Agensi tempat Lyara bernaung adalah sebuah agensi penyedia talent untuk semua kebutuhan. Butuh pacar sehari? Butuh calon istri? Butuh pelakor untuk jadi viral? Looking For You jawabannya. Semua kebutuhan entertainment tersedia disana. berada di bawah sebuah Production House ternama di ibukota, Lofou menjadi salah satu agensi yang besar.
Banyak yang sudah menggunakan jasa dari Lofou. Pacar-pacar palsu macam Lyara yang menjadi pajangan dan gandengan di berbagai pesta dan acara keluarga. Wajah-wajah yang terpampang di akun-akun gosip yang menjadi simpanan artis juga beberapa diantaranya adalah talent dari Lofou. Beberapa talent juga adalah artis-artis sosmed di berbagai flatform. Lyara tidak akan pernah tahu agensi seperti itu benar-benar nyata sampai ia bertemu Rakha. Dua tahun lalu. Setelah dua tahun menjalani pekerjaan ini, Lyara makin pandai dalam berakting. Makin lihai menipu orang-orang. Makin sulit untuknya melepaskan diri dari pekerjaan tipu-tipunya. “Jadi, tadi itu bagian dari pekerjaan?” Lyara mengangguk mendengar pertanyaan Raja. Lelaki itu menyeringai lalu menatap Lyara, “Kalau begitu, kamu bisa bekerja sama denganku.” “Tidak bisa.” “Kenapa?” “Anda belum menandatangani kontrak dengan kami. Anda juga belum melakukan pemesanan untukku. Tapi sebagai peringatan, jadwalku cukup padat. Jadi, jika anda tidak memesan aku lebih awal, mungkin anda akan lebih lama berada dalam waiting list,” jawab Lyara. Lyara sudah hapal dengan semua jenis penipuan. Pekerjaannya termasuk ke dalam kategori itu. Jadi, ia tidak mungkin membiarkan penipu sepertinya ditipu oleh orang lain. Meskipun sepertinya orang seperti Raja bukanlah penipu. Lyara bisa melihat logo mahkota di roda kemudi, interior mobil yang mewah, kursi jok yang empuk dan nyaman, pengharum mobil yang tidak membuatnya mual, juga keberadaan Genta yang memperkenalkan dirinya sebagai asisten pribadi Raja. Dan jangan lupakan bagaimana Dinda terlihat. Setelan buatan desainer ternama, kelly bag yang berada di tangannya, juga high heels dengan logo khas yang tidak mungkin barang imitasi. Semuanya tidak seperti mode penipu yang ada di diri Lyara. Dress hitamnya memang buatan desainer terkenal kelas dunia, Lady Dior-nya, high heels-nya yang juga bermerk terkenal, make up aduhai yang menghias wajahnya juga bukan main-main. Agensinya yang sudah memfasilitasi itu semua. Meskipun semua benda itu juga asli, tapi bukan miliknya. Yang asli dalam dirinya sekarang hanya tubuhnya. Bahkan wajah dan perasaannya sedang dalam mode penipu. “Baiklah. Aku mengerti,” jawab Raja. Lyara tersenyum, ternyata tidak sulit untuk membuat lelaki di sampingnya mengerti. Ia tidak harus menjelaskan apa-apa lagi kepadanya. “Tapi anda tetap harus membayar apa yang sudah aku lakukan tadi,” jawab Lyara. Raja mengangguk, “Tentu.” Mata Lyara melirik Raja. Ternyata uang memang tidak sulit untuk sebagian orang. Lelaki itu bahkan tidak protes dengan harga tembak yang diberikan Lyara. Lyara kembali mengangguk. “Tulis nomornya,” Raja mengembalikan kartu nama Lofou dan membalikannya. Menarik pena dari saku jasnya kemudian memberikannya pada Lyara. “Nomormu,” lanjutnya. Lyara memicing, “Nomor rekeningku,” katanya meralat. Raja terkekeh pelan. Kepalanya mengangguk kecil. Tangan Lyara menerima kartu dan pena dari tangan Raja. Menuliskan nomor rekeningnya dengan jelas di balik kertas putih itu. “Anda bisa mengirimkan bayaran kali ini langsung kepadaku,” katanya sambil meniup kertas. “Untuk selanjutnya, pastikan anda memesan atas namaku terlebih dulu,” lanjutnya sambil menyerahkan kembali kertas dan penanya. “Baiklah. Aku harus mengikuti prosedurnya,” jawab Raja. Tangannya menyimpan pena dan kertas kembali ke saku jasnya. “Benar. Anda harus mengikuti prosedur yang ada,” Lyara mengangguk. “Jadi, sekarang kamu mau kemana?” “Aku masih punya pekerjaan. Sudah kubilang jadwalku padat,” jawab Lyara. “Jadi, anda bisa menurunkan aku di depan,” lanjutnya sambil bersiap untuk turun. “Aku bisa mengantarmu,” ucap Raja. “Tidak terima kasih, Pak Raja. Anda cukup menurunkan aku di depan. Aku akan lebih berterima kasih,” jawab Lyara. Raja menarik napas, lalu mengangguk, “Baiklah kalau kamu memaksa,” jawabnya. Senyum Lyara mengembang, tapi ia masih tidak mengerti dengan arti tatapan yang diberikan Raja. Dan ia tidak mau peduli. Yang penting ia dibayar atas apa yang sudah dilakukannya tadi. Yang lebih penting lagi, Raja tidak keberatan dengan sepuluh juta yang diminta Lyara. Itu cukup. Sangat cukup. -o0o- Tangan Lyara mengangkat gelas mocktailnya yang segera beradu dengan gelas-gelas di tangan-tangan lain. Dengan senyum ceria tanpa cela, Lyara menyeruput kembali minumannya. Ia memilih minuman tanpa alkohol karena harus tetap menjaga kewarasannya. Juga untuk menjaga ucapan dan tindakannya sebagai pacar dari Anthony. Pacar palsu, tentu saja! Baik di hotel bintang lima tadi, di lobi hotel, maupun di night club seperti sekarang, statusnya sama. Yaitu sebagai pacar palsu. Sebagai talent yang dipekerjakan untuk peran ini, Lyara harus bisa menjaga dirinya agar tidak salah berbicara. Ia harus tetap profesional dan tidak menyinggung hal diluar yang sudah disepakati bersama. Yang lebih penting lagi, Lyara sudah melihat notifikasi di ponselnya. Sepuluh jutanya sudah masuk ke dalam rekeningnya. Dan lelaki tinggi di sampingnya yang merangkul pundaknya dengan santai itu adalah Anthony. Klien keduanya malam ini. “Lo kenal Anthony dari mana, Ra?” seorang perempuan di samping kanan Lyara mendekat dan langsung bertanya dengan frontal. Lyara menahan kernyitannya karena bau alkohol yang tercium, “Kita latihan tembak di tempat yang sama,” jawabnya lancar. Jawaban yang sudah di sepakati dalam skrip. “Jadi lo kena tembakan jitunya Anthony?” Lyara memutar bola matanya, lalu tertawa. “Ih, anji* si Anthony dapet jackpot banget bisa bawa lo,” bisiknya lagi. Bisikan yang harus diucapkan dengan teriakan karena suara dentuman keras di sekeliling mereka. “I’m not that special,” Lyara menggeleng. “Lo gak tau, sih! Mantannya semua spek ani-ani!” Lyara membulatkan bibir. Ia tentu sudah tahu semua informasi tentang Anthony dari agensi, “Oh, ya? Aku doang yang keliatan bener, nih?” tanyanya, setengah bercanda. Pertanyaan Lyara disambut tawa. “Bener lagi! Lo yang keliatan paling bener dari cewek-cewek yang dibawanya,” salah satu cewek menimpali. Cewek di sampingnya mendekat padanya dan berbisik tepat di telinganya, “Hati-hati sama Anthony. Dia maniak!” Mata Lyara mengerjap. Ia tersenyum lalu mengangguk, “Makasih infonya,” katanya balas berbisik. Sungguh menghargai apa yang diberitahukan padanya. “Gue bilang karena lo keliatannya kayak cewek bener,” bisiknya lagi. Lyara kembali tersenyum. Ia mengangguk mengerti. “Sudah waktunya,” Anthony berbisik di telinga Lyara yang membuatnya mengerjap kaget. Lyara mematung sebentar sebelum kembali menguasai dirinya. Ia mengangguk. Scene terakhir dari perannya sebagai pacar Anthony adalah mereka berdua yang pergi menjauh dari semua teman Anthony dan membuat semuanya beranggapan kalau mereka berdua pergi untuk bersenang-senang sendiri. Menjadi plot twist dalam perannya kali ini. Dan hal itu tentu saja hanya pura-pura. Lyara berdiri di belakang pintu sementara Anthony masuk ke salah satu bilik. Seperti di hotel bintang lima tadi, sikapnya di depan Anthony setelah berada di luar jangkauan teman-temannya itu juga langsung berubah. Sikap manja dan penuh senyum ceria di wajahnya tadi segera menghilang. Lyara mengendurkan ikatan rambutnya sambil berjalan ke depan wastafel. Ia menyimpan tas di atas wastafel. Mencuci tangan. Ia tidak berharap banyak kali ini. Setelah mengalami apa yang terjadi di hotel tadi, diikuti kliennya sampai ke lobi, berhadapan dengan Raja dan Dinda, lalu mengetahui bahwa satu lagi kliennya yang ini juga kurang ajar sudah tidak membuatnya kaget. Ia hanya harus ingat untuk tidak melayangkan pukulannya. Lalu sebuah tangan terasa melingkar di perutnya. Lyara terkesiap. Tapi saat melihat di cermin siapa yang berada di belakangnya, ia menarik napas. “Lepaskan sekarang atau bersiap mendapat panggilan dari polisi besok pagi?” tanyanya dengan suara tenang. Menelan kekagetannya. Hal seperti ini sudah sering terjadi. Biasanya, orang yang waras dan menjunjung tinggi kebersihan namanya dari pelanggaran hukum apapun, akan segera melepaskannya. Tapi orang ini sepertinya sudah gila! Karena bukannya dilepaskan, orang gila ini makin mengeratkan pelukannya. Juga mencoba mencium Lyara. “Menjijikan!” gumam Lyara seraya teringat dengan peringatan cewek yang ada di sampingnya tadi. Ternyata benar ucapan cewek tadi. “Lo udah gue bayar mahal. Lo kira lo bisa lolos dengan cuma duduk manis doang?!” Bau alkohol! Lyara mengeryit. Tangannya berusaha melepaskan diri. “Rugi gede kalau gak bisa cium lo dulu sebelum pergi,” ucap orang gila itu lagi dengan wajah mengendus pundak Lyara dan tangan sudah mulai meraba dadanya. “Lo lepas sendiri atau harus gue yang lepasin?” tantang Lyara dengan suara tenang. Meskipun hatinya sudah ketakutan. Tangannya masih menahan tangan Anthony untuk tidak merabanya. Tenang. Tanpa kekerasan. Lyara mengingatkan dirinya sendiri. “Lo kira lo bisa lepas dari gue?” tanya cowok gila itu dengan nada menghina. Batas sabarnya sudah habis. Lyara mencebik. Ia melebarkan kakinya, mengambil kuda-kuda. Tangannya mengepal, mengendurkan tangannya sebentar, lalu dengan sekuat tenaga menyikut rusuk Anthony yang berada tepat di belakangnya. Pintu kamar mandi terbuka. Tepat saat Lyara maju dan berputar, mengambil salah satu lengan Anthony dan memutarnya. Jeritan mengaduh terdengar. Orang yang baru saja masuk ke kamar mandi mematung berdiri. Sekarang, Lyara tidak peduli dengan peringatan yang diterima dari managernya. Kali ini, ia tidak akan tinggal diam dengan perlakuan menjijikan yang diterimanya. Tangannya mengepal. -o0o-Lyara melepaskan putaran lengan kiri Anthony. Dengan kaki terangkat ia berputar dan kakinya tepat mengenai pipi sebelah kiri lelaki gila itu. Tendangannya tepat sasaran.Anthony yang sudah setengah mabuk terhuyung dan menabrak salah satu bilik. Terjerembap di sana. Senyum puas tercetak di bibirnya saat ia melihat Anthony bisa dikalahkannya. Tanpa pukulan tangan. Tapi dengan tendangan. Saat mendarat setelah aksinya itu, Lyara terhuyung saat heelsnya tidak bisa menopang gerakan tiba-tiba itu. Heelsnya patah! Dan ia kehilangan keseimbangan. “Oh!” jeritnya tertahan saat ia tidak jatuh menabrak lantai. Tapi ia tidak jatuh, tubuhnya di topang oleh sesuatu atau seseorang di belakangnya. Lyara mengerjap saat matanya menangkap wajah berkacamata yang asing tapi terasa tidak asing itu. Setelah beberapa detik yang membingungkan, Lyara merasakan tubuhnya diangkat dan ia kembali berdiri. Dengan kaki tinggi sebelah. “Terima kasih,” ucap Lyara dengan sopan. Ia kembali berbalik pada Anthony
Setelah mandi dan menggosok bibirnya dengan sikat gigi untuk menghilangkan ingatannya tentang ciuman yang didapatkannya tadi malam, Lyara kembali menggeleng saat melihat pantulan wajahnya di cermin. Sungguh itu bukan ciuman pertamanya. Tapi bayang-bayang bibir hangat itu menyentuh bibirnya membut Lyara merasa putus asa. Bibirnya yang sudah menganggur lebih dari lima tahun itu akhirnya disapa oleh orang tidak dikenal. Iya, Lyara tahu namanya. Tapi hanya itu. Ia tidak tahu apapun tentang Raja. Itu sama saja dengan ia tidak mengenalnya, bukan?Bukan tanpa alasan kenapa ia membiarkan dirinya sendiri selama ini. Tidak punya pacar, tidak ada gebetan. Bukan karena ia sok suci dengan tanpa berpacaran. Hanya saja semua kesibukannya membuatnya tidak memikirkan apapun selain bekerja mencari uang. Untuk biaya kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai. untuk uang sekolah adiknya, Leora. Untuk kebutuhan Mama yang selalu ingin lebih. Juga mengumpulkan uang untuk operasi Ayah. Kuliahnya yang h
Alis Lyara bertaut, bibirnya juga mengerucut kesal. Klien mengesalkan seperti itu memang selalu membuatnya kesulitan. Ia menekan tombol telepon dan suara serk Rakha di seberang sana segera terdengar. “Baru bangun? Jadi lo baru liat laporan yang gue kirim?” tanya Lyara langsung menodongnya. Ia mengunci kembali pintu depan rumah dan duduk di kursi teras. “Bukan laporan lo yang baru gue liat, Ra,” jawab Rakha dari seberang teleponnya.“Terus?”“Kali ini gue gak tau gimana caranya bela lo, Lyara,” Rakha terdengar frustasi. “Ada apa sih? Serius banget cuma karena gue tendang? Helo? Gue juga rugi di sini. Sepatu gue patah!” cecar Lyara tak bersabar. Ia mulai marah. Apakah ia salah jika membela dirinya sendiri?“Lo bisa datang?” tanya Rakha dengan nada lembutnya. Ia tahu sekali kalau Lyara sudah terpancing emosinya. Lyara melirik jam di ponsel, lalu mengangguk, “Bisa. Gue ketemu Pak Kevin jam delapan,” jawab Lyara. “Ini emang mau ke sana,” lanjutnya lagi.“Oke, gue kasih tau sete
“Gue kesel!” Lyara menjerit. “Lo tau, orang itu-“ Lyara terisak, “lo tau gue selama ini gak pernah pacaran karena gak pernah ada waktu. Waktu gue gak ada buat ketemu cowok selain di kerjaan ini. Terus, terus lo nuduh gue punya pacar, lo nuduh gue! Lo gak tau apa, itu orang gila itu udah bikin gue gak bisa tidur semaleman. Gue udah dibikin malu. Gue- orang itu tiba-tiba aja cium gue sembarangan!” Rakha mengerti semua yang dikatakan Lyana meskipun gadis itu berkata dalam tangisannya sambil terisak dan berteriak kesal. Ia mengerti setiap katanya. Tangan Rakha menarik Lyara ke kursinya. Mendorong gadis itu untuk duduk di sana dan menunggu sampai tangisannya reda. Begitulah cara membuat Lyara tenang.Cara yang sudah dipakainya bertahun-tahun lamanya.Tangan Rakha menggapai kotak tisu dan menyodorkannya pada Lyara yang masih mengelap hidungnya yang berair juga ujung-ujung matanya. Ia berdiri memunggungi meja komputernya dan menunggu. “Gue kesel. Ya Allah gue berdosa banget udah dici
Kebaya mewah yang bertabur manik-manik itu kembali masuk di kotaknya. Lyara menyimpan dengan hati-hati. Setelah mengganti kembali dengan setelan jeans dan kemejanya. Ia baru saja selesai dengan satu pekerjaannya menjadi pendamping salah satu kakaknya pengantin.Entah kenapa Lyara selalu suka dengan pekerjaan menemani di pesta pernikahan. Tapi ia tidak selalu mendapatkan itu. Kebanyakan perannya adalah untuk menjadi pajangan dalam acara makan malam keluarga, atau seperti tadi malam, menjadi piala yang dipamerkan kepada teman-temannya.Benar, Lyara memang cantik. Itulah sebabnya ia tidak keberatan jika hanya menjadi pajangan untuk dipamerkan pada semua orang. Lyara juga bisa akting. Selama ini semua akting yang dilakukannya adalah untuk kepentingan pekerjaannya itu. Tentu saja, ia tidak mungkin menjadi salah satu talent Lofou jika ia tidak cantik dan tidak bisa akting!Selesai membereskan kebayanya. Lyara bergegas menuju tempat kerjanya selanjutnya. Ia akan membantu seorang seniornya ya
“Kak Satria?”Lelaki yang dipanggil Satria itu, menatap Lyara dengan senyuman mengembang. “Kamu apa kabar, Ra?”“Luar biasa! Aku gak menyangka ketemu Kak Satria di sini,” ucap Lyara sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Jadi, ini anak Kak Satria? Ya ampun, aku gak kenal. Maaf,” katanya lagi. Ia menggeleng, “Aku baik-baik,” jawaban Lyara terbata-bata.Satria yang menjulang di depannya terkekeh pelan.Lyara tahu itu karena salah tingkahnya yang tidak pada tempatnya.Satria mengangguk juga tapi pandangannya jelas bahwa ia juga kaget dengan siapa yang ditemuinya itu. Lelaki dengan tinggi seratus delapan puluh lima itu tersenyum. Ia berlutut di depan Lyara tapi pandangannya beralih pada anak kecil di depan Lyara.Lyara menatap Kamara dan tersenyum padanya. “Halo, salam kenal ya, Kamara,” katanya dengan senyum ceria.Kamara mengangguk dan tersenyum.“Kak, masih lama ngobrolnya?”Lyara menatap ibu muda di belakang Kamara lalu tersenyum.“Sudah selesai. Maaf membuat anda menunggu,” Sa
“Kenapa? Kamu terpesona?”Lyara mengeryitkan alis dan berdecak.“Gak apa-apa kok kalau kamu udah terpesona sama aku. Aku juga udah duluan terpesona sama kamu sejak tadi malam,” jawab Raja dengan pertanyaannya sendiri.Lyara menggeleng. Ia menyapukan kuasnya pada cat orange.“Itu sebabnya aku bisa cium ka—““Bisa diem gak?!” Suara Raja berhenti saat Lyara menempelkan tangan kirinya untuk menutup mulutnya Raja. Lyara menatap mata Raja yang membulat, kemudian melembut saat tatapan mereka bertemu. Lyara menatapnya dengan tatapan kesal. Tapi Raja menatapnya dengan lembut.Lyara berkedip sekali lagi, memerhatikan sekitar. Anak-anak bisa saja mendengar kata cium-cium dari mulut Raja. “Bisakah anda diam?”Kepala Raja memiring saat Lyara merendahkan suaranya dan melepaskan tangannya dari bibir Raja. Lyara berkedip saat telapak tangannya menyentuh bibir itu. Kepalanya lagi-lagi menampilkan cuplikan adegan kotor itu! Arggh! Lyara menarik tangannya.Tapi dengan c
“Sayang!” teriaknya tanpa ampun. Semua orang yang mendengar teriakannya berbalik melirik ke arahnya termasuk lelaki yang mengekorinya juga lelaki yang berdiri di samping mobil mengkilap itu. Lyara tersenyum dengan manis, menatap lelaki berjas hitam dengan dasi tidak rapi, kancing kemejanya yang terbuka, juga wajah lelaki yang ternyata tampan itu. Tapi tunggu, kenapa ia melihat tatapan menyeramkan dari mata hitam di balik kacamata itu? Ah, Lyara mendapat ide! “Kamu marah karena aku lama?” tanya Lyara saat kakinya berhenti di depan lelaki tampan itu. Lelaki yang berdiri di dekat mobil. Lelaki yang menjadi targetnya untuk kabur. Lelaki berkacamata di depannya itu menatapnya dengan kepala dimiringkan dan tatapan marahnya yang masih ada di sana. Lyara menggigit bibir, matanya menyorotkan permohonan. “Aku telat karena Pak Devan menahan aku sebentar di resto,” ucapnya dengan sedikit bumbu manja. “Maaf, ya?” Saat melihat tidak ada reaksi apapun dari lelaki di depannya, Lyara menar
“Kenapa? Kamu terpesona?”Lyara mengeryitkan alis dan berdecak.“Gak apa-apa kok kalau kamu udah terpesona sama aku. Aku juga udah duluan terpesona sama kamu sejak tadi malam,” jawab Raja dengan pertanyaannya sendiri.Lyara menggeleng. Ia menyapukan kuasnya pada cat orange.“Itu sebabnya aku bisa cium ka—““Bisa diem gak?!” Suara Raja berhenti saat Lyara menempelkan tangan kirinya untuk menutup mulutnya Raja. Lyara menatap mata Raja yang membulat, kemudian melembut saat tatapan mereka bertemu. Lyara menatapnya dengan tatapan kesal. Tapi Raja menatapnya dengan lembut.Lyara berkedip sekali lagi, memerhatikan sekitar. Anak-anak bisa saja mendengar kata cium-cium dari mulut Raja. “Bisakah anda diam?”Kepala Raja memiring saat Lyara merendahkan suaranya dan melepaskan tangannya dari bibir Raja. Lyara berkedip saat telapak tangannya menyentuh bibir itu. Kepalanya lagi-lagi menampilkan cuplikan adegan kotor itu! Arggh! Lyara menarik tangannya.Tapi dengan c
“Kak Satria?”Lelaki yang dipanggil Satria itu, menatap Lyara dengan senyuman mengembang. “Kamu apa kabar, Ra?”“Luar biasa! Aku gak menyangka ketemu Kak Satria di sini,” ucap Lyara sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Jadi, ini anak Kak Satria? Ya ampun, aku gak kenal. Maaf,” katanya lagi. Ia menggeleng, “Aku baik-baik,” jawaban Lyara terbata-bata.Satria yang menjulang di depannya terkekeh pelan.Lyara tahu itu karena salah tingkahnya yang tidak pada tempatnya.Satria mengangguk juga tapi pandangannya jelas bahwa ia juga kaget dengan siapa yang ditemuinya itu. Lelaki dengan tinggi seratus delapan puluh lima itu tersenyum. Ia berlutut di depan Lyara tapi pandangannya beralih pada anak kecil di depan Lyara.Lyara menatap Kamara dan tersenyum padanya. “Halo, salam kenal ya, Kamara,” katanya dengan senyum ceria.Kamara mengangguk dan tersenyum.“Kak, masih lama ngobrolnya?”Lyara menatap ibu muda di belakang Kamara lalu tersenyum.“Sudah selesai. Maaf membuat anda menunggu,” Sa
Kebaya mewah yang bertabur manik-manik itu kembali masuk di kotaknya. Lyara menyimpan dengan hati-hati. Setelah mengganti kembali dengan setelan jeans dan kemejanya. Ia baru saja selesai dengan satu pekerjaannya menjadi pendamping salah satu kakaknya pengantin.Entah kenapa Lyara selalu suka dengan pekerjaan menemani di pesta pernikahan. Tapi ia tidak selalu mendapatkan itu. Kebanyakan perannya adalah untuk menjadi pajangan dalam acara makan malam keluarga, atau seperti tadi malam, menjadi piala yang dipamerkan kepada teman-temannya.Benar, Lyara memang cantik. Itulah sebabnya ia tidak keberatan jika hanya menjadi pajangan untuk dipamerkan pada semua orang. Lyara juga bisa akting. Selama ini semua akting yang dilakukannya adalah untuk kepentingan pekerjaannya itu. Tentu saja, ia tidak mungkin menjadi salah satu talent Lofou jika ia tidak cantik dan tidak bisa akting!Selesai membereskan kebayanya. Lyara bergegas menuju tempat kerjanya selanjutnya. Ia akan membantu seorang seniornya ya
“Gue kesel!” Lyara menjerit. “Lo tau, orang itu-“ Lyara terisak, “lo tau gue selama ini gak pernah pacaran karena gak pernah ada waktu. Waktu gue gak ada buat ketemu cowok selain di kerjaan ini. Terus, terus lo nuduh gue punya pacar, lo nuduh gue! Lo gak tau apa, itu orang gila itu udah bikin gue gak bisa tidur semaleman. Gue udah dibikin malu. Gue- orang itu tiba-tiba aja cium gue sembarangan!” Rakha mengerti semua yang dikatakan Lyana meskipun gadis itu berkata dalam tangisannya sambil terisak dan berteriak kesal. Ia mengerti setiap katanya. Tangan Rakha menarik Lyara ke kursinya. Mendorong gadis itu untuk duduk di sana dan menunggu sampai tangisannya reda. Begitulah cara membuat Lyara tenang.Cara yang sudah dipakainya bertahun-tahun lamanya.Tangan Rakha menggapai kotak tisu dan menyodorkannya pada Lyara yang masih mengelap hidungnya yang berair juga ujung-ujung matanya. Ia berdiri memunggungi meja komputernya dan menunggu. “Gue kesel. Ya Allah gue berdosa banget udah dici
Alis Lyara bertaut, bibirnya juga mengerucut kesal. Klien mengesalkan seperti itu memang selalu membuatnya kesulitan. Ia menekan tombol telepon dan suara serk Rakha di seberang sana segera terdengar. “Baru bangun? Jadi lo baru liat laporan yang gue kirim?” tanya Lyara langsung menodongnya. Ia mengunci kembali pintu depan rumah dan duduk di kursi teras. “Bukan laporan lo yang baru gue liat, Ra,” jawab Rakha dari seberang teleponnya.“Terus?”“Kali ini gue gak tau gimana caranya bela lo, Lyara,” Rakha terdengar frustasi. “Ada apa sih? Serius banget cuma karena gue tendang? Helo? Gue juga rugi di sini. Sepatu gue patah!” cecar Lyara tak bersabar. Ia mulai marah. Apakah ia salah jika membela dirinya sendiri?“Lo bisa datang?” tanya Rakha dengan nada lembutnya. Ia tahu sekali kalau Lyara sudah terpancing emosinya. Lyara melirik jam di ponsel, lalu mengangguk, “Bisa. Gue ketemu Pak Kevin jam delapan,” jawab Lyara. “Ini emang mau ke sana,” lanjutnya lagi.“Oke, gue kasih tau sete
Setelah mandi dan menggosok bibirnya dengan sikat gigi untuk menghilangkan ingatannya tentang ciuman yang didapatkannya tadi malam, Lyara kembali menggeleng saat melihat pantulan wajahnya di cermin. Sungguh itu bukan ciuman pertamanya. Tapi bayang-bayang bibir hangat itu menyentuh bibirnya membut Lyara merasa putus asa. Bibirnya yang sudah menganggur lebih dari lima tahun itu akhirnya disapa oleh orang tidak dikenal. Iya, Lyara tahu namanya. Tapi hanya itu. Ia tidak tahu apapun tentang Raja. Itu sama saja dengan ia tidak mengenalnya, bukan?Bukan tanpa alasan kenapa ia membiarkan dirinya sendiri selama ini. Tidak punya pacar, tidak ada gebetan. Bukan karena ia sok suci dengan tanpa berpacaran. Hanya saja semua kesibukannya membuatnya tidak memikirkan apapun selain bekerja mencari uang. Untuk biaya kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai. untuk uang sekolah adiknya, Leora. Untuk kebutuhan Mama yang selalu ingin lebih. Juga mengumpulkan uang untuk operasi Ayah. Kuliahnya yang h
Lyara melepaskan putaran lengan kiri Anthony. Dengan kaki terangkat ia berputar dan kakinya tepat mengenai pipi sebelah kiri lelaki gila itu. Tendangannya tepat sasaran.Anthony yang sudah setengah mabuk terhuyung dan menabrak salah satu bilik. Terjerembap di sana. Senyum puas tercetak di bibirnya saat ia melihat Anthony bisa dikalahkannya. Tanpa pukulan tangan. Tapi dengan tendangan. Saat mendarat setelah aksinya itu, Lyara terhuyung saat heelsnya tidak bisa menopang gerakan tiba-tiba itu. Heelsnya patah! Dan ia kehilangan keseimbangan. “Oh!” jeritnya tertahan saat ia tidak jatuh menabrak lantai. Tapi ia tidak jatuh, tubuhnya di topang oleh sesuatu atau seseorang di belakangnya. Lyara mengerjap saat matanya menangkap wajah berkacamata yang asing tapi terasa tidak asing itu. Setelah beberapa detik yang membingungkan, Lyara merasakan tubuhnya diangkat dan ia kembali berdiri. Dengan kaki tinggi sebelah. “Terima kasih,” ucap Lyara dengan sopan. Ia kembali berbalik pada Anthony
Agensi tempat Lyara bernaung adalah sebuah agensi penyedia talent untuk semua kebutuhan. Butuh pacar sehari? Butuh calon istri? Butuh pelakor untuk jadi viral? Looking For You jawabannya. Semua kebutuhan entertainment tersedia disana. berada di bawah sebuah Production House ternama di ibukota, Lofou menjadi salah satu agensi yang besar. Banyak yang sudah menggunakan jasa dari Lofou. Pacar-pacar palsu macam Lyara yang menjadi pajangan dan gandengan di berbagai pesta dan acara keluarga. Wajah-wajah yang terpampang di akun-akun gosip yang menjadi simpanan artis juga beberapa diantaranya adalah talent dari Lofou. Beberapa talent juga adalah artis-artis sosmed di berbagai flatform. Lyara tidak akan pernah tahu agensi seperti itu benar-benar nyata sampai ia bertemu Rakha. Dua tahun lalu.Setelah dua tahun menjalani pekerjaan ini, Lyara makin pandai dalam berakting. Makin lihai menipu orang-orang. Makin sulit untuknya melepaskan diri dari pekerjaan tipu-tipunya. “Jadi, tadi itu bagian
“Sayang!” teriaknya tanpa ampun. Semua orang yang mendengar teriakannya berbalik melirik ke arahnya termasuk lelaki yang mengekorinya juga lelaki yang berdiri di samping mobil mengkilap itu. Lyara tersenyum dengan manis, menatap lelaki berjas hitam dengan dasi tidak rapi, kancing kemejanya yang terbuka, juga wajah lelaki yang ternyata tampan itu. Tapi tunggu, kenapa ia melihat tatapan menyeramkan dari mata hitam di balik kacamata itu? Ah, Lyara mendapat ide! “Kamu marah karena aku lama?” tanya Lyara saat kakinya berhenti di depan lelaki tampan itu. Lelaki yang berdiri di dekat mobil. Lelaki yang menjadi targetnya untuk kabur. Lelaki berkacamata di depannya itu menatapnya dengan kepala dimiringkan dan tatapan marahnya yang masih ada di sana. Lyara menggigit bibir, matanya menyorotkan permohonan. “Aku telat karena Pak Devan menahan aku sebentar di resto,” ucapnya dengan sedikit bumbu manja. “Maaf, ya?” Saat melihat tidak ada reaksi apapun dari lelaki di depannya, Lyara menar