“Sayang!” teriaknya tanpa ampun. Semua orang yang mendengar teriakannya berbalik melirik ke arahnya termasuk lelaki yang mengekorinya juga lelaki yang berdiri di samping mobil mengkilap itu. Lyara tersenyum dengan manis, menatap lelaki berjas hitam dengan dasi tidak rapi, kancing kemejanya yang terbuka, juga wajah lelaki yang ternyata tampan itu. Tapi tunggu, kenapa ia melihat tatapan menyeramkan dari mata hitam di balik kacamata itu? Ah, Lyara mendapat ide! “Kamu marah karena aku lama?” tanya Lyara saat kakinya berhenti di depan lelaki tampan itu. Lelaki yang berdiri di dekat mobil. Lelaki yang menjadi targetnya untuk kabur. Lelaki berkacamata di depannya itu menatapnya dengan kepala dimiringkan dan tatapan marahnya yang masih ada di sana. Lyara menggigit bibir, matanya menyorotkan permohonan. “Aku telat karena Pak Devan menahan aku sebentar di resto,” ucapnya dengan sedikit bumbu manja. “Maaf, ya?” Saat melihat tidak ada reaksi apapun dari lelaki di depannya, Lyara menar
Agensi tempat Lyara bernaung adalah sebuah agensi penyedia talent untuk semua kebutuhan. Butuh pacar sehari? Butuh calon istri? Butuh pelakor untuk jadi viral? Looking For You jawabannya. Semua kebutuhan entertainment tersedia disana. berada di bawah sebuah Production House ternama di ibukota, Lofou menjadi salah satu agensi yang besar. Banyak yang sudah menggunakan jasa dari Lofou. Pacar-pacar palsu macam Lyara yang menjadi pajangan dan gandengan di berbagai pesta dan acara keluarga. Wajah-wajah yang terpampang di akun-akun gosip yang menjadi simpanan artis juga beberapa diantaranya adalah talent dari Lofou. Beberapa talent juga adalah artis-artis sosmed di berbagai flatform. Lyara tidak akan pernah tahu agensi seperti itu benar-benar nyata sampai ia bertemu Rakha. Dua tahun lalu.Setelah dua tahun menjalani pekerjaan ini, Lyara makin pandai dalam berakting. Makin lihai menipu orang-orang. Makin sulit untuknya melepaskan diri dari pekerjaan tipu-tipunya. “Jadi, tadi itu bagian
Lyara melepaskan putaran lengan kiri Anthony. Dengan kaki terangkat ia berputar dan kakinya tepat mengenai pipi sebelah kiri lelaki gila itu. Tendangannya tepat sasaran.Anthony yang sudah setengah mabuk terhuyung dan menabrak salah satu bilik. Terjerembap di sana. Senyum puas tercetak di bibirnya saat ia melihat Anthony bisa dikalahkannya. Tanpa pukulan tangan. Tapi dengan tendangan. Saat mendarat setelah aksinya itu, Lyara terhuyung saat heelsnya tidak bisa menopang gerakan tiba-tiba itu. Heelsnya patah! Dan ia kehilangan keseimbangan. “Oh!” jeritnya tertahan saat ia tidak jatuh menabrak lantai. Tapi ia tidak jatuh, tubuhnya di topang oleh sesuatu atau seseorang di belakangnya. Lyara mengerjap saat matanya menangkap wajah berkacamata yang asing tapi terasa tidak asing itu. Setelah beberapa detik yang membingungkan, Lyara merasakan tubuhnya diangkat dan ia kembali berdiri. Dengan kaki tinggi sebelah. “Terima kasih,” ucap Lyara dengan sopan. Ia kembali berbalik pada Anthony
Setelah mandi dan menggosok bibirnya dengan sikat gigi untuk menghilangkan ingatannya tentang ciuman yang didapatkannya tadi malam, Lyara kembali menggeleng saat melihat pantulan wajahnya di cermin. Sungguh itu bukan ciuman pertamanya. Tapi bayang-bayang bibir hangat itu menyentuh bibirnya membut Lyara merasa putus asa. Bibirnya yang sudah menganggur lebih dari tujuh tahun itu akhirnya disapa oleh orang tidak dikenal. Iya, Lyara tahu namanya. Tapi hanya itu. Ia tidak tahu apapun tentang Raja. Itu sama saja dengan ia tidak mengenalnya, bukan? Bukan tanpa alasan kenapa ia membiarkan dirinya sendiri selama ini. Tidak punya pacar, tidak ada gebetan. Bukan karena ia sok suci dengan tanpa berpacaran. Hanya saja semua kesibukannya membuatnya tidak memikirkan apapun selain bekerja mencari uang. Untuk biaya kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai. untuk uang sekolah adiknya, Leora. Untuk kebutuhan Mama yang selalu ingin lebih. Juga mengumpulkan uang untuk operasi Ayah. Kuliahnya y
Alis Lyara bertaut, bibirnya juga mengerucut kesal. Klien mengesalkan seperti itu memang selalu membuatnya kesulitan. Ia menekan tombol telepon dan suara serk Rakha di seberang sana segera terdengar. “Baru bangun? Jadi lo baru liat laporan yang gue kirim?” tanya Lyara langsung menodongnya. Ia mengunci kembali pintu depan rumah dan duduk di kursi teras. “Bukan laporan lo yang baru gue liat, Ra,” jawab Rakha dari seberang teleponnya.“Terus?”“Kali ini gue gak tau gimana caranya bela lo, Lyara,” Rakha terdengar frustasi. “Ada apa sih? Serius banget cuma karena gue tendang? Helo? Gue juga rugi di sini. Sepatu gue patah!” cecar Lyara tak bersabar. Ia mulai marah. Apakah ia salah jika membela dirinya sendiri?“Lo bisa datang?” tanya Rakha dengan nada lembutnya. Ia tahu sekali kalau Lyara sudah terpancing emosinya. Lyara melirik jam di ponsel, lalu mengangguk, “Bisa. Gue ketemu Pak Kevin jam delapan,” jawab Lyara. “Ini emang mau ke sana,” lanjutnya lagi.“Oke, gue kasih tau sete
“Gue kesel!” Lyara menjerit. “Lo tau, orang itu-“ Lyara terisak, “lo tau gue selama ini gak pernah pacaran karena gak pernah ada waktu. Waktu gue gak ada buat ketemu cowok selain di kerjaan ini. Terus, terus lo nuduh gue punya pacar, lo nuduh gue! Lo gak tau apa, itu orang gila itu udah bikin gue gak bisa tidur semaleman. Gue udah dibikin malu. Gue- orang itu tiba-tiba aja cium gue sembarangan!” Rakha mengerti semua yang dikatakan Lyana meskipun gadis itu berkata dalam tangisannya sambil terisak dan berteriak kesal. Ia mengerti setiap katanya. Tangan Rakha menarik Lyara ke kursinya. Mendorong gadis itu untuk duduk di sana dan menunggu sampai tangisannya reda. Begitulah cara membuat Lyara tenang.Cara yang sudah dipakainya bertahun-tahun lamanya.Tangan Rakha menggapai kotak tisu dan menyodorkannya pada Lyara yang masih mengelap hidungnya yang berair juga ujung-ujung matanya. Ia berdiri memunggungi meja komputernya dan menunggu. “Gue kesel. Ya Allah gue berdosa banget udah dici
Kebaya mewah yang bertabur manik-manik itu kembali masuk di kotaknya. Lyara menyimpan dengan hati-hati. Setelah mengganti kembali dengan setelan jeans dan kemejanya. Ia baru saja selesai dengan satu pekerjaannya menjadi pendamping salah satu kakaknya pengantin.Entah kenapa Lyara selalu suka dengan pekerjaan menemani di pesta pernikahan. Tapi ia tidak selalu mendapatkan itu. Kebanyakan perannya adalah untuk menjadi pajangan dalam acara makan malam keluarga, atau seperti tadi malam, menjadi piala yang dipamerkan kepada teman-temannya.Benar, Lyara memang cantik. Itulah sebabnya ia tidak keberatan jika hanya menjadi pajangan untuk dipamerkan pada semua orang. Lyara juga bisa akting. Selama ini semua akting yang dilakukannya adalah untuk kepentingan pekerjaannya itu. Tentu saja, ia tidak mungkin menjadi salah satu talent Lofou jika ia tidak cantik dan tidak bisa akting!Selesai membereskan kebayanya. Lyara bergegas menuju tempat kerjanya selanjutnya. Ia akan membantu seorang seniornya ya
“Kak Satria?”Lelaki yang dipanggil Satria itu, menatap Lyara dengan senyuman mengembang. “Kamu apa kabar, Ra?”“Luar biasa! Aku gak menyangka ketemu Kak Satria di sini,” ucap Lyara sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Jadi, ini anak Kak Satria? Ya ampun, aku gak kenal. Maaf,” katanya lagi. Ia menggeleng, “Aku baik-baik,” jawaban Lyara terbata-bata.Satria yang menjulang di depannya terkekeh pelan.Lyara tahu itu karena salah tingkahnya yang tidak pada tempatnya.Satria mengangguk juga tapi pandangannya jelas bahwa ia juga kaget dengan siapa yang ditemuinya itu. Lelaki dengan tinggi seratus delapan puluh lima itu tersenyum. Ia berlutut di depan Lyara tapi pandangannya beralih pada anak kecil di depan Lyara.Lyara menatap Kamara dan tersenyum padanya. “Halo, salam kenal ya, Kamara,” katanya dengan senyum ceria.Kamara mengangguk dan tersenyum.“Kak, masih lama ngobrolnya?”Lyara menatap ibu muda di belakang Kamara lalu tersenyum.“Sudah selesai. Maaf membuat anda menunggu,” Sa
Mendengar suara itu, baik Raja juga gadis di depannya, kompak menoleh padanya.“Tolong pegang tas aku, Sayang,” ulang Lyara dengan manja.Tanpa sadar Raja mengangkat tangan kanannya dan memegangi tali tas putih yang diulurkan Lyara. Meliriknya dengan alis terangkat, tatapan dengan kemarahan tadi sudah hilang.“Ups, sory tangan pacarku penuh,” ucap Lyara setelah tersenyum centil pada Raja dan sekarang menghadap sepenuhnya pada gadis di depannya.Gadis itu mengulum senyum, “Pacarnya? Orang yang ada berita itu?” tanyanya.Oh, no, Lyara tidak menyangka gadis di depannya mengenali dirinya. Tapi kepalanya mengangguk kemudian, “Gosip itu bisa begitu berlebihan, bukan?” tanyanya dengan bibir mencebik. Gosip tentang Dinda, Raja, dan si pelakor memang masih panas. “Enggak juga, aku suka ngikutin perkembangannya. Katanya kemarin malah ada yang udah sidang dan dikasih buket,” jawab gadis itu.Alis Lyara menukik. Ternyata sudah sampai sana. Ia mengangkat bahu tak acuh.Gadis di depannya mengangka
Lyara tidak pernah memerhatikan wajah kliennya sampai seperti ini. Ia tidak pernah mempermasalahkan bagaimanapun bentukan kliennya. Yang dilakukannya hanya bekerja sesuai dengan naskah yang ada. Hanya mengikuti sesuai instruksi yang tertera di kontraknya. Hanya itu.Tapi entah kenapa, ia suka sekali melihat Raja. Apalagi saat ia dengan wajah seriusnya. Hampir seminggu bersama dengannya, Lyara tahu kalau Raja adalah orang yang sangat sibuk. Orang sibuk yang selalu menyempatkan diri bertemu dengannya di pagi atau sore hari. Dengannya yang bukan siapa-siapa.Ujung telunjuk kiri Lyara menyentuh dagu bersih tanpa janggut, lalu menyusuri garis rahangnya. Ia menarik telunjuknya saat mata Raja meliriknya sekilas, tapi kembali menyentuh pipi Raja dengan ujung telunjuknya lagi.“Diamlah, berpegangan. Saya sedang menggendong kamu, Yara,” ucapnya dengan suara pelan.“Hm? Saya? Jadi, anda sudah menganggap saya rekan kerja, sekarang?” tanya Lyara. Suaranya terdengar aneh di telinganya sendiri.“Say
Karena Ayah sudah tahu, Mama juga jadi tahu semuanya. Leora yang tahu tentang itu juga ikut kaget karena sama tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Semuanya jadi terlalu cepat. Lyara tiba-tiba dikenal di sepanjang ruangan itu sebagai cucu menantu Kakek. Karena Kakek yang humble pada setiap orang juga, dan memperkenalkan Lyara seperti itu.Raja hanya mengulum senyum sambil mengangkat sebelah alisnya saat menjemput Lyara malam ini.“Siap dengan kontrak selanjutnya, Nona?” tanya Raja.“Dalam mimpimu,” jawab Lyara yang membuat Raja mencebik.“Kamu yakin masih mau bekerja saat masih bersamaku?”“Anda tidak keberatan dengan itu, Pak Raja,” Lyara mengingatkan pasal perjanjian mereka. Bahwa Lyara masih bisa melakukan pekerjaannya seperti biasa. Untuk klien yang sudah memesannya sebelum pertemuan mereka.“Dan aku menyesali keputusan itu sekarang,” sesal Raja sambil memutar roda kemudi keluar parkiran rumah sakit.“Dan bawa kembali mobil itu, Pak Raja,” Lyara sama sekali tidak mengindahkan g
“Gak serius kan itu, Pak Raja?” tanya Lyara.Kedua tangan Raja membawa keranjang buah. Ia menoleh pada Lyara dan menggeleng, “Gak bercanda, Yara,” jawabnya.“Buat apa coba?” tanya Lyara lagi sambil mengikuti Raja yang berjalan di depannya.“Buat kasih selamat karena kamu udah lulus sidang,” jawab Raja.“Gak ada hubungannya,” decak Lyara tidak habis pikir. Untuk apa coba?“Gak apa-apa, Yara. Aku datang sebagai temen deh, bukan pacar,” katanya enteng.“Emangnya kita temenan?” tanya Lyara masih mengekori lelaki itu.Raja menghentikan langkahnya, “Memangnya bukan?” tanyanya sambil berbalik. Wajahnya penuh protes. Tidak terima ia tidak dianggap teman oleh Lyara.“Bukan.”“Lalu?”“Aku sedang bekerja kepada anda, Pak Raja,” jawab Lyara.“Itu dia!”“Apa?”“Panggilanmu. Jangan memanggilku Pak Raja di depan Kakek,” katanya kemudian.“Aku tau,” jawab Lyara.“Kamu sudah tau mau memanggilku apa?” goda Raja.Mata Lyara berkedip, “Akang? Abang? Mas?” Lyara balik menggoda dengan nada mendayu yang man
Rakha tidak ada di tempat keramatnya. Lelaki itu menghilang di saat yang genting. Setelah beberapa kali panggilannya tidak dingkat, chatnya tidak dibalas, sekarang ia menghilang. Bagus sekali! Katanya mau mencari data Raja. Bukan menemukannya, ia bahkan menghilang entah kemana.Dengan lelah, Lyara menghempaskan dirinya di sofa ruangan Rakha. Memikirkan kembali diskusi yang dilakukannya siang tadi di kantor Raja yang berakhir tanpa keputusan apapun. Genta memintanya memikirkan apa saja syarat yang harus mereka penuhi. Dan Raja tetap pada pendiriannya bahwa ia akan menghapus semua syaratnya.Jika mereka menikah. Itu katanya.Sinting!Lyara bahkan tidak bisa menggunakan jurus tendangannya karena percuma. Juga karena malu! Lyara menggeleng, ternyata yang lebih sinting itu adalah dirinya! Argh! Kenapa masalah Raja jadi serumit ini? Semuanya memang gara-gara ci—Ceklek.“Rakha?” Lyara bangun dan mendapati Rakha yang kehabisan energi.“Lyara?” Rakha terlihat kaget melihat Lyara sudah berada
Satu hal yang disadari Lyara saat ini adalah ia tidak bisa kabur. Satu hal lagi adalah mulutnya memang pembawa bencana. Setelah berbicara dengan sembarangan dan membalas ocehan Dinda, mulutnya juga dengan sadar membawanya pada bibir itu. Padahal kemarin Raja baru saja bilang kalau ia tidak akan menciumnya lagi. Sekarang siapa yang mendatanginya untuk mencium? Terkutuk memang sebuah taruhan itu! Lyara merasa tidak punya muka di hadapan dua lelaki di depannya ini. Sementara Raja hanya terkekeh pelan, Genta hanya duduk dengan kikuk. Canggung sekali situasi ini! Dinda sendiri sudah pergi saat Lyara menerima tantangannya dengan membawa dirinya pada Raja. Dinda semakin berang saat tangan Raja terangkat dan melepas kacamatanya, melemparkannya begitu saja ke atas meja. Lalu berlanjut dengan tangan kanan merengkuh tengkuk Lyara dan tangan kiri melingkar di pinggangnya. Memperdalam ciuman mereka, menarik tubuh Lyara semakin rapat ke tubuh lelaki itu. Lyara mencengkeram ke
Wajah Lyara pasti memerah saat setiap mata manusia yang berada di lobi itu tertuju kepadanya. Langkahnya cepat-cepat mendekati Genta yang juga sedang berjalan mendekatinya.“Panggilan macam apa itu?” protes Lyara mengerutkan keningnya.“Anda tidak pernah protes sebelumnya,” jawab Genta dengan wajah tak berdosa.“Namaku Lyara, anda bisa memanggil dengan namaku,” ucap Lyara lagi.“Calon Istri Bos lebih dramatis, bukan? Lihatlah mata-mata penuh minat itu,” jawab Genta sambil mengerling.Lyara menggeleng, “Saya sudah ada janji dengan Pak Raja,” katanya mencegah Genta kembali membahas ‘calon istri bos’.“Mari, saya tunjukan jalannya,” jawab Genta mempersilakan Lyara berjalan mendahuluinya.“Bukannya anda tadi mau ke luar?”Genta menggeleng, “Tidak ada yang lebih penting dari Calon Istri Bos,” jawabnya kembali menggema di penjuru ruangan.Lyara menatap Genta tanpa minat. Sepertinya itu adalah alasan kenapa Genta menjadi asisten pribadi Raja. Karena mereka berdua sama-sama menyebalkan. Lyara
Pesannya pada Leora langsung dibisikan dengan sangat jelas saat gadis SMA itu baru saja sadar dari tidurnya. Lyara sangat sadar jika Leora akan segera mengetahui gosipnya saat ia membuka salah satu dari deretan aplikasi itu di ponselnya.“Hah?!” Leora tidak mengkondisikan suaranya. Mereka yang sedang berjalan keluar gedung rawat inap mendapat tatapan dari beberapa orang yang mendengar suara Leora. Lyara berdalih mengantar adiknya itu berangkat sekolah pada Mama dan Ayah.“Ssttt,” Lyara menempelkan telunjuknya ke bibir.“Kak!”“Aku tau aku salah, Yora, tapi plis. Jangan main hape di depan Ayah atau Mama, ya,” pinta Lyara setelah ia menjelaskan intinya apa yang terjadi. Bahwa ia menjadi pacar Raja hanya untuk sementara.“Mana bisa gitu, Kak?!”“Bisa, Yora! Buktinya adalah jadwal operasi ayah yang udah keluar. Itu bukti paling kuat yang Kakak punya,” jawab Lyara.“Kakak dibayar buat itu?”Lyara mengangguk.“Tapi, Kak,” Leora menahan kata-katanya
[Lyara : Ayah saya baik-baik saja. Terima kasih, Pak Raja.]Setelah menyentuh tanda kirim, Lyara melonjak kaget karena nomor itu meneleponnya. Memandang ponselnya dengan jantung berdebar, Lyara menarik napas dan berjinjit keluar kamar tanpa suara, sebelum menerima telepon itu.‘Nona. Yang aku tanyakan apakah kamu baik-baik saja?’Suara itu, Lyara tersenyum kecut mendengarnya. Suaranya merdu dan seksi, suara yang menyebalkan saat di booth tadi siang. Lyara tahu ia berhutang banyak sekali padanya. Tapi kemudian kepalanya mengangguk sambil kembali duduk di tempat yang tadi didudukinya bersama Rakha. “Hm, aku sudah lebih baik sekarang.”‘Itu lebih baik.’Lyara mendengar suara kekehan pelan di seberang teleponnya. Ia ingat dengan apa yang terjadi di The Palace, “Apa yang sudah anda lakukan di booth face painting?” todong Lyara langsung.Dan keheningan di seberang sana membuat Lyara mengerutkan alisnya.‘Aku sudah bilang, bukan? Genta bisa dipercaya untuk menan