Mengetahui anaknya dalam keadaan baik, Zhu Jiang menghela napas lega. Namun, seiring dengan rasa lega itu, tatapannya segera tertuju pada gadis muda yang berdiri di belakang putranya. Matanya menyipit, seolah berusaha menilai keberadaan gadis itu.
"Siapa dia, Nak? Jangan bilang…?" ucap Zhu Jiang dengan nada menggantung, membiarkan putranya sendiri yang mengisi kekosongan itu. Zhu Long hanya terkekeh pelan. Ia tahu betul apa yang ada di dalam pikiran ayahnya. "Jangan salah paham, Ayah." jawabnya santai. "Dia hanyalah seorang gadis yang kutemui secara kebetulan. Ia sempat diculik oleh sekelompok berandal, dan aku menyelamatkannya. Namanya Shan Rong. Sayangnya, ia tidak punya tempat tinggal, jadi aku membawanya kemari." Mata Zhu Jiang menyipit sedikit lebih tajam. Ia menatap putranya penuh selidik sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Baiklah, jika itu memang keinginanmu." ujarnya, meskipun masih menyisakan sedikit keraguan dalam nada suaranya. Namun, sesaat kemudian ia melanjutkan dengan suara lebih tegas, "Tapi, jangan lupa bahwa kau sudah bertunangan dengan seorang gadis dari klan Qin. Ingat itu baik-baik, Zhu Long." Peringatan itu terdengar halus, namun juga sarat makna. Qin Lan, tunangan Zhu Long, berasal dari klan Qin yang berpengaruh. Klan Qin dan klan Zhu telah menjalin perjanjian pernikahan sejak lama. Seperti pada umumnya, sebuah pertunangan yang dijalin untuk mempererat hubungan kedua keluarga. Bau-bau intrik. Zhu Long hanya mengangguk ringan, "Tak mungkin aku melupakannya. Qin Lan ada di sekte yang sama denganku, bagaimana bisa aku mengabaikannya begitu saja?" ujarnya tenang. Zhu Jiang tersenyum samar. Wajahnya yang semula penuh kewaspadaan mulai melunak. Ia menepuk bahu putranya dengan penuh kebanggaan sebelum berbalik dan melangkah pergi menuju ruang kerjanya. "Beristirahatlah dulu. Ajak gadis itu makan sesuatu, kalian sepertinya lelah setelah menwmpuh perjalanan jauh." katanya sebelum menghilang di balik pintu kediaman utama. Sementara itu, Shan Rong hanya berdiri diam, memperhatikan interaksi antara ayah dan anak itu. Bagaimana Zhu Jiang menatap Zhu Long dengan bangga. Bagaimana nada suaranya mengandung kekhawatiran seorang ayah yang lama tak bertemu putranya. Dan hal itu… membuat hatinya terasa agak iri dan perih. Ia pun menunduk sedikit, mengingat kembali wajah ayah dan ibunya yang kini tak jelas keadaannya. Andai saja mereka masih bersama, akankah ia mendapatkan tatapan penuh kasih seperti yang diterima Zhu Long dari ayahnya? Namun, lamunannya segera buyar saat suara Zhu Long memanggilnya. "Shan Rong?" Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Zhu Long. "Ayo ikut. Kau pasti lapar. Memakan buah-buahan liar tak akan mengenyangkan perutmu." ujar Zhu Long dengan senyum lembut di wajahnya. Ia berbicara seperti itu bukan tanpa alasan. Selama perjalanan menuju Kota Hongli, mereka hanya bertahan dengan buah-buahan liar yang ditemukan di hutan. Meskipun cukup untuk mengisi perut, rasa lapar tetap saja mengintai mereka. Begitu mendengar Zhu Long membahas "makanan", ekspresi Shan Rong langsung berubah drastis. Dari yang tadinya murung, kini matanya berbinar penuh semangat. "Benarkah? Benarkah?! Makanan apa yang akan kau berikan?! Apakah itu bakpia yang lezat?!" serunya penuh antusias, bahkan tanpa sadar ia menarik-narik lengan Zhu Long. Zhu Long sempat tertegun sejenak sebelum akhirnya tertawa kecil. Tingkah gadis ini benar-benar polos. "Bakpia?" ulangnya dengan nada geli. "Kau benar-benar hanya memikirkan makanan, ya?" Shan Rong hanya tersenyum malu, tapi tetap tak melepaskan pegangannya. Zhu Long menggelengkan kepala sambil tersenyum getir. Bagaimana bisa dia, yang telah hidup sebagai jiwa pengembara selama sepuluh ribu tahun, akhirnya berakhir membawa pulang seorang gadis polos dan lugu seperti ini? Namun, anehnya, ia tidak keberatan. Bahkan, dalam hatinya, ada sedikit rasa nyaman. "Ayo, aku akan membawamu ke tempat makan terbaik di kota ini." ucapnya akhirnya. Mendengar itu, Shan Rong melonjak kegirangan. Sambil melihat gadis itu bertingkah penuh semangat, Zhu Long tak bisa menahan pikirannya melayang jauh ke depan. Kelak, jika Shan Rong tumbuh dewasa, apakah dia masih akan sepolos ini? Sebuah aset yang harus di jaga dengan baik. Saat ini, gadis itu masih berusia sekitar enam belas hingga tujuh belas tahun, sementara Zhu Long sendiri hampir menginjak usia dua puluh lima tahun. Perbedaan usia mereka tidak terlalu jauh, tapi tetap saja… ia tahu batasnya sendiri. Untuk sekarang, ia hanya ingin memastikan Shan Rong bisa makan dengan layak. Gadis ini sepertinya sudah lama tinggal di wilayah terpencil dan jarang menemukan makanan enak. --- Di salah satu restoran ternama di Kota Hongli, meja panjang dipenuhi lusinan hidangan lezat yang disusun dengan rapi. Aroma makanan yang menggugah selera memenuhi ruangan, mengundang siapa saja untuk mencicipinya. Di seberang meja, Shan Rong menatap hidangan-hidangan itu dengan mata berbinar-binar. Baginya, makanan semewah ini adalah kemewahan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. "Makanlah sepuasnya." ujar Zhu Long dengan nada tenang, tersenyum melihat ekspresi gadis itu yang dipenuhi antusiasme. Tanpa ragu, Shan Rong langsung meraih makanan di depannya. Ia mengambil satu suapan besar, lalu satu lagi, lalu satu lagi. Setiap kali mengunyah, pipinya menggembung seperti tupai yang menyimpan makanan, membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Zhu Long hanya menghela napas, lalu mulai makan dengan santai. Ia sadar, menghabiskan makanan sebanyak ini pasti memerlukan banyak uang. Tapi sebagai putra kepala klan Zhu, kekayaan bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Di sela-sela menikmati hidangan itu ketenangan dalam ruangan tampaknya tak bertahan lama. Di lantai dua restoran itu, seorang pria paruh baya tiba-tiba muncul. Pada awalnya, Zhu Long tak terlalu memedulikannya. Ia tak punya urusan dengan setiap pelanggan yang datang ke tempat ini. Pria paruh baya itu tampak tergesa-gesa hingga ia akhirnya muncul di hadapan Zhu Long dengan ekpresi agak cemas. "T-tuan Muda." ujar pria itu dengan nafas tersengal. Zhu Long seketika menghentikan gerakan sumpitnya dan beralih menatap pria yang mengenakan pakaian khas klan Zhu. "Ada apa? Kenapa kau terlihat tergesa-gesa?" tanya Zhu Long pada pelayan klannya itu. "Tenangkan dirimu dulu dan katakan apa masalahnya." ucap Zhu Long santai sambil menyeruput teh di cangkirnya. Pria itu pun mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum akhirnya ia membuka mulutnya kembali. "Begini tuan, rombongan tamu dari klan Qin datang ke klan kita, dipimpin oleh kepala klan Qin serta tunangan anda, nona Qin Lan. Selain itu aku dengar juga klan Qin membawa seorang murid senior dari sekte Linjian, itulah mengapa aku datang ke sini atas perintah kepala klan." ungkap pria paruh baya itu. Mendengar pemberitahuan tersebut ekspresi Zhu Long sedikit berubah, alisnya berkerut tipis. 'Klan Qin datang berkunjung? Selain itu untuk apa mereka membawa seorang murid senior dari sekte Linjian? Aku rasa situasi semacam ini agak sedikit aneh.' batin Zhu Long. Ia pun menoleh ke arah pelayan itu dan berkata: "Baiklah, aku akan segera kembali setelah urusanku selesai." ucapnya. "Baik, tuan." balas pelayan itu sebelum akhirnya pergi dengan ekspresi sedikit lebih tenang dari sebelumnya.Aula utama klan Zhu, tempat yang cukup megah, terasa dipenuhi oleh suasana formal. Deretan kursi kayu berukir mengapit sisi kanan dan kiri aula, diduduki oleh para tetua klan Zhu yang duduk dalam keheningan penuh wibawa. Sementara di bagian tengah, Zhu Jiang, kepala klan Zhu, duduk di singgasana utama—sebuah kursi besar dengan ukiran naga yang melambangkan kejayaan klan mereka. Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan rombongan klan Qin yang baru saja tiba. Qin Xiao, kepala klan Qin, seorang pria paruh baya dengan jubah biru tua bergaris emas, melangkah masuk dengan penuh keanggunan. Di belakangnya, beberapa tetua klan Qin mengikutinya, bersama seorang gadis muda yang anggun dan menawan, dialah Qin Lan. Zhu Jiang segera berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramah. "Selamat datang, kepala klan Qin. Sudah lama kita tidak bertemu. Silakan duduk," ujar Zhu Jiang sambil mengulurkan tangan ke arah kursi yang telah disiapkan untuk tamunya. Qin Xia
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kepala klan Qin, suasana aula mendadak berubah drastis. Para tetua klan Zhu yang semula masih menaruh kepercayaan besar pada klan Qin, kini terlihat agak kaku.Beberapa dari mereka mulai berbisik satu sama lain, mencoba memahami situasi yang terjadi. Sementara itu, Zhu Jiang yang awalnya tampak tenang, ekspresinya perlahan berubah."Apakah aku mendengar dengan benar, Tuan Qin?" tanyanya, suaranya terdengar penuh kejutan tak percaya.Namun, Qin Xiao tetap tenang. "Ya, Tuan Zhu. Ini adalah keputusan yang telah kami pikirkan dengan matang, Lan'er sendiri setuju akan hal ini."Kata-kata itu seperti petir yang menyambar aula. Sementara hanya Zhu Long yang tersenyum tipis. Bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum dingin penuh ejekan, seolah telah menduga akan hal ini. Tatapannya menembus Qin Lan, seakan membaca isi pikirannya. Namun, gadis itu tetap diam. Di dalam hatinya, Qin Lan sendiri merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan.'Apa yang s
"Baiklah, kalau begitu tak ada gunanya terus menjalin pertunangan ini." ia menghela napas panjang, lalu melanjutkan dengan nada santai namun menusuk. "Mulai sekarang, kita tidak punya hubungan apa pun lagi."Kata-kata itu seolah menjadi tamparan keras bagi Qin Lan. Niatnya datang memang untuk membatalkan pertunangann itu, namun bukan Zhu Long yang harus memutuskannya, tetapi dia sendiri.Tatapan gadis itu langsung berubah tajam. "Harusnya aku yang mengatakan hal itu, dasar sampah!" ejeknya dengan anda berat dan dingin.Zhu Long menyipitkan matanya, lalu tersenyum tipis."Sampah?" ucapnya santai, "Bukankah kata itu lebih cocok untuk dirimu sendiri, Nona Qin?"Mendengar ejekan balik itu Qin Lan mengerutkan keningnya, wajahnya memerah karena amarah."Apa kau bilang?! Kau bahkan jauh lebih lemah dariku! Berani-beraninya kau mengatakan aku sampah?!" bentakannya menggema di ruangan.Sementara itu, Niu Feng hanya terkekeh pelan. "Nona Qin telah menerobos ke ranah Pemurnian Roh tahap lima dal
"Tuan Zhu, Anda tidak perlu bersikap kasar seperti ini," ujarnya dengan nada tegas. "Bagaimanapun, mereka hanyalah anak muda. Tak sepantasnya orang tua terus campur tangan dalam masalah mereka."Mata Zhu Jiang tetap tajam, ekspresinya penuh ketidakpuasan. Namun setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang dan menurunkan tekanan auranya, ia kembali duduk meski jelas terlihat bahwa ia masih merasa tidak terima.Zhu Long memperhatikan dua kepala klan itu dengan ekspresi tertarik. 'Oh? Dua orang tua ini sepertinya memiliki basis kultivasi yang cukup kuat... Mereka sepertinya memiliki rivalitas yang tinggi,' pikirnya.Namun, ia tidak membiarkan pikirannya melayang terlalu jauh. Dengan ekspresi dingin, ia kembali fokus pada Qin Lan."Baiklah," katanya dengan nada tenang. "Dan jika aku menang, kau akan melakukan hal yang sama seperti yang kau katakan tadi."Beberapa orang terkejut mendengar persyaratan itu. Namun, Qin Lan hanya menatapnya dengan sinis tanpa ragu sedikit pun. Tatapannya s
Keesokan harinya, matahari pagi menyapu kota Hongli dengan sinar hangatnya. Jalanan utama, seperti biasa, telah dipenuhi oleh hiruk-pikuk kehidupan kota. Pedagang mulai membuka lapak mereka, anak-anak bermain-main dengan pedang kayu, dan para penjaga kota berpatroli dengan raut wajah serius. Hiruk-pikuk ini bagaikan denyut nadi kota Hongli—tempat yang tak pernah benar-benar tidur. Di tengah keramaian itu, Zhu Long yang mengenakan jubah abu-abu melangkah tenang. Tatapannya tajam namun tidak mencolok, membaur di antara para penduduk kota. Setelah malam yang panjang untuk beristirahat dan memulihkan diri, Zhu Long kini kembali melangkah dengan satu tujuan yang tertanam jelas dalam benaknya, yaitu: menjadi kuat. Meskipun dantiannya telah pulih dari kerusakan, kekuatan kultivasinya saat ini masih jauh dari kata cukup. Bahkan menghadapi binatang buas kelas rendah pun belum tentu ia bisa menang. Oleh karena itu ia perlu mencari solusi untuk meningkatkaan kekuatannya secepat mungkin, ka
Namun Zhu Long tidak tinggal diam. Tatapannya tetap terfokus pada tungku di hadapannya, sorot matanya tenang namun menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan. Ia tahu benar, benda di hadapannya ini bukan sekadar tungku biasa. Ditempa dari bijih Hanxing yang sangat langka, bahkan di kota besar sekalipun, benda seperti ini sulit ditemukan. Apalagi di kota kecil seperti Hongli—tempat ini tak lebih dari pasar penghubung antar wilayah, dan bukan pusat perdagangan besar."Aku tidak akan membiarkan barang berharga ini direbut begitu saja," ucap Zhu Long mantap. Suaranya tenang, namun juga dalam seperti dasar jurang yang tak terukur. "Tungku ini… sudah menjadi milikku, kau takk bisa merebutnya begitu saja."Tanpa berkata lebih lanjut, Zhu Long mengangkat satu tangan. Sebuah kilatan cahaya muncul dari cincin di jarinya, dan sekejap kemudian—gedebuk! Sebuah kantong besar berisi koin emas jatuh menghantam meja kayu di depannya. Gemerincing nyaring mengisi ruangan, dan dari dalam kantong itu, em
Di aula utama Paviliun Qian Hua, dua sosok berdiri saling berhadapan dengan jarak sepuluh meter. Atmosfer di dalam ruangan itu terasa menegang. Di antara mereka, dua meja kayu hitam telah disiapkan, masing-masing lengkap dengan tungku pemurnian adasar alkimia, dan tumpukan herbal langka yang masih segar dengan aroma tajam menusuk hidung. Zhu Long berdiri tenang di sisi kiri ruangan, jubah hitamnya berkibar pelan tertiup angin dari jendela terbuka. Sorot matanya jernih namun dalam, seperti danau yang menyembunyikan pusaran di bawah permukaannya. Di sisi lain, Bai Fu menatap Zhu Long dengan mata menyipit. Ia berdiri penuh percaya diri, tangan bersedekap di depan dada, dan senyum tipis menghiasi wajah tuanya yang penuh kerutan. Di sekeliling ruangan, para staf Paviliun Qian Hua dan puluhan pengunjung berkumpul, menyaksikan pertarungan tak biasa ini. Beberapa dari mereka bahkan adalah alkemis muda, murid-murid yang sedang belajar di bawah bimbingan Bai Fu. "Siapa pemuda itu?" bis
Dengan wajah tenang, Zhu Long melangkah maju. Ia mulai memilih beberapa bahan herbal dari tumpukan yang disediakan Paviliun Qian Hua. Tanpa ragu, ia memasukkan sejumlah herbal ke dalam tungku pemurnian sekaligus, menciptakan suara mendesis pelan saat bahan-bahan itu bersentuhan dengan logam panas."Apa!? Apa yang dia lakukan!?" seru seorang pemuda dengan suara penuh kejutan. "Kenapa dia memasukkan semua bahan herbal secara bersamaan!? Dia bahkan belum menyalakan api! Apa dia pikir memurnikan ramuan obat seperti merebus sup ayam!?""Sudah kuduga!" timpal yang lain. "Dia hanya bocah sok tahu. Tidak ada alkemis waras yang akan memulai proses pemurnian dengan cara seperti itu. Dia pikir siapa dirinya!?"Komentar penuh cemoohan meluncur dari berbagai penjuru ruangan, seolah Zhu Long sedang mempertontonkan lelucon, bukan kemampuan alkimianya. Namun pemuda itu tetap tenang. Tangannya bergerak cekatan dan presisi, tak sedikit pun terguncang oleh hinaan yang mengalir deras.Dalam hati, Zhu Lon
Setelah keluar dari Paviliun Qian Hua, Zhu Long tidak segera kembali ke kediaman klan Zhu seperti yang seharusnya. Sebaliknya, ia memilih menelusuri jalan utama kota Hongli yang ramai, dengan langkah santai namun penuh pertimbangan. Keramaian para pedagang, suara para pejalan yang bersahutan, serta aroma rempah dan makanan-makanan di sepanjang jalan seakan menjadi irama yang menemani pikirannya yang terus bekerja."Ramuan Lian Hun tingkat menengah sudah cukup untuk menguatkan fondasi kultivasiku sebelum menerobos ke ranah Pemurnian Roh tahap awal," gumamnya dalam hati sambil berjalan santai di antara kerumunan. "Sekarang aku hanya membutuhkan inti binatang buas berkualitas tinggi... sesuatu yang bisa menguatkan fisik dan akra rohku."Tak lama langkahnya terhenti di depan sebuah toko dengan papan kayu tua yang menggantung miring bertuliskan 'Menjual Inti Binatang Buas!'. Di etalasenya, tampak beberapa inti binatang dengan berbagai ukuran dan warna diletakkan dalam kaca pelindung. Ene
Ruang penyimpanan ramuan paviliun Qian Hua. Suasana dalam ruangan itu yang biasanya tenang dan teratur kini berubah menjadi medan perampokan tanpa kekerasan. Rak-rak kayu yang tersusun rapi mulai terlihat kosong di beberapa tempat, sementara botol-botol giok dan kendi-kendi kecil yang terbuat dari tanah liat berpindah tempat ke dalam pelukan seorang pemuda berwajah dingin—Zhu Long.Ia berjalan mondar-mandir di antara rak, sesekali menunduk untuk membaca label pada ramuan, lalu tanpa ragu mencomot botol yang menurutnya terlihat menarik. Di tangannya kini tertumpuk lebih dari selusin botol ramuan berkilau, masing-masing mengandung pil dan cairan yang memancarkan cahaya lembut dari warna-warna yang eksotis—biru safir, merah delima, hijau zamrud dan lain-lain.Bai Fu, yang berdiri tak jauh dari pintu, hanya bisa menghela napas panjang. Wajahnya yang biasanya penuh wibawa kini dipenuhi ekspresi frustrasi bercampur penyesalan."Ti-tidakkah ini… terlalu berlebihan?" suaranya nyaris seperti
"Ba-Bagaimana bisa?! Bagaimana bisa kau memurnikan ramuan obat tingkat tinggi dengan kemampuan rendahan seperti itu!?" seru Bai Fu, suaranya melengking, nyaris seperti teriakan orang yang baru saja kehilangan akal sehatnya.Wajahnya memucat dan sorot matanya tak bisa lepas dari tungku di hadapannya. Meski pil emas masih mengambang di dalam tungku, sisa suhu panas dan aura spiritual yang pekat masih terasa menggantung di udara. Bau herbal suci itu belum memudar, bahkan semakin menebal seperti kabut yang menyelimuti seisi paviliun.Zhu Long, yang beristirahat santai menenangkan diri setelah proses pemurnian intens itu. Dengan tenang ia bangkit, membersihkan debu ringan di jubahnya. Tatapan matanya santai, hampir terkesan malas, namun ada kilatan percaya diri yang membuat siapapun tak bisa memandangnya denganremeh."Kenapa kau bertanya seperti itu, pak tua?" ujarnya sambil mengangkat sebelah alis. "Bukankah kau dikenal sebagai Master Obat Surgawi di paviliun Qian Hua ini?"Nada suaranya
"Ini… ini benar-benar ramuan Sheng Jing tingkat tinggi?" seru seorang pria paruh baya dari kerumunan dengan suara bergetar. Suaranya menggema, seolah menampar seluruh kesunyian yang sempat menyelimuti ruangan itu.Tatapan orang-orang langsung tertuju pada tungku milik Zhu Long. Di dalamnya, sebutir pil emas mengambang dengan mantap, mengeluarkan kilau lembut dan aura kehangatan yang tak biasa. Aroma herbal pekat menyebar, bukan hanya menusuk indra penciuman, tapi seakan langsung menembus dada dan menggetarkan jiwa."Ti-tidak mungkin…!" seorang pria lain dengan pakaian khas staf Paviliun Qian Hua terhuyung ke depan, suaranya setengah tercekik. "Selama bertahun-tahun aku mengabdi di paviliun ini… aku belum pernah melihat ramuan Sheng Jing sehalus dan sepadat ini! Bahkan aromanya saja mampu membuat seluruh energi dalam dantianku bergetar!"Sorak kagum perlahan berubah menjadi hiruk-pikuk. Beberapa murid alkemis maju lebih dekat, tak kuasa menahan rasa penasaran mereka. Ada yang mengangka
Bai Fu merupakan seorang alkemis senior dengan puluhan tahun pengalaman, ia bahkan dikennal dengan julukan "Master Obat Surgawi" di seluruh kota Hongli. Dengan penguasaan api hijau yang ia miliki, Bai Fu merasa berada di puncak kemampuan alkimia. Api hijau adalah bukti bahwa ia telah mencapai tingkat keahlian yang tak terbayangkan oleh kebanyakan alkemis di kota ini. Setiap ramuan yang ia buat, setiap pil yang ia perbaiki, selalu menghasilkan hasil yang sempurna. Oleh karena itu, ketika pemuda bernama Zhu Long menantang kemampuannya, Bai Fu menganggap itu sebagai sebuah permainan anak-anak, sesuatu yang hanya akan menghibur kebosanan hidupnya.'Hmph, bahkan ramuan obat sederhana buatanku tak akan mampu kau saingi, nak. Kau masih terlalu muda untuk menantang orang tua sepertiku,' pikir Bai Fu sambil tersenyum sinis dalam hati. Meskipun angkuh, ia masih menghargai Zhu Long, terutama karena keberanian pemuda itu menghadapi seorang alkemis senior sepertinya. Namun, keyakinannya bahwa Zh
Baru beberapa menit berlalu sejak Zhu Long mulai memurnikan ramuan obatnya, namun keanehan mulai terasa di udara. Aroma samar mulai merayap keluar dari tungku di hadapannya—tak tercium seperti aroma menyengat atau bau hangus seperti yang banyak orang perkirakan dari pemuda 'amatiran' itu, melainkan aroma harum herbal yang begitu murni dan menyegarkan, seperti hembusan angin dari taman penuh bunga di musim semi. "B-bau ini? Tidak mungkin…!" seru seorang staf Paviliun Qian Hua dengan nada nyaris bergetar. Mata pria paruh baya itu membelalak saat ia mencium aeoma yang menguar di udara sekitarnya. Selama bertahun-tahun bekerja di paviliun Qian Hua ini, ia telah melihat ratusan, bahkan ribuan ramuan obat berkualitas. Ia mengenali puluhan tanaman herbal hanya dari aroma yang keluar, dan lebih dari itu, ia dapat membedakan mana ramuan berkualitas tinggi hanya dari satu tarikan napas. Namun kali ini, aroma yang menyeruak dari tungku Zhu Long mengguncang seluruh pemahaman pria paruh baya i
Dengan wajah tenang, Zhu Long melangkah maju. Ia mulai memilih beberapa bahan herbal dari tumpukan yang disediakan Paviliun Qian Hua. Tanpa ragu, ia memasukkan sejumlah herbal ke dalam tungku pemurnian sekaligus, menciptakan suara mendesis pelan saat bahan-bahan itu bersentuhan dengan logam panas."Apa!? Apa yang dia lakukan!?" seru seorang pemuda dengan suara penuh kejutan. "Kenapa dia memasukkan semua bahan herbal secara bersamaan!? Dia bahkan belum menyalakan api! Apa dia pikir memurnikan ramuan obat seperti merebus sup ayam!?""Sudah kuduga!" timpal yang lain. "Dia hanya bocah sok tahu. Tidak ada alkemis waras yang akan memulai proses pemurnian dengan cara seperti itu. Dia pikir siapa dirinya!?"Komentar penuh cemoohan meluncur dari berbagai penjuru ruangan, seolah Zhu Long sedang mempertontonkan lelucon, bukan kemampuan alkimianya. Namun pemuda itu tetap tenang. Tangannya bergerak cekatan dan presisi, tak sedikit pun terguncang oleh hinaan yang mengalir deras.Dalam hati, Zhu Lon
Di aula utama Paviliun Qian Hua, dua sosok berdiri saling berhadapan dengan jarak sepuluh meter. Atmosfer di dalam ruangan itu terasa menegang. Di antara mereka, dua meja kayu hitam telah disiapkan, masing-masing lengkap dengan tungku pemurnian adasar alkimia, dan tumpukan herbal langka yang masih segar dengan aroma tajam menusuk hidung. Zhu Long berdiri tenang di sisi kiri ruangan, jubah hitamnya berkibar pelan tertiup angin dari jendela terbuka. Sorot matanya jernih namun dalam, seperti danau yang menyembunyikan pusaran di bawah permukaannya. Di sisi lain, Bai Fu menatap Zhu Long dengan mata menyipit. Ia berdiri penuh percaya diri, tangan bersedekap di depan dada, dan senyum tipis menghiasi wajah tuanya yang penuh kerutan. Di sekeliling ruangan, para staf Paviliun Qian Hua dan puluhan pengunjung berkumpul, menyaksikan pertarungan tak biasa ini. Beberapa dari mereka bahkan adalah alkemis muda, murid-murid yang sedang belajar di bawah bimbingan Bai Fu. "Siapa pemuda itu?" bis
Namun Zhu Long tidak tinggal diam. Tatapannya tetap terfokus pada tungku di hadapannya, sorot matanya tenang namun menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan. Ia tahu benar, benda di hadapannya ini bukan sekadar tungku biasa. Ditempa dari bijih Hanxing yang sangat langka, bahkan di kota besar sekalipun, benda seperti ini sulit ditemukan. Apalagi di kota kecil seperti Hongli—tempat ini tak lebih dari pasar penghubung antar wilayah, dan bukan pusat perdagangan besar."Aku tidak akan membiarkan barang berharga ini direbut begitu saja," ucap Zhu Long mantap. Suaranya tenang, namun juga dalam seperti dasar jurang yang tak terukur. "Tungku ini… sudah menjadi milikku, kau takk bisa merebutnya begitu saja."Tanpa berkata lebih lanjut, Zhu Long mengangkat satu tangan. Sebuah kilatan cahaya muncul dari cincin di jarinya, dan sekejap kemudian—gedebuk! Sebuah kantong besar berisi koin emas jatuh menghantam meja kayu di depannya. Gemerincing nyaring mengisi ruangan, dan dari dalam kantong itu, em