Lyara mendengarkan dengan serius. Matanya masih menatap Raja. Lelaki itu tersenyum kecil di sudut bibirnya.“Aku tidak berpikir tentang hal ini sebelumnya, Yara. Kamu tahu tujuanku apa dengan pernikahan ini. Kamu yang mengatakannya kalau memalsukan pernikahan akan terasa seperti membohongi Tuhan. Aku merasakannya kemarin. Saat menyebut namamu, aku merasa telah bertanggung jawab sepenuhnya atas dirimu. Mungkin aku belum megenalmu dengan sungguh-sungguh. Tapi, aku akan bertanggung jawab tentang hal ini mulai sekarang.”“Maksudnya?” tanya Lyara pelan-pelan.“Aku memang punya tujuan dengan pernikahan ini. Tapi aku berjanji padamu, aku akan bertanggung jawab sebagai suami yang baik untukmu. Aku akan menghormatimu, aku akan mendengarkanmu, aku juga akan berusaha membuat kamu bahagia.” Raja mengulurkan tangannya.Lyara menatap tangan itu, juga menatap mata hitam Raja di balik kacamatanya.“Selama satu tahun ini, aku akan bersikap baik padamu,” katanya lagi.Senyum Lyara terbit dengan canggun
“Sayang!” teriaknya tanpa ampun. Semua orang yang mendengar teriakannya berbalik melirik ke arahnya termasuk lelaki yang mengekorinya juga lelaki yang berdiri di samping mobil mengkilap itu. Lyara tersenyum dengan manis, menatap lelaki berjas hitam dengan dasi tidak rapi, kancing kemejanya yang terbuka, juga wajah lelaki yang ternyata tampan itu. Tapi tunggu, kenapa ia melihat tatapan menyeramkan dari mata hitam di balik kacamata itu? Ah, Lyara mendapat ide! “Kamu marah karena aku lama?” tanya Lyara saat kakinya berhenti di depan lelaki tampan itu. Lelaki yang berdiri di dekat mobil. Lelaki yang menjadi targetnya untuk kabur. Lelaki berkacamata di depannya itu menatapnya dengan kepala dimiringkan dan tatapan marahnya yang masih ada di sana. Lyara menggigit bibir, matanya menyorotkan permohonan. “Aku telat karena Pak Devan menahan aku sebentar di resto,” ucapnya dengan sedikit bumbu manja. “Maaf, ya?” Saat melihat tidak ada reaksi apapun dari lelaki di depannya, Lyara menar
Agensi tempat Lyara bernaung adalah sebuah agensi penyedia talent untuk semua kebutuhan. Butuh pacar sehari? Butuh calon istri? Butuh pelakor untuk jadi viral? Looking For You jawabannya. Semua kebutuhan entertainment tersedia disana. berada di bawah sebuah Production House ternama di ibukota, Lofou menjadi salah satu agensi yang besar. Banyak yang sudah menggunakan jasa dari Lofou. Pacar-pacar palsu macam Lyara yang menjadi pajangan dan gandengan di berbagai pesta dan acara keluarga. Wajah-wajah yang terpampang di akun-akun gosip yang menjadi simpanan artis juga beberapa diantaranya adalah talent dari Lofou. Beberapa talent juga adalah artis-artis sosmed di berbagai flatform. Lyara tidak akan pernah tahu agensi seperti itu benar-benar nyata sampai ia bertemu Rakha. Dua tahun lalu.Setelah dua tahun menjalani pekerjaan ini, Lyara makin pandai dalam berakting. Makin lihai menipu orang-orang. Makin sulit untuknya melepaskan diri dari pekerjaan tipu-tipunya. “Jadi, tadi itu bagian
Lyara melepaskan putaran lengan kiri Anthony. Dengan kaki terangkat ia berputar dan kakinya tepat mengenai pipi sebelah kiri lelaki gila itu. Tendangannya tepat sasaran.Anthony yang sudah setengah mabuk terhuyung dan menabrak salah satu bilik. Terjerembap di sana. Senyum puas tercetak di bibirnya saat ia melihat Anthony bisa dikalahkannya. Tanpa pukulan tangan. Tapi dengan tendangan. Saat mendarat setelah aksinya itu, Lyara terhuyung saat heelsnya tidak bisa menopang gerakan tiba-tiba itu. Heelsnya patah! Dan ia kehilangan keseimbangan. “Oh!” jeritnya tertahan saat ia tidak jatuh menabrak lantai. Tapi ia tidak jatuh, tubuhnya di topang oleh sesuatu atau seseorang di belakangnya. Lyara mengerjap saat matanya menangkap wajah berkacamata yang asing tapi terasa tidak asing itu. Setelah beberapa detik yang membingungkan, Lyara merasakan tubuhnya diangkat dan ia kembali berdiri. Dengan kaki tinggi sebelah. “Terima kasih,” ucap Lyara dengan sopan. Ia kembali berbalik pada Anthony
Setelah mandi dan menggosok bibirnya dengan sikat gigi untuk menghilangkan ingatannya tentang ciuman yang didapatkannya tadi malam, Lyara kembali menggeleng saat melihat pantulan wajahnya di cermin. Sungguh itu bukan ciuman pertamanya. Tapi bayang-bayang bibir hangat itu menyentuh bibirnya membut Lyara merasa putus asa. Bibirnya yang sudah menganggur lebih dari tujuh tahun itu akhirnya disapa oleh orang tidak dikenal. Iya, Lyara tahu namanya. Tapi hanya itu. Ia tidak tahu apapun tentang Raja. Itu sama saja dengan ia tidak mengenalnya, bukan? Bukan tanpa alasan kenapa ia membiarkan dirinya sendiri selama ini. Tidak punya pacar, tidak ada gebetan. Bukan karena ia sok suci dengan tanpa berpacaran. Hanya saja semua kesibukannya membuatnya tidak memikirkan apapun selain bekerja mencari uang. Untuk biaya kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai. untuk uang sekolah adiknya, Leora. Untuk kebutuhan Mama yang selalu ingin lebih. Juga mengumpulkan uang untuk operasi Ayah. Kuliahnya y
Alis Lyara bertaut, bibirnya juga mengerucut kesal. Klien mengesalkan seperti itu memang selalu membuatnya kesulitan. Ia menekan tombol telepon dan suara serk Rakha di seberang sana segera terdengar. “Baru bangun? Jadi lo baru liat laporan yang gue kirim?” tanya Lyara langsung menodongnya. Ia mengunci kembali pintu depan rumah dan duduk di kursi teras. “Bukan laporan lo yang baru gue liat, Ra,” jawab Rakha dari seberang teleponnya.“Terus?”“Kali ini gue gak tau gimana caranya bela lo, Lyara,” Rakha terdengar frustasi. “Ada apa sih? Serius banget cuma karena gue tendang? Helo? Gue juga rugi di sini. Sepatu gue patah!” cecar Lyara tak bersabar. Ia mulai marah. Apakah ia salah jika membela dirinya sendiri?“Lo bisa datang?” tanya Rakha dengan nada lembutnya. Ia tahu sekali kalau Lyara sudah terpancing emosinya. Lyara melirik jam di ponsel, lalu mengangguk, “Bisa. Gue ketemu Pak Kevin jam delapan,” jawab Lyara. “Ini emang mau ke sana,” lanjutnya lagi.“Oke, gue kasih tau sete
“Gue kesel!” Lyara menjerit. “Lo tau, orang itu-“ Lyara terisak, “lo tau gue selama ini gak pernah pacaran karena gak pernah ada waktu. Waktu gue gak ada buat ketemu cowok selain di kerjaan ini. Terus, terus lo nuduh gue punya pacar, lo nuduh gue! Lo gak tau apa, itu orang gila itu udah bikin gue gak bisa tidur semaleman. Gue udah dibikin malu. Gue- orang itu tiba-tiba aja cium gue sembarangan!” Rakha mengerti semua yang dikatakan Lyana meskipun gadis itu berkata dalam tangisannya sambil terisak dan berteriak kesal. Ia mengerti setiap katanya. Tangan Rakha menarik Lyara ke kursinya. Mendorong gadis itu untuk duduk di sana dan menunggu sampai tangisannya reda. Begitulah cara membuat Lyara tenang.Cara yang sudah dipakainya bertahun-tahun lamanya.Tangan Rakha menggapai kotak tisu dan menyodorkannya pada Lyara yang masih mengelap hidungnya yang berair juga ujung-ujung matanya. Ia berdiri memunggungi meja komputernya dan menunggu. “Gue kesel. Ya Allah gue berdosa banget udah dici
Kebaya mewah yang bertabur manik-manik itu kembali masuk di kotaknya. Lyara menyimpan dengan hati-hati. Setelah mengganti kembali dengan setelan jeans dan kemejanya. Ia baru saja selesai dengan satu pekerjaannya menjadi pendamping salah satu kakaknya pengantin.Entah kenapa Lyara selalu suka dengan pekerjaan menemani di pesta pernikahan. Tapi ia tidak selalu mendapatkan itu. Kebanyakan perannya adalah untuk menjadi pajangan dalam acara makan malam keluarga, atau seperti tadi malam, menjadi piala yang dipamerkan kepada teman-temannya.Benar, Lyara memang cantik. Itulah sebabnya ia tidak keberatan jika hanya menjadi pajangan untuk dipamerkan pada semua orang. Lyara juga bisa akting. Selama ini semua akting yang dilakukannya adalah untuk kepentingan pekerjaannya itu. Tentu saja, ia tidak mungkin menjadi salah satu talent Lofou jika ia tidak cantik dan tidak bisa akting!Selesai membereskan kebayanya. Lyara bergegas menuju tempat kerjanya selanjutnya. Ia akan membantu seorang seniornya ya
Lyara mendengarkan dengan serius. Matanya masih menatap Raja. Lelaki itu tersenyum kecil di sudut bibirnya.“Aku tidak berpikir tentang hal ini sebelumnya, Yara. Kamu tahu tujuanku apa dengan pernikahan ini. Kamu yang mengatakannya kalau memalsukan pernikahan akan terasa seperti membohongi Tuhan. Aku merasakannya kemarin. Saat menyebut namamu, aku merasa telah bertanggung jawab sepenuhnya atas dirimu. Mungkin aku belum megenalmu dengan sungguh-sungguh. Tapi, aku akan bertanggung jawab tentang hal ini mulai sekarang.”“Maksudnya?” tanya Lyara pelan-pelan.“Aku memang punya tujuan dengan pernikahan ini. Tapi aku berjanji padamu, aku akan bertanggung jawab sebagai suami yang baik untukmu. Aku akan menghormatimu, aku akan mendengarkanmu, aku juga akan berusaha membuat kamu bahagia.” Raja mengulurkan tangannya.Lyara menatap tangan itu, juga menatap mata hitam Raja di balik kacamatanya.“Selama satu tahun ini, aku akan bersikap baik padamu,” katanya lagi.Senyum Lyara terbit dengan canggun
Sambil kembali meraih berkas yang diserahkan Genta minggu lalu, berkas yang berisi semua hal tentang Raja. Lyara duduk di pinggir kolam renang yang sudah dibersihkan selama mereka pergi mengantar keluarga ke bandara tadi pagi. Siang sudah menuju sore, Raja kembali menghilang. Ia membiarkannya karena itu bukan urusannya. Lyara hanya beraksi jika ada di depan semua orang. Jadi, di waktu luang yang jarang sekali ia dapatkan ini, ia kembali membuka berkas ‘Semua Hal Tentang Bos’ yang dijilid rapi oleh Genta.Ada satu hal yang membuat Lyara menatap lama di halaman yang sama. Ayah Raja yang meninggal dalam kecelakaan. Matanya menatap itu lama-lama. Itu terjadi saat Raja baru saja masuk ke Jaya Grup. Itulah yang membuat Raja menjadi pewaris tunggal Jaya Grup. Rania tidak masuk ke dalam daftar calon pewaris karena ia memilih ikut ke Pagera Corp, perusahaan milik Bunda yang punya FaceAce sebagai salah satu merk dagang paling terkenal mereka.Lyara menarik berkas menjauh dari wajahnya. Tanganny
Sepanjang acara siang itu, Raja tidak melepaskan tangan Lyara barang sebentar pun dari tangannya. Bahkan saat teman-teman Raja datang menyapa dan mengejeknya yang tidak sabaran juga bucin akut karena tungkahnya tadi, Raja hanya menjawabnya dengan wajah penuh senyum. Ia juga tidak memberikan tangan Lyara menyambut salam dari teman-temannya.“Mereka bawa kuman yang bikin gatel, jangan pegang-pegang,” ucap Raja dengan nada mengejek.“Sialan!” salah satu dari empat pria berjas itu menepuk pundak Raja dengan ringan.Ketiga lainnya membalas dengan umpatan serupa. Lyara melihatnya dengan senyuman yang tidak pernah turun.Genta adalah salah satu diantaranya. Ia berdiri di dekatnya, “Ini terlalu nyata untuk sebuah kontrak, kan?” bisiknya pelan.Lyara setuju dengan itu.“Kamu bisa membuatnya jadi kenyataan?” tanya Genta.Dengan tatapan menyipit, Lyara menepuk Genta dengan buket bunganya, “Jangan sembarangan sama bos!” ucap Lyara mengikuti nada bicara Genta.Lelaki itu tergelak sendiri.Membuat
Private party yang diadakan di salah satu resort mewah di Bali itu adalah atas kesepakatan Raja dan Lyara. Sebenarnya Raja yang mengatur semuanya. Lyara hanya mengangguk setuju dengan pilihan Raja. Persiapan yang singkat. Hanya sepuluh hari setelah Ayah pergi. Selain saat prewed, saat fitting kebaya, juga saat menandatangai kontrak, Lyara hampir tidak pernah bertemu Raja.Lyara hanya beberapa kali bertemu Bunda untuk mengurus cincin dan semua benda dalam kotak seserahan. Bertemu Bunda juga adalah hal yang sangat luar biasa untuk Lyara. Sama seperti dengan Kakek, Bunda juga menerimanya dengan baik dan membuat Lyara nyaman berbicara dengannya. Satu lagi orang yang dibohonginya.Sekarang, Lyara kembali mempertanyakan alasannya menerima kontrak ini. Uang sebesar dua miliar yang dibayarkan Raja terasa begitu besar untuknya. Leora juga mempertanyakan pernikahan ini.Duduk di samping Lyara, Leora menatap kakaknya itu, “Kak, ini pernikahan beneran? Sungguhan?”Lyara menoleh. Riasan wajahnya f
Persiapan pernikahan sudah diambil alih oleh Raja. Raja bilang Lyara tinggal datang saat fitting baju dan foto prewed. Dengan kepala yang masih penuh pertanyaan tentang apa yang dilakukannya sekarang. Lyara hanya mengangguk. Baru saat ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Kakek, ia bergerak.‘Aku kangen cucu menantuku. Kamu mau kesini dan bertemu?’Sudut bibir Lyara tertarik ke atas, ia mengangguk, “Sore nanti aku ke sana, ya, Kakek.”‘Aku akan menunggu.’Suara Kakek masih terdengar ceria seperti biasanya. Lyara menarik napas, menatap layar ponselnya yang hitam. Pertanyaan baru terlintas di kepalanya. Apakah ia sanggup untuk datang kembali ke sana? Tempat dimana Ayah menghabiskan hari-hari terakhirnya.-o0o-Saat pintu berayun terbuka, Lyara melihat Kakek yang duduk di sofa. Di meja di hadapannya sudah banyak makanan yang tersedia.“Sini, Cucu Menantuku, kita makan bersama,” ucap Kakek setelah melihat Lyara yang mematung di ambang pintu.Lyara menutup pintunya kembali, lalu berjalan
Lyara mengurus semuanya. Ia berada di samping Ayah sepanjang waktu. Ia menemani Ayah sampai di tempat peristirahatannya yang terakhir. Tanpa lelah. Tanpa air mata.Setiap ada kesempatan, Lyara memeluk Mama yang menangis sejak Ayah masuk ruang operasi. Leora lebih tabah. Meskipun begitu, Lyara juga memeluknya saat ia tidak sibuk dengan semua hal yang harus diurusnya.Karena Ayah adalah anak tunggal, yang datang hanya sepupu-sepupunya yang juga sudah paruh baya. Sedangkan keluarga Mama datang sebagian. Para tetangga datang membantunya. Teman-teman Lyara datang, begitu juga dengan Rakha. Dan Raja.Tapi Lyara bilang tidak apa-apa pada setiap pertanyaan tentang dirinya.Setiap malam, Mama meminta tidur bersama Lyara dan Leora. Keduanya sama sekali tidak keberatan. Mereka tidur berpelukan bersama.Hari ketiga, satu per satu saudara mulai pulang. Lyara duduk di kursi teras sendirian. Mengangkat kaki dan memeluk lutut. Pandangannya menatap lantai keramik. Pikirannya melayang. Mengingat semua
Mendengar suara itu, baik Raja juga gadis di depannya, kompak menoleh padanya.“Tolong pegang tas aku, Sayang,” ulang Lyara dengan manja.Tanpa sadar Raja mengangkat tangan kanannya dan memegangi tali tas putih yang diulurkan Lyara. Meliriknya dengan alis terangkat, tatapan dengan kemarahan tadi sudah hilang.“Ups, sory tangan pacarku penuh,” ucap Lyara setelah tersenyum centil pada Raja dan sekarang menghadap sepenuhnya pada gadis di depannya.Gadis itu mengulum senyum, “Pacarnya? Orang yang ada berita itu?” tanyanya.Oh, no, Lyara tidak menyangka gadis di depannya mengenali dirinya. Tapi kepalanya mengangguk kemudian, “Gosip itu bisa begitu berlebihan, bukan?” tanyanya dengan bibir mencebik. Gosip tentang Dinda, Raja, dan si pelakor memang masih panas. “Enggak juga, aku suka ngikutin perkembangannya. Katanya kemarin malah ada yang udah sidang dan dikasih buket,” jawab gadis itu.Alis Lyara menukik. Ternyata sudah sampai sana. Ia mengangkat bahu tak acuh.Gadis di depannya mengangka
Lyara tidak pernah memerhatikan wajah kliennya sampai seperti ini. Ia tidak pernah mempermasalahkan bagaimanapun bentukan kliennya. Yang dilakukannya hanya bekerja sesuai dengan naskah yang ada. Hanya mengikuti sesuai instruksi yang tertera di kontraknya. Hanya itu.Tapi entah kenapa, ia suka sekali melihat Raja. Apalagi saat ia dengan wajah seriusnya. Hampir seminggu bersama dengannya, Lyara tahu kalau Raja adalah orang yang sangat sibuk. Orang sibuk yang selalu menyempatkan diri bertemu dengannya di pagi atau sore hari. Dengannya yang bukan siapa-siapa.Ujung telunjuk kiri Lyara menyentuh dagu bersih tanpa janggut, lalu menyusuri garis rahangnya. Ia menarik telunjuknya saat mata Raja meliriknya sekilas, tapi kembali menyentuh pipi Raja dengan ujung telunjuknya lagi.“Diamlah, berpegangan. Saya sedang menggendong kamu, Yara,” ucapnya dengan suara pelan.“Hm? Saya? Jadi, anda sudah menganggap saya rekan kerja, sekarang?” tanya Lyara. Suaranya terdengar aneh di telinganya sendiri.“Say
Karena Ayah sudah tahu, Mama juga jadi tahu semuanya. Leora yang tahu tentang itu juga ikut kaget karena sama tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Semuanya jadi terlalu cepat. Lyara tiba-tiba dikenal di sepanjang ruangan itu sebagai cucu menantu Kakek. Karena Kakek yang humble pada setiap orang juga, dan memperkenalkan Lyara seperti itu.Raja hanya mengulum senyum sambil mengangkat sebelah alisnya saat menjemput Lyara malam ini.“Siap dengan kontrak selanjutnya, Nona?” tanya Raja.“Dalam mimpimu,” jawab Lyara yang membuat Raja mencebik.“Kamu yakin masih mau bekerja saat masih bersamaku?”“Anda tidak keberatan dengan itu, Pak Raja,” Lyara mengingatkan pasal perjanjian mereka. Bahwa Lyara masih bisa melakukan pekerjaannya seperti biasa. Untuk klien yang sudah memesannya sebelum pertemuan mereka.“Dan aku menyesali keputusan itu sekarang,” sesal Raja sambil memutar roda kemudi keluar parkiran rumah sakit.“Dan bawa kembali mobil itu, Pak Raja,” Lyara sama sekali tidak mengindahkan g