Share

Bab 8

Setelah mendengarnya, Brandon berkata dengan tenang, "Rey pasti bukan anak kandung pria tua itu. Bagaimanapun, ibunya pasti ibu kandung, tapi ayah belum tentu."

Keduanya saling memandang. Mereka menyadari bahwa dunia orang dewasa sangatlah rumit.

"Orang tua itu pasti bukan ayah kita. Siapa ayah kita?"

Brandon dengan cepat mengguncang cangkang kura-kura itu lagi sambil bergumam, "Meramal untuk menenangkan pikiran. Semua hal di dunia sudah ditakdirkan!"

Tiga koin itu jatuh dari cangkang kura-kura, kemudian Brandon secara perlahan mendorong koin itu dengan tangannya yang gemuk.

Brandon berkata sambil memandang Brian, "Kak, kalau dilihat dari hasil ramalan, kita sudah bertemu ayah kita."

Sudah bertemu ayahnya?

Brian mengerutkan keningnya. Kemudian, sebuah pemikiran muncul di benaknya.

"Pria itu!"

Brian dan Brandon berkata dengan serempak. Mereka sudah mengetahui siapa ayah bajingan mereka.

"Kak, besok kita akan pergi ke Perusahaan Handoko untuk mengincarnya. Aku bisa menentukan apakah dia adalah ayah kita hanya dengan melihat telapak tangannya."

"Oke, ayo kita berangkat besok."

Pada saat ini, pintu tiba-tiba terbuka hingga terlihat sebuah celah kecil. Kedua bersaudara itu buru-buru bersembunyi di balik selimut.

Hellen membuka pintu dan melihat kedua putranya tidur nyenyak. Dia bertanya-tanya apakah dia mendengar halusinasi?

Kenapa dia sepertinya mendengar seseorang berkata Perusahaan Handoko?

Namun di depannya, kedua putranya sedang tidur dengan nyenyak. Hellen menghela napas dalam diam.

Perusahaan Handoko bahkan akan membuatnya resah.

Keesokan harinya.

Seorang bocah kecil yang lucu muncul di gerbang Perusahaan Handoko dan mendirikan kios meramal. Di kios itu tertancap bendera yang bertuliskan peramal genius.

"Aku peramal gadungan yang riang dan bebas. Aku bisa meramal pernikahan, keberuntungan dan kekayaan. Ramalanku sangat akurat. Kalau nggak akurat, kalian nggak perlu membayarku."

Bocah itu memiliki wajah yang tampan dan suara imut yang sangat menarik perhatian.

Orang yang berdiri di belakang bocah itu adalah seorang bocah yang berpakaian persis dengannya. Bocah itu memakai kacamata hitam dan menundukkan kepalanya. Dia tampak malu, seolah takut dikenali oleh orang lain.

Brian benar-benar pusing dengan adiknya. Brandon bahkan mengatakan bahwa dia adalah peramal gadungan. Siapa yang akan memintanya untuk meramal?

"Oh, anak kecil ini lucu sekali. Dia lebih tampan dari Kian, bintang cilik paling populer saat ini!"

"Benar. Anak yang lucu datang ke sini, apakah dia sedang syuting?"

"Sepertinya aku nggak melihat kamera. Apa mereka kembar? Anak yang memakai kacamata hitam terlihat sangat keren."

Mereka melihat semakin banyak orang yang menonton. Popularitas mereka menjadi semakin meningkat.

Brandon berdiri, lalu berjalan menuju seorang wanita muda di tengah kerumunan dan berkata dengan lembut, "Nona, biarkan aku meramal untukmu, aku bisa membaca garis tangan."

Suara Brandon yang lembut dan imut itu membuat orang-orang sangat menyukainya.

"Masih ada sepuluh menit sebelum jam kerja. Dik, tolong bantu ramal nasibku."

Wanita muda itu mengulurkan tangannya. Brandon memandang tangan wanita muda itu dan memuji, "Nona, tanganmu sangat putih. Selain itu, jari-jarimu juga sangat panjang dan indah."

"Dik, kamu sangat pandai memuji orang lain."

Wanita muda itu dipuji hingga dia tertawa terbahak-bahak.

Brian ​​​​yang mengenakan kacamata hitam terbatuk perlahan. Dia mengingatkan Brandon bahwa dia sedang meramal telapak tangan orang. Dia bukan datang untuk menggoda wanita muda.

Setelah menerima peringatan dari kakaknya, Brandon segera menahan diri dan berkata dengan sedikit canggung, "Kak, kalau dilihat dari garis tanganmu, jodohmu tahun ini sangat bagus."

"Apakah ini berarti aku akan memiliki pacar tahun ini?"

"Kakak sangat cantik. Kamu pasti akan mendapat pacar."

Setelah mendengarnya, wanita muda itu sangat senang. Pada saat ini, seorang pria jelek melangkah maju dan berkata kepada Brandon, "Dik, bantu aku melihat peruntunganku."

Dik? Brandon mengerutkan keningnya. Seberapa besar kesalahpahaman yang dia miliki tentang dirinya sendiri?

"Paman, dilihat dari garis tanganmu, kamu sudah miskin hampir sepanjang hidupmu. Sampai saat ini kamu masih hidup sendirian."

Akurat sekali?

Jantung pria itu berdetak kencang. Kemudian, dia tampak mendengarkan dengan serius.

"Di usia empat puluh ...."

Saat pria itu mendengarnya, matanya berbinar. Dia berpikir apakah titik balik akan terjadi pada usia 40 tahun? Kemudian, dia bertanya dengan penuh semangat, "Dik, pada usia 40 tahun, takdirku akan berubah dan menjadi orang sukses, ya?"

Brandon memandang telapak tangan pria itu dan berkata dengan tenang, "Setelah umurmu 40 tahun, kamu akan terbiasa."

"Te ... terbiasa?"

Mulut pria itu berkedut dengan ekspresi tidak berdaya.

Kata-kata Brandon membuat semua orang tertawa.

Setiap orang yang tertawa bahagia tidak menyadari bahwa mobil Maybach hitam berhenti tidak jauh dari sana.

Hans melangkah keluar dari kursi belakang mobil Maybach.

Hans mengenakan setelan gelap yang didesain dengan baik. Dia memiliki tubuh tinggi dan ramping. Aura tubuhnya membuat orang-orang tidak berani mendekatinya.

Ekspresinya tampak masam. Kapan gerbang Perusahaan Handoko ramai seperti pasar sayur?

Asistennya, Erik Ramlan melangkah maju dan berteriak, "Apa yang kalian lakukan di sini? Cepat pergi kerja."

Saat Brian dan Brandon melihat Hans muncul, mereka langsung mengincar Hans.

Brandon melangkah maju dan berinisiatif untuk berkata kepada Hans dengan imut, "Kakak tampan, aku sedang membaca garis tangan. Bolehkah aku membantumu membaca garis tanganmu?"

"Aku nggak pernah percaya hal semacam itu."

Ekspresi Hans tidak menunjukkan emosi apa pun.

Setelah Hans selesai berbicara, dia ingin pergi. Namun, Brandon tiba-tiba terjatuh ke tanah.

Aktingnya terlalu palsu. Apakah dia ingin menimbulkan masalah?

Hans mengangkat alisnya, lalu dia menyipitkan matanya yang gelap dan dingin.

"Aku nggak sengaja terjatuh. Sakit sekali."

Brandon duduk di tanah dan mengulurkan tangannya ke arah Hans sambil berkata, "Kakak tampan, bisakah kamu menarikku?"

Dia nggak sengaja terjatuh? Hans tidak berpikir demikian!

Hans mengangkat alisnya dengan perlahan dan berkata dengan suara rendah, "Erik, bantu dia."

Brandon sepertinya tidak menyangka ayah bajingan ini begitu sombong. Dia bahkan harus memanggil asistennya untuk membantu seorang anak.

Apakah dia ... tidak bisa merawat dirinya sendiri?

Melihat asisten itu berjalan ke arahnya, Brandon berteriak dengan panik, "Aku meramal paman ini dan aku ditakdirkan nggak cocok satu sama lain. Kalau dia menyentuhku, setidaknya dia akan kehilangan tangan dan kakinya. Kalau nggak, dia akan lumpuh dan mati."

Saat Erik mendengarnya, tangannya yang terulur membeku di udara.

Setidaknya dia akan kehilangan tangan dan kakinya. Jika tidak, dia akan lumpuh dan mati?

Apakah kondisinya akan begitu menyedihkan? Anak ini pasti anak iblis yang turun dari surga!

Barusan, dia terlihat garang dan galak. Namun, saat dia melihat Hans, Brandon langsung menunjukkan tampang penurut dan imut. Dia bertingkah genit dan berkata, "Kakak tampan, biarkan aku meramal untukmu, kamu kekurangan aku dalam hidupmu. Kalau kamu mengadopsiku, hidupmu akan berjalan lancar. Kenapa kamu nggak membantuku?"

Brandon mengedipkan matanya ke arah Hans dengan sekuat tenaga. Selain mencintai putrinya sendiri, Hans tidak menyukai anak-anak lain. Hanya saja, setelah dia melihat anak di depannya, entah kenapa dia merasa familier. Jadi, dia mengulurkan tangan dan menarik Brandon.

Melihat Hans mengulurkan tangan padanya, Brandon meraihnya dengan penuh semangat. Kemudian, dia segera melihat garis tangan Hans.

Saat dia selesai melihat, dia memegang tangan Hans dan berteriak dengan penuh semangat, "Ayah!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status