Mentari pagi merangkak naik, mengusir sisa-sisa kegelapan malam yang masih menyelimuti desa bobrok itu. Cahaya keemasan menyoroti bekas perumahan yang telah lama ditinggalkan, menyapu debu dan puing-puing yang berserakan di tanah.
Zhu Long melangkah perlahan, meninggalkan tempat itu tanpa menoleh ke belakang, tak ada alasan untuknya tetap tinggal lebih lama. Namun, baru beberapa langkah, dia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Ketika menoleh, ia mendapati sosok gadis muda yang semalam diselamatkannya, ia tampak berjalan di belakangnya dengan ragu-ragu. Sinar matahari pagi menerpa wajah gadis itu, memperlihatkan kulitnya yang putih bersih dan mata merahnya yang berkilau seperti ruby. Meski pakaiannya sederhana dan tubuhnya tampak sedikit lelah, kecantikannya tetap terpancar. Jika saja ia mendapat perawatan yang layak, pesonanya bisa membuat mata laki-laki tak dapat berpaling. Zhu Long mengira gadis itu telah pergi setelah mengucapkan terima kasih semalam. Namun ternyata, ia masih di sini, menunggunya pergi. Dengan alis sedikit terangkat, Zhu Long akhirnya bertanya, "Apa kau tak punya tempat tinggal? Atau tak tahu jalan pulang?" Shan Rong menggigit bibirnya, menundukkan kepala sambil menatap tanah di bawahnya. "A-aku... Aku tak punya..." suaranya lirih, hampir seperti bisikan yang terbawa angin. Mata Zhu Long menajam, menatapnya beberapa detik sebelum bertanya lagi. "Jadi kau ingin mengikutiku?" Namun, kali ini gadis itu hanya diam. Matanya berkedip ragu, seolah malu mengungkapkan keinginannya secara langsung. Zhu Long menyipitkan mata. Ada sesuatu yang aneh dari gadis ini. Bukan hanya karena sorot matanya yang merah seperti ruby, tetapi pada auranya yang berbeda dari gadis pada umumnya. Walaupun samar, Zhu Long dapat merasakan bahwa gadis ini tak sesederhana kelihatannya. 'Dia cukup menarik… Tapi masih terlalu muda, ck ck.' Zhu Long menggelengkan kepala sejenak, lalu menghela napas pelan sebelum akhirnya memutuskan. "Baiklah, kau bisa ikut denganku. Tapi perjalanan ke Kota Hongli cukup jauh. Kau tak boleh mengeluh selama di perjalanan." ucapnya kemudian. Mata gadis itu membesar seketika. Seolah sinar harapan yang sempat meredup dalam dirinya kini menyala kembali. "B-baik! Aku tak akan merepotkanmu, tuan!" katanya dengan suara bergetar namun penuh rasa syukur. Zhu Long tersenyum tipis sebelum melanjutkan langkahnya, diikuti oleh gaadis muda itu yang berjalan dengan penuh semangat. --- Di tengah perjalanan, angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur. Zhu Long, yang sejak tadi berjalan dalam diam, akhirnya membuka percakapan. "Siapa namamu?" tanyanya tanpa menoleh. Shan Rong mempercepat langkahnya hingga sejajar dengan Zhu Long. "Namaku Shan Rong. Bagaimana denganmu, tuan?" tanyanya balik, kini suaranya terdengar lebih ceria. "Jangan panggil aku tuan, namaku Zhu Long." jawabnya singkat, menyunggingkan senyum lembut. Shan Rong terdiam sesaat. Ada sesuatu dalam senyum lembut itu—sesuatu yang membuat jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas. Setelah beberapa saat, Zhu Long kembali bertanya. "Di mana keluargamu? Bagaimana kau bisa berakhir di tangan para berandalan itu?" Mendengar pertanyaan itu, langkah Shan Rong agak melambat. Senyum yang sempat muncul di wajahnya perlahan memudar. Ekspresi matanya berubah, dipenuhi kesedihan dan luka yang sepertinya sulit untuk dilupakan. Ia menunduk, menggenggam kedua tangannya erat. "Keluargaku… mereka semua dibantai habis oleh kultivator jahat." suaranya sedikit bergetar, tetapi ia tetap mencoba terdengar tegar. Zhu Long menoleh ke arahnya, sorot matanya mulai serius. Shan Rong melanjutkan, "Mereka… menginginkan sesuatu dari keluargaku. Kedua orang tuaku melawan sekuat tenaga, memberi waktu agar aku bisa kabur, aku tak tahu apa yang terjadi pada mereka sekarang. Tapi… pada akhirnya, para berandalan itu menangkapku di tengah jalan." Tangannya gemetar, seolah mengingat kembali saat-saat mengerikan itu. Matanya yang merah seperti ruby berkilat, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh. Ia berusaha untuk tidak menangis. Ia hanya berdiri tegak, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Zhu Long tetap diam. Tidak ada belas kasihan yang terpancar dari matanya, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang mirip dengan perasaan gadis itu. Ia tahu rasanya kehilangan. Ia juga tahu rasanya memendam dendam. "Jika bukan karenamu, mungkin aku sudah tak berdaya sekarang. Terimakasih telah menyelamatkanku." lanjut Shan Rong kembali mendongak ke arah Zhu Long dan menunjukkan senyum yang menyimpan kepedihan. "Oh, bukan masalah besar. Semalam aku hanya kesal saja karena merasa terganggu dengan ocehan para berandal itu. Tapi syukurlah kau tak kenapa-napa." balasnya. Shan Rong tertegun sejenak, ia tak tahu bagaimana harus mengartikan ucapan itu, tanpa sadar wajahnya mulai menunjukkan rona tipis. --- Langit mulai berwarna jingga ketika Zhu Long dan Shan Rong akhirnya tiba di Kota Hongli setelah menempuh perjalanan panjang. Kota Hongli bukan sekadar kota kecil biasa. Kota ini adalah salah satu pusat perdagangan di bagian timur Negara Qingli. Bangunan-bangunan megah berdiri kokoh, mencerminkan kekayaan dan kekuasaan klan-klan besar yang memerintah kota ini. Di antaranya ada klan Li yang merupakan klan pemimpin kota, serta klan Qin, klan Meng, dan klan Zhu yang merupakan keluarga tempat Zhu Long berasal. Ketika mereka memasuki gerbang kota, hiruk pikuk kehidupan langsung menyergap kekaguman Shan Rong. Suara pedagang yang menawarkan dagangan, suara langkah kaki yang bergegas, dan tawa anak-anak yang bermain di sudut jalan membentuk orkestra kehidupan yang hidup dan nyata. "I-ini luar biasa..." gumam Shan Rong, matanya berbinar menatap sekeliling. Ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lentera-lentera merah menggantung di sepanjang jalan, menciptakan suasana yang megah. Para pedagang sibuk menjajakan dagangannya—dari sutra berkualitas tinggi, rempah-rempah harum, hingga perhiasan yang berkilau di bawah cahaya matahari sore. Melihat ekspresi takjub Shan Rong, Zhu Long meliriknya sekilas sebelum tersenyum tipis. "Apa ini pertama kalinya kau datang ke kota besar?" tanyanya santai. Shan Rong mengangguk perlahan. "Ya, tempat tinggalku berada jauh di tengah hutan, hanya desa kecil yang terdiri dari beberapa orang. Aku baru pertama kali melihat penduduk seramai ini." "Hmm... Kau akan melihat lebih banyak hal menarik nanti. Setelah kita tiba di kediaman klan Zhu, aku akan membawamu berkeliling kota." kata Zhu Long. Mendengar itu Shan Rong mengangguk polos seperti anak ayam mematuk nasi, matanya pun berbinar penuh antusias. Mereka berjalan melewati jalan utama kota hingga akhirnya tiba di sebuah kediaman luas yang berdiri megah di atas tanah berbatu hitam. Gerbang besar dengan ukiran kepala naga menjulang di hadapan mereka, menjelaskan bahwa ini bukanlah tempat sembarangan—kediaman utama klan Zhu. Saat mereka mendekati gerbang, seorang penjaga berseragam biru tua dengan lambang klan Zhu di dadanya mendekat. Matanya membelalak ketika melihat siapa yang datang. "T-Tuan Muda?!" serunya dengan nada kaget dan sedikit ragu. Sudah setahun sejak Zhu Long meninggalkan kediaman ini, dan kedatangannya yang tiba-tiba tentu mengejutkan banyak orang di klan. Zhu Long hanya mengangkat tangan, mengisyaratkan agar penjaga itu tidak perlu banyak bersikap formal. Tanpa menunggu, ia melangkah masuk melewati halaman yang luas, dengan Shan Rong mengikutinya dari belakang. Begitu memasuki halaman utama, seorang pria paruh baya berdiri tegak dengan tangan bersedekap. Tatapan matanya tajam, namun tersirat kerinduan yang mendalam. Itulah Zhu Jiang, kepala klan Zhu sekaligus ayah Zhu Long. Ketika Zhu Long berdiri di hadapannya, Zhu Jiang menghela napas panjang, seolah sedang menahan banyak emosi yang ingin ia ungkapkan. Lalu, dengan langkah mantap, ia maju dan meletakkan kedua tangannya di bahu putranya. "Bagaimana kabarmu, Nak? Sudah setahun berlalu sejak kau diterima di Sekte Linjian… Ayah benar-benar merindukanmu." suaranya dalam, penuh perasaan. Zhu Long menatap ayahnya. Senyum lembut terukir di wajahnya, namun ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyum itu. Setahun telah berlalu… Setahun sejak ia meninggalkan rumah ini untuk bergabung dengan Sekte Linjian… Namun, pria yang berdiri di sini sekarang bukanlah Zhu Long yang sama seperti setahun lalu. Dunia telah mengubahnya. Berbagai macam hal terjadi di sekte Linjian. Dan yang paling penting, Zhu Long kini membawa rahasia yang ayahnya tak akan pernah bisa bayangkan. Kalaupun ia memberitahunya, Zhu Jiang tak akan percaya jika tubuh anaknya kini dirasuki jiwa orang lain. Zhu Long mengangguk ringan. "Aku baik-baik saja, Ayah." Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu bahwa kata-kata itu hanyalah kebohongan yang harus ia ucapkan.Mengetahui anaknya dalam keadaan baik, Zhu Jiang menghela napas lega. Namun, seiring dengan rasa lega itu, tatapannya segera tertuju pada gadis muda yang berdiri di belakang putranya. Matanya menyipit, seolah berusaha menilai keberadaan gadis itu. "Siapa dia, Nak? Jangan bilang…?" ucap Zhu Jiang dengan nada menggantung, membiarkan putranya sendiri yang mengisi kekosongan itu. Zhu Long hanya terkekeh pelan. Ia tahu betul apa yang ada di dalam pikiran ayahnya. "Jangan salah paham, Ayah." jawabnya santai. "Dia hanyalah seorang gadis yang kutemui secara kebetulan. Ia sempat diculik oleh sekelompok berandal, dan aku menyelamatkannya. Namanya Shan Rong. Sayangnya, ia tidak punya tempat tinggal, jadi aku membawanya kemari." Mata Zhu Jiang menyipit sedikit lebih tajam. Ia menatap putranya penuh selidik sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Baiklah, jika itu memang keinginanmu." ujarnya, meskipun masih menyisakan sedikit keraguan dalam nada suaranya. Namun, sesaat kemudian ia melanjut
Aula utama klan Zhu, tempat yang cukup megah, terasa dipenuhi oleh suasana formal. Deretan kursi kayu berukir mengapit sisi kanan dan kiri aula, diduduki oleh para tetua klan Zhu yang duduk dalam keheningan penuh wibawa. Sementara di bagian tengah, Zhu Jiang, kepala klan Zhu, duduk di singgasana utama—sebuah kursi besar dengan ukiran naga yang melambangkan kejayaan klan mereka. Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan rombongan klan Qin yang baru saja tiba. Qin Xiao, kepala klan Qin, seorang pria paruh baya dengan jubah biru tua bergaris emas, melangkah masuk dengan penuh keanggunan. Di belakangnya, beberapa tetua klan Qin mengikutinya, bersama seorang gadis muda yang anggun dan menawan, dialah Qin Lan. Zhu Jiang segera berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramah. "Selamat datang, kepala klan Qin. Sudah lama kita tidak bertemu. Silakan duduk," ujar Zhu Jiang sambil mengulurkan tangan ke arah kursi yang telah disiapkan untuk tamunya. Qin Xiao ter
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kepala klan Qin, suasana aula mendadak berubah drastis. Para tetua klan Zhu yang semula masih menaruh kepercayaan besar pada klan Qin, kini terlihat agak kaku.Beberapa dari mereka mulai berbisik satu sama lain, mencoba memahami situasi yang terjadi. Sementara itu, Zhu Jiang yang awalnya tampak tenang, ekspresinya perlahan berubah."Apakah aku mendengar dengan benar, Tuan Qin?" tanyanya, suaranya terdengar penuh kejutan tak percaya.Namun, Qin Xiao tetap tenang. "Ya, Tuan Zhu. Ini adalah keputusan yang telah kami pikirkan dengan matang, Lan'er sendiri setuju akan hal ini."Kata-kata itu seperti petir yang menyambar aula. Sementara hanya Zhu Long yang tersenyum tipis. Bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum dingin penuh ejekan, seolah telah menduga akan hal ini. Tatapannya menembus Qin Lan, seakan membaca isi pikirannya. Namun, gadis itu tetap diam. Di dalam hatinya, Qin Lan sendiri merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan.'Apa yang s
Jauh di dalam pecahan dimensi yang sunyi, dua sosok jiwa melayang berhadapan, dikelilingi oleh kabut tipis berwarna ungu yang berputar perlahan seperti pusaran takdir yang tak terhindarkan."Sudah terlambat," kata salah satu sosok jiwa tersebut, suaranya bergema, berat dan penuh otoritas. "Kau tak bisa kembali hidup seperti semula. Kau sudah mati, dan tak ada jalan kembali. Menyesal pun tiada guna."Zhu Long, jiwa muda yang kini melayang dengan ekspresi wajah penuh penyesalan memandangi sosok jiwa yang berbicara di hadapannya.Zhu Long mengepalkan tangannya yang transparan, tubuhnya hanya berupa bayangan samar dari keberadaannya yang dulu. "Benar, aku terlalu bodoh! Seharusnya aku tak mempercayai mereka! Klan Niu... para bajingan itu! Mereka menjebakku, membunuhku, hanya demi merebut seorang wanita!" ucapnya, suaranya bergetar oleh amarah dan kekecewaan.Dia bukan siapa-siapa di dunia ini, hanya seorang kultivator pemula di Sekte Linjian, seorang pemuda biasa tanpa keistimewaan. Nam
Dalam keheningan yang mencekam, Zhu Long berjalan mengendap-endap, menahan napas setiap kali ranting kering patah di bawah langkahnya.Ia tahu, satu suara kecil saja bisa mengundang perhatian binatang buas yang berkeliaran di sekelilingnya. Setelah kejadian sebelumnya dengan Babi Bertanduk, ia tak ingin mengambil risiko lagi. Dengan tubuh yang masih terluka dan dantiannya rusak, ia tak punya cukup tenaga untuk bertarung.Namun, di tengah kewaspadaannya, cahaya redup berwarna ungu menarik perhatiannya.Zhu Long memperlambat langkahnya dan berjongkok di dekat sumber cahaya itu. Sepasang matanya berbinar ketika melihat herbal Bulan Ungu, tumbuh di antara akar-akar pohon tua."Herbal Bulan Ungu?" gumamnya, tangannya terulur memetiknya. "Tak kusangka aku bisa menemukannya di tempat seperti ini."Ia menggenggam herbal itu dengan hati-hati. Herbal ini tergolong langka, hanya tumbuh di tempat yang dipenuhi energi spiritual. Khasiatnya luar biasa—dapat memulihkan luka dalam dan mempercepat reg
Di dalam keheningan rumah kayu yang rapuh, Zhu Long duduk bersila, napasnya teratur dalam ritme yang dalam dan stabil. Matanya terpejam, tetapi pikirannya tetap waspada. Setelah bertahun-tahun hidup sebagai jiwa pengembara, ia tahu bahwa bahaya bisa datang kapan saja, dari mana saja.'Delapan jalur meridian tubuh ini sudah terbuka…' Zhu Long bergumam dalam hati. 'Sayangnya, semua kultivasi tubuh ini sebelumnya telah hilang karena meridian yang sempat rusak. Aku perlu memulai dari awal lagi dan kembali menjadi lebih kuat.'Perlahan, ia mulai menerapkan teknik Sutra Dewa Seribu Kehidupan, sebuah metode kultivasi tingkat tinggi yang ia rampas dari ingatan seorang jiwa kultivator kuno semasa menjadi jiwa pengembara.Wushh…Energi roh di sekelilingnya mulai berputar, seperti angin yang mengalir lembut namun penuh kekuatan. Partikel energi roh yang melayang di udara terserap ke dalam tubuhnya, mengisi ulang ruang dalam dantiannya.Dengan dantiannya yang telah pulih, kini kultivasi bisa dil
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kepala klan Qin, suasana aula mendadak berubah drastis. Para tetua klan Zhu yang semula masih menaruh kepercayaan besar pada klan Qin, kini terlihat agak kaku.Beberapa dari mereka mulai berbisik satu sama lain, mencoba memahami situasi yang terjadi. Sementara itu, Zhu Jiang yang awalnya tampak tenang, ekspresinya perlahan berubah."Apakah aku mendengar dengan benar, Tuan Qin?" tanyanya, suaranya terdengar penuh kejutan tak percaya.Namun, Qin Xiao tetap tenang. "Ya, Tuan Zhu. Ini adalah keputusan yang telah kami pikirkan dengan matang, Lan'er sendiri setuju akan hal ini."Kata-kata itu seperti petir yang menyambar aula. Sementara hanya Zhu Long yang tersenyum tipis. Bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum dingin penuh ejekan, seolah telah menduga akan hal ini. Tatapannya menembus Qin Lan, seakan membaca isi pikirannya. Namun, gadis itu tetap diam. Di dalam hatinya, Qin Lan sendiri merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan.'Apa yang s
Aula utama klan Zhu, tempat yang cukup megah, terasa dipenuhi oleh suasana formal. Deretan kursi kayu berukir mengapit sisi kanan dan kiri aula, diduduki oleh para tetua klan Zhu yang duduk dalam keheningan penuh wibawa. Sementara di bagian tengah, Zhu Jiang, kepala klan Zhu, duduk di singgasana utama—sebuah kursi besar dengan ukiran naga yang melambangkan kejayaan klan mereka. Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan rombongan klan Qin yang baru saja tiba. Qin Xiao, kepala klan Qin, seorang pria paruh baya dengan jubah biru tua bergaris emas, melangkah masuk dengan penuh keanggunan. Di belakangnya, beberapa tetua klan Qin mengikutinya, bersama seorang gadis muda yang anggun dan menawan, dialah Qin Lan. Zhu Jiang segera berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramah. "Selamat datang, kepala klan Qin. Sudah lama kita tidak bertemu. Silakan duduk," ujar Zhu Jiang sambil mengulurkan tangan ke arah kursi yang telah disiapkan untuk tamunya. Qin Xiao ter
Mengetahui anaknya dalam keadaan baik, Zhu Jiang menghela napas lega. Namun, seiring dengan rasa lega itu, tatapannya segera tertuju pada gadis muda yang berdiri di belakang putranya. Matanya menyipit, seolah berusaha menilai keberadaan gadis itu. "Siapa dia, Nak? Jangan bilang…?" ucap Zhu Jiang dengan nada menggantung, membiarkan putranya sendiri yang mengisi kekosongan itu. Zhu Long hanya terkekeh pelan. Ia tahu betul apa yang ada di dalam pikiran ayahnya. "Jangan salah paham, Ayah." jawabnya santai. "Dia hanyalah seorang gadis yang kutemui secara kebetulan. Ia sempat diculik oleh sekelompok berandal, dan aku menyelamatkannya. Namanya Shan Rong. Sayangnya, ia tidak punya tempat tinggal, jadi aku membawanya kemari." Mata Zhu Jiang menyipit sedikit lebih tajam. Ia menatap putranya penuh selidik sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Baiklah, jika itu memang keinginanmu." ujarnya, meskipun masih menyisakan sedikit keraguan dalam nada suaranya. Namun, sesaat kemudian ia melanjut
Mentari pagi merangkak naik, mengusir sisa-sisa kegelapan malam yang masih menyelimuti desa bobrok itu. Cahaya keemasan menyoroti bekas perumahan yang telah lama ditinggalkan, menyapu debu dan puing-puing yang berserakan di tanah.Zhu Long melangkah perlahan, meninggalkan tempat itu tanpa menoleh ke belakang, tak ada alasan untuknya tetap tinggal lebih lama. Namun, baru beberapa langkah, dia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.Ketika menoleh, ia mendapati sosok gadis muda yang semalam diselamatkannya, ia tampak berjalan di belakangnya dengan ragu-ragu.Sinar matahari pagi menerpa wajah gadis itu, memperlihatkan kulitnya yang putih bersih dan mata merahnya yang berkilau seperti ruby. Meski pakaiannya sederhana dan tubuhnya tampak sedikit lelah, kecantikannya tetap terpancar. Jika saja ia mendapat perawatan yang layak, pesonanya bisa membuat mata laki-laki tak dapat berpaling.Zhu Long mengira gadis itu telah pergi setelah mengucapkan terima kasih semalam. Namun ternyata, ia m
Di dalam keheningan rumah kayu yang rapuh, Zhu Long duduk bersila, napasnya teratur dalam ritme yang dalam dan stabil. Matanya terpejam, tetapi pikirannya tetap waspada. Setelah bertahun-tahun hidup sebagai jiwa pengembara, ia tahu bahwa bahaya bisa datang kapan saja, dari mana saja.'Delapan jalur meridian tubuh ini sudah terbuka…' Zhu Long bergumam dalam hati. 'Sayangnya, semua kultivasi tubuh ini sebelumnya telah hilang karena meridian yang sempat rusak. Aku perlu memulai dari awal lagi dan kembali menjadi lebih kuat.'Perlahan, ia mulai menerapkan teknik Sutra Dewa Seribu Kehidupan, sebuah metode kultivasi tingkat tinggi yang ia rampas dari ingatan seorang jiwa kultivator kuno semasa menjadi jiwa pengembara.Wushh…Energi roh di sekelilingnya mulai berputar, seperti angin yang mengalir lembut namun penuh kekuatan. Partikel energi roh yang melayang di udara terserap ke dalam tubuhnya, mengisi ulang ruang dalam dantiannya.Dengan dantiannya yang telah pulih, kini kultivasi bisa dil
Dalam keheningan yang mencekam, Zhu Long berjalan mengendap-endap, menahan napas setiap kali ranting kering patah di bawah langkahnya.Ia tahu, satu suara kecil saja bisa mengundang perhatian binatang buas yang berkeliaran di sekelilingnya. Setelah kejadian sebelumnya dengan Babi Bertanduk, ia tak ingin mengambil risiko lagi. Dengan tubuh yang masih terluka dan dantiannya rusak, ia tak punya cukup tenaga untuk bertarung.Namun, di tengah kewaspadaannya, cahaya redup berwarna ungu menarik perhatiannya.Zhu Long memperlambat langkahnya dan berjongkok di dekat sumber cahaya itu. Sepasang matanya berbinar ketika melihat herbal Bulan Ungu, tumbuh di antara akar-akar pohon tua."Herbal Bulan Ungu?" gumamnya, tangannya terulur memetiknya. "Tak kusangka aku bisa menemukannya di tempat seperti ini."Ia menggenggam herbal itu dengan hati-hati. Herbal ini tergolong langka, hanya tumbuh di tempat yang dipenuhi energi spiritual. Khasiatnya luar biasa—dapat memulihkan luka dalam dan mempercepat reg
Jauh di dalam pecahan dimensi yang sunyi, dua sosok jiwa melayang berhadapan, dikelilingi oleh kabut tipis berwarna ungu yang berputar perlahan seperti pusaran takdir yang tak terhindarkan."Sudah terlambat," kata salah satu sosok jiwa tersebut, suaranya bergema, berat dan penuh otoritas. "Kau tak bisa kembali hidup seperti semula. Kau sudah mati, dan tak ada jalan kembali. Menyesal pun tiada guna."Zhu Long, jiwa muda yang kini melayang dengan ekspresi wajah penuh penyesalan memandangi sosok jiwa yang berbicara di hadapannya.Zhu Long mengepalkan tangannya yang transparan, tubuhnya hanya berupa bayangan samar dari keberadaannya yang dulu. "Benar, aku terlalu bodoh! Seharusnya aku tak mempercayai mereka! Klan Niu... para bajingan itu! Mereka menjebakku, membunuhku, hanya demi merebut seorang wanita!" ucapnya, suaranya bergetar oleh amarah dan kekecewaan.Dia bukan siapa-siapa di dunia ini, hanya seorang kultivator pemula di Sekte Linjian, seorang pemuda biasa tanpa keistimewaan. Nam