Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 133. Senja Di Bukit Berbunga

Share

133. Senja Di Bukit Berbunga

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-01-08 22:56:33
Matahari hampir terbenam, meninggalkan bunga yang bermekaran di sekitar tebing.

Cakra duduk merenung sambil bersandar ke batang pohon. Parasnya mendadak berubah.

"Celaka!" pekik Cakra. "Ki Gendeng Sejagat terjebak di gerbang utama. Ia tidak dapat keluar terhalang mantera gaib."

Para pendekar ternama yang berada di dekatnya kaget.

"Kok bisa?" ujar Ranggaslawi. "Semasa hidupnya ia tidak pernah terjebak oleh mantera apapun."

"Kecuali mantera cinta," senyum Cakra kecut. "Aku memintanya menyelidiki situasi di dalam istana Curug Satu, tapi ia lupa waktu mengintip perempuan Bunian, akhirnya terlambat keluar."

"Apakah sahabatku itu tidak apa-apa?" tanya Ranggaslawe khawatir. "Kau kelihatannya tenang-tenang saja gurumu dalam bahaya."

"Bahaya itu untuk kita yang masih hidup," jawab Cakra dengan mata mengantuk diterpa semilir angin senja. "Roh tidak mati dua kali."

"Tapi Ki Gendeng Sejagat bisa merasakan sakit seperti kita. Jadi ia pasti sangat menderita karena tidak lagi mengalami kemati
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   134. Tangga Rembulan

    Dua penculik itu adalah pengawal kedelapan dan kesembilan istana Curug Satu. Mereka membawa puteri pertama dan puteri kedua dari kerajaan Bunian, bernama Nilamsari dan Nawangsari. Bidasari adalah puteri tercantik di antara ketiga puteri mahkota kerajaan Bunian. Pengawal kedelapan dan kesembilan berhenti berlari ketika tiba di dekat tebing. "Sekarang kalian tidak bisa lari lagi, bajingan!" geram Bidasari dengan amarah membludak. "Terimalah ajal kalian!" Pengawal kesembilan tertawa liar. "Sebelum ajal menjemput, ijinkanlah aku untuk menikmati tubuhmu!" Bidasari menyerbu dengan pukulan maut, sementara ketiga dayang mengepung pengawal kedelapan. Ketiga dayang itu sebenarnya gentar mengejar penculik sampai ke markasnya. Tapi puteri mahkota sudah gelap mata, sehingga mereka nekat berjibaku sampai titik darah penghabisan. Mereka langsung mengeluarkan jurus andalan agar dapat menghabisi begundal itu secepatnya, sebelum datang teman-temannya. Mereka pasti dalam bahaya besar. "Terimalah

    Last Updated : 2024-01-09
  • Perjanjian Leluhur   135. Kodok Dalam Tempayan

    "Kita tunggu sampai awan berarak lewat," kata Gagak Betina. "Tangga bercahaya redup bisa membuat kita terperosok." Gagak Betina tidak akan kesulitan meniti tangga redup karena mempunyai gin kang paling tinggi di antara pendekar wanita. Tapi Gagak Betina memilih menuruni tebing bersama-sama. Menurutnya tidak ada kepentingan mendesak untuk turun ke dasar lembah. Ranggaslawi dan kawan-kawan kelihatannya tidak butuh bantuan meladeni enam pengawal istana Curug Satu. Mereka bahkan berhasil mengirim pengawal gembrot ke alam roh. "Setahuku ada sembilan pengawal," kata Cakra. "Satu lagi berarti berada di dalam istana bersama penguasa Curug Satu." "Mereka terlalu meremehkan kemampuan kita," geram Minarti. "Seandainya mereka keluar semua pun, aku kira tidak dapat menandingi kita." "Pengawal yang berada di dalam adalah pendekar kerempeng," ujar Bidadari Penabur Cinta. "Ilmunya paling tinggi di antara mereka. Aku pernah berurusan dengannya." "Tentu urusan di atas ranjang," sindir Bidasari. "

    Last Updated : 2024-01-11
  • Perjanjian Leluhur   136. Bilik Bertabir

    Tanpa butuh waktu lama, pintu baja itu lenyap jadi butiran debu dan tersapu angin panas. "Kepala cecunguk yang gemar merusak kehormatan perempuan itu rupa-rupanya bersembunyi di sini," geram Gagak Betina. "Apakah kau sudah siap menerima kematian?" Rabi Wahidi tersenyum sinis. "Aku sudah siap menyambut pendekar body goal yang mengantarkan kematian. Kau tinggal pilih, mati di atas ranjang, atau di atas pangkuanku?" "Bedebah!" Gagak Betina hendak maju menyerang, tapi Iblis Penabur Cinta mencegahnya: "Jangan gegabah. Pengawal kesatu mempunyai ilmu Jasad Ngumpul yang membuatnya sulit untuk mati." "Menurut lembaran suci kerajaan, ilmu Jasad Ngumpul hanya bisa dikalahkan oleh ajian Tabur jiwa dengan chi paripurna," kata Mahameru. "Jadi sang pangeran lah harapan kita satu-satunya." "Aku akan mencari Ki Gendeng Sejagat," jawab Cakra. "Guru mata keranjang itu sudah kebablasan dalam menjalankan tugas." "Biarlah aku mencari Pangeran Wiraswara," ujar Mahameru. "Sekalian membantu puteri mahk

    Last Updated : 2024-01-11
  • Perjanjian Leluhur   137. Wangsit Atau Pangsit

    "Ratu Nusa Kencana dan Ratu Bunian sama-sama tidak rela rakyatnya jadi korban," kata Cakra. "Aku dan sahabatku berada di Bukit Penamburan untuk memenuhi keinginan mereka." "Lalu kenapa kau menyuruhku untuk pulang?" tanya Bidasari tidak senang. "Aku berada di sini sebagai wakil kerajaan Bunian." "Aku justru curiga kau berada di sini sebagai wakil hatimu," sindir Gagak Betina. "Jangan nething." "Setelah urusanku di Curug Satu selesai, aku akan beristirahat di penginapan sekitar bukit sambil menunggu purnama depan," ujar Cakra. "Kau bisa kembali beberapa pekan lagi." "Kenapa menunggu purnama depan? Bukankah makin cepat makin baik?" Padahal Bidasari senang bukan main. Ia bisa lebih lama berada di dekat Cakra, dan banyak kesempatan untuk melumpuhkan hatinya. "Tidak semua urusan makin cepat makin baik," bantah Ranggaslawi. "Apa misalnya?" tanya Bidasari. "Bercinta." "Aku serius!" "Jadi menurutmu bercinta tidak serius? Pantas betah menjomblo!" Semua pendekar bangkotan tertawa. "U

    Last Updated : 2024-01-12
  • Perjanjian Leluhur   138. Penguasa Licik

    "Bagaimana istana Curug Satu dapat dilumpuhkan dalam satu malam?" Tapak Mega sangat terkejut. Ia kenal tokoh sakti mandraguna yang membantu kerajaan. Ranggaslawi dan Ranggaslawe adalah sepasang pendekar yang mengegerkan dunia perkelahian, tapi belum cukup untuk mengalahkan pendekar kerempeng. "Ilmu Jasad Ngumpul hanya bisa dikalahkan oleh ajian Tabur Jiwa dengan chi paripurna. Lalu siapa di antara mereka yang menguasai ilmu yang sudah musnah itu?" "Apakah kau belum mendengar kabar kalau pangeran kedelapan adalah calon Raja Agung?" tanya Renggana, si ahli nujum. "Sebagian dari mereka mengatakan ia mewarisi ilmu yang sudah musnah." "Pendekar Lembah Cemara adalah murid Ki Gendeng Sejagat. Bagaimana mungkin ia menguasai ilmu yang tidak dimiliki gurunya? Aku curiga Pangeran Restusanga keluar dari alam roh untuk membantu mereka." "Berarti hanya Tuan Agung yang mampu menandingi. Tapi ia lagi ada keperluan dan baru bisa berkunjung pada purnama ketujuh." "Nah, sebelum Tuan Agung datang,

    Last Updated : 2024-01-13
  • Perjanjian Leluhur   139. Antara Beruk Dan Kunyuk

    Tiga serangkai itu membelot dan menjual nama Tapak Mega. Mereka keluar dari rombongan Pangeran Penamburan, dengan alasan mendapat perintah mendadak untuk bergabung dengan pendekar bayaran yang hendak menyerbu istana. Padahal mereka ingin memanfaatkan situasi untuk merampok bangsawan terkaya di Kadipaten Barat. Cakra selesai tafakur di Curug Satu menjelang fajar manakala cahaya putih datang melingkari tubuhnya. Ia segera membagi tugas begitu mendapat laporan dari gurunya kalau Tapak Mega mengerahkan anak buahnya untuk berbuat kekacauan di berbagai tempat. Cakra mencegat Renggana dan komplotannya di jalan setapak menuju kaki bukit. "Ya ya ya!" kata Cakra. "Guruku pernah cerita kalau ada beruk lari terkencing-kencing dan berak di celana saat berhadapan dengannya!" "Berani sekali seekor kunyuk bertingkah di depanku!" geram Renggana. "Seekor kunyuk pasti berani bertingkah di depan seekor beruk!" balas Cakra sambil tiduran dengan tumpang kaki di tengah jalan. "Aku tidak menaruh dendam

    Last Updated : 2024-01-14
  • Perjanjian Leluhur   140. Rasa Takut Hanya Milik Pengecut

    Pangeran Penamburan dan Srikiti menghela kuda cukup cepat melewati jalan setapak di tengah perkebunan wilayah barat daya, di belakang mereka mengikuti belasan tokoh golongan hitam. Mereka hendak menyerbu ke Pondok Asmara dan Puri Mentari, sebagai balasan terhadap pemiliknya yang telah campur tangan dalam meruntuhkan istana Curug Satu. Mereka sengaja tidak mengambil jalan umum, untuk menghindari kecurigaan warga dan mengurangi rintangan jika ada pendekar kampung berani menghadang. Tapi pasti pikir-pikir, kecuali sudah bosan hidup. "Kita berpisah di ujung perkebunan," kata Srikiti. "Kau pergi ke Pondok Asmara, aku pergi ke Puri Mentari." Perkebunan itu sangat luas seolah tak berujung. Satu-satunya perkebunan kayu langka di wilayah Nusa Kencana. Kayu langka itu sangat digemari kaum bangsawan dan saudagar kaya untuk bangunan dan perabotan. Harganya tidak terjangkau oleh rakyat biasa. Belum pernah terjadi penebangan liar karena hukuman berat menanti. Perkebunan ini merupakan jalur pin

    Last Updated : 2024-01-15
  • Perjanjian Leluhur   141. Bukan Cuma Bermulut Besar

    "Aku sudah memperingatkan," kata Cakra. "Jangan bertemu lagi dalam keadaan sama, itu berarti kematian bagimu. Kebebasan yang kau anut tidak pernah dilegalkan di tempat ayahmu berguru." "Kau salah besar, kid slebew," sahut Srikiti yang terpesona dengan ketampanannya, meski apapun yang dilakukannya. "Kakakku sudah berubah. Ia tidak pernah lagi inses denganku." "Karena ia inses dengan ibumu. Ia tidak mengindahkan peringatan dariku." Pangeran Penamburan tercengang. Ia yakin Cakra menduga-duga, tapi dugaannya tepat sekali! Ia sudah bosan dengan Srikiti, dan mendapat kompensasi dari ibunya! Pangeran Penamburan memandang dengan pongah untuk menutupi rasa malu, ia bertanya, "Memangnya kau siapa harus kudengar?" "Aku adalah orang yang akan merampas kebebasan mu! Perbuatanmu sudah melampaui batas!" "Mulutmu besar sekali! Kau sama sekali tidak memandang sahabatku!" "Aku justru memandang sahabatmu dari tadi! Aku heran kau bawa kakek dan nenek peot. Kau mau buka panti jompo?" "Kurang ajar!

    Last Updated : 2024-01-16

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   381. Sang Perkasa

    Ketua lama Dewan Agung berhasil kabur dari gerbang siksa. Ia menjadi pendukung utama Ratu Dublek. Raden Mas Arya Bimantara sebagai ketua baru sungkan untuk menangkapnya. Ratu Kencana sampai turun tangan melobi Cakra, ia sangat peduli dengan kegaduhan yang terjadi. Padahal ia berasal dari langit berbeda. "Nusa Kencana adalah negeri warisanku, aku memiliki keterikatan batin dengan penguasa istana." "Kenapa kau tidak menegur ketua baru untuk bertindak tegas?" "Kepandaian Arya Bimantara belum memadai untuk meringkus ketua lama." "Kenapa diangkat jadi ketua Dewan Agung kalau tidak memenuhi syarat?" "Ia paling pantas menjadi tetua! Tapi ketua lama mempunyai ilmu tertinggi di langit!" "Lalu kau pikir aku memadai? Aku bisa jadi ayam penyet!" "Aku sudah menurunkan intisari roh kepadamu. Jurus dan pukulan saktimu sekarang jauh lebih dahsyat." "Aku diminta taat aturan, kau sendiri tidak tahu aturan. Kau menurunkan ilmu tanpa seizin diriku. Kau seharusnya memberikan ilmu itu kepada indu

  • Perjanjian Leluhur   380. Pangeran Terkutuk

    Plak! Plak!Dua tamparan keras kembali mampir di wajah Cakra.Kesatria gagah dan tampan itu tersenyum, ia hanya memiliki senyuman untuk perempuan cantik."Aku teringat pertemuan kita di hutan kayu," kata Cakra. "Kau lima puluh kali menampar wajahku sebelum mempersembahkan lima puluh kenikmatan."Plak! Plak!Cakra merasa ada aliran hangat dari tamparan itu, berangsur-angsur menyegarkan tubuhnya."Jadi kau sekarang mengalirkan energi roh melalui tamparan? Apakah Raden Mas Arya Bimantara melarang dirimu untuk bercinta denganku? Jadi kau masih mencintai lelaki pecundang itu? Aku sendiri malu mempunyai indung leluhur seperti dirinya...."Plak! Plak!"Jawabanmu sangat menyebalkan diriku," gerutu Cakra."Kau benar-benar pangeran terkutuk!""Aku mengakui diriku pangeran terkutuk ... terkutuk menjadi gagah dan tampan, bahkan menurut body goal magazine, aku satu-satunya pangeran yang dirindukan tampil telanjang di sampul depan! Tapi kecerdasan buatan tidak mampu menduplikat diriku, lebih-lebih

  • Perjanjian Leluhur   379. Ada Cemburu Di Hatimu

    Puteri mahkota khawatir kesembuhan dirinya menimbulkan masalah baru bagi kerajaan.Bagaimana kalau Nyi Ratu Kencana murka dan menurunkan bencana yang lebih besar?"Aku kira Cakra sudah mempertimbangkan secara matang," kata Pangeran Liliput. "Ia terkenal sering bicara gegabah, namun tak pernah bertindak gegabah."Puteri mahkota memandang dengan resah, ia bertanya, "Bagaimana jika kutukan itu menimpa calon garwaku karena sudah melanggar kehendak ketua langit?" "Janganlah berpikir terlalu jauh, ananda," tegur Ratu Liliput lembut. "Belum tentu apa yang ananda pikirkan itu kejadian.""Bagaimana kalau kejadian, ibunda? Aku pasti disalahkan permaisuri pertama."Puteri Liliput segera meninggalkan pesanggrahan untuk menjumpai calon suaminya.Penjaga bilik tirakat segera berlutut dengan sebelah kaki menyentuh lantai begitu puteri mahkota dan baginda ratu tiba di hadapannya."Bukalah pintu bilik, Paman," pinta Puteri Liliput. "Aku mau masuk.""Patik mohon ampun sebelumnya, Gusti Puteri ... gust

  • Perjanjian Leluhur   378. Karena Cintanya

    "Ceesss...!"Bunyi pergesekan ujung Tongkat Petir dengan leher Puteri Liliput berkumandang menyerupai bunyi besi panas dicelupkan ke dalam air, seiring mengepulnya asap hitam tebal beraroma busuk.Keringat mengucur deras dari kening Cakra. Tongkat Petir bergetar keras sampai tangannya turut bergetar.Asap hitam tebal menyelimuti pesanggrahan, sehingga menghalangi pandangan sri ratu, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka."Semoga tidak terjadi apa-apa...."Baginda ratu menutup pintu pesanggrahan karena tidak tahan menghirup bau busuk yang sangat menyengat.Ratu Liliput menunggu dengan cemas di depan pintu pesanggrahan.Pangeran Nusa Kencana sungguh nekat mengobati Puteri Liliput, ia tak sepatutnya mengorbankan nyawa untuk hal percuma."Hanya Nyi Ratu Kencana yang dapat menghilangkan kutukan itu," kata Ratu Liliput lemas. "Kesalahan diriku telah membuat murka para ketua langit."Ratu Liliput membuka pintu sedikit, asap tebal menerobos keluar.Ratu Liliput segera menutup pintu kem

  • Perjanjian Leluhur   377. Suara Para Leluhur

    Hari menjelang senja ketika Cakra tiba di istana Liliput. Ia diterima langsung oleh baginda ratu di pesanggrahan utama."Puteriku menolak untuk bertemu denganmu."Ratu Liliput bertutur dengan lembut untuk menghibur kekecewaan Cakra.Padahal pesona sri ratu sudah cukup menghibur kepenatan hatinya akibat perjalanan sepanjang siang.Perawakan sang ratu sebagaimana perempuan Asia Timur; berpostur semanpai, tinggi rata-rata, tidak kerdil seperti bayangan Cakra."Kau sudah tahu apa alasannya."Mendung berarak di wajah jelita itu. Sinar matanya meredup tersapu kesedihan mendalam.Mata itu seakan bercerita kalau ia siap menebus dengan apapun demi kesembuhan puterinya.Puteri mahkota mengurung diri di pesanggrahan meski sri ratu mendesaknya untuk keluar."Aku datang untuk menyembuhkan penyakitnya," ucap Cakra. "Jadi tidak ada alasan ia menolak kedatanganku.""Tiada kekuatan dapat menghilangkan kutukan itu, selain kemurahan hati ketua langit. Puteriku hanya mempermalukan diri sendiri jika mener

  • Perjanjian Leluhur   376. Bukan Sekedar Hasrat

    Bantuan untuk menanggulangi bencana alam dari empat kerajaan besar membuat Ratu Dublek murka. Bantuan itu bermaksud merongrong tahta yang didudukinya. Pangeran Nusa Kencana mengambil simpati rakyat dengan pengiriman beberapa kebutuhan pokok. Cakra mengetahui perkembangan terkini kota Dublek dari Ratu Sihir. Ia tampak resah dengan peristiwa yang terjadi. "Rinjani pergi ke Nusa Kencana untuk membahas ancaman Ratu Dublek," kata Ratu Sihir. "Aku kuatir mereka mengambil keputusan ekstrem dan berpengaruh terhadap moralitas perserikatan kerajaan." "Aku tidak mengira kalian sudah menyerahkan separuh kekuasaan kepada mereka," keluh Cakra. "Mereka jelas ingin membubarkan perserikatan dan mengganti dengan persemakmuran di bawah kendali puteri mahkota Nusa Kencana." "Bukankah hal itu keinginan dirimu?" "Aku pikir kebutuhan mendesak bukan mempersatukan seluruh kerajaan yang ada, tapi memakmurkan seluruh rakyat di jazirah bentala." "Kau menyelewengkan titah Nyi Ratu Kencana dalam babad

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!" Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Ipritala mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun. Ratu Ipritala membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian. "Aku kagum denganmu," puji Ratu Ipritala. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu." "Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat." "Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar." Cakra tersenyum miris. Ratu Ipritala sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma. Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status