Share

Bab 4

Author: Purple Bubble
last update Huling Na-update: 2025-03-20 11:36:37

Setelah mandi dan menggosok bibirnya dengan sikat gigi untuk menghilangkan ingatannya tentang ciuman yang didapatkannya tadi malam, Lyara kembali menggeleng saat melihat pantulan wajahnya di cermin. Sungguh itu bukan ciuman pertamanya. Tapi bayang-bayang bibir hangat itu menyentuh bibirnya membut Lyara merasa putus asa.

Bibirnya yang sudah menganggur lebih dari tujuh tahun itu akhirnya disapa oleh orang tidak dikenal.

Iya, Lyara tahu namanya. Tapi hanya itu. Ia tidak tahu apapun tentang Raja. Itu sama saja dengan ia tidak mengenalnya, bukan?

Bukan tanpa alasan kenapa ia membiarkan dirinya sendiri selama ini. Tidak punya pacar, tidak ada gebetan. Bukan karena ia sok suci dengan tanpa berpacaran. Hanya saja semua kesibukannya membuatnya tidak memikirkan apapun selain bekerja mencari uang. Untuk biaya kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai. untuk uang sekolah adiknya, Leora. Untuk kebutuhan Mama yang selalu ingin lebih. Juga mengumpulkan uang untuk operasi Ayah.

Kuliahnya yang harus tertunda karena tidak ada biaya. Membuat Lyara belum lulus di usia yang menginjak dua puluh empat ini. Untunglah, ia sudah selesai menyusun skripsi. Tanggal sidangnya juga sudah ditentukan. Ia akan bisa secepatnya menyelesaikan pekerjaanya menjadi talent Lofou dan mencari pekerjaan yang lebih baik.

Ia ingin memakai bajunya sendiri saat bekerja. Ia ingin mengerjakan hal yang sudah ia pelajari. Ia ingin bekerja di tempat yang lebih baik. Bukan pekerjaan yang membuatnya harus menipu orang-orang. Lyara memang suka akting. Ia masuk kelas akting karena ia menyukainya. Tapi bayangan di kepalanya tentang akting bukanlah yang seperti ini. Bukan seperti yang dilakukannya selama ini.

Lyara ingin bekerja memakai pakaian pilihannya sendiri.

Ia sudah pernah bekerja dengan memakai seragam. Saat menjadi kurir pengantar makanan, saat menjadi pelayan di toko beauty, saat menjadi pelayan di sebuah gerai minuman boba, bahkan sekarang pun. Saat bekerja untuk Lofou, pakaiannya adalah pilihan Alina.

Saat melihat orang-orang yang bekerja lainnya, Lyara senang sekali melihat berbagai style yang dipakai oleh orang-orang itu. Pakaian yang menjadi pilihan mereka hari itu. Pakaian yang memberi kesan siapa pemakainya.

Tentu saja Lyara menyukai semua pakaian pilihan Alina. Sebagai penata gaya dan busana di Lofou, Alina adalah orang yang hebat. Lyara tidak pernah salah kostum saat datang ke setiap acara kliennya. Semua diperhitungkan dengan baik dan matang olehnya. Gaunnya, setelannya, tas dan sepatunya, Alina adalah yang terbaik untuk hal itu.

Tapi ia juga ingin menjadi dirinya sendiri.

Lyara menatap kembali pantulan dirinya di cermin. Kepalanya mengangguk. ini bukan saatnya meratapi nasib. Biar bagaimanapun, semua pekerjaannya baik yang sudah pernah dilakukannya sampai apa yang sedang dijalaninya sekarang. Semuanya sudah membawanya menjadi dirinya yang sekarang. Dan ia menyukai dirinya yang saat ini.

Menjadi Lyara yang tidak pernah menyerah pada apapun.

Meskipun ada satu atau dua hal yang membuatnya marah, membuatnya menangis, membuatnya sedih dan membuatnya merasa tidak punya harga diri seperti apa yang terjadi tadi malam. Ia selalu bisa bangkit kembali.

Yang penting ia mendapatkan uang untuk biaya kuliahnya, untuk Leora, untuk Mama, juga untuk Ayah.

Semuanya sudah cukup.

“Kak, mau pergi lagi pagi-pagi gini?”

Lyara berbalik, adiknya yang cantik dan masih kelas tiga SMA itu, Leora, baru bangun. Duduk di atas tempat tidur yang tadi malam mereka tempati bersama-sama. “Heem, aku ada kerjaan lagi pagi ini,” jawab Lyara. Ia kembali menatap cermin. Hanya tinggal mengoleskan lip tint dan make up-nya untuk hari ini selesai.

“Ini hari minggu loh, kak. Kak Yara juga baru datang lewat tengah malem tadi kan?” Leora mengucek matanya sambil menggapai ponselnya dan melihat jam di layarnya, “Baru jam lima atuh, Kakak,” katanya kembali protes.

Dengan senyum mengembang Lyara berdiri dan menghampiri Leora yang kembali bergelung di selimutnya. “Kamu yang harusnya cepet bangun. Udah siang,” jawabnya sambil menepuk pelan pipi adiknya itu.

“Aku mau tidur sampai siang,” jawab Leora.

“Anak gadis gak boleh gitu, Yora,” Lyara tersenyum jahil sebelum menarik selimut yang dipakai Leora.

“Kakak!” Leora menggeram dan beringsut meraih selimutnya.

“No! No! Bangun, Putri Tidur,” Lyara menggulung selimut dan menjauhkannya dari tempat tidur.

“Aku Anna bukan Aurora,” erang Leora. Ia sekarang membuka matanya.

Lyara tergelak, bisa-bisanya Leora protes dengan panggilan putri tidurnya. “Baiklah, Anna, meskipun hari ini bukan my coronation day, tapi kamu harus bangun. Jangan sampe ketemu Hans,” katanya sambil lalu. Ia beranjak dari tempat tidur dan meraih sisir di meja rias.

“Aku harus ketemu Hans dulu sebelum terpesona sama Kristoff, Kak,” Leora masih menjawabnya. Melihat Lyara yang melepaskan selimutnya, Leora tersenyum dan kembali membentangkan selimut. “Jadi, aku harus kesiangan,” lanjutnya sambil mencebikkan bibirnya.

Lyara menggeleng menatap adiknya yang sudah kembali menutup matanya. Tangannya sekarang merapikan rambutnya dan membuat gelungan. Selesai merapikan rambutnya, Lyara sudah siap untuk kembali pada pekerjaannya. Pagi ini, ia punya jadwal untuk kembali menemani kliennya. Ucapannya pada Raja tadi malam bukan bualan. Jadwalnya memang padat.

Tapi bukan hanya tentang pekerjaannya sebagai pacar bayaran. Ia juga punya kehidupan lain. Lyara juga baru selesai dalam menyusun skripsinya. Sebetulnya ia baru kembali menerima banyak klien setelah menyelesaikan tugas akhirnya itu. Waktunya banyak tersita, karena itu ia sempat libur beberapa waktu sebelum kembali menyanggupi pekerjaannya.

Jika bukan karena uang yang dikumpulkannya untuk operasi Ayah dipakai Mama untuk membeli satu tas itu, Lyara berniat untuk menunda pekerjaan sampai sidang minggu depan. Tapi Mama memang tidak bisa terlepas dari hidup mewahnya dulu. Meskipun ia sudah memintanya berulang kali selama enam tahun ini.

Setelah menutup kembali pintu kamar Leora, ia mengetuk pintu kamar Ayah. Terdengar suara Ayah dari dalam dan Lyara membuka pintunya.

“Selamat pagi Ayah ganteng,” sapanya dengan ceria.

Di dalam kamar itu ada dua kasur singel size. Satu milik Mama, satu lagi milik Ayah. Mama bilang tidak mau tidur bareng ayah lagi sejak pindah kemari. Meskipun begitu, Mama masih mau mengurus Ayah. Dengan janji bahwa Lyara akan memenuhi keinginan Mama. Itulah sebabnya ia bekerja apa saja yang bisa dikerjakannya.

Karena Mama yang bersedia mengurus Ayah.

“Sttt, Mamamu masih tidur,” ucap Ayah dengan bisikan saat Lyara masuk.

Lyara melihat Mama yang masih bergelung dalam selimutnya. Ia tidak bisa menyalahkan mama dalam situasi seperti ini. Meski dengan susah payah, ia juga bisa memahami Mama. Saat masih gadis, Mama adalah anak dari seorang juragan tembakau. Menikah dengan Ayah dalam masa keemasan Ayah. Hidupnya selalu dalam kemewahan. Tapi saat Ayah terlibat dalam sebuah kecelakaan, perusahaannya yang dipegang temannya kolaps, dan bangkrut menyisakan banyak hutang. Kehidupan Mama berubah dalam sekejap.

Lyara mengangguk dan duduk di samping tempat tidur Ayah. “Aku udah bikin sarapan. Minum dan sarapan ayah udah aku simpan di kursi ayah. Oke?” katanya dalam bisikan.

Ayah mengangguk, “Kamu mau pergi lagi?”

“Heem, aku ada kerjaan lagi pagi ini, Yah,” jawab Lyara.

“Maafkan ayah karena membuat kamu kesulitan, Yara,” Ayah berkata kembali dalam bisikannya. Tidak mau membuat Mama terbangun.

Lyara menggeleng. Setelah menjalaninya selama enam tahun ini, ia sudah terbiasa dengan semuanya. Saat pulang ke rumah, ia harus membereskan semua hal. Mulai dengan mencuci piring, mencuci baju, membereskan baju yang sudah kering, memasak, dan menyapu juga membereskan rumah. Setelah berkutat dengan pekerjaan berisik di luar, setidaknya membereskan rumah dalam keheningan malam membuat kepalanya diam.

Mama memang berjanji mengurus ayah, tapi tidak dengan mengurus rumah dan semuanya. Leora sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Jadi ia tidak mencemaskan adiknya. Hanya Ayah yang masih harus ia cemaskan. Dan Mama santai mengurus dirinya sendiri.

“Aku harus melakukannya, Ayah. Aku anak paling tua. Aku harus bertanggung jawab pada keluarga,” jawab Lyara. Masih dengan bisikan yang sama.

“Ayah berhutang banyak kepadamu, Nak,” jawab Ayah.

“Tidak, Ayah. Selama delapan belas tahun ayah sudah memberikan semua yang aku mau. Aku bekerja bahkan belum ada setengah dari semua waktu yang ayah berikan sama aku,” Lyara menepuk pelan punggung tangan Ayah.

Ayah menggenggam tangan putrinya itu dengan erat.

Ponsel Lyara bergetar dalam tasnya. Ia membukanya dan melihat nama Rakha. Keningnya berkerut, jarang sekali lelaki itu menghbunginya pagi-pagi seperti ini. Apakah ia sudah membaca laporannya? Bagus sekali! Lyara mengulurkan tangan dan mencium tangan Ayah, “Aku harus berangkat, Yah. Aku pamit, ya,” katanya sambil menekan ikon berwarna merah.

“Berisik ih, kalian gak bisa gak sih gak ngobrol dulu pagi-pagi kayak gini?!” suara serak Mama terdengar.

Lyara saling berpandangan dengan Ayah lalu tersenyum, “Maaf, Mah. Lyara pergi sekarang,” katanya meminta maaf.

Ayah mengangguk saat Lyara berjalan ke pintu dan melambaikan tangan padanya.

Setelah menutup lagi pintu, Lyara kembali melihat ponselnya yang berkedip, pesan dari Rakha.

[Rakha : Ra, lo tau udah dapet peringatan, kan? Kok masih barbar banget?]

Lyara menatap ponselnya dengan marah.

-o0o-

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Queen of Liars   Bab 5

    Alis Lyara bertaut, bibirnya juga mengerucut kesal. Klien mengesalkan seperti itu memang selalu membuatnya kesulitan. Ia menekan tombol telepon dan suara serk Rakha di seberang sana segera terdengar. “Baru bangun? Jadi lo baru liat laporan yang gue kirim?” tanya Lyara langsung menodongnya. Ia mengunci kembali pintu depan rumah dan duduk di kursi teras. “Bukan laporan lo yang baru gue liat, Ra,” jawab Rakha dari seberang teleponnya.“Terus?”“Kali ini gue gak tau gimana caranya bela lo, Lyara,” Rakha terdengar frustasi. “Ada apa sih? Serius banget cuma karena gue tendang? Helo? Gue juga rugi di sini. Sepatu gue patah!” cecar Lyara tak bersabar. Ia mulai marah. Apakah ia salah jika membela dirinya sendiri?“Lo bisa datang?” tanya Rakha dengan nada lembutnya. Ia tahu sekali kalau Lyara sudah terpancing emosinya. Lyara melirik jam di ponsel, lalu mengangguk, “Bisa. Gue ketemu Pak Kevin jam delapan,” jawab Lyara. “Ini emang mau ke sana,” lanjutnya lagi.“Oke, gue kasih tau sete

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Queen of Liars   Bab 6

    “Gue kesel!” Lyara menjerit. “Lo tau, orang itu-“ Lyara terisak, “lo tau gue selama ini gak pernah pacaran karena gak pernah ada waktu. Waktu gue gak ada buat ketemu cowok selain di kerjaan ini. Terus, terus lo nuduh gue punya pacar, lo nuduh gue! Lo gak tau apa, itu orang gila itu udah bikin gue gak bisa tidur semaleman. Gue udah dibikin malu. Gue- orang itu tiba-tiba aja cium gue sembarangan!” Rakha mengerti semua yang dikatakan Lyana meskipun gadis itu berkata dalam tangisannya sambil terisak dan berteriak kesal. Ia mengerti setiap katanya. Tangan Rakha menarik Lyara ke kursinya. Mendorong gadis itu untuk duduk di sana dan menunggu sampai tangisannya reda. Begitulah cara membuat Lyara tenang.Cara yang sudah dipakainya bertahun-tahun lamanya.Tangan Rakha menggapai kotak tisu dan menyodorkannya pada Lyara yang masih mengelap hidungnya yang berair juga ujung-ujung matanya. Ia berdiri memunggungi meja komputernya dan menunggu. “Gue kesel. Ya Allah gue berdosa banget udah dici

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Queen of Liars   Bab 7

    Kebaya mewah yang bertabur manik-manik itu kembali masuk di kotaknya. Lyara menyimpan dengan hati-hati. Setelah mengganti kembali dengan setelan jeans dan kemejanya. Ia baru saja selesai dengan satu pekerjaannya menjadi pendamping salah satu kakaknya pengantin.Entah kenapa Lyara selalu suka dengan pekerjaan menemani di pesta pernikahan. Tapi ia tidak selalu mendapatkan itu. Kebanyakan perannya adalah untuk menjadi pajangan dalam acara makan malam keluarga, atau seperti tadi malam, menjadi piala yang dipamerkan kepada teman-temannya.Benar, Lyara memang cantik. Itulah sebabnya ia tidak keberatan jika hanya menjadi pajangan untuk dipamerkan pada semua orang. Lyara juga bisa akting. Selama ini semua akting yang dilakukannya adalah untuk kepentingan pekerjaannya itu. Tentu saja, ia tidak mungkin menjadi salah satu talent Lofou jika ia tidak cantik dan tidak bisa akting!Selesai membereskan kebayanya. Lyara bergegas menuju tempat kerjanya selanjutnya. Ia akan membantu seorang seniornya ya

    Huling Na-update : 2025-04-10
  • Queen of Liars   Bab 8

    “Kak Satria?”Lelaki yang dipanggil Satria itu, menatap Lyara dengan senyuman mengembang. “Kamu apa kabar, Ra?”“Luar biasa! Aku gak menyangka ketemu Kak Satria di sini,” ucap Lyara sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Jadi, ini anak Kak Satria? Ya ampun, aku gak kenal. Maaf,” katanya lagi. Ia menggeleng, “Aku baik-baik,” jawaban Lyara terbata-bata.Satria yang menjulang di depannya terkekeh pelan.Lyara tahu itu karena salah tingkahnya yang tidak pada tempatnya.Satria mengangguk juga tapi pandangannya jelas bahwa ia juga kaget dengan siapa yang ditemuinya itu. Lelaki dengan tinggi seratus delapan puluh lima itu tersenyum. Ia berlutut di depan Lyara tapi pandangannya beralih pada anak kecil di depan Lyara.Lyara menatap Kamara dan tersenyum padanya. “Halo, salam kenal ya, Kamara,” katanya dengan senyum ceria.Kamara mengangguk dan tersenyum.“Kak, masih lama ngobrolnya?”Lyara menatap ibu muda di belakang Kamara lalu tersenyum.“Sudah selesai. Maaf membuat anda menunggu,” Sa

    Huling Na-update : 2025-04-12
  • Queen of Liars   bab 9

    “Kenapa? Kamu terpesona?”Lyara mengeryitkan alis dan berdecak.“Gak apa-apa kok kalau kamu udah terpesona sama aku. Aku juga udah duluan terpesona sama kamu sejak tadi malam,” jawab Raja dengan pertanyaannya sendiri.Lyara menggeleng. Ia menyapukan kuasnya pada cat orange.“Itu sebabnya aku bisa cium ka—““Bisa diem gak?!” Suara Raja berhenti saat Lyara menempelkan tangan kirinya untuk menutup mulutnya Raja. Lyara menatap mata Raja yang membulat, kemudian melembut saat tatapan mereka bertemu. Lyara menatapnya dengan tatapan kesal. Tapi Raja menatapnya dengan lembut.Lyara berkedip sekali lagi, memerhatikan sekitar. Anak-anak bisa saja mendengar kata cium-cium dari mulut Raja. “Bisakah anda diam?”Kepala Raja memiring saat Lyara merendahkan suaranya dan melepaskan tangannya dari bibir Raja. Lyara berkedip saat telapak tangannya menyentuh bibir itu. Kepalanya lagi-lagi menampilkan cuplikan adegan kotor itu! Arggh! Lyara menarik tangannya.Tapi dengan c

    Huling Na-update : 2025-04-13
  • Queen of Liars   Bab 10

    “Kak, kamar ini terlalu mahal,” ucap Ayah setelah perawat menutup pintu.“Kayaknya kamu udah dapet uang banyak,Yara,” komentar Mama.“Dari sini bisa liat ke taman tengah rumah sakit, Kak,” kata Leora yang berdiri di dekat jendela.Lyara memerhatikan ke sekeliling kamar. Memang benar. Kamar ini luas sekali untuk hanya dihuni satu orang. Biasanya ayah mendapatkan perawatan kelas tiga, karena kelas yang mereka ambil untuk BPJS adalah kelas tiga. Enam tahun lalu, setelah berhasil mengurus klaim asuransi ayah, Lyara tidak sanggup meneruskan asuransi itu. Ia beralih pada BPJS dan berhasil mengurus semuanya sendirian.Ia langsung menjadi dewasa sejak lulus SMA.Dan kembali mendapatkan ruangan kelas satu seperti ini, membuatnya kembali teringat masa lalu.“Gak apa-apa, Ayah. Kerjaan aku lancar,” jawab Lyara. Senyumnya terpasang sempurna. “Ini salah satu fasilitas yang aku dapat,” tambahnya.Bohong.“Kerjaan apa yang bisa kasih kamu fasilitas rumah sakit kelas

    Huling Na-update : 2025-04-14
  • Queen of Liars   Bab 11

    “Ajaib banget!” ujar Rakha setelah pintu ruangan Rakha tertutup dan Anthony tidak lagi terlihat.Lyara juga masih mematung. Mencerna apa yang sebenarnya sudah terjadi. Ia bersitatap dengan Rakha dan keduanya tertawa. Mengingat wajah lebam yang ditampilkan Anthony. Lyara tidak jadi menyesal bukan dirinya sendiri yang berbuat begitu. Karena jika pakai tenaganya, wajah lelaki itu tidak akan separah itu.Dengan kedatangannya, Anthony juga berkata kalau Lyara dan Lofou tidak perlu mengganti rugi apapun. Bahkan sepatu patah Lyara segera diganti. Kotak itu tergeletak di hadapan Lyara dan lengkap dengan nota pembelian untuk berjaga jika sizenya tidak pas. Juga video permintaan maaf yang menampilkan pemberian maaf oleh Lyara.Tawa Lyara berhenti.“Kenapa?”Matanya menemukan Rakha yang menatap dengan alis bertaut. Lyara menggeleng. “Menurut lo, kenapa orang itu bisa tiba-tiba minta maaf sama gue?”Rakha mengangkat bahu tak acuh, “Udah tobat kali,” jawabnya asal. “Yang

    Huling Na-update : 2025-04-15
  • Queen of Liars   Bab 12

    [Lyara : Ayah saya baik-baik saja. Terima kasih, Pak Raja.]Setelah menyentuh tanda kirim, Lyara melonjak kaget karena nomor itu meneleponnya. Memandang ponselnya dengan jantung berdebar, Lyara menarik napas dan berjinjit keluar kamar tanpa suara, sebelum menerima telepon itu.‘Nona. Yang aku tanyakan apakah kamu baik-baik saja?’Suara itu, Lyara tersenyum kecut mendengarnya. Suaranya merdu dan seksi, suara yang menyebalkan saat di booth tadi siang. Lyara tahu ia berhutang banyak sekali padanya. Tapi kemudian kepalanya mengangguk sambil kembali duduk di tempat yang tadi didudukinya bersama Rakha. “Hm, aku sudah lebih baik sekarang.”‘Itu lebih baik.’Lyara mendengar suara kekehan pelan di seberang teleponnya. Ia ingat dengan apa yang terjadi di The Palace, “Apa yang sudah anda lakukan di booth face painting?” todong Lyara langsung.Dan keheningan di seberang sana membuat Lyara mengerutkan alisnya.‘Aku sudah bilang, bukan? Genta bisa dipercaya untuk menan

    Huling Na-update : 2025-04-16

Pinakabagong kabanata

  • Queen of Liars   Bab 13

    Pesannya pada Leora langsung dibisikan dengan sangat jelas saat gadis SMA itu baru saja sadar dari tidurnya. Lyara sangat sadar jika Leora akan segera mengetahui gosipnya saat ia membuka salah satu dari deretan aplikasi itu di ponselnya.“Hah?!” Leora tidak mengkondisikan suaranya. Mereka yang sedang berjalan keluar gedung rawat inap mendapat tatapan dari beberapa orang yang mendengar suara Leora. Lyara berdalih mengantar adiknya itu berangkat sekolah pada Mama dan Ayah.“Ssttt,” Lyara menempelkan telunjuknya ke bibir.“Kak!”“Aku tau aku salah, Yora, tapi plis. Jangan main hape di depan Ayah atau Mama, ya,” pinta Lyara setelah ia menjelaskan intinya apa yang terjadi. Bahwa ia menjadi pacar Raja hanya untuk sementara.“Mana bisa gitu, Kak?!”“Bisa, Yora! Buktinya adalah jadwal operasi ayah yang udah keluar. Itu bukti paling kuat yang Kakak punya,” jawab Lyara.“Kakak dibayar buat itu?”Lyara mengangguk.“Tapi, Kak,” Leora menahan kata-katanya

  • Queen of Liars   Bab 12

    [Lyara : Ayah saya baik-baik saja. Terima kasih, Pak Raja.]Setelah menyentuh tanda kirim, Lyara melonjak kaget karena nomor itu meneleponnya. Memandang ponselnya dengan jantung berdebar, Lyara menarik napas dan berjinjit keluar kamar tanpa suara, sebelum menerima telepon itu.‘Nona. Yang aku tanyakan apakah kamu baik-baik saja?’Suara itu, Lyara tersenyum kecut mendengarnya. Suaranya merdu dan seksi, suara yang menyebalkan saat di booth tadi siang. Lyara tahu ia berhutang banyak sekali padanya. Tapi kemudian kepalanya mengangguk sambil kembali duduk di tempat yang tadi didudukinya bersama Rakha. “Hm, aku sudah lebih baik sekarang.”‘Itu lebih baik.’Lyara mendengar suara kekehan pelan di seberang teleponnya. Ia ingat dengan apa yang terjadi di The Palace, “Apa yang sudah anda lakukan di booth face painting?” todong Lyara langsung.Dan keheningan di seberang sana membuat Lyara mengerutkan alisnya.‘Aku sudah bilang, bukan? Genta bisa dipercaya untuk menan

  • Queen of Liars   Bab 11

    “Ajaib banget!” ujar Rakha setelah pintu ruangan Rakha tertutup dan Anthony tidak lagi terlihat.Lyara juga masih mematung. Mencerna apa yang sebenarnya sudah terjadi. Ia bersitatap dengan Rakha dan keduanya tertawa. Mengingat wajah lebam yang ditampilkan Anthony. Lyara tidak jadi menyesal bukan dirinya sendiri yang berbuat begitu. Karena jika pakai tenaganya, wajah lelaki itu tidak akan separah itu.Dengan kedatangannya, Anthony juga berkata kalau Lyara dan Lofou tidak perlu mengganti rugi apapun. Bahkan sepatu patah Lyara segera diganti. Kotak itu tergeletak di hadapan Lyara dan lengkap dengan nota pembelian untuk berjaga jika sizenya tidak pas. Juga video permintaan maaf yang menampilkan pemberian maaf oleh Lyara.Tawa Lyara berhenti.“Kenapa?”Matanya menemukan Rakha yang menatap dengan alis bertaut. Lyara menggeleng. “Menurut lo, kenapa orang itu bisa tiba-tiba minta maaf sama gue?”Rakha mengangkat bahu tak acuh, “Udah tobat kali,” jawabnya asal. “Yang

  • Queen of Liars   Bab 10

    “Kak, kamar ini terlalu mahal,” ucap Ayah setelah perawat menutup pintu.“Kayaknya kamu udah dapet uang banyak,Yara,” komentar Mama.“Dari sini bisa liat ke taman tengah rumah sakit, Kak,” kata Leora yang berdiri di dekat jendela.Lyara memerhatikan ke sekeliling kamar. Memang benar. Kamar ini luas sekali untuk hanya dihuni satu orang. Biasanya ayah mendapatkan perawatan kelas tiga, karena kelas yang mereka ambil untuk BPJS adalah kelas tiga. Enam tahun lalu, setelah berhasil mengurus klaim asuransi ayah, Lyara tidak sanggup meneruskan asuransi itu. Ia beralih pada BPJS dan berhasil mengurus semuanya sendirian.Ia langsung menjadi dewasa sejak lulus SMA.Dan kembali mendapatkan ruangan kelas satu seperti ini, membuatnya kembali teringat masa lalu.“Gak apa-apa, Ayah. Kerjaan aku lancar,” jawab Lyara. Senyumnya terpasang sempurna. “Ini salah satu fasilitas yang aku dapat,” tambahnya.Bohong.“Kerjaan apa yang bisa kasih kamu fasilitas rumah sakit kelas

  • Queen of Liars   bab 9

    “Kenapa? Kamu terpesona?”Lyara mengeryitkan alis dan berdecak.“Gak apa-apa kok kalau kamu udah terpesona sama aku. Aku juga udah duluan terpesona sama kamu sejak tadi malam,” jawab Raja dengan pertanyaannya sendiri.Lyara menggeleng. Ia menyapukan kuasnya pada cat orange.“Itu sebabnya aku bisa cium ka—““Bisa diem gak?!” Suara Raja berhenti saat Lyara menempelkan tangan kirinya untuk menutup mulutnya Raja. Lyara menatap mata Raja yang membulat, kemudian melembut saat tatapan mereka bertemu. Lyara menatapnya dengan tatapan kesal. Tapi Raja menatapnya dengan lembut.Lyara berkedip sekali lagi, memerhatikan sekitar. Anak-anak bisa saja mendengar kata cium-cium dari mulut Raja. “Bisakah anda diam?”Kepala Raja memiring saat Lyara merendahkan suaranya dan melepaskan tangannya dari bibir Raja. Lyara berkedip saat telapak tangannya menyentuh bibir itu. Kepalanya lagi-lagi menampilkan cuplikan adegan kotor itu! Arggh! Lyara menarik tangannya.Tapi dengan c

  • Queen of Liars   Bab 8

    “Kak Satria?”Lelaki yang dipanggil Satria itu, menatap Lyara dengan senyuman mengembang. “Kamu apa kabar, Ra?”“Luar biasa! Aku gak menyangka ketemu Kak Satria di sini,” ucap Lyara sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Jadi, ini anak Kak Satria? Ya ampun, aku gak kenal. Maaf,” katanya lagi. Ia menggeleng, “Aku baik-baik,” jawaban Lyara terbata-bata.Satria yang menjulang di depannya terkekeh pelan.Lyara tahu itu karena salah tingkahnya yang tidak pada tempatnya.Satria mengangguk juga tapi pandangannya jelas bahwa ia juga kaget dengan siapa yang ditemuinya itu. Lelaki dengan tinggi seratus delapan puluh lima itu tersenyum. Ia berlutut di depan Lyara tapi pandangannya beralih pada anak kecil di depan Lyara.Lyara menatap Kamara dan tersenyum padanya. “Halo, salam kenal ya, Kamara,” katanya dengan senyum ceria.Kamara mengangguk dan tersenyum.“Kak, masih lama ngobrolnya?”Lyara menatap ibu muda di belakang Kamara lalu tersenyum.“Sudah selesai. Maaf membuat anda menunggu,” Sa

  • Queen of Liars   Bab 7

    Kebaya mewah yang bertabur manik-manik itu kembali masuk di kotaknya. Lyara menyimpan dengan hati-hati. Setelah mengganti kembali dengan setelan jeans dan kemejanya. Ia baru saja selesai dengan satu pekerjaannya menjadi pendamping salah satu kakaknya pengantin.Entah kenapa Lyara selalu suka dengan pekerjaan menemani di pesta pernikahan. Tapi ia tidak selalu mendapatkan itu. Kebanyakan perannya adalah untuk menjadi pajangan dalam acara makan malam keluarga, atau seperti tadi malam, menjadi piala yang dipamerkan kepada teman-temannya.Benar, Lyara memang cantik. Itulah sebabnya ia tidak keberatan jika hanya menjadi pajangan untuk dipamerkan pada semua orang. Lyara juga bisa akting. Selama ini semua akting yang dilakukannya adalah untuk kepentingan pekerjaannya itu. Tentu saja, ia tidak mungkin menjadi salah satu talent Lofou jika ia tidak cantik dan tidak bisa akting!Selesai membereskan kebayanya. Lyara bergegas menuju tempat kerjanya selanjutnya. Ia akan membantu seorang seniornya ya

  • Queen of Liars   Bab 6

    “Gue kesel!” Lyara menjerit. “Lo tau, orang itu-“ Lyara terisak, “lo tau gue selama ini gak pernah pacaran karena gak pernah ada waktu. Waktu gue gak ada buat ketemu cowok selain di kerjaan ini. Terus, terus lo nuduh gue punya pacar, lo nuduh gue! Lo gak tau apa, itu orang gila itu udah bikin gue gak bisa tidur semaleman. Gue udah dibikin malu. Gue- orang itu tiba-tiba aja cium gue sembarangan!” Rakha mengerti semua yang dikatakan Lyana meskipun gadis itu berkata dalam tangisannya sambil terisak dan berteriak kesal. Ia mengerti setiap katanya. Tangan Rakha menarik Lyara ke kursinya. Mendorong gadis itu untuk duduk di sana dan menunggu sampai tangisannya reda. Begitulah cara membuat Lyara tenang.Cara yang sudah dipakainya bertahun-tahun lamanya.Tangan Rakha menggapai kotak tisu dan menyodorkannya pada Lyara yang masih mengelap hidungnya yang berair juga ujung-ujung matanya. Ia berdiri memunggungi meja komputernya dan menunggu. “Gue kesel. Ya Allah gue berdosa banget udah dici

  • Queen of Liars   Bab 5

    Alis Lyara bertaut, bibirnya juga mengerucut kesal. Klien mengesalkan seperti itu memang selalu membuatnya kesulitan. Ia menekan tombol telepon dan suara serk Rakha di seberang sana segera terdengar. “Baru bangun? Jadi lo baru liat laporan yang gue kirim?” tanya Lyara langsung menodongnya. Ia mengunci kembali pintu depan rumah dan duduk di kursi teras. “Bukan laporan lo yang baru gue liat, Ra,” jawab Rakha dari seberang teleponnya.“Terus?”“Kali ini gue gak tau gimana caranya bela lo, Lyara,” Rakha terdengar frustasi. “Ada apa sih? Serius banget cuma karena gue tendang? Helo? Gue juga rugi di sini. Sepatu gue patah!” cecar Lyara tak bersabar. Ia mulai marah. Apakah ia salah jika membela dirinya sendiri?“Lo bisa datang?” tanya Rakha dengan nada lembutnya. Ia tahu sekali kalau Lyara sudah terpancing emosinya. Lyara melirik jam di ponsel, lalu mengangguk, “Bisa. Gue ketemu Pak Kevin jam delapan,” jawab Lyara. “Ini emang mau ke sana,” lanjutnya lagi.“Oke, gue kasih tau sete

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status