Share

Bab 159

Pagi itu di rumah sakit jiwa Atalres,

Sarah bersimpuh di lantai ruangan berdinding putih itu, matanya memandang penuh keputusasaan ke arah Tuan dan Nyonya kedua Wijaya.

Tangisannya pecah, memecah hening ruangan rumah sakit jiwa yang sepi. “Aku tidak gila, Ayah, Ibu,... aku hanya bisa merasakan kehadiran roh Bibi Ralin. Wanita itu, dia benar-benar tidak melepaskan ku sama sekali, aku tidak gila...” ucapnya, suaranya tercekat oleh isak tangis.

Tuan kedua Wijaya, dengan raut muka yang keras, memandang Sarah dengan sinis. Dengan kasar, ia menepis tangan Sarah yang mencoba meraih simpatinya. “Lebih baik kami mengadopsi anak dari panti asuhan daripada melahirkan anak yang gila sepertimu,” katanya dengan dingin, suara itu bagai petir yang menyambar hati Sarah.

Menggelengkan kepalanya, Sarah kembali meraih tangan Tuan kedua Wijaya. “Ayah, aku mohon... aku benar-benar tidak gila, aku hanya sedang berusaha menyingkirkan Bibi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status