Serena dan Gifran masih dalam posisi saling berdiri dan saling menatap. Diantara keduanya tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Hingga Bi Ira datang, menghentikan aksi mereka.
"Tuan dan Nona silahkan ke ruang tengah, Tuan besar sudah menunggu di sana." ucap Bi Ira.
"Baik Bi, terima kasih." balas Gifran berbalik melangkah menuju ruang tengah tanpa mengajak Serena.
Sedang Serena, gadis itu masih terpaku di tempatnya. Berdiri bak patung di Madame Tussauds yang dipajang. Pikirannya mulai berkelana macam-macam. Memikirkan nasib dirinya yang sudah diujung tanduk. Entah apa yang akan keluarga mereka lakukan terhadapnya, yang jelas posisi Serena saat ini serba salah. Ia mengutuk kelakuannya sendiri saat meninju CEO G&B. dan sekarang, saat ini dirinya tengah berada di kandang harimau.
***
Di ruang tengah, dimana Antoni, Lusi, Gina dan Sony sudah duduk diatas sofa, yang terbuat dari bulu domba, di rancang khusus oleh designer ternama di negeri Kanguru Australia. Di sana mereka semua menantikan kedatangan perempuan yang viral di sosial media dengan Gifran. Mereka terkejut ketika melihat Gifran hanya berjalan sendiri masuk.
"Dimana perempuan itu?" tanya Antoni menatap Gifran yang akan duduk di sofa. Tapi malah, berdiri.
"Ada di bela-"
Gifran tidak melanjutkan ucapannya, Karena tidak melihat si gadis bar-bar.
"Ck! Mana buktinya jika gadis itu ada. Apa mereka menjemput gadis itu dengan benar?" lanjut Antoni.
"Iya Pah, tadi gadis itu ada kok. Atau jangan-jangan ia ketinggalan lagi." pikirnya.
"Permisi Tuan dan Nyonya besar,. Maaf tamunya disini." ucap Bi Ira yang masuk ke ruang tengah membawa Serena.
Serena yang masuk ke ruang tengah melihat keluarga Castanyo tengah berkumpul. Disana ia mendadak gugup dan takut. Nyalinya seolah menciut, karena merasa dirinya sebagai tersangka. Andaikan ia mempunyai pintu Doraemon, ingin rasanya ia menghilang saja, dibanding berhadapan dengan keluarga konglomerat yang suka mendiskriminasi rakyat kecil.
Melihat kedatangan seorang gadis cantik yang sederhana, mama Lusi segera menghampiri Serena.
"Silahkan duduk nak." ujar Lusi menghampiri seraya tersenyum ramah dan menarik tangan Serena.
"I-iya Nyonya." jawab Serena sambil memperhatikan wanita paruh baya cantik itu dengan tatapan kagum. Ia menarik kata-katanya tadi. "Nyonya ini sangat baik dan ramah, beda dengan si pria kedondong yang angkuh itu". gumam Serena dalam hati menoleh ke arah Gifran.
mama Lusi pun mengajaknya duduk di sofa.
"Siapa namamu sayang?" tanya Lusi mengelus punggung tangannya.
Tentu saja Serena terkejut mendapat sambutan yang hangat.
"Serena Nyonya." ucapnya tersenyum ramah
"Wah, kamu cantik sekali seperti namamu." ucap Lusi masih mengelus punggung tangan Serena.
"Terima kasih atas pujiannya Nyonya. Tapi Nyonya lebih cantik menurut saya." balas Serena. Karena ia sadar, berada di tengah keluarga Castanyo dengan berpenampilan memakai kaos hitam oblong dipadukan kemeja grey gombrang kotak-kotak, jeans navy yang robek dibagian lutut, serta sneaker putih melekat dikedua kakinya. Ditambah rambutnya yang selalu ia kuncir kuda kebelakang. Membuat dirinya jauh berbeda dengan perempuan hamil di depannya yang terlihat anggun dan cantik.
"Hahaha.... kamu bisa saja membuat hatiku sangat senang." ujar Lusi.
Antoni melihat interaksi istrinya dengan seorang gadis yang berani menghajar Gifran, hingga sampai keduanya viral.
"Hm... Kamu gadis yang viral itu meninju wajah anakkukan?" sela Antoni menghentikan obrolan Lusi dan Serena.
Seketika raut wajah Serena mendadak pias, bibirnya berubah pucat serta tangannya berkeringat.
"Apa benar kau gadis itu ?" tanya Antoni lagi.
"I-iya Tu-tuan." jawab Serena gugup. Ia tidak berani menatap wajah Antoni dan hanya menundukkan kepalanya.
"Hahaha," tawa Antoni seketika menggelegar di ruangan itu.
Serena yang saat itu gugup, tiba-tiba ditenangkan oleh Lusi dengan merangkul bahunya. "Tidak usah takut, Papa Gifran tidak akan meminta pertanggung jawabanmu." ujar Lusi menenangkannya. Ia melotot ke arah suaminya seakan memberi kode agar berhenti juga.
"Kamu benar-benar gadis pertama dan pemberani, yang melakukan tindakan fisik ke putraku yang seorang CEO." ujar Antoni
Gifran yang duduk di sebelah Papanya menatapnya dengan tajam seperti mata elang yang mencari mangsa.
"Ma-mafkan saya Tuan besar, saya akan menjelaskan semuanya. Tapi jika kalian menganggap saya bersalah, saya berhak dihukum dan menerima konsekuensi apa pun yang ada inginkan. Tolong maafkan saya!" ucap Serena berlutut dihadapan Antoni.
Semua orang di ruangan itu terkejut melihat kelakuan Serena.
"Papa! Sudah. Jangan membuat anak orang merasa bersalah. Kita memanggilnya kemari bukan untuk melihatnya berlutut dan memohon ampunan di hadapan kita!" protes Lusi. Kemuadian membawa Serena kembali duduk.
"Sayang, maafkan perlakuan suami Tante yah, sebenarnya ia tidak bermaksud menyudutkanmu. Ia hanya ingin tahu, apa benar kamu gadis yang meninju Gifran yang viral di sosial media itu. Kamu nggak usah takut, tante akan menjamin itu!" ucap Lusi memeluk Serena.
"Mah, Mama," ujar Gina yang sejak tadi diam mendengarkan obrolan mereka. Saatnya ia merajuk di hadapan mamanya.
"Iya. Sabar. Tunggu biar Serena tenang dulu!" kata Lusi yang masih memeluk Serena berusaha menenangkan gadis tersebut.
"Ada apa Tante?" tanya Serena yang berusaha lepas dari pelukan Lusi. Ia merasa malu ke Gina, sudah memeluk Lusi di hadapan keluarga Castanyo.
"Nggak apa-apa hanya ngidam biasa. Maklum Ibu hamil." sahut Lusi.
Karena tidak sabaran, Gina lekas memanggil Serena.
"Serena, bisa minta tolong?" tanya Gina dengan mimik berharap.
Sebagai suami yang duduk di sampingnya. Sony, merasa tidak enak hati. Pasalnya, hampier setiap hari istrinya itu merepotkan banyak orang selama hamil. Terutama Gifran. Abang iparnya itu selalu menjadi sasaran ngidam aneh Gina, demi memenuhi keinginannya.
"Sayang... biarkan Serena tenang dulu. Baru kita minta tolong." sahut Sony mengelus pundak istrinya.
"Si dedek Bayi pengen sekarang!" pungkas Gina dengan netra berkaca.
Melihat anaknya yang sudah tidak tahan ingin dielus. Lusi menatap wajah Serena dan bertanya,
"Nak, Serena kamu bisa elus-elus perut Gina adiknya Gifran? Saat ini ia tengah hamil dan ngidam ingin dielus sama kamu langsung."
"Saya Nyonya?" ucap Serena menunjuk dirinya.
"Iya sayang, kamu jangan panggil Nyonya dong, panggil Tante aja yah." tutur Lusi lembut.
"Baiklah Tante." Serena tersenyum membalas, lalu bergeser ke dekat Gina, dan mulai mengelus perut buncitnya.
Gina yang permintaannya terkabul lagi-lagi tersenyum senang, saat Baby yang ada di dalam perutnya aktif bergerak dari biasanya.
"Wah, Mah, Pah Babynya aktif sekali bergerak. Baru kali ini aku merasakan dia bergerak lincah sekali." ujar Gina antusias.
Antoni dan Lusi bergeser dari tempatnya, dan ikut bergabung duduk ke samping Gina, mereka juga ikut merasakan calon cucunya bergerak aktif sekali. Binar kebahagiaan di kedua wajah pasangan paruh baya itu merekah.
"Kakak, tidak ingin merasakan calon Ponakan Kakak bergerak?" tanya Gina memandang arah Gifran.
"Tidak usah, yang penting kamu dan bayimu sehat itu sudah cukup membuatku bahagia." tutur Gifran
Serena yang mendengar penuturan Gifran dengan tulus, membuatnya kagum dengan laki-laki kedondong itu. Walaupun agak angkuh.
Permisi, maaf Tuan besar dan Nyonya besar. Saya perlu dengan Tuan muda!" ucap Tayo yang baru datang.
"Masalah kantor?" Apa berita itu masih beredar?" tanya Antoni.
"Kalau masalah video itu, sudah ditarik dari peredaran. Tapi, saya minta maaf Tuan!" tutur Tayo menunduk.
"Kenapa dengan klien?" tanya Antoni lagi
"Saya sudah berusaha membujuk mereka, tapi mereka tetap bersikukuh menyalahkan Tuan muda atas insiden itu dan penurunan harga saham terus terjadi."
"Maksudnya Gifran disalahkan?" sela Lusi
"Iya Nyonya." Mereka menyalahkan Tuan muda karena terlibat perkelahian di jalanan, apa lagi bersama dengan seorang perempuan." jelas Tayo
Serena menciut dan menyesal dalam hati, karena gara-gara tindakannya, kekacauan terjadi di dalam perusahaan dan menyebabkan saham Glow & Bright menurun.
"Apa tidak ada cara lain untuk membujuk klien kembali?" tanya Gifran
"Hanya ada satu cara, dan ini paling efektif mengembalikan kepercayaan klien. ujar Antoni menatap Gifran dan Serena
"Apa itu Pah?" tanya Lusi.
Antoni beralih menatap Serena penuh harap. Dari sorot mata laki-laki itu, menunjukkan sebuah permintaan yang sulit.
"Tapi sebelum itu, Papa mau minta tolong sama Serena." ujar laki-laki paruh baya itu.
"Minta tolong apa Tuan?" tanya Serena penasaran.
"Kamu yakin ingin membantu perusahaan kami?" Antoni bertanya seraya menatap Serena dalam-dalam. Ia memperhatikan reaksi gadis tersebut.
"Kalau memang saya sangat dibutuhkan, saya siap membantu perusahaan Tuan." sahut Serena penuh yakin.
"Begini, jalan satu-satunya adalah kalian berdua, maksud saya Gifran dan Serena sebaiknya kalian menikah. Kita melakukan konferensi pers terkait berita pertunangan terlebih dahulu, dan mengenai insiden itu, kalian harus mengatakan kalau itu hanya akting belaka, demi mempraktikkan prosesi aturan pra-nikah." jelas Antoni. Menatap mereka berdua.
Duarrrr!
Bagai petir di siang hari, tubuh Serena langsung ambruk, usai mendengar penjelasan Antoni memintanya menikah dengan si pria kedondong.
Lusi dibantu Bi Ira, membantu menyadarkan Serena yang pingsan. Mengoleskan Aromatheraphy di indra penciumannya, berharap Serena lekas bangun.
Mama Lusi terus berusaha menyadarkan Serena. Semua bagian indra yang melekat pada tubuh gadis itu, tak luput diberi aromatherapi. Serena perlahan mengerjap, kelopak mata yang tadi tertutup akhirnya sedikit mulai terbuka. pandangannya masih sedikit kabur. Ia berusaha mengingat kejadian sebelum dirinya pingsan. Matanya menelusuri ruangan yang di tempatinya, jelas terlihat berbeda. Di sudut kamar itu terdapat dua buah sofa abu-abu. Lukisan klasik bertengger di dinding, serta ranjang empuk yang menyenangkan. Lampu kristal menggantung sempurna di langit-langit kamar. Serena meyakini pintu sebelah kanannya merupakan walkin closet yang bersatu dengan kamar mandi. Ia yakin dirinya berada di salah satu kamar di kediaman keluarga Castanyo. Melirik ke samping, Serena melihat wajah cemas wanita paruh baya yang usianya tidak lagi muda, tapi masih terlihat cantik."Ta-tante." Aku dimana sekarang?" tanya Serena berusaha bangun.Mama Lusi senang melihat Serena bangun. Dan
Menjelang sore, Serena bersiap-siap pulang. Usai mengecek laporan harian, ia lekas mengambil tas dan meraih gawainya yang tergeletak di atas meja. Melangkah keluar ruangan, ia berpapasan dengan karyawannya yang membersihkan ruangan. "Semuanya aku duluan yah," sapanya lalu lekas melangkah menuju keluar, ojek online yang telah dipesan tadi sudah tiba.Untung dia memesan ojek online. Sehingga dengan cepat sampai di rumah. Tidak perlu repot-repot mengantri lama menunggu kendaraan bergerak satu sama lain.Duduk di depan teras rumah sore hari sembari menikmati cemilan pisang goreng dengan teh hangat, Ratu melihat anaknya turun dari ojek online. "Kamu dibawa kemana tadi sama pengawal keluarga Castanyo? Kamu nggak diapa-apainkan sama mereka ? Terus diantar sampai ke toko jugakan?" tanya Ratu kepo. Mengikuti dari belakang saat Serena tiba menapakkan kakinya di atas lantai rumahBerbalik menghadap ke arah mamanya Serena pun angkat bicara, "Mama Ratuku
Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, manik mata coklat milik Serena belum juga menampakkan tanda-tanda sayup kelelahan. Bergeliat ke kanan dan ke kiri mencari posisi tidur yang nyaman, tidak membuatnya terlelap juga. Memikirkan ucapan Tuan Antoni yang terus berputar di kepalanya membuatnya gelisah, galau, merana. Seperti mau sidang skripsi saja. Pikir Serena. Merasa bingung dan butuh seseorang mendengarkan curahan hatinya, tangannya bergerak meraih gawai yang terletak di atas nakas, samping ranjangnya. Kemudian mencari nomor sahabat seperjuangannya sejak SMA. ["Hm, halo ada apa Paulina?"] tanya Lela di seberang sana dengan suara serak khas tidur. ["Tumben lo tidurnya cepat banget. Biasanya jugakan lo begadang sampai pagi.] seloroh Serena dengan lembut. ["Ya ampun Serena Paulina Geum Jan Di! Menurut kamu. Ini sudah jam tidur tau! Masih nanya aja! Ada apa? Nggak biasanya kamu nelfon malam-malam begini?"] omel Lela di ujung ponsel.
Di dalam cafe Cidaha, terdapat dua manusia berbeda jenis kelamin yang duduk saling berhadapan. Dibatasi meja bermaterial kayu jati sebagai penyekat antara keduanya. Makanan dan minuman yang sejak tiga puluh menit yang lalu, telah tersaji di atas meja, belum tersentuh juga oleh keduanya.Baik Gifran maupun Serena belum ada yang memulai obrolan tersebut. Hingga bunyi ponsel Serena mengalihkan perhatiannya. Ia meraih gawai yang terletak di atas meja. Lalu menggeser ikon hijau mengangkat panggilan itu.["Ada apa cinta?"] tanya Serena usai mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.["Teman Kakak, Kak Lela datang mencari ke toko."] jawab Cinta di seberang sana.["Oh Baiklah. Katakan padanya untuk menunggu di dalam ruanganku. Tiga puluh menit lagi aku ke sana."] usai mengakhiri panggilan itu, Serena kembali meletakkan gawainya ke atas meja."Situasi macam apa ini. Oh Tuhan," gumam Serena dalam hati.&nb
Serena ngedumel usai kepergian Usai kepergian Gifran yang seenak jidatnya meninggalkannya sendirian di atas rooftop. Lekas Serena melangkah turun ke parkiran melajukan motornya menuju toko kue milik keluarganya. Membelah jalanan di siang hari, dengan berjuang melawan debu dan polusi hanya agara bisa sampai di toko keunya. Serena turun dari motor usai memarkirkan di bawah pohon yang ada di sudut parkiran. Kemudian masuk ke dalam toko mencari keberadaan Lela sahabatnya."Lela mana?" tanyanya pada Cinta saat berpapasan di depan etalase kue."Dalam di ruangan Kakak!" jawab Cinta sambil memasukkan kue baru yang matang, ke dalam etalase.Serena melangkah menuju ruangannya. Sampai di depan pintu kayu jati berwarna putih tulang, ia membuka dan mendapati Lela yang tengah tiduran di atas sofa."Ck! Nih anak kebiasaan banget tiduran di ruang kerja orang," gerutunya sambil meletakkan tasnya ke atas meja.Meraih gelas yang ada di dispenser sambil menuangk
Sampai di rumahnya semalaman Serena langsung merebahkan tidurnya karena sudah terlanjur kecewa dengan laki-laki kedondong itu. Hari ini, gadis itu bangun pagi-pagi sekali. Ia lekas keluar kamarnya menghampiri si 'Belen' kesayangannnya. Berdiri dengan sedikit membungkuk, Serena memberikan makanan untuk Ikan hias kesayangannya berjenis Platy Blue Mickey Mouse, yang sudah ia beli dari penjual ikan hias di Pasar seharga Lima belas ribu per ekor. Jenis ikan ini memiliki warna yang cukup menarik, dan bisa menyala seperti halnya ikan neon tetra.©"Bel, menurut kamu, apa aku harus mengatakannya kepada duo Raja Ratu, kalau Tuan Antoni menginginkanku bertunangan dan menikah dengan anak kedondongnya itu, orang yang sama sekali belum ku kenal?" curhat Serena terpaku menatap aquarium."Nggak mungkinkan Bel. Membayangkan bersanding dengan si kedondong membuatku merinding saja. Siapa juga yang tahan dengan sikap dingin laki-laki seperti itu. Bahkan, sifatnya yang jutek mem
Seperti biasa pagi hari Ratu sudah berteriak di dalam rumah. "Pakkk. Sini cepat!" teriak Ratu menggema di dalam rumah. Bahkan membangunkan Belen yang tengah tertidur di dalam aquarium.mendengar suara istrinya yang menggelegar. Raja datang cepat menghampiri istrinya yang sedang mengepel sembari menstalker sosial media. "Ada apa Ma?" tanya Raja usai memberi makan burung kesayangannya. Dengan langkah yang tergopoh-gopoh, dan sarung yang hampir melorot dari atas perut. Karena saking terkejut mendengar teriakan sang istri yang melengking di pagi hari."Ini coba liat baik-baik Pak. Perhatikan dengan teliti," ujar Ratu menunjukkan sebuah video di ponselnya."I-ini kan. Tidak!" teriak pasangan Raja dan Ratu lalu saling berpandangan."Ya Tuhan.... apa kesalahan kami di masa lalu sehingga anakku menjadi seperti ini," sesal Ratu memikirkan dosa yang dia perbuat saat muda."Pah, Mama tidak menyangka Serena melakukan penganiayaan
Dengan Ide cemerlang itu, Serena lekas mengambil poselnya. Mencari nomor laki-laki kedondong yang membuatnya gelisah gundah galau merana.Begitu nada tersambung dan seseorang mengangkatnya di seberang, tanpa ba bi bu, Serena langsung berkata "Hey Tuan muda Kedondong aku akan terima tawaranmu. Asalkan gedung tempat melangsungkan pertunangan dan pernikahan aku yang urus," usul Serena.Gifran hanya menarik nafas panjang begitu tahu suara yang menelponnya. "Persoalan gedung sudah ditangani oleh Tayo. Kamu tidak usah repot-repot mengurus hal yang tidak perlu. Lagian Tayo akan menyewa seorang WO, jadi tenagamu tidak dibutuhkan di sini," sahut Gifran.Tidak terima karena idenya ditolak. Serena tak henti-hentinya membujuk agar ia terlibat langsung dalam persiapan tunangan nanti. "Hah, dasar Tuan muda Kedondong yang sombong!" umpat Serena di ujung telefon."Hey! Gadis bar-bar apa yang barusan kamu ucapakan? coba ulangi sekali lagi!" sungut Gifran tidak