Share

Bab 5

Brian dan Brandon memandang ibu mereka yang menggendong gadis kecil tak dikenal itu. Hellen merasa bahagia hingga hampir menitikkan air matanya. Keduanya merentangkan tangan mereka dengan tidak berdaya.

Hellen memiliki dua putra yang tampan. Namun, mereka tidak pernah melihat ibunya tersipu dengan penampilan mereka.

Namun, Hellen malah tersipu pada putri orang lain.

Selera Hellen buruk sekali!

Hellen menahan gagasan untuk membawa pulang gadis kecil itu. Kemudian, dia bertanya dengan lembut, "Nik, di mana rumahmu?"

Gadis kecil itu masih menggelengkan kepalanya. Kemudian, Hellen bertanya lagi.

"Nik, apa kamu ingat nomor telepon keluargamu?"

Gadis kecil itu tidak berbicara. Namun, dia malah memeluk Hellen dengan semakin erat.

Sepertinya gadis itu tidak bisa berkomunikasi. Hal ini membuat Hellen sedikit bingung.

"Antar ke kantor polisi!"

Brian segera mengambil keputusan. Dia menunjukkan tingkah seperti orang dewasa.

Saat gadis itu mendengar bahwa dia akan dibawa ke kantor polisi, dia tiba-tiba meronta.

"Nik, kalau kamu nggak ingin pergi ke kantor polisi, kamu bisa menelepon orang tuamu. Bibi akan membantumu untuk meminta mereka menjemputmu, oke?"

Di bawah tatapan tajam Brian dan Brandon, gadis itu hanya bisa menekan nomor telepon di ponselnya dengan enggan. Lalu, dia memberikan ponselnya kepada Hellen. Gadis itu kembali bersandar di pelukan Hellen dengan santai.

Kedua bersaudara itu sangat ingin menangkap dan membuang gadis yang tiba-tiba memeluknya ibunya itu!

Mereka benar-benar ingin memperingatkan gadis itu bahwa Hellen adalah ibu mereka!

"Halo."

Setelah panggilan tersambung, Hellen bertanya, "apakah ada seorang gadis kecil yang tersesat?"

Di ujung telepon, mata Hans tiba-tiba menjadi gelap. Lalu, dia berkata dengan nada rendah dan waspada, "Di mana putriku?"

Apakah ini ilusi? Kenapa Hellen merasa suara dingin itu begitu familier?

"Kita sekarang ...." Hellen melihat ke tanda jalan. "Jalan Purnama."

"Tetap di sana, aku akan segera ke sana."

"Tunggu, aku ...."

Awalnya, Hellen ingin mengatakan bahwa dia akan membawa anak-anak ke mal untuk makan. Akan tetapi, Hans sudah menutup telepon.

Setelah memikirkan orang itu pasti khawatir karena kehilangan anaknya, Hellen tidak punya pilihan selain membiarkan putranya kelaparan. Mereka menunggu ayah gadis kecil itu datang menjemputnya.

Hellen meminta kedua putranya duduk di kursi belakang mobil untuk beristirahat, sementara dia menemani gadis kecil itu menunggu ayahnya di pinggir jalan.

Sekitar sepuluh menit kemudian, mobil Maybach hitam tiba-tiba berhenti.

Pintu mobil terbuka, lalu kaki Hans yang jenjang melangkah keluar dari mobil dengan agung. Seketika, jantung Hellen langsung berdetak kencang.

Bukankah dia adalah pria kejam yang Hellen temui di bandara?

Dari perkataannya di bandara, sepertinya dia kehilangan anaknya.

Seharusnya orang itu adalah dia.

Alis Hans terlihat tampan, tetapi suaranya sedingin es.

"Alicia, kemarilah."

Gadis kecil itu meraih tangan Hellen, lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan.

Hellen bertanya dengan penuh tanggung jawab, "Nik, apakah pria itu adalah ayahmu?"

Gadis kecil itu tidak menjawab, tetapi dia memegang tangan Hellen dengan kuat.

Mata Hans menjadi gelap, kemudian bibir tipisnya sedikit bergerak. "Alicia, jangan biarkan aku mengatakannya untuk kedua kalinya. Kemarilah."

Gadis kecil itu menangis dengan panik.

Hellen mengerutkan keningnya, lalu dia memandang Hans dan berkata, "Kenapa kamu begitu galak? Apa kamu nggak tahu anak perempuan harus disayangi, bukan dibentak?"

Hans tercengang. Semua orang di Kota Nugrah tahu bahwa dia sangat menyayangi putrinya. Hanya Hellen yang mengatakan bahwa Hans sangat galak pada putrinya.

Apakah Hans galak?

Hellen menunduk dan bertanya lagi pada Alicia, "Nik, apakah dia ayah kandungmu?"

Hellen takut dia adalah ayah tiri atau semacamnya. Hellen tidak bisa menyerahkan gadis kecil yang lucu itu dengan begitu saja.

Alicia mengangguk. Hellen mengetahui bahwa Hans adalah ayah kandungnya Alicia.

Hellen berpikir bahwa Hans mungkin panik karena kehilangan anaknya. Kemudian, Hellen berlutut dan berkata kepada Alicia, "Meskipun ayahmu sangat galak, dia sangat cemas karena kehilanganmu. Bisakah kamu memaafkan ayahmu?"

Hellen mengatakan Hans galak?

Ekspresi Hans menjadi masam. Wanita itu mengatakan Hans galak lagi!

Apakah ini upaya Hellen untuk menabur perselisihan antara ayah dan anak?

Alicia mengangguk dengan patuh.

"Alicia sangat patuh." Hellen membelai rambut halus Hellen sambil berkata, "Temuilah ayahmu."

Alicia berjalan ke arah Hans. Hans sedikit mengernyitkan alisnya.

Putrinya tidak pernah berkomunikasi dengan siapa pun. Namun, sekarang putrinya bahkan mendengarkan kata-kata wanita itu?

Saat Alicia berjalan ke arah Hans, dia terus melihat ke arah Hellen.

Hans menarik Alicia ke belakangnya, lalu dia berkata sambil memandang Hellen, "Trikmu adalah yang terbaik dari semua yang pernah aku temui. Tapi aku peringatkan kamu, jangan dekati putriku."

Setelah Hans selesai berbicara, dia menarik Alicia menuju ke mobil Maybach yang diparkir di dekatnya.

Meskipun Hellen berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan apa pun, dia membiarkan kedua putranya kelaparan di dalam mobil demi putrinya Hans.

Setidaknya Hans harus mengucapkan terima kasih.

Hellen berkata dengan tidak puas, "Pak, aku membantumu menemukan putrimu. Setidaknya kamu harus mengucapkan terima kasih."

Terima kasih?

Tidak ada orang yang berani membiarkan Hans mengucapkan dua kata ini.

Hans menempatkan Alicia di kursi belakang mobil, lalu dia berbalik dan berjalan ke arah Hellen.

Mata gelap Hans tampak berbinar. Bibirnya yang pucat dan tipis itu terkatup rapat. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang kuat.

Setiap langkah yang diambilnya membuat Hellen merasa semakin tertekan.

Tiba-tiba, tangan Hans yang ramping dan putih menarik kancing di dadanya dengan santai, lalu dia berkata dengan penuh nafsu.

"Pertama, kamu membuat pertemuan secara kebetulan di bandara. Sekarang, kamu mendekati putriku. Kamu muncul di hadapanku dua kali dalam satu hari untuk menarik perhatianku?"

"Pak, apa kamu sakit? Aku seorang dokter. Bagaimana kalau aku memeriksa kondisimu?"

Hellen sangat ingin mengutuk. Pria ini mengira dia adalah pria yang dicintai oleh semua orang.

Tiba-tiba, Hans menarik Hellen dengan kuat, sehingga Hellen menabrak dadanya.

Mereka bertukar napas hangat satu sama lain. Gerakan ambigu mereka yang tiba-tiba itu membuat Hellen tersipu sehingga jantungnya berdebar kencang.

Hans yang mengendalikan segalanya itu berkata dengan main-main, "Tubuhmu sangat jujur, apa kamu masih mau berpura-pura?"

Tubuh Hellen bergetar. Lalu, dia berusaha keras untuk mendorong Hans menjauh.

"Kamu lihat kamu nggak hanya sakit, tapi otakmu juga bermasalah."

Hellen menatap Hans dengan jijik, lalu dia bergegas kembali ke mobilnya.

Penampilan Hellen yang merasa sangat jijik itu, membuat mata Hans semakin gelap.

Hellen mengemudi pergi. Dia bahkan tidak pergi makan.

Brandon yang duduk di kursi belakang berkata sambil memandang Hellen, "Bu, kamu bilang kamu nggak kenal paman itu. Tapi, kenapa kalian begitu dekat? Apakah dia ayah kami?"

Hellen benar-benar merasa sangat pusing.

Adegan tadi bahkan dilihat oleh anak-anaknya.

Hellen menjelaskan dengan canggung, "Paman itu baru saja berterima kasih pada Ibu. Karena ibu menemukan putrinya. Dia bukan ayahmu. Ibu juga nggak mengenalnya."

"Tapi, Bu, menurutku ...."

Untuk menghindari pertanyaan Brandon, Hellen segera mengubah topik pembicaraan.

"Brian, apa yang kamu lihat?"

Pada saat ini, jari Brian mengetik keyboard laptop dengan cepat.

Tidak lama kemudian, data diri Hans ditampilkan di laptopnya. Brandon bertepuk tangan seperti anjing laut sambil menatap kakaknya dengan kagum.

"Kakak hebat sekali. Kamu bisa mengetahui informasi ayah dengan cepat. Wah ... ayah adalah direktur Perusahaan Handoko, namanya Hans Handoko."

Hellen buru-buru menginjak rem.

Perusahaan Handoko?

Tidak mungkin. Bukankah ini sangat kebetulan?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status