Beranda / Pernikahan / Pesona Janda Anak Satu / Bab 3. Tangisan Laila

Share

Bab 3. Tangisan Laila

Penulis: Ane Rifkoh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sejak dulu aku 'kan sudah peringatkan,.jangan terima tawaran Suami saya. Dasar Gadis bodoh!" hina Anggraini.

Sejak awal menikah, Anggraini dan kedua anaknya tak suka dengan Laila. Baginya, Laila hanya benalu dalam keluarganya. Gadis desa yang berharap jadi tuan putri di rumahnya sama sekali tidak diharapkan. Kehadirannya hanya akan mengancam posisinya. Anggraini benar-benar beruntung ketika Laila melahirkan anak perempuan. Tak perlu membujuk Zidan menceraikan, ia diceraikan dan di usir langsung oleh anaknya.

Laila keluar rumah membawa luka teramat dalam. Sakit pasca melahirkan saja belum pulih, ini ditambah dengan sakitnya diusir dan dicampakkan oleh suami sendiri. Hanya menangis, meratapi nasib Laila menerima semuanya.

"Tunggu! Ini untukmu. Biar tidak sedih-sedih sekali hidupmu!" Anggraini menghampiri Laila yang sudah keluar dari pekarangan keluarga Fernando itu. Ia melempar beberapa lembar seratusan ribu di wajah Laila. Sontak, perbuatannya membuat si bayi menangis histeris.

Setelah Laila berhasil keluar dari rumah besar nan megah itu. Pintu ditutup kembali dengan keras, hingga meninggalkan bunyi nyaring.

"Nanti kita akan cari calon Istri untukmu lagi." ucap Anggraini yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Zidan.

****

Sepanjang perjalanan menuju rumah. Tak henti-hentinya Laila menangis, bayi yang digendongnya pun ikut menangis seperti mengetahui perasaan ibunya. Ia terus membawa anak dan tas itu seiring berjalannya kaki melangkah.

"Laila! Kamu kenapa?" Diperjalanan, Laila bertemu teman satu perjuangan dengannya, Fitri namanya. Ia syok dengan keadaan Laila yang tengah menangis membawa bayi dan tas besar.

"Aku di usir Bang Zidan Fit, huhu." Pecah sudah tangisan Laila dihadapan Fitri. Ia tersedu sedan dengan nasib yang menimpanya.

"Astaga. Bagaimana bisa?" tanya Fitri syok. Ia tahu betul bagaimana Zidan begitu mencintai Laila. Fitri melihat langsung, saat Zidan memperlakukan Laila lembut waktu dirinya hamil.

"Ia tidak terima saat aku melahirkan anak laki-laki," kata Laila.

"Apa? Gila sekali alasannya. Kenapa bisa begitu?" Fitri begitu terkejut dengan alasan yang baginya tak masuk akal.

"Aku tidak tau Fit," jawab Laila.

"Fitri! Ngapain kamu disitu! Jangan dekati Laila atau mencampuri urusannya!" Dari kejauhan, terdengar teriakan dari pak Kasman, orang tua Fitri. Ia begitu marah ketika melihat anaknya tengah bersama Laila.

"Tapi Yah, aku hanya ..."

"Pulang!" bentak Pak Kasman melototi Fitri.

"Tapi ..."

"Ayah bilang pulang!" Tidak ada pilihan lain selain pulang. Fitri tak mau membatah perkataan ayahnya. Sekilas ia melirik Laila yang masih sedih.

"Maaf La, aku harus pulang," lirih Fitri.

Laila tak menjawab, ia hanya mengangguk lemas. Padahal, ia beruntung bertemu Fitri, setidaknya memiliki teman untuk bercerita sebentar. Sejujurnya, ia takut untuk pulang. Takut jika ayah dan ibunya sedih.

Laila paham mengenai tindakan Pak Kasman. Ia hanya tidak mau terlibat dengan keluarga Pak Fernando, semua warga desa bergantung hidupnya pada mereka, karena hanya mereka orang terpandang sekaligus penyedia lapangan pekerja untuk warga di desanya.

Laila pun berjalan melewati kebun karet milik keluarga Fernando. Perlahan tapi pasti, akhirnya ia sampai di depan rumah orang tuanya.

Rumah sederhana terbuat dari anyaman bambu itu sudah dua puluh tahun menemaninya. Baru saja setahun berlalu sejak ia menikah dan tinggal bersama keluarga Zidan. Laila tidak pernah lagi tinggal di rumah sederhana itu. Paling sesekali ia bertemu ayah dan Ibunya di kebun karet.

Ada keraguan di hati Laila saat ingin mengetuk pintu kayu yang sudah usang itu. Hati dan pikirannya tak sejalan. Ia ragu.

"Oek, oek." Belum lepas keraguan itu, tiba-tiba anaknya menangis.

"Cup, cup. Anak Ibu, laper yah Nak? Sebentar yah Sayang, nanti kita Mimi di rumah Kakek dan Nenek," ucap Laila menenangkan si kecil. Namun, bayi itu semakin menangis histeris.

Kreeet.

Terdengar pintu lapuk itu dibuka, mata Laila langsung menangkap sosok kedua orang tuanya di depan menatapnya sejenak. Mereka terpana dan ...

"Ya Allah Laila! Kamu kenapa?" Kedua orang tua itu kaget bukan main saat melihat Laila, putri kandungnya berdiri di depan pintu dengan menggendong anaknya. Di samping Laila pun ada tas besar yang membuat kedua orang tuanya sempat beradu pandang.

"Ada apa Nak?"

Tak ada jawaban dari bibir Laila, Susi yang melihat bayi di gendongan Laila, segera menghampiri.

"MashaAllah, jadi benar yang dikatakan orang-orang di perkebunan, kalo kamu sudah lahiran?" tanya Susi sumringah.

Namun, Laila tak menjawab, ia hanya diam saja. Hingga sedetik kemudian ia menangis memeluk tubuh ibunya.

Bab terkait

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab. 4. Penjelasannya Laila.

    "Kamu kenapa Nak?" tanya Ibu Susi sekali lagi. Ia nampak iba melihat putrinya pulang sengaja keadaan yang sulit dijelaskan. Sebenarnya orang tua itu sudah sadar jika anaknya sedang tidak baik-baik. Hanya saja, mereka ingin mendengar langsung dari bibir Laila."Bawa Laila masuk Bu," pinta pak Anton, ayah Laila sadar putrinya butuh ketenangan."Iya Yah," Mereka lalu masuk ke dalam rumah. Masih dengan keadaan awal, Laila nampak tak sanggup berucap. Hanya air mata yang semakin merembes membasahi kedua pipi putihnya."Oeek, oeeek." Bayi mungil itu menangis lagi, membuat siapapun terenyuh mendengar tangisannya. Bayi mungil nan tampan itu, lantas berpindah tempat ke pangkuan sang nenek, ia dekap hangat cucu pertamanya itu."Cup, cup. Sayang," ujar Susi, menenangkan sang bayi.Laila sendiri, masih belum bisa menjelaskan apa yang terjadi. Seakan paham dengan kondisi anaknya. Pak Anton dan Bu Susi tetap diam menunggu anaknya berbicara.Bu Susi lantas memberikan bayi mungil itu pada suaminya, sed

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 5. Miskin selalu terhina.

    Dengan menutup mulut karena syok dengan pernyataan yang putrinya bawa. Bu Susi mulai menitihkan air mata, seakan dirinya ikut merasakan sakit dengan apa yang putrinya rasakan. Orang tua mana yang bisa tegar jika mendengar pernyataan yang begitu menyayat hati."Kurang ajar! Apa salahmu sampai diusir dan diceraikan? Bukankah kamu baru melahirkan keturunan mereka?" hardik pak Anton tak terima. Ada segurat kekecewaan besar di wajahnya. Rahangnya mengeras dan terlihat beberapa gambar urat dilehernya, menandakan ia begitu marah."Laila, Laila ...""Jawab Nak. Jangan takut." Bu Susi memegang pundaknya, berusaha menguatkan putrinya. Ia tahu, bagaimana perasaan putrinya saat ini. Antara takut dan sakitnya diperlukan seperti itu saling bersahutan."Laila di usir Bang Zidan karena Laila melahirkan anak laki-laki, Bu. Laila ..."Mengalir lah cerita Laila didepan ayah dan ibunya. Mereka seakan memberi ruang untuk Laila bercerita dan mendengar tanpa memotong."Wong gendeng! Perjanjian macam apa itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 6. Kemarahan Pak Anton.

    Dulu Laila yakin Zidan mencintainya dengan tulus, karena saat dirinya hamil, Zidan begitu baik memperlakukannya. Tapi semua ini seakan bertolak belakang saat dirinya melahirkan putranya."Oeeek, oeeek." Anak bayi itu kembali menangis. Kali ini Laila sudah bisa mengendalikan dirinya. Ia langsung menyusui putranya yang sudah sangat kelaparan."Maafkan Ibu Nak," lirihnya. Mengusap lembut wajah bayi mungil itu. Wajahnya begitu mirip Zidan. Ia tampan dan memiliki hidung bangir seperti Zidan.Bayi yang malang. Seharusnya sekarang ia tengah berada di gendongan sang ayah dan dipeluk oleh ayahnya. Tapi kenyataannya, semua itu tidak dirasakan bayi itu. Justru ia terasingkan di usianya yang belum genap sehari.Melihat bayinya yang malang, Laila kembali menangis lagi. Hati dan raganya begitu sakit, bukan karena pasca melahirkan beberapa jam yang lalu, namun karena perlakuan yang tak mengenakan ini. Ia merasa Tuhan tak adil, begitu mudah membalikan kehidupannya hingga di jurang yang dalam. Sakit t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Janda Anak Satu    Bab. 7 Kebencian Anggraini

    Diruang tamu yang penuh dengan kemewahan dunia, Zidan duduk santai sambil meneguk kopi yang ada di depannya. Tak ada rasa penyesalan atas apa yang baru saja terjadi di rumahnya. Ia santai sambil sesekali memainkan gawainya"Zi-dan. Seharusnya kamu tidak melakukan itu pada Laila. Kasian, dia baru saja melahirkan anakmu." Tiba-tiba Fernando mendekati anaknya untuk berbicara dari hati ke hati. Susah payah ia berbicara karena kondisinya yang sudah tidak bugar dan muda."Sudah lah Pah. Bukannya Papa sendiri yang memberikan surat perjanjian itu saat pernikahan kami. Kenapa sekarang Papa justru menyesal?" tanya Zidan bingung."Bukan begitu. Papa hanya tidak mau kamu mengikuti kebudayaan kita yang dulu. Sudah lah hidup normal saja. Papa tidak mau kamu menyesal. Jangan lagi ikuti tradisi kita yang menginginkan anak pertama perempuan itu. Papa tidak mau menyakiti hati banyak orang lagi," balas Fernando, meski ia terlihat lemah. Namun, berusaha menjelaskan perkataannya dengan baik agar mudah dip

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 8. Kedatangan Anton

    Di sisi lain, Fernando diam tak membalas perkataan istrinya. Baginya percuma menjelaskan apapun pada istrinya, ia akan salah dan menganggap perbuatannya yang salah. Padahal, ia hanya ingin kebahagiaan untuk anak-anaknya."Lebih baik kamu urus saja kesehatanmu! Kamu tahu Pah. Kamu itu hanya menyusahkanku saja!" balas Anggraini dengan perkataan yang menyakitkan.Fernando mulai menjauhi istrinya dan tak lagi beradu argumen dengannya. Ia sadar, ia tetap salah dan kalah jika sudah berbicara dengan sang istri yang tidak pernah mau sadar akan hal itu.Bukan kali pertamanya pernikahan anaknya gagal oleh masalah yang sama. Anak yang lain pun, Jonathan, kakak dari Zidan, sama-sama mengalami kegagalan karena prahara melahirkan anak laki-laki.Dulu, istri Jonathan pun mengalami hal yang sama di ceraikan dan di usir setelah melahirkan anak laki-laki yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Namun saat itu kondisinya Fernando sehat, ia masih begitu kental mengikuti tradisi yang sudah turun-temurun i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 9. Wajah tak berdosa Zidan

    "Kurang ajar! Berani sekali dia datang mengacau! Minggir kamu! Saya mau ke depan!" ucap Anggraini memerah menahan amarah.Ia pun berjalan cepat menuju pintu depan. Wajahnya tak bisa disembunyikan, ia begitu marah. Karena menganggap Anton tidak sopan di rumahnya. Sedangkan pak Fernando gegas mengikuti langkah istrinya di belakang, meski kepayahan karena terhalang kursi roda. Namun, tak menyurutkan niatnya untuk melihat keadaan di depan sana.Dor, dor, dor!"Pak Fernando buka pintunya! Saya mau bicara dengan Bapak! Buka Pak!"Dor, dor, dor!Anggraini semakin geram dengan perbuatan mantan besannya itu. Ia segera mempercepat langkahnya dan ..."Hey! Kamu tak punya otak yah! Seenaknya menggedor pintu rumah orang! Apa kamu tidak punya sopan santun sama sekali, hah!" Anggraini berucap bak petasan beruntun. Tidak ada jeda sedikit pun, matanya mendelik seakan ingin keluar dari tempatnya."Anda yang seharusnya saya pertanyakan soal itu. Di mana hati nurani Anda sebagai perempuan yang membiarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 10. Perlakuan Zidan semena-mena

    "Karena saya tidak butuh dia lagi Pak! Jadi saya kembalikan saja!" jawabnya enteng dan tidak ada rasa bersalah sama sekali.Plak!Kekesalan pak Anton memuncak. Ia tak segan mengangkat tangannya ke udara dan melayangkan sebuah tamparan pada Zidan. Mata Anggraini mendelik, begitu juga dengan Zidan. Nafasnya memburu karena perlakuan mantan ayah mertuanya itu. Sedangkan Fernando, hanya diam menyaksikan perbuatan Anton yang dirasa sudah benar karena melindungi anaknya."Kurang ajar! Brengsek! Berani kamu menamparku. Tangan kotormu itu berani sekali menyentuh pipiku!" teriak Zidan murka, ia mulai melotot ke arah Anton seperti siap menikam mangsanya."Heh kamu! Berani sekali menampar anakku!" sambung Anggraini menarik kasar baju lusuh Anton. Sedangkan Anton masih diam tak bergeming, matanya tetap awas menatap Zidan dengan kemarahan."Itu tidak sebanding dengan perlakuanmu terhadap anakku!" tunjuk Anton."Kamu ...."Buuugh! Buuugh!"Rasakan ini!" Zidan terus menghajar Anton tanpa ampun. Sedik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 11. Niatan Pak Anton.

    Sejak kejadian pak Anton di buat babak belur oleh Zidan. Laila memutuskan untuk tidak lagi terlibat dengan keluarga pak Fernando, ia tak mau orang tuanya lebih menderita. Baginya, mereka segalanya. Tidak ada yang lebih berharga saat ini selain keluarga, meski harga dirinya sudah diinjak-injak."La, ambilkan Ayah cangkul. Sepertinya sudah saatnya kita gunakan lagi lahan kecil di belakang rumah itu. Kita gunakan untuk menanam sayuran, sebagai penyambung hidup kita, selebihnya bisa kita jual di pasar," ucap pak Anton kepada putrinya."Iya Yah," balas Laila tanpa membatah, ia lantas berjalan ke arah samping rumah untuk mengambil cangkul itu."Yah, tunggu dulu. Lebih baik Ayah sarapan dulu, begitu juga denganmu La, sarapanlah dulu, biar ASI-mu banyak. Kasian Fatih jika kekurangan ASI," ajak Bu Susi yang sudah menghidangkan semua masakannya di dipan yang terbuat dari bambu."Iya Bu," balas Laila. Ia pun duduk di samping ibunya sedangkan ayah di samping Laila. Mereka mulai menikmati menu sede

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 66. ending

    "Mbak kenapa ada disini?" tanya Laila bingung."Aku bekerja di sini La," jawab Vallen menunduk."Bekerja? Maksudnya bekerja bagaimana Mbak?" tanya Laila tak paham.Vallen pun menjelaskan semuanya pada Laila, bagaimana ia diusir oleh Anggraini karena tidak suka dengan sikap keluarganya yang masih tunduk dengan sebuah tradisi. Laila syok, begitu juga Malik ia juga tak menyangka jika keluarga mantan suami Laila memiliki tradisi yang mengerikan."La, aku Minta maaf atas semua kesalahanku dulu. Aku menyesal dulu ikut campur rumah tangga kamu dan Zidan! Bahkan, aku ikut-ikutan mengusirmu juga dari rumah," ucap Vallen."Sudahlah Mbak, lupakan saja. Mungkin aku dan Bang Zidan sudah tidak berjodoh. Aku tidak menyalahkan siapapun. Ini semua takdir, aku sudah berdamai dengan takdir itu," ucap Laila legowo.Mendengar kelapangan dan keikhlasan Laila, membuat Malik kembali kagum. Tak salah dirinya masih mencintai Laila. Karena sifat Laila selalu membuatnya takjub. Malik berjanji tidak akan melepas

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 66. bertemu Vallen

    "Saya serius," jawabku mantap."Tapi saya bawa motor Pak," balasnya mencari alasan."Titipkan saja disini, restoran saya aman. Sekalian saya juga mau ajak kamu ngobrol," ucapku lagi.Laila nampak berpikir, entah apa yang dia pikirkan. Aku berharap Laila mau menerima ajakan ini, aku akan mengatakan sejujurnya bahwa aku masih mencintainya, cintaku padanya belum berubah dari dulu."Baik Pak, lagian ada yang mau saya tanya juga."DeghKira-kira apa yang akan ditanyakan Laila? Kenapa dada ini langsung berdebar kencang. Aku harus bisa mengendalikan diri, jangan sampai Laila mendengar suaranya."Kalo gitu ayo kita berangkat," ajakku.Kami lalu berjalan bersama menuju mobil. Setelah sama-sama di dalam mobil, aku langsung melajukan kendaraan memecah keramaian kota. Di perjalanan, Laila diam saja. Aku pun bingung harus memulai percakapan seperti apa. Kenapa kedekatan kami sekarang membuatku canggung, mungkin karena status kami yang sudah berubah."La, bagaimana kabar keluargamu? Aku dengar kamu

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 65. POV Malik

    "Saya serius," jawabku mantap."Tapi saya bawa motor Pak," balasnya mencari alasan."Titipkan saja disini, restoran saya aman. Sekalian saya juga mau ajak kamu ngobrol," ucapku lagi.Laila nampak berpikir, entah apa yang dia pikirkan. Aku berharap Laila mau menerima ajakan ini, aku akan mengatakan sejujurnya bahwa aku masih mencintainya, cintaku padanya belum berubah dari dulu."Baik Pak, lagian ada yang mau saya tanya juga."DeghKira-kira apa yang akan ditanyakan Laila? Kenapa dada ini langsung berdebar kencang. Aku harus bisa mengendalikan diri, jangan sampai Laila mendengar suaranya."Kalo gitu ayo kita berangkat," ajakku.Kami lalu berjalan bersama menuju mobil. Setelah sama-sama di dalam mobil, aku langsung melajukan kendaraan memecah keramaian kota. Di perjalanan, Laila diam saja. Aku pun bingung harus memulai percakapan seperti apa. Kenapa kedekatan kami sekarang membuatku canggung, mungkin karena status kami yang sudah berubah."La, bagaimana kabar keluargamu? Aku dengar kamu

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 64. POV Malik

    Melihat Laila lagi membuatku merasa ingin segera mengatakan padanya, bahwa aku masih mencintainya. Entah kenapa sulit sekali melupakan Laila, mungkin Laila bisa begitu mudah melupakan aku. Tapi tidak denganku, justru aku ingin memberitahu ia bahwa rasa ini masih sama."Permisi Pak." Senyuman itu masih sama, tatapan dan pesonanya masih berhasil membuat dada ini berdetak lebih cepat. Laila tak bisa membuatku melupakan apapun yang ada padanya. Laila bagiku gadis yang tak pernah bosan dipandang. Aku merasa selalu terhipnotis dengan tatapannya.Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami tidak bertemu. Tapi kenapa aku masih saja gugup melihatnya, Laila selalu berhasil membuatku salah tingkah."Aku mau memperjuangkan Laila lagi, Wan.""Apa? Lo gila?" teriak Ridwan terkejut."Memang kenapa? Kamu kan tahu bagaimana perasaanku pada Laila sejak dulu, kenapa harus kaget?" tanyaku tak paham dengan sikapnya.Setahuku Ridwan selalu memintaku mencari Laila dan memperjuangkan dia lagi, tapi kenapa sek

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 63. Merasa punya kesempatan.

    Sudah beberapa bulan berlalu, Laila dan Malik kembali dekat. Mereka sering bertemu di restoran, Malik bahkan tidak pernah absen mengunjungi restoran miliknya semenjak tahu Laila bekerja disana."Kalian sadar ngga sih kalo Pak Malik sering ke restoran," celetuk Windi. Gadis satu itu memang suka menjadi pemicu untuk mereka membicarakan orang lain."Huss. Kamu tuh Windi, sering banget ngomong asal, dia itu Bos kita," selah Ayu."Seriusan. Kamu ngerasa ngga sih sikap Pak Malik itu beda, apalagi kalo udah ketemu Laila. Aku jadi curiga," balas Windi ."Curiga apa?" tanya Ayu penasaran."Jangan-jangan Pak Malik dan Laila pacaran." Justru Sindi yang menjawab tanpa ragu."Apa?" teriak Windi begitu syok."Ngga mungkin lah Pak Malik pacaran sama Laila," sanggah Ayu tidak percaya."Iya bener, aku juga ngga yakin kalo Pak Malik suka sama Laila. Perbedaan mereka aja bagai langit dan bumi," timpal Windi."Tapi aku bisa lihat perbedaan pandangan Pak Malik saat menatap Laila. Mungkin juga Pak Malik suk

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 62. Zidan marah.

    "Apa yang Mama lakukan pada Oliv! Aku ngga terima Ma!" teriak Zidan marah."Mama tidak melakukan apa-apa. Bukannya Istrimu sendiri yang ingin pergi dari sini?" sanggah Anggraini tidak merasa bersalah."Tapi semua itu karna perkataan Mama! Mama yang buat Istriku pergi!""Cukup Zidan! Jangan kurang ajar sama Mama!""Mama yang ngga pernah mengerti aku!" selah Zidan matanya merah menyala, dadanya bergemuruh karena terlalu kesal dengan sikap Anggraini.Sebelumnya Zidan selalu bersikap hormat pada mamanya, tapi tidak dengan sekarang. Menurut Zidan, sang ibu sudah sangat keterlaluan dalam mencampuri urusan rumah tangganya. Mungkin saat dirinya menjalin hubungan dengan Laila, Zidan masih mampu menurut dan menerima perlakuan mamanya terhadap istirnya. Tapi tidak dengan sekarang, Zidan merasa benar-benar mencintai Oliv. Ia merasakan kebahagiaan atas pernikahannya yang sekarang.Ia tidak mau kehilangan Oliv begitu saja karena bagi Zidan Oliv kebahagiaan yang tak akan bisa digantikan oleh apapun.

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 61. Belum ada hasil.

    "Terus gimana Dokter?" tanya Oliv. Ia tidak menyangka jika dirinya akan mengalami hal seperti ini. Keinginan memiliki anak tidak semudah bayangannya, Oliv sedih karena ternyata dialah penyebab sulitnya mendapat keturunan."Kita obati dulu penyakitnya, baru bisa program hamil lagi," tutur dokter."Apa yang harus saya lakukan agar sembuh!" Oliv begitu menggebu-gebu ingin tahu. Ia tidak mau selamanya begini tanpa melakukan tindakan."Sabar Sayang! Sabar," pinta Zidan berusaha menenangkan istrinya."Bagaimana aku bisa sabar Mas. Aku ... Aku ..." Oliv menangis sejadi di depan Zidan. Melihat itu, Zidan tak kuasa langsung memeluk tubuh Oliv, memberinya ketenangan."Ibu, Bapak sabar ya. Ibu bisa hamil kok, mungkin prosesnya memang panjang. Untuk kali ini, kita harus melakukan tindakan operasi untuk mengangkat benjolan di rahim Ibu, kista itu benar-benar besar. Kalo tidak segera di tangani, bukan hanya menyulitkan ibu hamil, tapi bisa juga memperparah kondisi Ibu," tuturnya."Baik Dok. Lakukan

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 60. Frustasi

    "Sudah empat bulan menikah kenapa Istrimu belum hamil juga, Zidan?" cecar Anggraini menatap kesal putranya."Mama gimana sih? Wajar dong, kita nikah juga belum lama," balas Zidan santai."Jangan terhanyut Zidan! Mama tahu banget kalo pernikahan ini tuh sangat berbeda dengan yang pertama. Tapi, Mama tidak bisa menunggu! Gimanapun kita harus cepat melahirkan keturunan!" desak Anggraini."Tapi Ma ...""Cukup! Mama ngga mau tahu, secepatnya kamu dan Oliv promil. Mama ngga mau kamu terlalu lelet kaya gini!" gerutu Anggraini benar-benar kesal. Selepas ia mengungkapkan kekesalannya, Anggraini pergi meninggalkan Zidan yang masih duduk di sofa ruang tamu dengan kebingungan. Zidan tidak tahu bagaimana cara membujuk Oliv untuk tindakan program hamil, Oliv pasti curiga dengan desakan dia yang ingin hamil. Tapi tidak ada cara lain, Zidan akan mencoba bicara dengan Oliv nanti. ****Zidan memutuskan pulang ke rumah, membicarakan soal ini pada istrinya Oliv. Zidan harus mengatakan ini, daripada ia m

  • Pesona Janda Anak Satu    Bab 59. Suara hati Malik.

    Malik tak menyangka jika ia akan kembali bertemu dengan mantan kekasihnya dulu. Ya Laila gadis yang berhasil membuatnya terbelenggu dengan masa lalu. Sejak lulus sekolah, Malik berhasil menjaga hati ini tetap kosong. Malik tidak menjalin hubungan dengan siapapun setelahnya. Hanya Laila, wanita yang berhasil membuatnya luluh, dan tidak ingin mencari yang lain.Entah apa maksud Tuhan mempertemukan mereka lagi, setelah sekian lama mereka terpisah oleh jarak dan waktu. Sekarang, mereka dipertemukan dengan cara yang berbeda, yaitu, Laila bekerja di restoran miliknya sendiri. Yang artinya, ia akan mudah bertemu dan melihatnya setiap hari.Bayangan tiga tahun lalu terlintas dipikiran Malik, ia ingat betul bagaimana saat mereka menjalin hubungan dulu, Laila berhasil membuatnya takluk, dan mati-matian mengejar cinta Laila. Padahal sebelumnya Malik tak pernah serius dalam hubungan asmara, ia sering gonta-ganti pacar dan tidak benar-benar cinta. Hubungan itu hanya sebatas mainan masa sekolah. Tet

DMCA.com Protection Status