Share

Bab 4

Hellen mengangkat kepalanya dengan heran dan menatap pria di depannya. Pria itu seperti seorang raja yang mulia.

Mata pria itu menatap wajah Hellen dengan ekspresi sedikit merendahkan.

Setelah mengambil ponselnya, pengawal yang mengikutinya segera menyerahkan tisu. Hans menyeka ponsel yang baru saja disentuh oleh Hellen dengan teliti.

Apakah dia merasa jijik pada Hellen?

Hellen merasa sangat terpukul.

Hans mengambil ponselnya, lalu berkata dengan tegas, "Kalian bahkan nggak bisa menjaga seorang anak kecil, dasar pecundang!"

Barusan, ponselnya terjatuh. Namun, setelah sekian lama, pihak lain masih tidak berani menutup teleponnya. Orang ini bukanlah orang biasa!

Pecundang? Apa Hans menghina Hellen?

Aura kuat pria itu membuat Hellen merasa bahwa pecundang yang dia katakan juga termasuk dirinya.

Hans menatapnya dengan dingin, lalu dia menoleh ke asistennya dan berkata, "Batalkan perjalanan ke luar negeri."

Kemudian, pria itu pergi bersama para rombongannya. Dia bahkan tidak memandang Hellen sama sekali.

Setelah pria itu pergi, Hellen baru berani menghela napas lega.

Pria ini seperti badai bertekanan rendah. Dia sangat tampan, tetapi kenapa dia begitu galak?

Namun, kenapa pria itu terlihat begitu familier?

Saat ini, suara Brandon yang lembut dan imut terdengar dari sampingnya.

"Bu, siapa paman itu? Dia sangat tampan. Kenapa dia sangat mirip denganku?"

Brandon sengaja mengangkat wajahnya untuk memamerkan wajahnya yang tampan ke arah ibunya.

Hellen menatap wajah putranya, lalu menatap punggung pria yang berjalan pergi itu.

Dia mengerutkan keningnya. Kenapa pria kejam itu sangat mirip dengan putranya?

Hal ini tidak masuk akal!

"Bu, apakah dia ayahku?"

Hellen segera menutup mulut Brandon. Dia takut pria kejam itu akan mendengarnya.

"Brandon, apa yang kamu pikirkan? Bagaimana mungkin pria itu adalah ayahmu? Aku bahkan nggak mengenalnya."

Hellen juga tidak ingin mengenalnya. Putranya sangat manis dan bersahabat, bagaimana dia bisa menjadi putra dari pria kaku seperti itu?

Tiba-tiba, mata Hellen tertuju pada putra sulungnya, Brian.

Brian memasukkan tangannya di saku celananya. Penampilannya tampak keren, tampan dan dingin.

Brian lebih mirip dengan pria itu. Selain itu, Brian bahkan terlihat seperti anak kandungnya.

"Bu, kenapa kamu melihat kakakku? Apakah menurutmu kakak lebih mirip dengan paman itu?"

Hellen terkejut.

"Nggak, wajah kalian berdua sangat mirip. Bagaimana mungkin ada orang yang lebih mirip dengannya?"

Meskipun mereka memiliki wajah yang persis sama ....

Brian terlihat sangat tampan, sedangkan Brandon terlihat lucu.

Tentu saja Hellen tidak akan memberi tahu Brandon fakta itu, karena dia takut putra keduanya akan merasa sedih.

"Bisakah kita menemukan ayah setelah kita kembali?"

Brandon menatap kakaknya dengan bingung. Brian adalah anak yang pendiam.

Ternyata Brian juga ingin bertemu ayahnya.

"Aku ramal dulu."

Brandon mengambil cangkang kura-kura dan mengeluarkan tiga koin. Kemudian, dia memasukkan tiga koin itu dan bergumam, "Dari hasil ramalan, kali ini kita pasti akan menemukan ayah."

Karena ramalan Brandon selalu sangat akurat, Brian juga sangat senang.

Hellen benar-benar tidak ingin mengecewakan kedua putranya. Kali ini, hasil ramalan Brandon tidak akurat.

Ayah mereka sudah mati.

Hellen tidak tahu bagaimana cara memberi tahu kedua putranya bahwa ayah mereka adalah seorang pria tua mesum. Selain itu, ayah mereka juga meminum terlalu banyak pil dan dibunuh olehnya!

Rahasia ini tidak boleh diceritakan pada siapa pun!

...

Satu jam kemudian, Hellen dan kedua putranya tiba di sebuah vila dua lantai bernama Vila Rembulan.

Vila itu adalah tempat tinggal yang diatur oleh Deon untuk mereka. Selain itu, Deon juga memberi mereka mobil Volkswagen Passat berwarna merah.

Deon benar-benar menghabiskan banyak uang.

Setelah meletakkan barang bawaannya, Hellen memegang kunci mobil di tangannya dengan senang.

"Nak, Ibu akan mengajak kalian makan enak."

Melihat kunci mobil di tangan Hellen, kedua putranya saling memandang dengan penuh arti.

Brandon berkata, "Bu, bagaimana kalau kita makan di rumah? Kita pesan makanan saja."

"Apa kalian belum bosan memesan makanan? Bukankah biasanya kalian meminta Ibu menemani kalian makan di luar?"

Brian berkata, "Bu, sulit untuk parkir di daerah kota, kita naik taksi saja. Aplikasi pemanggil taksi sangat mudah dipakai."

"Kita punya mobil, kita nggak perlu naik taksi."

Brian dan Brandon menutupi dahi mereka. Bagaimana mereka bisa membujuk ibu mereka untuk tidak mengemudi?

Ibunya unggul dalam segala aspek, terutama dalam pekerjaannya.

Hellen tidak pandai mengemudi, tetapi dia merasa sangat bangga.

Kedua bersaudara itu menutupi dahi kecil mereka dan berkata dengan serempak, "Bu, kencangkan sabuk pengamanmu."

Pejalan kaki di jalan, harap berhati-hati!

Situasi sepanjang perjalanan sangat mulus. Kedua bersaudara itu merasa lega.

Saat mengemudi, Hellen sedang dalam suasana hati yang baik. Dia sangat senang mengemudi.

Namun, kedua putranya sepertinya tidak terlalu suka Hellen mengemudi.

Sepertinya mereka terlalu mengkhawatirkan keselamatan Hellen.

Faktanya, kedua putranya mengkhawatirkan keselamatan orang lain.

Tiba-tiba, saat mereka melewati tikungan, seorang anak berlari keluar.

Hellen segera menginjak rem!

Sebelum Hellen sempat bereaksi, Brian sudah keluar dari mobil dan pergi untuk memeriksa situasinya.

Jika terjadi situasi mendadak di rumah mereka, Brian akan segera menanganinya.

Hellen juga segera keluar dari mobil. Saat dia turun dari mobil, Hellen melihat Brian membantu seorang gadis kecil untuk bangun dan bertanya dengan nada rendah, "Kamu nggak apa-apa, 'kan?"

Gadis kecil itu tampak ketakutan. Dia menggelengkan kepalanya dengan linglung.

Hellen berlutut dan memandangi gadis kecil itu, kemudian dia berkata dengan pelan, "Nak, apa kamu terluka? Di mana keluargamu?"

Gadis kecil itu tidak berkata apa-apa. Dia menundukkan kepalanya sambil menatap Hellen dan Brian dengan takut. Matanya tampak sangat waspada.

Brian berkata dengan wajah datar, "Kita bertanya padamu. Di mana keluargamu? Apa kamu tahu seorang anak tiba-tiba berlari keluar jalan bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas?"

Setelah dimarahi oleh Brian, gadis kecil itu menjadi semakin ketakutan. Dia menggigit bibirnya dengan erat. Air matanya mulai mengalir.

"Brian, kamu adalah laki-laki, kenapa kamu begitu galak pada gadis kecil?"

Hellen ingin memeluk gadis kecil itu, tetapi gadis kecil itu malah mundur selangkah.

Tampaknya gadis itu sangat waspada terhadap orang lain.

"Maaf, Nak. Dia putraku. Aku minta maaf atas namanya, jangan menangis lagi."

Brandon datang sambil melompat. Kemudian, dia berkata sambil menatap gadis kecil itu, "Bu, adik perempuan ini nggak berbicara, apa dia bisu?"

"Brandon, kamu nggak boleh bersikap kasar. Cepat minta maaf."

"Oh ... maaf." Brandon meminta maaf sambil tersenyum. Namun, dia tiba-tiba berkata dengan ekspresi terkejut, "Bu, adik ini mirip denganmu. Terutama matanya yang bulat sama persis denganmu."

Setelah mendengar kata-kata Brandon, Hellen menyadari bahwa gadis kecil ini memang sangat mirip dengannya.

Gadis kecil itu sepertinya merasakan sesuatu. Dia terus menatap Hellen.

Hellen memandang gadis kecil itu. Tiba-tiba, dia berkata dengan nada narsis, "Pantas saja Ibu merasa adik ini cantik sekali. Ternyata karena dia mirip Ibu."

Hellen menutupi mulutnya. Kemudian, dia tertawa bangga dan heboh.

Mata gadis kecil itu berbinar. Wanita ini adalah ibunya! Kemudian, gadis itu bergegas ke depan dan memeluk Hellen dengan erat.

Hellen tertegun sejenak. Mengapa gadis kecil ini tiba-tiba menjadi begitu antusias padanya?

Hellen menggendong gadis kecil itu dalam pelukannya. Gadis kecil itu gemuk, cantik dan imut. Selain itu, aroma susu di tubuhnya membuat hormon dalam tubuh Hellen melonjak. Hellen merasakan kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status