Share

Adik Ipar Laknat

Menjelang sore, Serena bersiap-siap pulang. Usai mengecek laporan harian, ia lekas mengambil tas dan meraih gawainya yang tergeletak di atas meja. Melangkah keluar ruangan, ia berpapasan dengan karyawannya yang membersihkan ruangan. "Semuanya aku duluan yah," sapanya lalu lekas melangkah menuju keluar, ojek online yang telah dipesan tadi sudah tiba.

Untung dia memesan ojek online. Sehingga dengan cepat sampai di rumah. Tidak perlu repot-repot mengantri lama menunggu kendaraan bergerak satu sama lain. 

Duduk di depan teras rumah sore hari sembari menikmati cemilan pisang goreng dengan teh hangat, Ratu melihat anaknya turun dari ojek online. "Kamu dibawa kemana tadi sama pengawal keluarga Castanyo? Kamu nggak diapa-apainkan sama mereka ? Terus diantar sampai ke toko jugakan?" tanya Ratu kepo. Mengikuti dari belakang saat Serena tiba menapakkan kakinya di atas lantai rumah

Berbalik menghadap ke arah mamanya Serena pun angkat bicara, "Mama Ratuku sejagad raya yang cantik, baik hati, dan tidak sombong. Please deh, anaknya baru pulang bukannnya disambut dengan senyuman. Ini justru diberondongin pertanyaan! Nggak liat raut wajah lelah yang terpampang nyata di mukaku ini? Sepertinya Mama sudah ketularan dengan jiwa kepo yang melebihi akun selebritis yang nyinyir. Heran deh, punya Mama yang keponya melebihi akun gosip. Akun yang nggak ada habisnya ngulik kehidupan selebritas cantik Serena Paulina Geum Jan Di," urai Serena dengan jiwa sombong meronta-ronta sambil mengibaskan rambut kuncirnya ke samping.

Tak mau kalah berdebat dengan anaknya yang sudah hampir setiap hari pemandangan ini Raja lihat. Dia hanya menggelengkan kepalanya melihat istri dan anaknya yang adu mulut. Lalu berlalu masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan mereka berdua.

Wajarlah! Jiwa kepo Mamakan meronta-ronta ingin tahu Paulina. Apalagi yang datang menjemputmu tadi asisten laki-laki dengan penamipilan yang takalah keren," sahut Ratu yang sudah mendaratkan tubuhnya duduk di pinggir ranjang tempat tidur. Ayo cepat ceritakan kamu dibawa kemana aja sama mereka!"

Serena mengernyit tak percaya dengan tingkah mamanya yang sangat kepo dengan kehidupan asmaranya. "Nggak dibawa kemana-mana. Cuman kebetulan punyan urusan dengan aku aja," dalih Serena. 

"Masa sih?" terus kenapa sampai ada pengawal sampai repot-repot datang segala?"tanya Ratu lagi. kali ini ia meneliti wajah anaknya. Berharap menemukan titik kebohongan yang ada pada diri anaknya. 

"Aku dibawa ke kediaman Castanyo. Mereka menginginkan kehadiranku untuk memenuhi ngidam anak perempuan mereka, yang lagi hamil generasi Castanyo berikutnya.

"Apa rumah mereka seperti yang di Drakor-drakor itu bak istana megah yang di kelilingi halaman luas dan gerbang menjulang tinggi?" tanya Ratu lebih kepo lagi.

"Bahkan lebih dari itu," jawab Serena yang langsung rebahan ke atas ranjang.

"Pupus deh harapan Mama yang ingin memiliki menantu yang kaya, baik hati dan tidak sombong. Andaikan keluarga Castanyo memiliki seorang anak laki-laki, Mama akan pelet dia supaya tergila-gila kepadamu. Tapi walaupun bukan dari keluarga Castanyo, nggak apa-apa juga jika laki-laki yang tempo hari datang berkunjung ke rumah meminta kedondong. Cakep dan bekharisma juga mukanya. Sepadanlah sama Carlos Daniel Go Jun Pyo," seloroh Ratu.

Serena yang mendengar dumelan sang Mama tidak menanggapi. Kalau ia mengatakan laki-laki kedondong itu anak pewaris Castanyo, pasti Ratu berteriak senang. Belum menceritakan permintaan Tuan Antoni saja Mama sudah bermimpi punya menantu kaya. Apa lagi kalau ia mengatakannya. Pasti Ratu langsung terbang ke awan, impiannya terwujud.

Ratu menoleh ke arah Serena "Anak gadis jangan tidur sore. Nggak baik, setan-setan menghampirimu meniup jodohmu yang akan mendekat. Bangun dan mandi sana!" titahnya seraya baerlalu keluar dari kamar anak perawan satu-satunya.

***

Malam hari di ruang kerja Gifran, Antoni, Sony dan Tayo duduk membahas masalah perusahaan. Belum menemukan solusi yang tepat untuk menarik kembali para investor. Satu-satunya harapan hanya ada ditangan Gifran dan Serena. Keduanya pun belum sepakat menyetujui rencana Antoni.

Duduk di atas sofa di dalam ruangan itu. Antoni pun angkat bicara "Jadi hari ini beberapa proyek kita lepas juga?" tanya Antoni menatap Gifran dan Tayo bergantian.

"Iya Tuan," jawab Tayo seraya menunduk.

"Kamu memang tidak bisa diandalkan mengurus masalah ini dengan cepat! Coba hitung berapa kerugian yang kita alami sejak insiden itu?" tanya Antoni dengan menatap tajam ke arah Gifran.

"Pokonya Papa ingin paling lambat minggu depan harga saham kita kembali normal. Para investor sudah kembali lagi. Jika tidak, Papa tidak segan menurunkan jabatanmu! seru Antoni berlalu keluar dari ruangan itu.

"Bang Gifran, bisa pikirkan kembali tawaran Papa. Apa salahnya dicoba dulu. Ajak Serena berdiskusi baik-baik. Semoga ia bisa paham situasi kita saat ini. Aku rasa gadis itu, gadis yang baik, bisa dilihat kemarin betapa akrabnya ia saat bersama Mama dan Gina. Hanya melihatnya saja orang-orang bisa menebak kalau ia memiliki kepribadian yang baik dan menyenangkan," saran Sony yang masih diam duduk di atas sofa yang bersebelahan dengan papa mertuanya tadi. 

"Tuan kita tidak punya pilihan, saham kita terus turun. Bisa berakibat fatal kalau sampai minggu depan tidak ada solusi," timpal Tayo

"Aku juga berpikir bagaiamana caranya memulihkan harga saham dan mendapatkan kepercayaan lagi dari investor yang sudah lepas dengan kita. Bagaimana kalau kita menjual beberapa saham sekitar 5 persen kalau sampai minggu depan masih kacau?" pungkas Gifran usai menyesap teh hijau yang mulai dingin di atas meja.

"Bang jangan membuat keputusan yang malah merugikan. Ini bukan solusi yang tepat. Tapi malah menambah kerugian. Saham kita sudah jatuh, malah mau dijual. Ini bukan solusi yang tepat. Abang nggak mau kan Papa tambah kesal sama abang! Jadi jangan gegabah mengambil keputusan. Masih ada harapan kalau abang memikirkan tawaran Papa," jelas Sony.

"Saya setuju yang dikatakan Tuan Sony, tidak ada salahnya kalau Tuan mencoba berdiskusi dengan gadis itu. Ini demi perusahaan yang anda pegang Tuan," sahut Tayo membujuk.

"Aku harap abang memikirkan baik-baik. Permisi, aku ingin menyusul Gina beristirahat di kamar," ujar Sony tersenyum sambil menepuk bahu Gifran.

"Cih, alasan mau beristirahat, yang ada kamu mau membuat adiku kelelahan. Ingat dia itu hamil besar, jangan ajak begadang," timpal Gifran sewot.

"Abang cemburu yah? Makanya jangan tolak tawaran Papa, sensasi tidur dengan wanita hamil lebih membara tahu bang," ledek Sony sambil mengedipkan sebelah matanya.

Menoleh ke arah asistennya Gifran pun angkat suara "Tayo tutup telingamu, jangan dengarkan ucapan adik ipar laknat itu."

"Saya tidak tahu apa yang Tuan berdua ucapkan," jawab Tayo yang sibuk dengan tablet di tangannya.

"Baguslah, Tayo. Kau juga perlu menikah segera supaya bisa menggunakan senjatamu," sosor Sony yang masih berdiri di ambang pintu dengan senyuman meledek.

Dengan mata jengah memandang adik ipar laknatnya, Gifran pun berkata,"Keluar sana, susul istrimu di kamar," usir Gifran seraya melempar gulungan kertas ke arah Sony.

"Hahahaha," tawa Sony menjadi penutup di ruangan itu sembari melangkah ke atas menuju  kamarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status