Share

Bab 157

Malam itu, di kediaman Tuan Wijaya kedua.

Sarah terjaga dari tidurnya, matanya lelah dan terasa berat, dengan rambut yang kusut tak terurus.

Kamar yang biasanya rapi kini berubah menjadi sarang kekacauan, pakaian berserakan, buku-buku terbuka tergeletak di lantai, dan foto-foto yang telah terlepas dari dindingnya. Dia merasakan ketakutan yang mendalam, sebuah ketakutan yang telah menghantuinya selama berhari-hari.

Suaranya terdengar parau saat dia berteriak, “Bibi Ralin, hentikan!”

Namun, hanya hening yang menjawab teriakannya.

Tangisannya pecah tanpa peringatan, suara isakan yang menyayat hati menggema di dinding kamar yang sepi.

Sarah meremas kepalanya sendiri, berusaha mengusir suara-suara yang hanya dia yang bisa mendengar.

“Sarah, cukup!” teriak Tuan Wijaya kedua dari luar pintu yang terkunci.

Ibunya berusah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status