“Kak, kamar ini terlalu mahal,” ucap Ayah setelah perawat menutup pintu.
“Kayaknya kamu udah dapet uang banyak,Yara,” komentar Mama.“Dari sini bisa liat ke taman tengah rumah sakit, Kak,” kata Leora yang berdiri di dekat jendela.Lyara memerhatikan ke sekeliling kamar. Memang benar. Kamar ini luas sekali untuk hanya dihuni satu orang. Biasanya ayah mendapatkan perawatan kelas tiga, karena kelas yang mereka ambil untuk BPJS adalah kelas tiga. Enam tahun lalu, setelah berhasil mengurus klaim asuransi ayah, Lyara tidak sanggup meneruskan asuransi itu. Ia beralih pada BPJS dan berhasil mengurus semuanya sendirian.Ia langsung menjadi dewasa sejak lulus SMA.Dan kembali mendapatkan ruangan kelas satu seperti ini, membuatnya kembali teringat masa lalu.“Gak apa-apa, Ayah. Kerjaan aku lancar,” jawab Lyara. Senyumnya terpasang sempurna. “Ini salah satu fasilitas yang aku dapat,” tambahnya.Bohong.“Kerjaan apa yang bisa kasih kamu fasilitas rumah sakit kelas“Ajaib banget!” ujar Rakha setelah pintu ruangan Rakha tertutup dan Anthony tidak lagi terlihat.Lyara juga masih mematung. Mencerna apa yang sebenarnya sudah terjadi. Ia bersitatap dengan Rakha dan keduanya tertawa. Mengingat wajah lebam yang ditampilkan Anthony. Lyara tidak jadi menyesal bukan dirinya sendiri yang berbuat begitu. Karena jika pakai tenaganya, wajah lelaki itu tidak akan separah itu.Dengan kedatangannya, Anthony juga berkata kalau Lyara dan Lofou tidak perlu mengganti rugi apapun. Bahkan sepatu patah Lyara segera diganti. Kotak itu tergeletak di hadapan Lyara dan lengkap dengan nota pembelian untuk berjaga jika sizenya tidak pas. Juga video permintaan maaf yang menampilkan pemberian maaf oleh Lyara.Tawa Lyara berhenti.“Kenapa?”Matanya menemukan Rakha yang menatap dengan alis bertaut. Lyara menggeleng. “Menurut lo, kenapa orang itu bisa tiba-tiba minta maaf sama gue?”Rakha mengangkat bahu tak acuh, “Udah tobat kali,” jawabnya asal. “Yang
[Lyara : Ayah saya baik-baik saja. Terima kasih, Pak Raja.]Setelah menyentuh tanda kirim, Lyara melonjak kaget karena nomor itu meneleponnya. Memandang ponselnya dengan jantung berdebar, Lyara menarik napas dan berjinjit keluar kamar tanpa suara, sebelum menerima telepon itu.‘Nona. Yang aku tanyakan apakah kamu baik-baik saja?’Suara itu, Lyara tersenyum kecut mendengarnya. Suaranya merdu dan seksi, suara yang menyebalkan saat di booth tadi siang. Lyara tahu ia berhutang banyak sekali padanya. Tapi kemudian kepalanya mengangguk sambil kembali duduk di tempat yang tadi didudukinya bersama Rakha. “Hm, aku sudah lebih baik sekarang.”‘Itu lebih baik.’Lyara mendengar suara kekehan pelan di seberang teleponnya. Ia ingat dengan apa yang terjadi di The Palace, “Apa yang sudah anda lakukan di booth face painting?” todong Lyara langsung.Dan keheningan di seberang sana membuat Lyara mengerutkan alisnya.‘Aku sudah bilang, bukan? Genta bisa dipercaya untuk menan
Pesannya pada Leora langsung dibisikan dengan sangat jelas saat gadis SMA itu baru saja sadar dari tidurnya. Lyara sangat sadar jika Leora akan segera mengetahui gosipnya saat ia membuka salah satu dari deretan aplikasi itu di ponselnya.“Hah?!” Leora tidak mengkondisikan suaranya. Mereka yang sedang berjalan keluar gedung rawat inap mendapat tatapan dari beberapa orang yang mendengar suara Leora. Lyara berdalih mengantar adiknya itu berangkat sekolah pada Mama dan Ayah.“Ssttt,” Lyara menempelkan telunjuknya ke bibir.“Kak!”“Aku tau aku salah, Yora, tapi plis. Jangan main hape di depan Ayah atau Mama, ya,” pinta Lyara setelah ia menjelaskan intinya apa yang terjadi. Bahwa ia menjadi pacar Raja hanya untuk sementara.“Mana bisa gitu, Kak?!”“Bisa, Yora! Buktinya adalah jadwal operasi ayah yang udah keluar. Itu bukti paling kuat yang Kakak punya,” jawab Lyara.“Kakak dibayar buat itu?”Lyara mengangguk.“Tapi, Kak,” Leora menahan kata-katanya
Wajah Lyara pasti memerah saat setiap mata manusia yang berada di lobi itu tertuju kepadanya. Langkahnya cepat-cepat mendekati Genta yang juga sedang berjalan mendekatinya.“Panggilan macam apa itu?” protes Lyara mengerutkan keningnya.“Anda tidak pernah protes sebelumnya,” jawab Genta dengan wajah tak berdosa.“Namaku Lyara, anda bisa memanggil dengan namaku,” ucap Lyara lagi.“Calon Istri Bos lebih dramatis, bukan? Lihatlah mata-mata penuh minat itu,” jawab Genta sambil mengerling.Lyara menggeleng, “Saya sudah ada janji dengan Pak Raja,” katanya mencegah Genta kembali membahas ‘calon istri bos’.“Mari, saya tunjukan jalannya,” jawab Genta mempersilakan Lyara berjalan mendahuluinya.“Bukannya anda tadi mau ke luar?”Genta menggeleng, “Tidak ada yang lebih penting dari Calon Istri Bos,” jawabnya kembali menggema di penjuru ruangan.Lyara menatap Genta tanpa minat. Sepertinya itu adalah alasan kenapa Genta menjadi asisten pribadi Raja. Karena mereka berdua sama-sama menyebalkan. Lyara
Satu hal yang disadari Lyara saat ini adalah ia tidak bisa kabur. Satu hal lagi adalah mulutnya memang pembawa bencana. Setelah berbicara dengan sembarangan dan membalas ocehan Dinda, mulutnya juga dengan sadar membawanya pada bibir itu. Padahal kemarin Raja baru saja bilang kalau ia tidak akan menciumnya lagi. Sekarang siapa yang mendatanginya untuk mencium? Terkutuk memang sebuah taruhan itu! Lyara merasa tidak punya muka di hadapan dua lelaki di depannya ini. Sementara Raja hanya terkekeh pelan, Genta hanya duduk dengan kikuk. Canggung sekali situasi ini! Dinda sendiri sudah pergi saat Lyara menerima tantangannya dengan membawa dirinya pada Raja. Dinda semakin berang saat tangan Raja terangkat dan melepas kacamatanya, melemparkannya begitu saja ke atas meja. Lalu berlanjut dengan tangan kanan merengkuh tengkuk Lyara dan tangan kiri melingkar di pinggangnya. Memperdalam ciuman mereka, menarik tubuh Lyara semakin rapat ke tubuh lelaki itu. Lyara mencengkeram ke
Rakha tidak ada di tempat keramatnya. Lelaki itu menghilang di saat yang genting. Setelah beberapa kali panggilannya tidak dingkat, chatnya tidak dibalas, sekarang ia menghilang. Bagus sekali! Katanya mau mencari data Raja. Bukan menemukannya, ia bahkan menghilang entah kemana.Dengan lelah, Lyara menghempaskan dirinya di sofa ruangan Rakha. Memikirkan kembali diskusi yang dilakukannya siang tadi di kantor Raja yang berakhir tanpa keputusan apapun. Genta memintanya memikirkan apa saja syarat yang harus mereka penuhi. Dan Raja tetap pada pendiriannya bahwa ia akan menghapus semua syaratnya.Jika mereka menikah. Itu katanya.Sinting!Lyara bahkan tidak bisa menggunakan jurus tendangannya karena percuma. Juga karena malu! Lyara menggeleng, ternyata yang lebih sinting itu adalah dirinya! Argh! Kenapa masalah Raja jadi serumit ini? Semuanya memang gara-gara ci—Ceklek.“Rakha?” Lyara bangun dan mendapati Rakha yang kehabisan energi.“Lyara?” Rakha terlihat kaget melihat Lyara sudah berada
“Gak serius kan itu, Pak Raja?” tanya Lyara.Kedua tangan Raja membawa keranjang buah. Ia menoleh pada Lyara dan menggeleng, “Gak bercanda, Yara,” jawabnya.“Buat apa coba?” tanya Lyara lagi sambil mengikuti Raja yang berjalan di depannya.“Buat kasih selamat karena kamu udah lulus sidang,” jawab Raja.“Gak ada hubungannya,” decak Lyara tidak habis pikir. Untuk apa coba?“Gak apa-apa, Yara. Aku datang sebagai temen deh, bukan pacar,” katanya enteng.“Emangnya kita temenan?” tanya Lyara masih mengekori lelaki itu.Raja menghentikan langkahnya, “Memangnya bukan?” tanyanya sambil berbalik. Wajahnya penuh protes. Tidak terima ia tidak dianggap teman oleh Lyara.“Bukan.”“Lalu?”“Aku sedang bekerja kepada anda, Pak Raja,” jawab Lyara.“Itu dia!”“Apa?”“Panggilanmu. Jangan memanggilku Pak Raja di depan Kakek,” katanya kemudian.“Aku tau,” jawab Lyara.“Kamu sudah tau mau memanggilku apa?” goda Raja.Mata Lyara berkedip, “Akang? Abang? Mas?” Lyara balik menggoda dengan nada mendayu yang man
Karena Ayah sudah tahu, Mama juga jadi tahu semuanya. Leora yang tahu tentang itu juga ikut kaget karena sama tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Semuanya jadi terlalu cepat. Lyara tiba-tiba dikenal di sepanjang ruangan itu sebagai cucu menantu Kakek. Karena Kakek yang humble pada setiap orang juga, dan memperkenalkan Lyara seperti itu.Raja hanya mengulum senyum sambil mengangkat sebelah alisnya saat menjemput Lyara malam ini.“Siap dengan kontrak selanjutnya, Nona?” tanya Raja.“Dalam mimpimu,” jawab Lyara yang membuat Raja mencebik.“Kamu yakin masih mau bekerja saat masih bersamaku?”“Anda tidak keberatan dengan itu, Pak Raja,” Lyara mengingatkan pasal perjanjian mereka. Bahwa Lyara masih bisa melakukan pekerjaannya seperti biasa. Untuk klien yang sudah memesannya sebelum pertemuan mereka.“Dan aku menyesali keputusan itu sekarang,” sesal Raja sambil memutar roda kemudi keluar parkiran rumah sakit.“Dan bawa kembali mobil itu, Pak Raja,” Lyara sama sekali tidak mengindahkan g
Lyara mengurus semuanya. Ia berada di samping Ayah sepanjang waktu. Ia menemani Ayah sampai di tempat peristirahatannya yang terakhir. Tanpa lelah. Tanpa air mata.Setiap ada kesempatan, Lyara memeluk Mama yang menangis sejak Ayah masuk ruang operasi. Leora lebih tabah. Meskipun begitu, Lyara juga memeluknya saat ia tidak sibuk dengan semua hal yang harus diurusnya.Karena Ayah adalah anak tunggal, yang datang hanya sepupu-sepupunya yang juga sudah paruh baya. Sedangkan keluarga Mama datang sebagian. Para tetangga datang membantunya. Teman-teman Lyara datang, begitu juga dengan Rakha. Dan Raja.Tapi Lyara bilang tidak apa-apa pada setiap pertanyaan tentang dirinya.Setiap malam, Mama meminta tidur bersama Lyara dan Leora. Keduanya sama sekali tidak keberatan. Mereka tidur berpelukan bersama.Hari ketiga, satu per satu saudara mulai pulang. Lyara duduk di kursi teras sendirian. Mengangkat kaki dan memeluk lutut. Pandangannya menatap lantai keramik. Pikirannya melayang. Mengingat semua
Mendengar suara itu, baik Raja juga gadis di depannya, kompak menoleh padanya.“Tolong pegang tas aku, Sayang,” ulang Lyara dengan manja.Tanpa sadar Raja mengangkat tangan kanannya dan memegangi tali tas putih yang diulurkan Lyara. Meliriknya dengan alis terangkat, tatapan dengan kemarahan tadi sudah hilang.“Ups, sory tangan pacarku penuh,” ucap Lyara setelah tersenyum centil pada Raja dan sekarang menghadap sepenuhnya pada gadis di depannya.Gadis itu mengulum senyum, “Pacarnya? Orang yang ada berita itu?” tanyanya.Oh, no, Lyara tidak menyangka gadis di depannya mengenali dirinya. Tapi kepalanya mengangguk kemudian, “Gosip itu bisa begitu berlebihan, bukan?” tanyanya dengan bibir mencebik. Gosip tentang Dinda, Raja, dan si pelakor memang masih panas. “Enggak juga, aku suka ngikutin perkembangannya. Katanya kemarin malah ada yang udah sidang dan dikasih buket,” jawab gadis itu.Alis Lyara menukik. Ternyata sudah sampai sana. Ia mengangkat bahu tak acuh.Gadis di depannya mengangka
Lyara tidak pernah memerhatikan wajah kliennya sampai seperti ini. Ia tidak pernah mempermasalahkan bagaimanapun bentukan kliennya. Yang dilakukannya hanya bekerja sesuai dengan naskah yang ada. Hanya mengikuti sesuai instruksi yang tertera di kontraknya. Hanya itu.Tapi entah kenapa, ia suka sekali melihat Raja. Apalagi saat ia dengan wajah seriusnya. Hampir seminggu bersama dengannya, Lyara tahu kalau Raja adalah orang yang sangat sibuk. Orang sibuk yang selalu menyempatkan diri bertemu dengannya di pagi atau sore hari. Dengannya yang bukan siapa-siapa.Ujung telunjuk kiri Lyara menyentuh dagu bersih tanpa janggut, lalu menyusuri garis rahangnya. Ia menarik telunjuknya saat mata Raja meliriknya sekilas, tapi kembali menyentuh pipi Raja dengan ujung telunjuknya lagi.“Diamlah, berpegangan. Saya sedang menggendong kamu, Yara,” ucapnya dengan suara pelan.“Hm? Saya? Jadi, anda sudah menganggap saya rekan kerja, sekarang?” tanya Lyara. Suaranya terdengar aneh di telinganya sendiri.“Say
Karena Ayah sudah tahu, Mama juga jadi tahu semuanya. Leora yang tahu tentang itu juga ikut kaget karena sama tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Semuanya jadi terlalu cepat. Lyara tiba-tiba dikenal di sepanjang ruangan itu sebagai cucu menantu Kakek. Karena Kakek yang humble pada setiap orang juga, dan memperkenalkan Lyara seperti itu.Raja hanya mengulum senyum sambil mengangkat sebelah alisnya saat menjemput Lyara malam ini.“Siap dengan kontrak selanjutnya, Nona?” tanya Raja.“Dalam mimpimu,” jawab Lyara yang membuat Raja mencebik.“Kamu yakin masih mau bekerja saat masih bersamaku?”“Anda tidak keberatan dengan itu, Pak Raja,” Lyara mengingatkan pasal perjanjian mereka. Bahwa Lyara masih bisa melakukan pekerjaannya seperti biasa. Untuk klien yang sudah memesannya sebelum pertemuan mereka.“Dan aku menyesali keputusan itu sekarang,” sesal Raja sambil memutar roda kemudi keluar parkiran rumah sakit.“Dan bawa kembali mobil itu, Pak Raja,” Lyara sama sekali tidak mengindahkan g
“Gak serius kan itu, Pak Raja?” tanya Lyara.Kedua tangan Raja membawa keranjang buah. Ia menoleh pada Lyara dan menggeleng, “Gak bercanda, Yara,” jawabnya.“Buat apa coba?” tanya Lyara lagi sambil mengikuti Raja yang berjalan di depannya.“Buat kasih selamat karena kamu udah lulus sidang,” jawab Raja.“Gak ada hubungannya,” decak Lyara tidak habis pikir. Untuk apa coba?“Gak apa-apa, Yara. Aku datang sebagai temen deh, bukan pacar,” katanya enteng.“Emangnya kita temenan?” tanya Lyara masih mengekori lelaki itu.Raja menghentikan langkahnya, “Memangnya bukan?” tanyanya sambil berbalik. Wajahnya penuh protes. Tidak terima ia tidak dianggap teman oleh Lyara.“Bukan.”“Lalu?”“Aku sedang bekerja kepada anda, Pak Raja,” jawab Lyara.“Itu dia!”“Apa?”“Panggilanmu. Jangan memanggilku Pak Raja di depan Kakek,” katanya kemudian.“Aku tau,” jawab Lyara.“Kamu sudah tau mau memanggilku apa?” goda Raja.Mata Lyara berkedip, “Akang? Abang? Mas?” Lyara balik menggoda dengan nada mendayu yang man
Rakha tidak ada di tempat keramatnya. Lelaki itu menghilang di saat yang genting. Setelah beberapa kali panggilannya tidak dingkat, chatnya tidak dibalas, sekarang ia menghilang. Bagus sekali! Katanya mau mencari data Raja. Bukan menemukannya, ia bahkan menghilang entah kemana.Dengan lelah, Lyara menghempaskan dirinya di sofa ruangan Rakha. Memikirkan kembali diskusi yang dilakukannya siang tadi di kantor Raja yang berakhir tanpa keputusan apapun. Genta memintanya memikirkan apa saja syarat yang harus mereka penuhi. Dan Raja tetap pada pendiriannya bahwa ia akan menghapus semua syaratnya.Jika mereka menikah. Itu katanya.Sinting!Lyara bahkan tidak bisa menggunakan jurus tendangannya karena percuma. Juga karena malu! Lyara menggeleng, ternyata yang lebih sinting itu adalah dirinya! Argh! Kenapa masalah Raja jadi serumit ini? Semuanya memang gara-gara ci—Ceklek.“Rakha?” Lyara bangun dan mendapati Rakha yang kehabisan energi.“Lyara?” Rakha terlihat kaget melihat Lyara sudah berada
Satu hal yang disadari Lyara saat ini adalah ia tidak bisa kabur. Satu hal lagi adalah mulutnya memang pembawa bencana. Setelah berbicara dengan sembarangan dan membalas ocehan Dinda, mulutnya juga dengan sadar membawanya pada bibir itu. Padahal kemarin Raja baru saja bilang kalau ia tidak akan menciumnya lagi. Sekarang siapa yang mendatanginya untuk mencium? Terkutuk memang sebuah taruhan itu! Lyara merasa tidak punya muka di hadapan dua lelaki di depannya ini. Sementara Raja hanya terkekeh pelan, Genta hanya duduk dengan kikuk. Canggung sekali situasi ini! Dinda sendiri sudah pergi saat Lyara menerima tantangannya dengan membawa dirinya pada Raja. Dinda semakin berang saat tangan Raja terangkat dan melepas kacamatanya, melemparkannya begitu saja ke atas meja. Lalu berlanjut dengan tangan kanan merengkuh tengkuk Lyara dan tangan kiri melingkar di pinggangnya. Memperdalam ciuman mereka, menarik tubuh Lyara semakin rapat ke tubuh lelaki itu. Lyara mencengkeram ke
Wajah Lyara pasti memerah saat setiap mata manusia yang berada di lobi itu tertuju kepadanya. Langkahnya cepat-cepat mendekati Genta yang juga sedang berjalan mendekatinya.“Panggilan macam apa itu?” protes Lyara mengerutkan keningnya.“Anda tidak pernah protes sebelumnya,” jawab Genta dengan wajah tak berdosa.“Namaku Lyara, anda bisa memanggil dengan namaku,” ucap Lyara lagi.“Calon Istri Bos lebih dramatis, bukan? Lihatlah mata-mata penuh minat itu,” jawab Genta sambil mengerling.Lyara menggeleng, “Saya sudah ada janji dengan Pak Raja,” katanya mencegah Genta kembali membahas ‘calon istri bos’.“Mari, saya tunjukan jalannya,” jawab Genta mempersilakan Lyara berjalan mendahuluinya.“Bukannya anda tadi mau ke luar?”Genta menggeleng, “Tidak ada yang lebih penting dari Calon Istri Bos,” jawabnya kembali menggema di penjuru ruangan.Lyara menatap Genta tanpa minat. Sepertinya itu adalah alasan kenapa Genta menjadi asisten pribadi Raja. Karena mereka berdua sama-sama menyebalkan. Lyara
Pesannya pada Leora langsung dibisikan dengan sangat jelas saat gadis SMA itu baru saja sadar dari tidurnya. Lyara sangat sadar jika Leora akan segera mengetahui gosipnya saat ia membuka salah satu dari deretan aplikasi itu di ponselnya.“Hah?!” Leora tidak mengkondisikan suaranya. Mereka yang sedang berjalan keluar gedung rawat inap mendapat tatapan dari beberapa orang yang mendengar suara Leora. Lyara berdalih mengantar adiknya itu berangkat sekolah pada Mama dan Ayah.“Ssttt,” Lyara menempelkan telunjuknya ke bibir.“Kak!”“Aku tau aku salah, Yora, tapi plis. Jangan main hape di depan Ayah atau Mama, ya,” pinta Lyara setelah ia menjelaskan intinya apa yang terjadi. Bahwa ia menjadi pacar Raja hanya untuk sementara.“Mana bisa gitu, Kak?!”“Bisa, Yora! Buktinya adalah jadwal operasi ayah yang udah keluar. Itu bukti paling kuat yang Kakak punya,” jawab Lyara.“Kakak dibayar buat itu?”Lyara mengangguk.“Tapi, Kak,” Leora menahan kata-katanya