Perempuan mana yang tak sedih dan kecewa, disaat ia baru saja melahirkan anak pertamanya. Justru itu menjadi hari paling buruk dalam hidupnya. Itulah yang dirasakan Laila, perempuan cantik nan mempesona itu telah diceraikan dan diusir oleh suaminya sendiri, karena melahirkan anak yang tidak sesuai dengan keinginan keluarga suami. Aneh bukan? Dimana orang akan bahagia melahirkan anak lelaki sebagai pewaris, tapi tidak dengan anak yang di lahiran Laila, ia justru dibuang dan tak dianggap oleh ayah kandungnya sendiri. Ada apa dengan keluarga itu? Tiga tahun setelah perceraiannya, banyak pria yang mendekatinya. Tapi Laila enggan membuka hatinya, kedekatan dengan banyak pria mengubah hidupnya menjadi lebih kuat dan mandiri. Ia sampai berpikir tak butuh laki-laki di dunia ini. Namun kalimat itu terpatahkan sampai pada akhirnya Malik, kekasih dimasa lalunya mampu membuat Laila luluh. Akankah mereka bersama kembali dengan status yang lebih serius? Atau Laila tetap nyaman dengan status jandanya? Ikuti kisahnya yuk.
Lihat lebih banyak"Mbak kenapa ada disini?" tanya Laila bingung."Aku bekerja di sini La," jawab Vallen menunduk."Bekerja? Maksudnya bekerja bagaimana Mbak?" tanya Laila tak paham.Vallen pun menjelaskan semuanya pada Laila, bagaimana ia diusir oleh Anggraini karena tidak suka dengan sikap keluarganya yang masih tunduk dengan sebuah tradisi. Laila syok, begitu juga Malik ia juga tak menyangka jika keluarga mantan suami Laila memiliki tradisi yang mengerikan."La, aku Minta maaf atas semua kesalahanku dulu. Aku menyesal dulu ikut campur rumah tangga kamu dan Zidan! Bahkan, aku ikut-ikutan mengusirmu juga dari rumah," ucap Vallen."Sudahlah Mbak, lupakan saja. Mungkin aku dan Bang Zidan sudah tidak berjodoh. Aku tidak menyalahkan siapapun. Ini semua takdir, aku sudah berdamai dengan takdir itu," ucap Laila legowo.Mendengar kelapangan dan keikhlasan Laila, membuat Malik kembali kagum. Tak salah dirinya masih mencintai Laila. Karena sifat Laila selalu membuatnya takjub. Malik berjanji tidak akan melepas
"Saya serius," jawabku mantap."Tapi saya bawa motor Pak," balasnya mencari alasan."Titipkan saja disini, restoran saya aman. Sekalian saya juga mau ajak kamu ngobrol," ucapku lagi.Laila nampak berpikir, entah apa yang dia pikirkan. Aku berharap Laila mau menerima ajakan ini, aku akan mengatakan sejujurnya bahwa aku masih mencintainya, cintaku padanya belum berubah dari dulu."Baik Pak, lagian ada yang mau saya tanya juga."DeghKira-kira apa yang akan ditanyakan Laila? Kenapa dada ini langsung berdebar kencang. Aku harus bisa mengendalikan diri, jangan sampai Laila mendengar suaranya."Kalo gitu ayo kita berangkat," ajakku.Kami lalu berjalan bersama menuju mobil. Setelah sama-sama di dalam mobil, aku langsung melajukan kendaraan memecah keramaian kota. Di perjalanan, Laila diam saja. Aku pun bingung harus memulai percakapan seperti apa. Kenapa kedekatan kami sekarang membuatku canggung, mungkin karena status kami yang sudah berubah."La, bagaimana kabar keluargamu? Aku dengar kamu
"Saya serius," jawabku mantap."Tapi saya bawa motor Pak," balasnya mencari alasan."Titipkan saja disini, restoran saya aman. Sekalian saya juga mau ajak kamu ngobrol," ucapku lagi.Laila nampak berpikir, entah apa yang dia pikirkan. Aku berharap Laila mau menerima ajakan ini, aku akan mengatakan sejujurnya bahwa aku masih mencintainya, cintaku padanya belum berubah dari dulu."Baik Pak, lagian ada yang mau saya tanya juga."DeghKira-kira apa yang akan ditanyakan Laila? Kenapa dada ini langsung berdebar kencang. Aku harus bisa mengendalikan diri, jangan sampai Laila mendengar suaranya."Kalo gitu ayo kita berangkat," ajakku.Kami lalu berjalan bersama menuju mobil. Setelah sama-sama di dalam mobil, aku langsung melajukan kendaraan memecah keramaian kota. Di perjalanan, Laila diam saja. Aku pun bingung harus memulai percakapan seperti apa. Kenapa kedekatan kami sekarang membuatku canggung, mungkin karena status kami yang sudah berubah."La, bagaimana kabar keluargamu? Aku dengar kamu
Melihat Laila lagi membuatku merasa ingin segera mengatakan padanya, bahwa aku masih mencintainya. Entah kenapa sulit sekali melupakan Laila, mungkin Laila bisa begitu mudah melupakan aku. Tapi tidak denganku, justru aku ingin memberitahu ia bahwa rasa ini masih sama."Permisi Pak." Senyuman itu masih sama, tatapan dan pesonanya masih berhasil membuat dada ini berdetak lebih cepat. Laila tak bisa membuatku melupakan apapun yang ada padanya. Laila bagiku gadis yang tak pernah bosan dipandang. Aku merasa selalu terhipnotis dengan tatapannya.Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami tidak bertemu. Tapi kenapa aku masih saja gugup melihatnya, Laila selalu berhasil membuatku salah tingkah."Aku mau memperjuangkan Laila lagi, Wan.""Apa? Lo gila?" teriak Ridwan terkejut."Memang kenapa? Kamu kan tahu bagaimana perasaanku pada Laila sejak dulu, kenapa harus kaget?" tanyaku tak paham dengan sikapnya.Setahuku Ridwan selalu memintaku mencari Laila dan memperjuangkan dia lagi, tapi kenapa sek
Sudah beberapa bulan berlalu, Laila dan Malik kembali dekat. Mereka sering bertemu di restoran, Malik bahkan tidak pernah absen mengunjungi restoran miliknya semenjak tahu Laila bekerja disana."Kalian sadar ngga sih kalo Pak Malik sering ke restoran," celetuk Windi. Gadis satu itu memang suka menjadi pemicu untuk mereka membicarakan orang lain."Huss. Kamu tuh Windi, sering banget ngomong asal, dia itu Bos kita," selah Ayu."Seriusan. Kamu ngerasa ngga sih sikap Pak Malik itu beda, apalagi kalo udah ketemu Laila. Aku jadi curiga," balas Windi ."Curiga apa?" tanya Ayu penasaran."Jangan-jangan Pak Malik dan Laila pacaran." Justru Sindi yang menjawab tanpa ragu."Apa?" teriak Windi begitu syok."Ngga mungkin lah Pak Malik pacaran sama Laila," sanggah Ayu tidak percaya."Iya bener, aku juga ngga yakin kalo Pak Malik suka sama Laila. Perbedaan mereka aja bagai langit dan bumi," timpal Windi."Tapi aku bisa lihat perbedaan pandangan Pak Malik saat menatap Laila. Mungkin juga Pak Malik suk
"Apa yang Mama lakukan pada Oliv! Aku ngga terima Ma!" teriak Zidan marah."Mama tidak melakukan apa-apa. Bukannya Istrimu sendiri yang ingin pergi dari sini?" sanggah Anggraini tidak merasa bersalah."Tapi semua itu karna perkataan Mama! Mama yang buat Istriku pergi!""Cukup Zidan! Jangan kurang ajar sama Mama!""Mama yang ngga pernah mengerti aku!" selah Zidan matanya merah menyala, dadanya bergemuruh karena terlalu kesal dengan sikap Anggraini.Sebelumnya Zidan selalu bersikap hormat pada mamanya, tapi tidak dengan sekarang. Menurut Zidan, sang ibu sudah sangat keterlaluan dalam mencampuri urusan rumah tangganya. Mungkin saat dirinya menjalin hubungan dengan Laila, Zidan masih mampu menurut dan menerima perlakuan mamanya terhadap istirnya. Tapi tidak dengan sekarang, Zidan merasa benar-benar mencintai Oliv. Ia merasakan kebahagiaan atas pernikahannya yang sekarang.Ia tidak mau kehilangan Oliv begitu saja karena bagi Zidan Oliv kebahagiaan yang tak akan bisa digantikan oleh apapun.
"Terus gimana Dokter?" tanya Oliv. Ia tidak menyangka jika dirinya akan mengalami hal seperti ini. Keinginan memiliki anak tidak semudah bayangannya, Oliv sedih karena ternyata dialah penyebab sulitnya mendapat keturunan."Kita obati dulu penyakitnya, baru bisa program hamil lagi," tutur dokter."Apa yang harus saya lakukan agar sembuh!" Oliv begitu menggebu-gebu ingin tahu. Ia tidak mau selamanya begini tanpa melakukan tindakan."Sabar Sayang! Sabar," pinta Zidan berusaha menenangkan istrinya."Bagaimana aku bisa sabar Mas. Aku ... Aku ..." Oliv menangis sejadi di depan Zidan. Melihat itu, Zidan tak kuasa langsung memeluk tubuh Oliv, memberinya ketenangan."Ibu, Bapak sabar ya. Ibu bisa hamil kok, mungkin prosesnya memang panjang. Untuk kali ini, kita harus melakukan tindakan operasi untuk mengangkat benjolan di rahim Ibu, kista itu benar-benar besar. Kalo tidak segera di tangani, bukan hanya menyulitkan ibu hamil, tapi bisa juga memperparah kondisi Ibu," tuturnya."Baik Dok. Lakukan
"Sudah empat bulan menikah kenapa Istrimu belum hamil juga, Zidan?" cecar Anggraini menatap kesal putranya."Mama gimana sih? Wajar dong, kita nikah juga belum lama," balas Zidan santai."Jangan terhanyut Zidan! Mama tahu banget kalo pernikahan ini tuh sangat berbeda dengan yang pertama. Tapi, Mama tidak bisa menunggu! Gimanapun kita harus cepat melahirkan keturunan!" desak Anggraini."Tapi Ma ...""Cukup! Mama ngga mau tahu, secepatnya kamu dan Oliv promil. Mama ngga mau kamu terlalu lelet kaya gini!" gerutu Anggraini benar-benar kesal. Selepas ia mengungkapkan kekesalannya, Anggraini pergi meninggalkan Zidan yang masih duduk di sofa ruang tamu dengan kebingungan. Zidan tidak tahu bagaimana cara membujuk Oliv untuk tindakan program hamil, Oliv pasti curiga dengan desakan dia yang ingin hamil. Tapi tidak ada cara lain, Zidan akan mencoba bicara dengan Oliv nanti. ****Zidan memutuskan pulang ke rumah, membicarakan soal ini pada istrinya Oliv. Zidan harus mengatakan ini, daripada ia m
Malik tak menyangka jika ia akan kembali bertemu dengan mantan kekasihnya dulu. Ya Laila gadis yang berhasil membuatnya terbelenggu dengan masa lalu. Sejak lulus sekolah, Malik berhasil menjaga hati ini tetap kosong. Malik tidak menjalin hubungan dengan siapapun setelahnya. Hanya Laila, wanita yang berhasil membuatnya luluh, dan tidak ingin mencari yang lain.Entah apa maksud Tuhan mempertemukan mereka lagi, setelah sekian lama mereka terpisah oleh jarak dan waktu. Sekarang, mereka dipertemukan dengan cara yang berbeda, yaitu, Laila bekerja di restoran miliknya sendiri. Yang artinya, ia akan mudah bertemu dan melihatnya setiap hari.Bayangan tiga tahun lalu terlintas dipikiran Malik, ia ingat betul bagaimana saat mereka menjalin hubungan dulu, Laila berhasil membuatnya takluk, dan mati-matian mengejar cinta Laila. Padahal sebelumnya Malik tak pernah serius dalam hubungan asmara, ia sering gonta-ganti pacar dan tidak benar-benar cinta. Hubungan itu hanya sebatas mainan masa sekolah. Tet
"Sudah kubilang, jika kamu melahirkan anak laki-laki. Kamu harus terima akibatnya!" Dengan wajah penuh amarah, Zidan berkacak pinggang dan menatap Laila tajam."Tapi Bang ...? Abang tidak bisa menyudutkanku begini! Aku melahirkan anak laki-laki atau perempuan, itu sudah menjadi takdir ilahi. Aku tidak bisa memilih Bang," balas Laila membela diri. Ia tak suka dengan kalimat sang suami."Cukup! Aku tak butuh alasanmu! Yang jelas, aku tidak akan menerimanya. Kamu ingat kan? Bagaimana perjanjian kita? Jika kamu melahirkan anak laki-laki, maka siap-siap untuk keluar dari rumah ini!" ucap Zidan tegas."Tapi Bang ..." Laila masih bersikukuh membantah kalimat suaminya. Ia tak bisa disalahkan seperti ini. Laki-laki atau perempuan, itu semua sudah ketetapan. Bagaimana bisa Zidan menyalahkan sepihak seperti ini."Sudahlah Zidan. Apa lagi yang kamu tunggu! Cepat usir dia," timpal Anggraini, mamah mertua Laila."Betul! Dia itu tidak berguna Bang! Sejak awal aku memang tak setuju kau menikah dengann
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen