Share

Siuman

Mama Lusi terus berusaha menyadarkan Serena. Semua bagian indra yang melekat pada tubuh gadis itu, tak luput diberi aromatherapi. Serena perlahan mengerjap, kelopak mata yang tadi tertutup akhirnya sedikit mulai terbuka. pandangannya masih sedikit kabur. Ia berusaha mengingat kejadian sebelum dirinya pingsan. Matanya menelusuri ruangan yang di tempatinya, jelas terlihat berbeda. Di sudut kamar itu terdapat dua buah sofa abu-abu. Lukisan klasik bertengger di dinding, serta ranjang empuk yang menyenangkan. Lampu kristal menggantung sempurna di langit-langit kamar. Serena meyakini pintu sebelah kanannya merupakan walkin closet yang bersatu dengan kamar mandi. Ia yakin dirinya berada di salah satu kamar di kediaman keluarga Castanyo. Melirik ke samping, Serena melihat wajah cemas wanita paruh baya yang usianya tidak lagi muda, tapi masih terlihat cantik. 

"Ta-tante." Aku dimana sekarang?" tanya Serena berusaha bangun. 

Mama Lusi senang melihat Serena bangun. Dan langsung memeluk gadis itu di hadapannya. 

"Oh, syukurlah kamu sudah sadar." Tadi kamu pingsan sangat lama. Kami putuskan sebaiknya kamu dipindahkan ke kamar ini." 

"Tante yang memindahkanku kesini? Pasti aku berat yah Tante," ujarnya sungkan. Serena menggigit bibir bawahnya seraya menunduk. "Maafkan aku Tante. Ini semua gara-gara aku."

Mama Lusi tersenyum melihat sikap Rara. Tangan wanita paruh baya itu terulur mengusap rambaut panjang Serena.

"Bukan Tante, tapi anak Tante yang membawamu ke kamar ini." ucap Lusi seraya memberikan segelas air putih kepadanya.

Serena menerima air minum dan menghabiskannya hingga benar-benar kosong. Sejak awal kedatangannya menginjakkan kaki di rumah ini, ia sudah diliputi perasaan gugup. Apalagi saat bertemu dengan Gifran tadi. Ia merasa seluruh keringatnya mengucucr deras bak hujan di tubuhnya sampai membuatnya dehidrasi. Apalagi dirinya pingsan. Makin bertambah kadar dehidrasinya.

"Maaf yah, gara-gara permohonan Papa Gifran kamu ikut-ikutan masuk ke dalam masalah ini." Lusi menatapnya dengan raut bersalah.

"Tidak Tante, justru disini saya yang salah, karena sudah membuat kekacauan yang berakibat fatal. Serta mencoreng nama baik perusahaan keluarga Tante. Tapi, permintaan dari Tuan besar, akan saya pertimbangkan dan diskusikan dengan kedua orang tua saya," tutur Serena  sembari menggenggam kedua tangan Lusi.

Mama Lusi kembali mendekap Serena ke dalam pelukannya. Entah, sejak pertama kali bertemu dengannya, Mama Lusi merasa jika Serena seorang gadis yang baik. Ia bisa menilai langsung dari sikap dan tingkah laku perempuan ini. Ia mempunyai insting yang kuat dan tidak pernah salah dalam menilai seseorang. 

"Baiklah sayang. Bagaimana keadaanmu ? kamu susah merasa baikan?"

"Iya Tante, sekalian saya mau pamit."

"Kalau begitu kamu akan diantar oleh supir yah!"

"Ti-tidak usah Tante, saya bisa pesan taksi online kok. Lagi pula saya langsung ke toko saja. Jaranknya lumayan dekat dari sini." tolak Serena.

Sementara itu Antoni dan Gina melangkah  masuk ke dalam kamar tamu untuk mengecek keadaan Serena.

"Bagaimana keadaanmu Serena?" tanya Gina sembari duduk di atas ranjang samping Serena.

"Sudah lebih baik." sahutnya Seraya tersenyum.

Antoni merasa bersyukur, Serena baik-baik saja. Ia tadi, sempat khawatir akan terjadi sesuatu dengan gadis itu. 

"Syukurlah. Asal kamu tahu. Kita semua tadi sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Kamu lama banget baru sadar. Jadi Papa menyuruh Kak Gifran membawamu ke kamar ini, lalu menelfon Dokter. Untungnya kata dokter yang memeriksamu tadi, kamu tidak apa-apa." jelas Gina.

Serena kaget mendengar penjelasan Gina. Ia tidak menyangka, ternyata si pria kedondong yang angkuh itu mau juga direpotkan. Padahal ia sudah berpikir, jika laki-laki itu kurang memiliki jiwa sosial. Apalagi menolong orang. Itu tidak mungkin. Pikir Serena.

"Mumpung kalian semua disini, jadi saya ingin pamit. Sudah lama saya meninggalkan toko kue hari ini." ujarnya.

Mendengar ucapan Serena membuat Lusi bertanya, "Kamu kerja di toko kue?" tanyanya antusias.

Serena menoleh ke arah mama Lusi dan tersenyum. "Iya Tante, kebetulan saya mengelola toko milik orang tua."

Tak kalah antusias. Gina juga ikut angkat suara, "Wah, hebat kamu! Apa nama toko kuenya? nanti aku coba pesan di sana. Pasti kamu jago banget buatnya kan?"

"Toko kue 'Raja dan Ratu Cake'! Nanti kalau mau saya akan buatkan  khusus untukmu."

"Yang benar? Aku kalau dijanji akan menunggu loh." ucap Gina.

Serena tersenyum melihat sikap dan bentuk perhatian keluarga si laki-laki Kedondong. Ia heran, kedua orang tuanya dan juga adiknya sangat baik. Tapi dia sendiri yang bertolak berlakang dengan sifat mereka. pikirnya.

"Iya. Aku janji akan bawakan khusus untukmu. Kalau begitu saya permisi Tuan, Tante, dan Gina." pamit Serena.

Mereka semua mengantar kepergian Serena ke depan pelataran rumah. Mama Lusi selalu memberitahukannya agar selalu datang berkunjung. 

"Kamu hati-hati di jalan yah. Sopir sudah menunggumu." 

"Iya Tante!"

Sebelum naik ke atas mobil yang terparkir di depan pelataran kediaman Castanyo, Serena menoleh ke arah Antoni. "Tuan untuk permintaan yang tadi akan saya pikirkan dan bicarakan dengan kedua orang tua saya." 

"Baiklah, saya tunggu jawaban kamu secepatnya!" ujar Antoni.

"Iya Tuan."

Serena lekas naik ke atas mobil pribadi keluarga Castanyo. Kendaraan roda empat itu tengah membelah jalanan Ibu Kota. Serena duduk diatas mobil mewah yang dikemudikan supir keluarga Castanyo menuju ke toko kue milik keluarganya yang sudah dikelola sejak dirinya menamatkan pendidikan sekolah menengah atas. Hingga, ia menyelesaikan kuliahnya dibidang kuliner dan pastry, ia membuat berbagai menu baru untuk menarik minat konsumen.

Mobil mewah sedan silver keluaran Jepang, berhenti di depan toko kue keluarganya. Supir keluarga Castanyo lekas turun membukakan pintu mobil untuknya.

"Bapak tidak usah repot-repot begini, saya bisa sendiri turun kok!" tolak Serena karena merasa diperlakukan layaknya keluarga Castanyo.

"Ini perintah Nona, saya tidak bisa membantah." ujar Pak Sopir.

"Terima kasih Pak, sudah mengantarkan saya." ucap Serena sembari tersenyum.

"Sama-sama Nona, saya mohon pamit undur diri."

"Iya Pak hati-hati."

Usai kepergian mobil keluarga Castanyo, Serena melangkah masuk ke dalam toko kue. Ia disambut manis oleh Cinta, yang tersenyum kearahnya semanis gula Jawa.

"Selamat Siang Kak Serena Paulina Geum Jan Di." sambut Cinta berdiri di meja kasir.

"Siang juga Cinta si manis gula Jawa. Bagaimana keadaan toko hari ini?" tanyanya mengecek buku penjualan hari ini.

"Baik Kak. Sejak buka tadi pagi sampai siang ini, pengunjung cukup ramai datang silih berganti." jawab Cinta.

Serena mengangguk mendengar penuturan Cinta. "Ya sudah, lanjutkan pekerjaanmu saya ke dalam dulu," ujarnya sembari melangahkan masuk menuju ruangan pribadinya. 

"Iya Kak."

Sampai di dalam ruangannya, Serena menyandarkan tubuhnya ke sofa yang terletak di depan meja kerjanya. Ia sejenak memikirkan kembali tawaran Tuan Antoni.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Harsia
waduhhhhhhh seren Pingsannnn. Untung saja mama Lusi baik hati
goodnovel comment avatar
Harsia
kerennnn kakkkkk ............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status