Share

Bab 2

Di kantor polisi, Hellen menceritakan apa yang terjadi, termasuk Bianca yang membiusnya.

Setelah penyelidikan selesai, polisi mengizinkan Hellen pergi. Mereka akan menyelidiki masalah tersebut lebih lanjut.

Saat Hellen keluar dari kantor polisi, dia langsung dikelilingi oleh sejumlah wartawan hingga dia tidak bisa melarikan diri.

"Nona Hellen, kamu akan menikah dengan Pak Hendry, putra kedua dari Perusahaan Candrika. Kenapa kamu malah memesan kamar dengan Pak Marco?"

"Nona Hellen, Pak Marco mati karena serangan jantung. Rumor mengatakan bahwa kamu memberinya obat perangsang nafsu. Nona Hellen, karena kamu begitu bergairah, kenapa kamu mencari pria yang berusia 60 tahun? Apakah kamu memiliki hobi khusus?"

Pertanyaan para wartawan menjadi lebih tajam dari sebelumnya. Hellen merasa wajahnya seakan ditampar oleh seseorang.

Hellen tidak menjawab. Dia tahu bahwa Bianca yang mengatur orang-orang ini.

Tujuan Bianca adalah untuk mempermalukan Hellen. Hellen tidak menjelaskan. Dia hanya ingin menerobos kepungan para wartawan yang tidak bermoral itu.

Saat ini, sebuah mobil hitam berhenti.

Hellen mengenali mobil itu. Kemudian, dia masuk ke mobil dengan susah payah.

"Nona Hellen, kamu nggak apa-apa, 'kan?"

Suara sopir, Hadi, terdengar panik ​​​​dan khawatir.

"Nggak apa-apa."

Meskipun mengatakan dia tidak apa-apa, Hellen merasa dia tidak bisa bertahan lagi.

Hellen terjerat masalah seperti ini. Ditambah dengan kematian Marco, reputasi Hellen telah hancur!

"Bu Sinta tahu sesuatu terjadi padamu. Dia secara khusus memintaku untuk menjemputmu. Ada terlalu banyak wartawan, jadi dia nggak bisa datang sendiri. Bu Sinta memintaku untuk memberitahumu bahwa dia memercayaimu. Pernikahanmu dengan Pak Hendry nggak akan terpengaruh."

"Terjadi masalah seperti ini, tapi Bibi Sinta masih percaya padaku."

Ekspresi Hellen tampak sedikit bahagia. Setelah beberapa saat, dia mengangkat kepalanya dan berkata dengan nada tegas, "Tolong beri tahu Bibi Sinta jangan berdebat dengan Keluarga Candrika demi aku. Pernikahanku dengan Hendry sudah berakhir!"

Mata Hellen sedikit bergetar. Hal seperti ini terjadi padanya. Dia juga dibawa ke kantor polisi. Namun, anggota keluarganya tidak menjemputnya sama sekali.

Sebaliknya, ibunya Hendry mengirim seseorang untuk menjemputnya.

Sopir Keluarga Candrika mengantar Hellen kembali ke Keluarga Aliendra. Begitu dia masuk, dia langsung menerima tamparan keras.

"Dasar nggak tahu malu, Keluarga Aliendra dipermalukan sepenuhnya olehmu."

Hellen menatap orang di depannya yang menuduhnya dengan marah. Dia adalah ayahnya, Rizki Aliendra.

Saat Hellen berusia delapan tahun, ibunya meninggal.

Meskipun dia dan ayahnya tinggal satu atap, mereka seperti orang asing.

Hellen menutupi pipinya yang memerah. Matanya menunjukkan emosi yang tak terbendung. Dia mengerutkan kening dan menatap Rizki sejenak, lalu bertanya, "Apa kamu tahu kebenaran masalah ini? Kamu memukulku begitu saja!"

Bianca berkata dengan lembut, "Kak, kenapa kamu berbicara pada Ayah dengan nada seperti itu?"

Hellen menatap Bianca sejenak. Tatapan matanya tampak sangat dingin, hingga membuat Bianca ketakutan.

Hellen mengangkat alisnya, lalu berkata dengan suara serak dan penuh dengan niat membunuh.

"Bianca, aku dulu menganggapmu sebagai adikku. Aku pikir kamu berbeda dari ibumu, tapi ternyata kamu lebih kejam darinya! Kamu bahkan lebih jalang dibanding ibumu!"

Setelah mendengarnya, Rizki menjadi sangat marah. Kemudian, dia mengangkat tangannya dan hendak memukul Hellen lagi.

"Dasar pemberontak, aku akan menghajarmu sampai mati."

Namun, Lidya segera meraih Rizki dan berkata dengan munafik, "Rizki, jangan marah. Hati-hati dengan tekanan darahmu. Kalau kamu sakit, apa yang harus aku dan Bianca lakukan? Hellen hanya khilaf. Bicarakan pelan-pelan. Dia nggak akan mengulangi kesalahannya lagi."

Ekspresi Hellen menjadi semakin masam. Ibu dan anak ini sangat pandai berakting.

"Hellen, lihat betapa baik Bibi Lidya padamu. Dia bahkan membelamu. Apa kamu tahu apa yang telah kamu lakukan?"

Lidya berjalan ke arah Hellen dengan genit, lalu berkata dengan marah, "Hellen, kamu juga linglung. Pak Marco sudah tua, apa kamu nggak merasa jijik? Kamu nggak boleh rakus seperti itu. Kamu bahkan membuatnya kelelahan sampai mati. Sekarang, reputasimu hancur, keluarganya Pak Marco akan datang untuk mencari masalah. Sekarang, kami hanya bisa mengirimmu ke luar negeri untuk menghindari masalah."

"Ayah, Ibu benar. Kakakku sangat terkenal sekarang. Pernikahannya dengan Kak Hendry pasti akan dibatalkan. Kalau kakak tinggal di sini, dia hanya akan mendapat kritik orang-orang. Kita lebih baik segera mengirimnya ke luar negeri."

Hellen memandang Lidya dan Bianca. Dia mengangkat alisnya sedikit, lalu berkata dengan nada menghina, "Apa kamu begitu ingin mengirimku ke luar negeri? Apa kamu takut orang lain akan tahu bahwa kamu telah menjebakku?"

Bianca mengedipkan matanya yang polos dan berkata, "Kak, kamu nggak boleh memfitnahku. Kak, biasanya aku akan membantumu. Sekarang, untuk hal sebesar ini, aku benar-benar nggak bisa membantumu. Aku minta maaf."

Ekspresi Bianca tampak menyedihkan, seolah-olah sebelumnya Hellen sering melakukan hal buruk dan menuduh Bianca.

"Hellen, kamu keterlaluan. Adikmu polos dan baik hati. Bagaimana mungkin dia akan menjebakmu? Bagaimana dia bisa menjebakmu untuk hal seperti itu? Apakah dia memintamu untuk tidur dengan pria tua itu? Dasar nggak tahu malu!"

Hellen tidak pernah membayangkan ayahnya akan menggunakan kata-kata kejam seperti itu.

Bibir Hellen yang merah terkatup rapat, lalu bulu matanya terkulai ke bawah. Mata Hellen yang jernih itu menjadi sangat dingin.

"Bianca yang memberiku obat itu. Aku sudah menjelaskannya pada polisi. Polisi telah mendapatkan bukti bahwa Bianca menjebakku. Selama aku menuntutnya, dia akan ... masuk penjara!"

Setelah mendengarnya, ekspresi Rizki langsung menjadi masam. Dia berteriak pada Hellen, "Sialan, apa yang kamu katakan pada polisi? Apa kamu ingin adikmu masuk penjara? Apa kamu gila? Bahkan kalau dia melakukannya, reputasimu telah hancur. Apa kamu ingin menghancurkan reputasi adikmu juga?"

Saat ini, Hellen mengerti bahwa pria di depannya bukan lagi ayahnya.

Dia adalah ayahnya Bianca.

Bahkan jika dia tahu bahwa Bianca adalah dalang dari insiden tersebut, Rizki akan tetap melindungi Bianca. Sekalipun masalah itu akan membuat reputasi Hellen hancur.

"Ini bukan rumahku lagi, aku akan pergi!"

...

Enam tahun kemudian.

Di Negara Cana, laboratorium medis terkemuka.

"Dokter Hellen, bangunlah. Bangun untuk menanggung kesalahan."

Suara asistennya, Levy Ragata, terdengar lembut. Namun, Hellen yang tertidur malah terkejut!

"Kedua bocah nakalku meretas sistem kita lagi?"

Levy mengangguk dengan canggung. Saat ini, Hellen baru menyadari bahwa dia telah melakukan penelitian hingga tidak pulang selama tiga hari tiga malam.

Enam tahun lalu, ketika dia datang ke Negara Cana, Hellen baru mengetahui bahwa dia hamil.

Saat itu, dia bertekad untuk menggugurkan janin dalam perutnya. Namun, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dia hamil kembar tiga.

Terlebih lagi, dia memiliki dinding rahim yang sangat tipis. Jika dia melakukan aborsi, Hellen tidak akan memiliki peluang untuk menjadi seorang ibu lagi.

Hellen berpikir bahwa dia tidak punya rencana untuk menikah di masa depan. Selain itu, ayah dari anaknya telah meninggal. Hal ini akan menyelamatkannya dari banyak masalah.

Jadi, dia memutuskan untuk melahirkan anaknya.

Namun, saat melahirkan, putri bungsunya meninggal setelah dilahirkan.

Hanya tersisa dua putra yang sehat.

Hellen memberi mereka nama Brian Aliendra dan Brandon Aliendra.

Dalam enam tahun terakhir, kedua putranya telah memberinya rumah, rasa kekeluargaan, kasih sayang dan tekad keibuan. Hellen bekerja keras untuk melindungi kedua putranya agar dapat tumbuh dengan sehat.

Namun, ketika Hellen berpikir akan menjadi kambing hitam mereka, dia langsung ingin mengembalikan kedua putranya itu ke perutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status