Matahari mulai menelisik dibalik jendela kamar Serena. Gadis yang menjadi viral itu masih setia bergelung di balik selimut. Di dalam mimpinya, ia bertemu dengan seorang Pangeran berkuda putih yang sangat tampan. Dengan gagah berani, Pangeran itu mengangkatnya dan membawanya naik ke Kuda yang ditunggangi bersama. Dengan posisi yang intim Pangeran memeluk Serena dari belakang, membantu menarik tali kekang kuda agar menuruti perintah sang majikan.
Keduanya sangat bahagia, jalan-jalan sembari menunggang kuda merupakan hal yang romantis. Di saat keduanya berhenti di sebuah hamparan sabana yang luas, Pangeran turun, dan membantu Serena dengan mengulurkan tangan. Serena dengan senang hati menyambut uluran tangan Pangeran, akan tetapi ia tidak fokus karena terus memandangi wajah nan rupawan ciptaan Tuhan dihadapannya, sehingga ia jatuh ke tanah dengan dengan posisi berada diatas Pangeran.
Keduanya merasa canggung saat wajah Pangeran makin maju mendekati hidung dan bibir Serena. Serena mulai memejamkan mata dan memajukan bibirnya bersiap untuk di cium, makin dekat wajah Pangeran disertai deru nafas aroma mint membuatnya semakin berdebar menyambut kecupan di atas bibirnya. Ketika wajah mereka bersentuhan tiba-tiba Pangeran mendadak menghilang seketika. Serena bingung, netranya menelisik ke berbagai arah, tapi Pangerannya tak kunjung muncul.
"Serena bangun!" teriak Ratu yang berdiri di depan ranjang Serena. Sambil berkacak pinggang memakai baju persatuan emak-emak.
Brukk!
Serena terjatuh dari atas tempat tidur kaget mendengar teriakan mama Ratu.
"Aduh." keluh Serena berusaha bangun." Mama Ratu sejagad Raya bisa nggak sih kalo ngebangunin itu yang lembut, bukan malah teriak-teriak seperti toa mesjid!" kesal Serena.
"Eh, Serena Paulina Geum Jan Di yang katanya cantik, manis, dan tomboy, Mama dari tadi udah bangunin kamu dengan suara merdu nan mendayu-dayu. Kamunya aja yang kelewat heboh tidur sampai monyong-monyong tuh bibir layaknya ikan lohan yang mangap-mangap. Memang kamu mimpi apa sih sampai segitunya?" tanya Ratu heran.
"Mama aku tuh ketemu dengan Pangeran berkuda putih yang gagah nan rupawan layaknya bidadara surga. Mengajak ke padang sabanah yang luas sampai pangeran mau menciumku eh, malah nggak jadi gara-gara Mama membangunkan di waktu yangbkurang tepat!" seloroh Serena mengambil handuk yang tergantung di balik daun pintu.
Tanpa mempedulikan omongan anaknya Ratu lekas menyuruh anak perawan satu-satunya membersihkan diri.
"Cepetan sana mandi, di bawah ada yang nungguin," perintah mama Ratu lalu kembali ke bawah melihat tamunya.
Usai kepergian mama Ratu, sejenak berpikir Serena mengerutkan keningnya. Tatkala dirinya pertama kali mendapat tamu pagi-pagi sekali.
"Tumben, pagi-pagi ada yang cariin aku!" ucapnya melangkah menuju kamar mandi. Akan tetapi, langkahnya terhenti tatkala ponselnya berdering. Serena balik kemudian meraih benda pipih yang tergelatak di atas nakas samping tempat tidurnya.
Melihat nomor asing yang baru pertama kali muncul di layar ponselnya, ia pun menaikkan satu alisnya.
"Siapa nih nomor baru yang nelfon terus." ucapnya ketika bunyi kedua kembali berdering.
"Iya Hal--"
Ucapannya terhenti, tatkala di seberang sana seseorang langsung berbicara tanpa jeda.
"Sekarang kamu siap-siap dan ikut dengan orang yang ada di rumahmu. Mereka akan mengantarmu. Datang sebelum jam 9!" ucap suara laki-laki di seberang layaknya wartawan.
Serena sejenak melihat siapa orang yang ada di rumahnya. Ia mengintip dibalik gorden menemukan dua orang laki-laki berbadan besar dan berpakaian rapi berdiri di depan rumahnya.
"Cepat sana mandi, mereka sudah lama menunggumu," saran Ratu sembari mendorong anaknya ke kamar mandi.
"Ih, Mama apa-apaan sih! Sadis amat jadi Ibu Ratu Sejagad Raya. Sikap dan perilakunya tidak mencermingkan sila peri kemanusiaan dan keadilan. Malah menghambat Hak Asasi hidup anaknya!" teriak Serena dari dalam kamar mandi.
Ratu tentu tidak menanggapi ucapan anaknya yang bermulut cabe rawit keriting.
Usai berdandan dan memakai pakaian casual seperti biasa, Serena keluar dan melangkah menuju mobil, di mana kedua orang asing yang sedari tadi menunggunya sudah berdiri siap mengantarkannya ke suatu tempat.
"Ada perlu apa Bapak mencari saya yah?" tanya Serena memandang penampilan kedua laki-laki itu.
"Silahkan ikut kami Nona, kami akan mengantar anda sampai tujuan." jawab Laki-laki satu yang memiliki tahi lalat di ujung mata sebelah kiri, seraya membuka pintu mobil sedan hitam.
Serena segera masuk ke dalam mobik usai mendegar penjelasan laki-laki itu. Dan mobil berjalan perlahan meninggalkan rumahnya menuju kediaman Castanyo.
Sepenjang perjalanan Serena hanya fokus dengan ponselnya di tangan bertukar pesan dengan Lela. Ia memberi tahu Lela bahwa ia dijemput oleh dua orang laki-laki berbadan besar, seraya diam-diam mengambil gambar kedua orang itu. Serena hanya waspada bila sesuatu terjadi kepadanya. Bahkan ia sudah mengaktifkan GPS di poselnya supaya keberadaannya mudah di ketahui.
***
Di kediaman Castanyo, semua orang kecuali Gifran, terlihat antusias menyambut kedatangan gadis bar-bar yang berani meninju wajah Gifran. Apa lagi Gina, yang sejak malam menginginkan perempuan itu mengelus perutnya.
Mobil melewati gerbang tinggi dan memasuki halaman yang luas. Serena dibuat terpaku melihat kemegahan rumah yang ada dihadapannya. Mobil berhenti tepat di bawah anak tangga pintu masuk.
Serena turun usai pintu dibukakan oleh laki-laki yang membawanya. Ia masih terpaku menatap kemewahan rumah yang ia datangi. "Ini rumah siapa Pak?" tanya Serena yang masih berdiri di samping mobil
"Nona silahkan masuk. Anda sudah di tunggu di dalam." ucap pengawal laki-laki yang memiliki tahi lalat di matanya.
Tentu saja Serena gugup. Selama ia hidup 23 tahun, Ia belum pernah menginjakkan kakinya di rumah yang megah seperti ini. Dengan langkah hati-hati, Perlahan ia melangkah masuk ke dalam rumah mewah yang lantainya terbuat dari material marmer kualitas tinggi. Dan betapa terkejutnya ia, hingga melototkan matanya ketika melihat Gifran turun dari tangga berjalan menghampirinya. Ia meremas ujung bajunya dengan kencang. Bulir keringat mendadak muncul disekitar dahi dan pelipisnya, saat Gifran sudah berdiri di depannya.
Serena dan Gifran masih dalam posisi saling berdiri dan saling menatap. Diantara keduanya tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Hingga Bi Ira datang, menghentikan aksi mereka."Tuan dan Nona silahkan ke ruang tengah, Tuan besar sudah menunggu di sana." ucap Bi Ira."Baik Bi, terima kasih." balas Gifran berbalik melangkah menuju ruang tengah tanpa mengajak Serena.Sedang Serena, gadis itu masih terpaku di tempatnya. Berdiri bak patung di Madame Tussauds yang dipajang. Pikirannya mulai berkelana macam-macam. Memikirkan nasib dirinya yang sudah diujung tanduk. Entah apa yang akan keluarga mereka lakukan terhadapnya, yang jelas posisi Serena saat ini serba salah. Ia mengutuk kelakuannya sendiri saat meninju CEO G&B. dan sekarang, saat ini dirinya tengah berada di kandang harimau.***Di ruang tengah, dimana Antoni, Lusi, Gina dan Sony sudah duduk diatas sofa, yang terbuat dari bulu domba, di rancang kh
Mama Lusi terus berusaha menyadarkan Serena. Semua bagian indra yang melekat pada tubuh gadis itu, tak luput diberi aromatherapi. Serena perlahan mengerjap, kelopak mata yang tadi tertutup akhirnya sedikit mulai terbuka. pandangannya masih sedikit kabur. Ia berusaha mengingat kejadian sebelum dirinya pingsan. Matanya menelusuri ruangan yang di tempatinya, jelas terlihat berbeda. Di sudut kamar itu terdapat dua buah sofa abu-abu. Lukisan klasik bertengger di dinding, serta ranjang empuk yang menyenangkan. Lampu kristal menggantung sempurna di langit-langit kamar. Serena meyakini pintu sebelah kanannya merupakan walkin closet yang bersatu dengan kamar mandi. Ia yakin dirinya berada di salah satu kamar di kediaman keluarga Castanyo. Melirik ke samping, Serena melihat wajah cemas wanita paruh baya yang usianya tidak lagi muda, tapi masih terlihat cantik."Ta-tante." Aku dimana sekarang?" tanya Serena berusaha bangun.Mama Lusi senang melihat Serena bangun. Dan
Menjelang sore, Serena bersiap-siap pulang. Usai mengecek laporan harian, ia lekas mengambil tas dan meraih gawainya yang tergeletak di atas meja. Melangkah keluar ruangan, ia berpapasan dengan karyawannya yang membersihkan ruangan. "Semuanya aku duluan yah," sapanya lalu lekas melangkah menuju keluar, ojek online yang telah dipesan tadi sudah tiba.Untung dia memesan ojek online. Sehingga dengan cepat sampai di rumah. Tidak perlu repot-repot mengantri lama menunggu kendaraan bergerak satu sama lain.Duduk di depan teras rumah sore hari sembari menikmati cemilan pisang goreng dengan teh hangat, Ratu melihat anaknya turun dari ojek online. "Kamu dibawa kemana tadi sama pengawal keluarga Castanyo? Kamu nggak diapa-apainkan sama mereka ? Terus diantar sampai ke toko jugakan?" tanya Ratu kepo. Mengikuti dari belakang saat Serena tiba menapakkan kakinya di atas lantai rumahBerbalik menghadap ke arah mamanya Serena pun angkat bicara, "Mama Ratuku
Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, manik mata coklat milik Serena belum juga menampakkan tanda-tanda sayup kelelahan. Bergeliat ke kanan dan ke kiri mencari posisi tidur yang nyaman, tidak membuatnya terlelap juga. Memikirkan ucapan Tuan Antoni yang terus berputar di kepalanya membuatnya gelisah, galau, merana. Seperti mau sidang skripsi saja. Pikir Serena. Merasa bingung dan butuh seseorang mendengarkan curahan hatinya, tangannya bergerak meraih gawai yang terletak di atas nakas, samping ranjangnya. Kemudian mencari nomor sahabat seperjuangannya sejak SMA. ["Hm, halo ada apa Paulina?"] tanya Lela di seberang sana dengan suara serak khas tidur. ["Tumben lo tidurnya cepat banget. Biasanya jugakan lo begadang sampai pagi.] seloroh Serena dengan lembut. ["Ya ampun Serena Paulina Geum Jan Di! Menurut kamu. Ini sudah jam tidur tau! Masih nanya aja! Ada apa? Nggak biasanya kamu nelfon malam-malam begini?"] omel Lela di ujung ponsel.
Di dalam cafe Cidaha, terdapat dua manusia berbeda jenis kelamin yang duduk saling berhadapan. Dibatasi meja bermaterial kayu jati sebagai penyekat antara keduanya. Makanan dan minuman yang sejak tiga puluh menit yang lalu, telah tersaji di atas meja, belum tersentuh juga oleh keduanya.Baik Gifran maupun Serena belum ada yang memulai obrolan tersebut. Hingga bunyi ponsel Serena mengalihkan perhatiannya. Ia meraih gawai yang terletak di atas meja. Lalu menggeser ikon hijau mengangkat panggilan itu.["Ada apa cinta?"] tanya Serena usai mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.["Teman Kakak, Kak Lela datang mencari ke toko."] jawab Cinta di seberang sana.["Oh Baiklah. Katakan padanya untuk menunggu di dalam ruanganku. Tiga puluh menit lagi aku ke sana."] usai mengakhiri panggilan itu, Serena kembali meletakkan gawainya ke atas meja."Situasi macam apa ini. Oh Tuhan," gumam Serena dalam hati.&nb
Serena ngedumel usai kepergian Usai kepergian Gifran yang seenak jidatnya meninggalkannya sendirian di atas rooftop. Lekas Serena melangkah turun ke parkiran melajukan motornya menuju toko kue milik keluarganya. Membelah jalanan di siang hari, dengan berjuang melawan debu dan polusi hanya agara bisa sampai di toko keunya. Serena turun dari motor usai memarkirkan di bawah pohon yang ada di sudut parkiran. Kemudian masuk ke dalam toko mencari keberadaan Lela sahabatnya."Lela mana?" tanyanya pada Cinta saat berpapasan di depan etalase kue."Dalam di ruangan Kakak!" jawab Cinta sambil memasukkan kue baru yang matang, ke dalam etalase.Serena melangkah menuju ruangannya. Sampai di depan pintu kayu jati berwarna putih tulang, ia membuka dan mendapati Lela yang tengah tiduran di atas sofa."Ck! Nih anak kebiasaan banget tiduran di ruang kerja orang," gerutunya sambil meletakkan tasnya ke atas meja.Meraih gelas yang ada di dispenser sambil menuangk
Sampai di rumahnya semalaman Serena langsung merebahkan tidurnya karena sudah terlanjur kecewa dengan laki-laki kedondong itu. Hari ini, gadis itu bangun pagi-pagi sekali. Ia lekas keluar kamarnya menghampiri si 'Belen' kesayangannnya. Berdiri dengan sedikit membungkuk, Serena memberikan makanan untuk Ikan hias kesayangannya berjenis Platy Blue Mickey Mouse, yang sudah ia beli dari penjual ikan hias di Pasar seharga Lima belas ribu per ekor. Jenis ikan ini memiliki warna yang cukup menarik, dan bisa menyala seperti halnya ikan neon tetra.©"Bel, menurut kamu, apa aku harus mengatakannya kepada duo Raja Ratu, kalau Tuan Antoni menginginkanku bertunangan dan menikah dengan anak kedondongnya itu, orang yang sama sekali belum ku kenal?" curhat Serena terpaku menatap aquarium."Nggak mungkinkan Bel. Membayangkan bersanding dengan si kedondong membuatku merinding saja. Siapa juga yang tahan dengan sikap dingin laki-laki seperti itu. Bahkan, sifatnya yang jutek mem
Seperti biasa pagi hari Ratu sudah berteriak di dalam rumah. "Pakkk. Sini cepat!" teriak Ratu menggema di dalam rumah. Bahkan membangunkan Belen yang tengah tertidur di dalam aquarium.mendengar suara istrinya yang menggelegar. Raja datang cepat menghampiri istrinya yang sedang mengepel sembari menstalker sosial media. "Ada apa Ma?" tanya Raja usai memberi makan burung kesayangannya. Dengan langkah yang tergopoh-gopoh, dan sarung yang hampir melorot dari atas perut. Karena saking terkejut mendengar teriakan sang istri yang melengking di pagi hari."Ini coba liat baik-baik Pak. Perhatikan dengan teliti," ujar Ratu menunjukkan sebuah video di ponselnya."I-ini kan. Tidak!" teriak pasangan Raja dan Ratu lalu saling berpandangan."Ya Tuhan.... apa kesalahan kami di masa lalu sehingga anakku menjadi seperti ini," sesal Ratu memikirkan dosa yang dia perbuat saat muda."Pah, Mama tidak menyangka Serena melakukan penganiayaan