Share

Bab 3

"Di mana kedua putraku?"

"Di kantor Dokter Deon."

Saat Hellen mendengarnya, dia langsung merasa putus asa. Kenapa kedua bocah nakal ini pergi ke kantor Deon lagi?

Asisten itu memandang bosnya. Di usianya yang masih muda, Hellen telah menjadi anak didik Deon Ibrahim yang sangat terkenal.

Hellen juga terkenal di bidang medis. Dia selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna. Hanya saja, Hellen selalu harus disalahkan karena dua putranya yang imut.

Namun, kedua putranya itu juga sangat luar biasa.

Jaringan pelindung laboratorium mereka dibuat oleh Perusahaan Nein, perusahaan jaringan keamanan terkemuka di dunia. Perusahaan itu telah meluncurkan sistem baru yang dikatakan sebagai sistem keamanan yang tidak dapat dirusak oleh siapa pun.

Setiap kali mereka meretas, laboratorium tersebut harus menghabiskan banyak uang untuk meningkatkan sistem mereka.

Kali ini, Deon menghabiskan banyak uang untuk membeli sistem keamanan Perusahaan Nein. Katanya sistem itu tidak akan diretas dengan mudah.

Alhasil, dia menyia-nyiakan uang lagi!

Levy melihat ekspresi Deon tampak sangat marah.

Hellen membuka pintu, lalu melihat kedua putranya duduk di kursi di kantor. Keduanya menggoyangkan kaki mereka dengan serempak. Mereka tampak tidak bersalah sama sekali.

Saat melihat Hellen masuk, kedua anaknya segera berlari mendekat.

Putra sulungnya, Brian sedikit mengernyit dan berkata, "Bu, kamu nggak merawat dirimu dengan baik lagi. Berat badanmu menurun."

Putra keduanya, Brandon berkata dengan suara manis, "Bu, cepat duduk dan istirahatlah. Aku sangat kasihan padamu."

Kedua bocah itu tiba-tiba berubah menjadi sangat lembut. Mereka bahkan memijat bahu Hellen.

Ekspresi Deon menjadi semakin masam.

"Sekarang, menjadi patuh pun nggak bisa menutupi kesalahan yang kalian lakukan!"

Brandon berkata dengan kesal, "Dokter Deon, ibuku sudah tiga hari nggak pulang. Lihatlah, berat badannya menurun. Aku membuatkan sup ayam untuk ibuku di rumah, sup itu bisa menambah darah. Kami ingin membawa ibuku pulang untuk minum sup."

Mereka meretas sistem laboratorium. Sekarang, mereka ingin membawa Hellen kembali untuk minum sup?

Bagus sekali, ibumu akan dibunuh oleh Deon.

Deon menunjukkan ekspresi tidak berdaya, kemudian dia berkata dengan ekspresi sedih, "Kalau kalian ingin kembali untuk minum sup, kalian perlu memulihkan sistem terlebih dahulu. Kali ini, aku menghabiskan banyak uang untuk menyewa programmer papan atas untuk memperkuat sistem. Sistem itu bahkan nggak bisa bertahan lama."

Alis Brian sedikit terangkat, kemudian dia berkata dengan nada dingin, "Itu masih layak. Kali ini aku menghabiskan sepuluh menit lebih lama."

Deon hampir muntah darah. Dia menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk membiarkan Brian menghabiskan sepuluh menit lebih lama?

Sebelum Deon marah, Hellen segera berkata kepada Brian, "Brian, cepat pulihkan sistemnya. Patuhlah."

Mereka melihat jari-jari Brian mengetik serangkaian kode di keyboard dengan sangat cepat dan lancar.

Sistem kembali normal lagi.

Setelah melihat layar komputer yang dipulihkan, ekspresi Deon tampak penuh dengan emosi.

IQ kedua anak lucu ini benar-benar seperti monster.

Wajah kedua bersaudara itu sama persis, tetapi temperamen satunya dingin dan yang lainnya sangat bersahabat.

Brian si kakak memiliki IQ tinggi yang membuat orang-orang mengaguminya. Dia juga memiliki ingatan fotografis dan andal dalam investasi.

Dia sangat andal dalam berinvestasi di pasar saham.

Sebelumnya, saat laboratorium mereka mengalami kendala pendanaan, Brian bahkan mentransfer 200 miliar kepada Deon.

Brian tidak seperti anak kecil.

Selain Hellen, Brian dingin dan kejam terhadap semua orang.

Brandon si adik lucu dan nakal. Dia bisa memasak dan tertarik pada ramalan. Dia menyebut dirinya peramal andal. Hal yang terpenting adalah memiliki bakat unik di bidang kedokteran.

Salah satu dari dua bocah kecil ini tidak boleh disinggung dan yang lainnya terlalu imut hingga dimarahi. Jadi, setiap kali mereka nakal, Deon hanya bisa memarahi Hellen.

Namun, hari ini Deon tidak berani memarahi Hellen. Bagaimanapun, dia ingin meminta bantuan Hellen.

Hellen menegangkan tubuhnya. Sebelum Deon memarahinya, dia segera membungkuk dan meminta maaf, "Dokter Deon, aku minta maaf. Anak-anakku sangat nakal, aku minta maaf atas nama mereka."

"Nggak apa-apa. Mereka hanya meretas sistem laboratorium kita. Selama mereka merasa senang."

Hellen tertegun sejenak. Sikap Deon sedikit aneh.

Deon bahkan tidak marah. Hellen merasa ada yang tidak beres.

"Hellen, ada pasien sekarat yang harus dioperasi, tapi dia nggak mengizinkan aku melakukan operasi, jadi aku hanya dapat merepotkanmu."

Hellen semakin bingung.

Deon adalah seorang dokter terkenal dan jarang melakukan operasi. Operasinya bahkan sangat mahal. Namun, masih ada orang yang menolak untuk dioperasi?

Apakah keinginan orang itu untuk bertahan hidup begitu lemah?

Saat ini, Brandon berjalan keluar dan berkata kepada Deon.

"Dokter Deon, apakah pasiennya seorang wanita tua bernama Henny?"

Ekspresi Deon langsung berubah, kemudian dia berkata dengan takut, "Dasar bocah nakal, bagaimana kamu tahu?"

"Aku mendengarnya. Aku nggak menyangka Dokter Deon adalah pria nggak berperasaan saat kamu masih muda."

Wajah Deon menjadi merah padam, kemudian dia menutup mulut Brandon dengan cepat.

"Brandon, jangan katakan lagi. Aku akan memberi ibumu libur tujuh hari, oke? Nggak, tiga hari, oke?"

"Lima hari."

"Oke, aku setuju."

Deon melepaskan Brandon. Hellen melihat pemandangan yang terjadi di depannya dengan tatapan penuh arti.

Tidak disangka Deon yang biasanya serius dan berdedikasi pada pengobatan itu, juga menjalin hubungan asmara ketika dia masih muda.

Deon merasakan tatapan penasaran Hellen. Rahasia yang dia sembunyikan selama empat puluh tahun terungkap.

"Hellen, tolong beri tahu aku, kamu bisa mengobati Henny atau nggak."

Hellen tidak bisa menahan kegembiraannya dan berkata, "Bisa, tentu saja aku bisa mengobatinya. Apa pun yang terjadi, aku harus mengobatinya."

Bagaimanapun, Henny adalah mantan pacarnya Deon.

"Istrimu, nggak, di mana pasiennya?"

"Di Negara Anira, Kota Nugrah."

Sekarang, Hellen yang merasa canggung.

Setelah dia pergi enam tahun lalu, Hellen tidak pernah berpikir untuk kembali.

Bagaimanapun, Hellen sudah tidak memiliki keluarga di Kota Nugrah.

Selain itu, dia memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan di sana.

"Pak, bisakah kamu memilih orang lain?"

"Kamu adalah muridku yang terbaik. Aku merasa tenang kalau kamu pergi. Selain itu, siapa yang baru saja bersumpah, apa pun yang terjadi kamu pasti akan mengobatinya. Kamu masih memanggilnya istriku?"

Deon bahkan tidak memedulikan harga dirinya lagi.

Brandon menarik pakaian Hellen dan berkata, "Bu, bukankah Ibu mengajari kami harus menepati janji?"

"Baiklah."

Hellen hanya bisa gigit jari dan menyetujuinya.

Benar saja, manusia tidak boleh terlalu suka bergosip.

Lima hari kemudian.

Bandara internasional Kota Nugrah.

Begitu mereka turun dari pesawat, Brandon menyilangkan kaki dan berkata kepada Brian, "Kak, aku mau buang air kecil."

Brian berkata dengan tidak sabar, "Kalau kamu mau buang air kecil, pergilah ke toilet."

Brandon berkata dengan tingkah genit, "Kak, temani aku."

Kaki kecil dan gemuk Brandon menggeliat dengan cepat, seolah dia tidak bisa menahan lebih lama lagi.

Brian terdiam seribu bahasa. Dia hanya bisa menemani adiknya pergi.

Saat Hellen melihat kedua bersaudara itu bahkan pergi ke toilet bersama, dia merasa bahwa hubungan kedua bersaudara itu sangat baik.

Brian merasa sangat tidak berdaya.

Ibunya terlalu sibuk bekerja, jadi Brian yang menjaga adiknya. Oleh karena itu, Brandon sangat bergantung padanya.

Jika Brandon tidak dilahirkan oleh ibunya, Brian tidak akan memedulikannya.

Hellen berdiri di lobi bandara sambil menunggu kedua putranya. Saat dia berbalik ke samping, dia tidak sengaja menabrak pria di belakangnya.

Ponsel pria itu jatuh ke lantai. Hellen hendak berjongkok untuk mengambilnya.

"Jangan sentuh!"

Suara Hans Handoko terdengar lebih dingin dari sungai bawah tanah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status