Share

133. Senja Di Bukit Berbunga

Matahari hampir terbenam, meninggalkan bunga yang bermekaran di sekitar tebing.

Cakra duduk merenung sambil bersandar ke batang pohon. Parasnya mendadak berubah.

"Celaka!" pekik Cakra. "Ki Gendeng Sejagat terjebak di gerbang utama. Ia tidak dapat keluar terhalang mantera gaib."

Para pendekar ternama yang berada di dekatnya kaget.

"Kok bisa?" ujar Ranggaslawi. "Semasa hidupnya ia tidak pernah terjebak oleh mantera apapun."

"Kecuali mantera cinta," senyum Cakra kecut. "Aku memintanya menyelidiki situasi di dalam istana Curug Satu, tapi ia lupa waktu mengintip perempuan Bunian, akhirnya terlambat keluar."

"Apakah sahabatku itu tidak apa-apa?" tanya Ranggaslawe khawatir. "Kau kelihatannya tenang-tenang saja gurumu dalam bahaya."

"Bahaya itu untuk kita yang masih hidup," jawab Cakra dengan mata mengantuk diterpa semilir angin senja. "Roh tidak mati dua kali."

"Tapi Ki Gendeng Sejagat bisa merasakan sakit seperti kita. Jadi ia pasti sangat menderita karena tidak lagi mengalami kemati
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status