Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, manik mata coklat milik Serena belum juga menampakkan tanda-tanda sayup kelelahan. Bergeliat ke kanan dan ke kiri mencari posisi tidur yang nyaman, tidak membuatnya terlelap juga. Memikirkan ucapan Tuan Antoni yang terus berputar di kepalanya membuatnya gelisah, galau, merana. Seperti mau sidang skripsi saja. Pikir Serena.
Merasa bingung dan butuh seseorang mendengarkan curahan hatinya, tangannya bergerak meraih gawai yang terletak di atas nakas, samping ranjangnya. Kemudian mencari nomor sahabat seperjuangannya sejak SMA.
["Hm, halo ada apa Paulina?"] tanya Lela di seberang sana dengan suara serak khas tidur.
["Tumben lo tidurnya cepat banget. Biasanya jugakan lo begadang sampai pagi.] seloroh Serena dengan lembut.
["Ya ampun Serena Paulina Geum Jan Di! Menurut kamu. Ini sudah jam tidur tau! Masih nanya aja! Ada apa? Nggak biasanya kamu nelfon malam-malam begini?"] omel Lela di ujung ponsel.
["Jadi gini. Aku bingung. Kan kamu tahu aku dari rumah keluarga Castanyo. Gara-gara aksi tonjokan ke wajah dia yang merupakan CEO B&G menjadi viral. Saat ini, perusahaannya megalami kerugian. Bahkan, para investor dan para pemegang saham menarik semua kerja samanya. Mereka meragukan kepercayaan yang diberikan kepada CEO itu. Sampai ada yang beraanggapan jika itu adalah sifat asli si Pria Kedondong jadi."] terang Serena panjang lembar menceritakan kegalauan dan gundah kelana yang dirasakannya saat ini.
Lela masih diam mendengar penjelasan sahabatnya itu. Dia mendengarkannya secara sekasama. ["Habis sampai sana kamu nggak diapa-apain kan?"] tanya Lela dengan suara yang mulai khawatir.
["Tuan Antoni punya ide. Untuk menyelamatkan perusahaannya dia meminta kami berdua berakting layaknya sepasang kekasih. Katanya, seraya mendalami paraktek pra nikah sebagai calon suami istri gitu. Makanya kami melakukan hal itu di pinggir jalan. Dia pun mengusulkan untuk melakukan konferensi pers di depan para wartawan. Sekaligus meresmikan pertunangan sebelum naik ke jenjang pernikahan,"] jelas Serena.
["Apa!" Are you serious?"] tanya Lela terkejut mendengar ucapan Serena.
["Ck!Iya gue serius. Ini yang membuat gue bingung sampai sekarang."]
["Terus jawabanmu apa pada mereka?"] tanya Lela.
Lebih memilih bersandar pda headboard Ranjangnya Serena bangun.
["Aku belum memberikan jawaban apa pun. Aku butuh waktu untuk mengatakannya kepada orang tuaku dulu. Dan betapa bodohnya, aku sudah berjanji dihadapan keluarga mereka, ingin turut membantu.Tapi ternyata, aku disuruh tunangan dan menikah dengan anaknya. Katanya, itu satu-satunya cara agar mengembalikan kepercayaan publik dan investor!"] tutur Serena.
["Mmm.... Dari dengar ceritamu, ini sih mirip dengan novel-novel dan drakor yang kamu biasa baca. Kisahnya gadis sederhana dinikahi seorang CEO."] ledek Lela.
["Awas yah sembarangan nuduh kamu!"] kesel Serena dengan meremas boneka beruangnya sebagai pelampiasan.
["Kalau yang biasa aku baca, dan nonton itu kisah fiktif belaka, lah posisi aku sekarang ini kisahnya Fakta real life!"] keluh Serena.
["Iya deh. Iya. kamu setujuin aja saran mereka. Bukankah ini kesempatan bagus. Kamu bisa menikah dengan Pria setampan Carlos Daniel Go Jun Pyo yang tajir melintir. Tidak usah mengkhawatirkan masa depanmu lagi. Apalagi bangkrut sampai turunan ke sepuluh. Kagak mungkin. Kamu tidak akan menyesal. Kapan lagi ya kan!"] tutur Lela.
Serena berdecak sebal mendengarkan dumelan konyol sahabatnya.
["kamu kalau ngomong sesuai realita yah!"] kesal Serena.
["Ya tentu dong ngapain juga coba bohong, kalau fakta sudah ada didepan mata. Saran gue nih yah, meningan kamu berdua berdiskusi baik-baik dengan si Pria Kedondong, kandidat Carlos Daniel Go Jun Pyo mu."] timpal Lela.
["Ogah kalo aku yang ngajak duluan. Yang butuh kan dia!"]
["Ya udah terserah lo, gue tutup sekarang. Ngantuk. Bye."]
Setelah sesi curhatannya berakhir, Serena menimbang-nimbang saran dari Lela. Apa ia harus mencoba berdiskusi dengan si Kedondong? Pikirannya sibuk menerka-nerka kemungkinan apa yang harus ia katakan nanti ke orang tuanya. Tidak mungkin kan, kalau ia jujur mengatakan gara-gara dirinya menganiaya seorang CEO, harus bertanggung jawab dengan menikah dengannya. Bukannya direstui, malah nanti diomelin sama si duo Raja Ratu sejagad Raya. Sibuk memikirkan semuanya perlahan kelopak matanya mulai meredup masuk ke alam mimpi.
***
Disisi lain dengan pikiran yang sama, Gifran juga belum terlelap memikirkan ucapan Papanya. Bolak balik ke kanan dan ke kiri sambil memeluk guling, belum bisa membuatnya indra penglihatannya meredup.
Merasa tenggorokannya kering, Gifran kemudian bangun meraih gelas diatas nakas ternyata isinya sudah kosong. Membuka pintu kamar, ia melangkahkan kakinya menuju dapur. Saat tiba di depan pintu kamar adiknya, telinganya justru mendengar suara laknat yang keluar dari mulut Gina dan Sony adik ipar laknatnya. Ia hanya mendengus sambil berlalu melanjutkan niatnya ke dapur.
Kejadian di dalam kamar Gina saat Gifran melewati pintu kamarnya.
Dengan suara sedikit mendesah Gina memanggil Sony. Bang.... sakit...pelan-pelan sentuhnya. Yah, lebih naik lagi dengan lembut, turun ke bawah lagi, yah ini baru enak, lembut sekali... Ahh... Bang aku mau lagi dong. Biar lebih ringan dan rileks," pinta Gina.
"Iya...nikmati saja, abang akan melakukannya lagi pelan-pelan sampai kamu puas dan nyaman baru abang berhenti," imbuh Sony yang ternyata sedang memijat kaki Gina yang membengkak karena waktu melahirkannya sisa dua bulan lagi.
Merasa sudah enakan Gina ingin minum tapi airnya habis. "Bang, aku haus, airnya habis." tunjuk Gina ke arah gelas diatas nakas
"Sudah enakan?" tanya Sony
Gina hanya mengangguk diatas tempat tidur. "Kalau gitu abang turun dulu ke dapur yah,"ujar Sony mengecup kening istrinya sebelum keluar kamar.
Sony melangkah turun ke dapur dengan memakai boxer dan bertelanjang dada. Sampai Di meja makan ia mendapati Gifran yang sedang menuangkan air ke dalam gelas.
"Belum tidur Bang?" tanya Sony yang datang menghampiri, mengambil kursi di sampingnya dan duduk seraya menuangkan air ke dalam gelas.
Gifran yang melihat Sony hanya memakai boxer, langsung berkata,
"Aku sudah mengingatkanmu agar tidak membuat Gina begadang dan kelelahan!" ketus Gifran.
Mendengar perkataan Gifran, Sony langsung tahu, pasti Kakak kandung istrinya itu, mendengar ucapan mereka di dalam kamar. Ia kemudian mengerjainya, "Justru saran dokter, usia kehamilan yang semakin tua, berolahraga malam nengokin babynya malah bagus. Dan mempercepat proses kontraksi.
Makanya Bang, cepetan aja nikahnya, biar bisa merasakan sensasi yang luar biasa melakukannya dengan istri yang hamil. Dijamin, abang makin ketagihan minta kawin tiap malam. Apa lagi katanya abang punya benih kualitas super excelent, buktikan dong dengan kualitasnya, jangan sampai karatan berabad-abad baru di praktekkan," ledek Sony tertwa cekikikan bagai mulut lambe surai.
"Dasar adik ipar laknat, bermulut lambe surai yang tidak berhenti mengoceh. Walaupun kamu nggak ngomong seperti itu, nanti akan kugunakan juga senjata samuraiku jika waktunya sudah tiba," timpal Gifran berlalu naik ke kamarnya meninggalkan Sony yang tertawa.
"Wah, istilah baru lagi bang Senjata Samurai," ledek Sony dengan suara tawa yang menggelegar seraya melangkah ke tangga, naik keatas kamar istrinya dengan membawa teko yang berisi air.
Kunjungi Instagram penulis @airenn_nq untuk mendapatkan info update seputar novel.
Di dalam cafe Cidaha, terdapat dua manusia berbeda jenis kelamin yang duduk saling berhadapan. Dibatasi meja bermaterial kayu jati sebagai penyekat antara keduanya. Makanan dan minuman yang sejak tiga puluh menit yang lalu, telah tersaji di atas meja, belum tersentuh juga oleh keduanya.Baik Gifran maupun Serena belum ada yang memulai obrolan tersebut. Hingga bunyi ponsel Serena mengalihkan perhatiannya. Ia meraih gawai yang terletak di atas meja. Lalu menggeser ikon hijau mengangkat panggilan itu.["Ada apa cinta?"] tanya Serena usai mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.["Teman Kakak, Kak Lela datang mencari ke toko."] jawab Cinta di seberang sana.["Oh Baiklah. Katakan padanya untuk menunggu di dalam ruanganku. Tiga puluh menit lagi aku ke sana."] usai mengakhiri panggilan itu, Serena kembali meletakkan gawainya ke atas meja."Situasi macam apa ini. Oh Tuhan," gumam Serena dalam hati.&nb
Serena ngedumel usai kepergian Usai kepergian Gifran yang seenak jidatnya meninggalkannya sendirian di atas rooftop. Lekas Serena melangkah turun ke parkiran melajukan motornya menuju toko kue milik keluarganya. Membelah jalanan di siang hari, dengan berjuang melawan debu dan polusi hanya agara bisa sampai di toko keunya. Serena turun dari motor usai memarkirkan di bawah pohon yang ada di sudut parkiran. Kemudian masuk ke dalam toko mencari keberadaan Lela sahabatnya."Lela mana?" tanyanya pada Cinta saat berpapasan di depan etalase kue."Dalam di ruangan Kakak!" jawab Cinta sambil memasukkan kue baru yang matang, ke dalam etalase.Serena melangkah menuju ruangannya. Sampai di depan pintu kayu jati berwarna putih tulang, ia membuka dan mendapati Lela yang tengah tiduran di atas sofa."Ck! Nih anak kebiasaan banget tiduran di ruang kerja orang," gerutunya sambil meletakkan tasnya ke atas meja.Meraih gelas yang ada di dispenser sambil menuangk
Sampai di rumahnya semalaman Serena langsung merebahkan tidurnya karena sudah terlanjur kecewa dengan laki-laki kedondong itu. Hari ini, gadis itu bangun pagi-pagi sekali. Ia lekas keluar kamarnya menghampiri si 'Belen' kesayangannnya. Berdiri dengan sedikit membungkuk, Serena memberikan makanan untuk Ikan hias kesayangannya berjenis Platy Blue Mickey Mouse, yang sudah ia beli dari penjual ikan hias di Pasar seharga Lima belas ribu per ekor. Jenis ikan ini memiliki warna yang cukup menarik, dan bisa menyala seperti halnya ikan neon tetra.©"Bel, menurut kamu, apa aku harus mengatakannya kepada duo Raja Ratu, kalau Tuan Antoni menginginkanku bertunangan dan menikah dengan anak kedondongnya itu, orang yang sama sekali belum ku kenal?" curhat Serena terpaku menatap aquarium."Nggak mungkinkan Bel. Membayangkan bersanding dengan si kedondong membuatku merinding saja. Siapa juga yang tahan dengan sikap dingin laki-laki seperti itu. Bahkan, sifatnya yang jutek mem
Seperti biasa pagi hari Ratu sudah berteriak di dalam rumah. "Pakkk. Sini cepat!" teriak Ratu menggema di dalam rumah. Bahkan membangunkan Belen yang tengah tertidur di dalam aquarium.mendengar suara istrinya yang menggelegar. Raja datang cepat menghampiri istrinya yang sedang mengepel sembari menstalker sosial media. "Ada apa Ma?" tanya Raja usai memberi makan burung kesayangannya. Dengan langkah yang tergopoh-gopoh, dan sarung yang hampir melorot dari atas perut. Karena saking terkejut mendengar teriakan sang istri yang melengking di pagi hari."Ini coba liat baik-baik Pak. Perhatikan dengan teliti," ujar Ratu menunjukkan sebuah video di ponselnya."I-ini kan. Tidak!" teriak pasangan Raja dan Ratu lalu saling berpandangan."Ya Tuhan.... apa kesalahan kami di masa lalu sehingga anakku menjadi seperti ini," sesal Ratu memikirkan dosa yang dia perbuat saat muda."Pah, Mama tidak menyangka Serena melakukan penganiayaan
Dengan Ide cemerlang itu, Serena lekas mengambil poselnya. Mencari nomor laki-laki kedondong yang membuatnya gelisah gundah galau merana.Begitu nada tersambung dan seseorang mengangkatnya di seberang, tanpa ba bi bu, Serena langsung berkata "Hey Tuan muda Kedondong aku akan terima tawaranmu. Asalkan gedung tempat melangsungkan pertunangan dan pernikahan aku yang urus," usul Serena.Gifran hanya menarik nafas panjang begitu tahu suara yang menelponnya. "Persoalan gedung sudah ditangani oleh Tayo. Kamu tidak usah repot-repot mengurus hal yang tidak perlu. Lagian Tayo akan menyewa seorang WO, jadi tenagamu tidak dibutuhkan di sini," sahut Gifran.Tidak terima karena idenya ditolak. Serena tak henti-hentinya membujuk agar ia terlibat langsung dalam persiapan tunangan nanti. "Hah, dasar Tuan muda Kedondong yang sombong!" umpat Serena di ujung telefon."Hey! Gadis bar-bar apa yang barusan kamu ucapakan? coba ulangi sekali lagi!" sungut Gifran tidak
Keesokan harinya Gifran telah sampai di depan rumah keluarga Serena. Ia memarkirkan mobilnya di halaman luas, lalu keluar menghampiri duo Raja Ratu yang sedang duduk bersantai sambil menikmati teh hangat di atas teras. Ratu yang melihat kedatangan Gifran di rumahnya mendadak panik tidak karuan. Keringat dingin keluar dari tubuhnya. Mendekati kedua orang tua Serena di teras Gifran pun lekas menyapa "Selamat Pagi Bapak dan Ibu," sapa Gifran tersenyum. "Eh, Nak Gifran datang.Ayo silahkan duduk," ajak Raja mempersilahkan tamunya sembari tersenyum menyambut kedatangan Gifran. "Terima kasih Pak," ucap Gifran mendaratkan tubuhnya di salah satu kursi kayu. "Apa ada keperluan penting sehingga Nak Gifran datang berkunjung?" tanya Raja yang belum mengetahui kalau orang yang menelfon Ratu kemarin adalah orang yang ada di hadapannya saat ini. Ratu terdiam gugup ketika Gifran duduk bersebelahan dengannya.
Sampai di depan toko kue milik keluarganya yang dikelola olehnya. Seerena lekas turun dari mobil mewah Gifran usai melepas sabuk pengaman."Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini. Saya harap kamu akan mempertimbangkan keputusan Papaku," ujar Gifran menahan Serena.Serena yang tinggal membuka pintu mobil itupun, dibuat terkejut dengan tingkah Gifran yang menahan lengannya. Melirik tangan yang sedang dicekat oleh tangan besar yang berotot.Melihat Serena melirik lengannya, Gifran seolah mengerti akan perasaan gadis itu. Degera dia melepaskan tangannya."Maaf. Aku nggak sengaja menyentuhmu,"tutur Gifran dengan mengalihkan pandangannya ke samping."Ingat. Ucapan yang saya. Jika kamu berani melanggarnya. Jangan harap, kamu masih bisa melihat toko kuemu berdiri kokoh,"ancamnya.Mendengar ucapan peringatan dari laki-laki kedondong di sampingnya itu, membuat Serena ingin sekali melakban mulut yang seenak jidatnya berkata ta
Ratu dan Raja melongo melihat bingkisan yang dirimkan untuk anaknya. Para pengirim yang notabene dari B&G langsung meletakkan di ruang tamu kediaman Serena. Aneka barang dari merek terkenal semuanya ada di atas sofa. Mereka berdua tidak mengerti, siapa laki-laki yang sengaja mengirimkan bingkisan hadiah pertunangan untuk anaknya. Sambil meunggu kedatangan Serena, Raja dan Ratu memilih menghubungi laki-laki yang akan menjadi pasangan anaknya di acara pertunangan. ["Tuan. Gawat. Ini tidak bisa dibiarin terjadi. Ada seseorang yang mengirimkan binkisan untuk pertunangan anak saya."] ["Terus?"] tanya Gifran di sebelah sana. ["Jadi bagaimana Tuan?" Apa yang harus kami lakukan sekarang?"] ["Nggak usah pedulikan itu. Yang penting kalian berdua sudah setuju dengan rencanaku."] ["Baik Tuan."] Usai mengakhiri panggilan itu, Gifran masih berpikir jika Serena belum memberi tahukan mas