Share

Bab 6

Di Kediaman Handoko.

"Sayang, ke mana kamu pergi? Apa kamu tahu betapa cemasnya Nenek?"

Sandra sangat menyayangi cucunya.

Alicia mengambil pena dan kertas, lalu menulis dengan kaku. "Aku mau Ibu."

Ekspresi Hans menjadi masam, kemudian dia berkata dengan nada sedingin es, "Kamu nggak punya Ibu."

Alicia menangis. Dia bertanya-tanya kenapa semua orang punya ibu, tetapi dia tidak memilikinya.

Sandra memeluk Alicia dengan sedih sambil menghiburnya. Sandra memandang putranya dengan jijik, kemudian berkata, "Kondisi Alicia semakin serius sekarang. Kalau dia terus seperti ini, bagaimana kalau dia benar-benar nggak bisa berbicara? Kalau nggak, biarkan ibunya Alicia datang dan merawatnya."

Sandra tidak punya pilihan. Pada saat itu, wanita itu datang sambil menggendong Alicia. Dia berkata bahwa Alicia adalah cucu Sandra.

Setelah tes DNA, Alicia memang keturunan Keluarga Handoko.

Jadi, dia mengadopsi Alicia, lalu memberi wanita itu uang dan menyuruhnya pergi.

Namun, selama enam tahun, wanita itu belum menyerah. Dia berusaha keras untuk mendekati putra dan cucu Sandra. Akan tetapi, Sandra mengusirnya.

Namun, sekarang dia melihat penampilan Alicia yang menyedihkan. Sandra memikirkan sebuah ide.

"Aku bisa merawat putriku sendiri."

Ekspresi Hans tampak tegas. Dia bisa menjaga putrinya. Dia tidak membutuhkan wanita seperti itu.

"Tapi ...."

"Nggak ada tapi. Tidurlah Alicia. Kamu akan pergi ke TK besok. Ucapkan selamat malam pada Nenek."

Sikap Hans tegas. Dia tidak ingin berdiskusi sama sekali.

Alicia menundukkan kepalanya, kemudian dia menulis di kertas dengan patuh, "Nenek, selamat malam."

Saat dia melihat cucunya yang berharga diajar oleh putranya sehingga menjadi orang yang pendiam, Sandra merasa sangat sedih.

Selama bertahun-tahun, dia telah membuat rencana untuk pernikahan putranya. Namun, putranya tidak tertarik sama sekali.

Jika bukan karena kemunculan cucunya yang tiba-tiba, Sandra ragu apakah ada yang tidak beres dengan putranya.

Dia tidak bisa membiarkan masalah terus menjadi seperti ini. Sepertinya dia harus bertemu dengan wanita itu.

...

Vila Rembulan.

"Kenapa kalian datang ke sini?"

Hellen tidak menyangka ayahnya, Rizki dan keluarganya akan datang mencarinya.

"Hellen, kamu telah pergi selama enam tahun. Sekarang, kamu telah kembali. Kenapa kamu nggak pulang ke rumah?"

Hellen berkata dengan ekspresi datar, "Bukankah kamu yang merasa aku mempermalukan kalian dan menyuruhku pergi? Bagaimana mungkin aku berani kembali untuk mengotori tempatmu?"

Ibu tirinya, Lidya berdiri dan berkata dengan niat mengompori, "Hellen, sebenarnya kami mengirimmu pergi demi kebaikanmu. Bagaimanapun, kamu tertimpa skandal seperti itu. Kalau kamu tetap tinggal, itu akan buruk untukmu."

Bibir merah Hellen sedikit terangkat, kemudian dia berkata dengan suara agak tinggi, "Aku sangat berterima kasih dengan niat baik kalian."

Lidya berkata tanpa malu-malu, "Hellen, selama kamu menjalani kehidupan yang baik, itu nggak masalah."

Hellen mencibir dengan tatapan asing.

"Enam tahun telah berlalu. Tanpa aku sebagai rekan latihanmu, kemampuan aktingmu masih sangat luar biasa. Kamu bahkan nggak merasa kaku sama sekali."

Mendengarkan sindiran Hellen, Lidya tampak sedikit malu.

"Kak, ibuku peduli padamu. Bagaimana kamu bisa berbicara seperti ini dan menyakiti hati ibuku?"

Enam tahun telah berlalu, Bianca masih berbicara dengan genit sehingga membuat Hellen bergidik.

Hellen bahkan tidak tahu bagaimana dia bisa menahan nada suara itu sebelumnya? Hellen merasa prihatin dengan gendang telinganya.

"Bianca, bisakah kamu berbicara dengan baik? Sudah beberapa tahun, apakah tenggorokan sakit atau menderita rinitis? Aku tahu sedikit tentang pengobatan, apa perlu aku mengobatimu?"

Pada saat ini, Brandon menarik lengan baju Hellen dan berkata, "Bu, bahkan anak berusia enam tahun pun nggak berpura-pura imut. Dia masih berpura-pura imut. Apa dia nggak tahu wajahnya nggak cocok untuk berpura-pura imut?"

Setelah mendengarnya, Bianca merasa sangat marah.

Brandon memandang Bianca dan berkata dengan serius, "Bibi, aku lihat kamu kurang beruntung. Kamu nggak bisa memiliki keturunan dan beberapa tahun ini akan mengalami musibah. Kamu harus banyak berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan."

Bianca sangat marah hingga wajahnya memerah. Anak ini bahkan mengutuknya seperti ini.

Saat Bianca ingin mengambil tindakan, Rizki malah mendorongnya ke samping.

Rizki melihat Brandon dan berkata dengan mata berbinar, "Hellen, apakah ini putramu? Dia telah tumbuh besar. Kakek peluk, ya."

Setelah Rizki selesai berbicara, dia mengulurkan tangan untuk memeluk Brandon. Namun, Brandon langsung bersembunyi di belakang Hellen.

Setelah melihatnya, Lidya berkata dengan nada sinis, "Kenapa anak ini begitu pemalu dan penakut?"

"Putraku bukannya takut, dia tahu aku nggak menyambut kalian."

Nada suara Hellen terdengar dingin. Dia tidak menghargai mereka sama sekali.

"Hellen, aku dengar kamu melahirkan putra kembar di luar negeri. Ini kakak atau adik?"

Brandon menjulurkan kepalanya dan berkata, "Aku adik, kakakku ada di sana."

Brandon menunjuk ke ruang tamu. Kemudian, Rizki, Lidya dan Bianca baru melihat seorang bocah yang terlihat persis sama di sana. Brian sedang bermain laptop.

Sejak kedatangan mereka, Brian bahkan tidak melirik mereka sama sekali. Brian sedang berkonsentrasi pada jari-jarinya yang mengetik keyboard.

Lidya berkata dengan marah, "Hellen, anakmu masih sangat kecil. Jangan biarkan anak-anak bermain game terus-menerus. Itu nggak baik untuk matanya."

Brandon tersenyum dan berkata, "Dasar bodoh. Siapa bilang anak-anak bermain komputer hanya untuk bermain game? Kakakku sedang melakukan investasi."

Apakah anak kecil seperti itu tahu cara melakukan investasi? Mereka bahkan tidak tahu apakah Brian bisa membaca semua huruf.

"Cucuku sangat pintar."

"Ayah, kamu nggak perlu mengatakan pujian palsu. Katakan padaku, kenapa Ayah datang hari ini?"

"Kamu adalah putriku, jadi Ayah nggak akan bertele-tele denganmu. Sebenarnya, Ayah datang hari ini karena perusahaan nggak memiliki modal lagi. Sekarang, kami membutuhkan 60 miliar untuk bantuan darurat."

"Ayah, kamu nggak memiliki modal lagi. Percuma saja kamu mencariku. Aku nggak punya uang."

Hellen tampak tidak ingin memedulikannya, tetapi Rizki masih tidak menyerah dan berkata, "Hellen, aku tahu kamu nggak punya uang, tapi anakmu punya."

Hellen tertegun sejenak. Bagaimana Rizki tahu bahwa Brian memiliki uang?

Nama kode Brian adalah Dewa Rezeki. Semua orang yang terlibat dalam investasi di belahan barat mengetahui nama kode ini.

Tentu saja, tidak ada yang tahu bahwa Dewa Rezeki yang andal di belahan barat itu adalah seorang bocah berusia enam tahun.

Fakta bahwa Brian adalah Dewa Rezeki selalu menjadi rahasia.

Bagaimana Rizki bisa tahu?

"Mereka adalah anaknya Direktur Perusahaan Cendana, Pak Ma ...."

Sebelum Rizki selesai berbicara, Hellen berkata dengan marah, "Diam!"

Hellen menunduk. Dia berusaha keras mengendalikan amarahnya, kemudian dia berkata dengan pelan, "Brandon, pergilah ke tempat kakakmu. Ibu ingin berbicara dengan orang-orang ini."

Brandon mengangguk, lalu dia pergi mencari kakaknya.

Ekspresi Hellen tiba-tiba berubah. Wajahnya menjadi sangat masam.

"Kita bicarakan di luar."

Hellen mengusir Rizki dan yang lainnya keluar, lalu menutup pintu dengan rapat.

"Apa kamu belum memberi tahu identitas mereka? Sebenarnya, cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya. Meskipun Pak Marco sudah mati, warisannya bernilai satu triliun. Kita nggak boleh membiarkan putra sulungnya mengambil semuanya. Mereka berdua adalah anaknya, jadi mereka bisa membagi propertinya. Besok, aku akan membawa mereka ke Perusahaan Cendana untuk mendapatkan uang yang seharusnya menjadi milik mereka."

Rizki berkata dengan marah. Ekspresi Hellen sedikit masam. Ternyata Rizki ingin menggunakan putranya untuk mendapatkan warisan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status