ujung Tanduk

    Udara di sekitar mereka berdesir ngeri, seolah-olah dunia sendiri menahan napas ketika Mu Niu perlahan menarik kedua tangannya ke samping. Jemarinya melengkung membentuk mudra aneh, dan dalam sekejap, energi spiritual berwarna merah gelap membuncah dari tubuhnya, mengalir deras seperti gulungan badai di tengah lautan. Aura mengerikan itu menekan sekeliling, membuat tanah di bawah kaki mereka bergetar halus. Rambut Lin Yuning dan Zhu Long berkibar hebat ditiup pusaran energi spiritual. Angin panas bercampur aroma darah kering meruap di udara. Puluhan bilah pedang yang tampak seperti disusun dari kegelapan itu muncul di udara, bergetar dan berdesing tajam. Bilah-bilah tersebut melayang, membentuk formasi melingkar di sekitar Mu Niu, seperti kawanan predator yang siap menerkam mangsanya. Senyuman tipis terpatri di wajah Mu Niu. Matanya berkilat tajam, penuh rasa puas. Dengan satu gerakan tangan, ia melemparkan bilah-bilah energi itu ke depan. "Matilah kalian! Jadilah korban demi keb

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 46 - Kemunculan Penyelamat

    Di balik semak-semak lebat yang tertutup bayang-bayang kegelapan malam, mata Zhu Long menatap lebar dengan sorot mata tegang. Napasnya tertahan melihat kejadian tak terduga yang berlangsung di hadapannya. Cahaya bulan yang pucat menyoroti sosok Lin Yuning yang berdiri sendirian di tanah lapang, menghadapi pria bertudung hitam yang aura pembunuhannya begitu kental terasa dari kejauhan. Zhu Long menghela nafas berat, bergumam pelan. "Yah... tak heran sih, perempuan itu memang keras kepala. Bisa-bisanya dia bergerak tanpa pikir panjang. Melihat mayat bergelimpangan, tentu saja dia tak akan bisa diam begitu saja. Dia benar-benar tak peduli dengan kesenjangan kultivasi mereka... Dasar ceroboh." Tangannya mengepal erat, namun tubuhnya masih tersembunyi di balik semak. Ia tahu bahwa jika Mu Niu benar-benar sekuat yang ia curigai—setidaknya ia berada di ranah Pemadatan Inti—maka Lin Yuning dalam bahaya besar. Sementara itu, di tanah lapang sekitar kuil yang dihiasi patung batu dan may

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 45 - Amarah Penuh Tekad

    Di bawah sinar bulan yang pucat, langit malam tampak seperti kanvas kelabu yang dibubuhi titik-titik bintang yang bersinar lemah. Angin malam merayap pelan, membawa aroma darah kering dan tanah basah yang menguar dari rerimbunan hutan. Di tengah tanah lapang yang diterangi sinar bulan remang-remang, Lin Yuning berdiri tegak.Wajahnya tenang, namun kedua matanya menyala penuh kewaspadaan. Rambut merahnya yang terurai hingga punggung tampak seperti kobaran api yang menyala lembut tertimpa cahaya bulan malam. Dalam ketenangannya, tubuhnya memancarkan tekanan tak kasat mata—sebuah aura keberanian yang membuatnya tak gentar sedikit pun. Posturnya sempurna, tangannya terkepal erat seolah mencermikan gejolak emosi yang dia rasakan.Mu Niu yang berdiri beberapa meter di depannya, menatap dengan tatapan liar dan penuh gairah. Wajahnya yang separuh tertutupi tudung memperlihatkan senyuman bengkok yang memperlihatkan deretan gigi tajam, seperti hewan buas yang baru saja mencium aroma darah s

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 44 - Sosok Yang Kejam

    Kabut tipis menyelimuti tanah lapang di tengah hutan itu. Udara begitu sunyi, seolah alam sendiri menahan napas, menanti sesuatu yang lebih gelap daripada kematian. Di tengah tanah yang penuh darah kering, tempat ratusan sampai ribuan mayat tergeletak membentuk formasi aneh, berdiri lima pria kekar yang melangkah di belakang seorang sosok berjubah dan tudung hitam yang menutupi sebagian besar wajahnya. "Tuan Mu, apakah ritualnya berjalan lancar di dalam sana?" tanya salah satu dari mereka, suaranya pelan namun mengandung ketegangan yang jelas. Langkah sosok bertudung itu terhenti. Ia berdiri membelakangi mereka, hanya beberapa meter di depan, menatap lurus ke arah salah satu patung batu yang menjulang suram. Ia tidak segera menjawab, seolah sedang menimbang sesuatu di dalam pikirannya. Kemudian, dengan suara datar namun mengandung kekuatan yang membuat bulu kuduk merinding, ia menjawab, "Benar. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana." Para pria itu—sekelompok bandit gunung

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 43 - Kuil Kuno di Tengah Hutan

    Waktu terus melaju tanpa henti. Hari perlahan berubah menjadi malam, dan langit yang tadinya cerah kini diselimuti kabut tipis yang samar. Suasana di reruntuhan kota itu semakin mencekam ketika matahari akhirnya tenggelam di balik pegunungan jauh di barat. Zhu Long masih berada di sana, berkeliaran di antara sisa-sisa puing bangunan yang meninggalkan abu gosong. Debu dan reruntuhan seolah menyimpan bisikan sebuah tragedi yang kelam, dan setiap langkahnya menimbulkan gema ringan yang menyatu dengan kesunyian malam. Ia menelusuri jejak demi jejak, berharap menemukan sesuatu yang dapat membawanya pada inti dari misi penuh teka-teki ini. Namun, saat malam benar-benar merengkuh langit, suatu fenomena yang aneh mulai terjadi. Dari beberapa sudut kota yang hancur, mulai muncul aura merah darah yang perlahan membumbung ke udara, seperti asap tipis yang merayap diam-diam. Aura itu tidak muncul dengan desingan keras, melainkan seperti jelaga yang memancar dari api yang telah lama pada

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 42 - Lin Yuning

    Zhu Long mengerutkan alis. "Lin Yuning?" ucapnya pelan dengan nada heran, matanya menatap gadis itu yang kini berdiri dengan tangan menekuk pinggang, wajahnya menunjukkan sikap tak ramah."Huh? Sedang apa kau di sini?" tanya Zhu Long. Melihat kedatangan gadis itu seolah memberinya firasat yang buruk."Hah? Tentu saja untuk menjalankan misi!" seru Lin Yuning dengan nada menyengat, matanya berkilat menantang. "Jangan kira cuma karena kau yang pertama mengambil selebaran itu, kau berhak menyelesaikan misi seenaknya!"Nada bicaranya tajam, menusuk seperti belati. Gadis itu tak hanya membawa aura arogansi, tapi juga menyimpan bara dendam yang belum padam sejak pertemuan mereka sebelumnya.Lin Yuning, murid sekte bagian luar seperti Zhu Long, dikenal karena kecantikannya yang lumayan memikat dan bakat kultivasinya tak jauh berbeda dengan Qin Lan.Gadis memesona dengan lekuk tubuhnya yang menggoda, dan pesona rambut merah marunnya membuat para murid pria tak jarang mencuri pandang.Tapi di

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 41 - Menjalankan Misi

    "Hah? Kau bilang Zhu Long pergi ke Paviliun Ling Chu untuk mengambil misi?" Niu Feng mendengus sambil menyipitkan mata. Nada bicaranya memancarkan ketidakpercayaan yang begitu jelas, namun senyuman remeh di wajahnya menunjukkan bahwa ia lebih geli daripada merasa kesal. Ia menyilangkan tangan di depan dada, berdiri di sebuah balkon tinggi yang menghadap ke taman kediamannya di wilayah eksklusive sekte Linjian. Angin lembut bertiup, menggoyang jubahnya yang dihiasi lambang sekte. "Bocah itu… kultivasinya sudah seperti sisa arang setelah terbakar. Bahkan jika keajaiban terjadi dan dia berhasil memperbaiki dantiannya, jalannya menuju puncak tak akan semulus dulu," lanjutnya, nada suaranya semakin terdengar meremehkan. Ia tertawa kecil, suara tawa yang terdengar lebih mirip ejekan yang menghibur hatinya. "Dan sekarang, dengan dasar kultivasi yang jatuh ke tahap paling rendah, dia ingin mengambil misi resmi di paviliun Ling Chu? Benar-benar mimpi di siang bolong, atau mungkin hanya upa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status