"Kita tunggu sampai awan berarak lewat," kata Gagak Betina. "Tangga bercahaya redup bisa membuat kita terperosok." Gagak Betina tidak akan kesulitan meniti tangga redup karena mempunyai gin kang paling tinggi di antara pendekar wanita. Tapi Gagak Betina memilih menuruni tebing bersama-sama. Menurutnya tidak ada kepentingan mendesak untuk turun ke dasar lembah. Ranggaslawi dan kawan-kawan kelihatannya tidak butuh bantuan meladeni enam pengawal istana Curug Satu. Mereka bahkan berhasil mengirim pengawal gembrot ke alam roh. "Setahuku ada sembilan pengawal," kata Cakra. "Satu lagi berarti berada di dalam istana bersama penguasa Curug Satu." "Mereka terlalu meremehkan kemampuan kita," geram Minarti. "Seandainya mereka keluar semua pun, aku kira tidak dapat menandingi kita." "Pengawal yang berada di dalam adalah pendekar kerempeng," ujar Bidadari Penabur Cinta. "Ilmunya paling tinggi di antara mereka. Aku pernah berurusan dengannya." "Tentu urusan di atas ranjang," sindir Bidasari. "
Tanpa butuh waktu lama, pintu baja itu lenyap jadi butiran debu dan tersapu angin panas. "Kepala cecunguk yang gemar merusak kehormatan perempuan itu rupa-rupanya bersembunyi di sini," geram Gagak Betina. "Apakah kau sudah siap menerima kematian?" Rabi Wahidi tersenyum sinis. "Aku sudah siap menyambut pendekar body goal yang mengantarkan kematian. Kau tinggal pilih, mati di atas ranjang, atau di atas pangkuanku?" "Bedebah!" Gagak Betina hendak maju menyerang, tapi Iblis Penabur Cinta mencegahnya: "Jangan gegabah. Pengawal kesatu mempunyai ilmu Jasad Ngumpul yang membuatnya sulit untuk mati." "Menurut lembaran suci kerajaan, ilmu Jasad Ngumpul hanya bisa dikalahkan oleh ajian Tabur jiwa dengan chi paripurna," kata Mahameru. "Jadi sang pangeran lah harapan kita satu-satunya." "Aku akan mencari Ki Gendeng Sejagat," jawab Cakra. "Guru mata keranjang itu sudah kebablasan dalam menjalankan tugas." "Biarlah aku mencari Pangeran Wiraswara," ujar Mahameru. "Sekalian membantu puteri mahk
"Ratu Nusa Kencana dan Ratu Bunian sama-sama tidak rela rakyatnya jadi korban," kata Cakra. "Aku dan sahabatku berada di Bukit Penamburan untuk memenuhi keinginan mereka." "Lalu kenapa kau menyuruhku untuk pulang?" tanya Bidasari tidak senang. "Aku berada di sini sebagai wakil kerajaan Bunian." "Aku justru curiga kau berada di sini sebagai wakil hatimu," sindir Gagak Betina. "Jangan nething." "Setelah urusanku di Curug Satu selesai, aku akan beristirahat di penginapan sekitar bukit sambil menunggu purnama depan," ujar Cakra. "Kau bisa kembali beberapa pekan lagi." "Kenapa menunggu purnama depan? Bukankah makin cepat makin baik?" Padahal Bidasari senang bukan main. Ia bisa lebih lama berada di dekat Cakra, dan banyak kesempatan untuk melumpuhkan hatinya. "Tidak semua urusan makin cepat makin baik," bantah Ranggaslawi. "Apa misalnya?" tanya Bidasari. "Bercinta." "Aku serius!" "Jadi menurutmu bercinta tidak serius? Pantas betah menjomblo!" Semua pendekar bangkotan tertawa. "U
"Bagaimana istana Curug Satu dapat dilumpuhkan dalam satu malam?" Tapak Mega sangat terkejut. Ia kenal tokoh sakti mandraguna yang membantu kerajaan. Ranggaslawi dan Ranggaslawe adalah sepasang pendekar yang mengegerkan dunia perkelahian, tapi belum cukup untuk mengalahkan pendekar kerempeng. "Ilmu Jasad Ngumpul hanya bisa dikalahkan oleh ajian Tabur Jiwa dengan chi paripurna. Lalu siapa di antara mereka yang menguasai ilmu yang sudah musnah itu?" "Apakah kau belum mendengar kabar kalau pangeran kedelapan adalah calon Raja Agung?" tanya Renggana, si ahli nujum. "Sebagian dari mereka mengatakan ia mewarisi ilmu yang sudah musnah." "Pendekar Lembah Cemara adalah murid Ki Gendeng Sejagat. Bagaimana mungkin ia menguasai ilmu yang tidak dimiliki gurunya? Aku curiga Pangeran Restusanga keluar dari alam roh untuk membantu mereka." "Berarti hanya Tuan Agung yang mampu menandingi. Tapi ia lagi ada keperluan dan baru bisa berkunjung pada purnama ketujuh." "Nah, sebelum Tuan Agung datang,
Tiga serangkai itu membelot dan menjual nama Tapak Mega. Mereka keluar dari rombongan Pangeran Penamburan, dengan alasan mendapat perintah mendadak untuk bergabung dengan pendekar bayaran yang hendak menyerbu istana. Padahal mereka ingin memanfaatkan situasi untuk merampok bangsawan terkaya di Kadipaten Barat. Cakra selesai tafakur di Curug Satu menjelang fajar manakala cahaya putih datang melingkari tubuhnya. Ia segera membagi tugas begitu mendapat laporan dari gurunya kalau Tapak Mega mengerahkan anak buahnya untuk berbuat kekacauan di berbagai tempat. Cakra mencegat Renggana dan komplotannya di jalan setapak menuju kaki bukit. "Ya ya ya!" kata Cakra. "Guruku pernah cerita kalau ada beruk lari terkencing-kencing dan berak di celana saat berhadapan dengannya!" "Berani sekali seekor kunyuk bertingkah di depanku!" geram Renggana. "Seekor kunyuk pasti berani bertingkah di depan seekor beruk!" balas Cakra sambil tiduran dengan tumpang kaki di tengah jalan. "Aku tidak menaruh dendam
Pangeran Penamburan dan Srikiti menghela kuda cukup cepat melewati jalan setapak di tengah perkebunan wilayah barat daya, di belakang mereka mengikuti belasan tokoh golongan hitam. Mereka hendak menyerbu ke Pondok Asmara dan Puri Mentari, sebagai balasan terhadap pemiliknya yang telah campur tangan dalam meruntuhkan istana Curug Satu. Mereka sengaja tidak mengambil jalan umum, untuk menghindari kecurigaan warga dan mengurangi rintangan jika ada pendekar kampung berani menghadang. Tapi pasti pikir-pikir, kecuali sudah bosan hidup. "Kita berpisah di ujung perkebunan," kata Srikiti. "Kau pergi ke Pondok Asmara, aku pergi ke Puri Mentari." Perkebunan itu sangat luas seolah tak berujung. Satu-satunya perkebunan kayu langka di wilayah Nusa Kencana. Kayu langka itu sangat digemari kaum bangsawan dan saudagar kaya untuk bangunan dan perabotan. Harganya tidak terjangkau oleh rakyat biasa. Belum pernah terjadi penebangan liar karena hukuman berat menanti. Perkebunan ini merupakan jalur pin
"Aku sudah memperingatkan," kata Cakra. "Jangan bertemu lagi dalam keadaan sama, itu berarti kematian bagimu. Kebebasan yang kau anut tidak pernah dilegalkan di tempat ayahmu berguru." "Kau salah besar, kid slebew," sahut Srikiti yang terpesona dengan ketampanannya, meski apapun yang dilakukannya. "Kakakku sudah berubah. Ia tidak pernah lagi inses denganku." "Karena ia inses dengan ibumu. Ia tidak mengindahkan peringatan dariku." Pangeran Penamburan tercengang. Ia yakin Cakra menduga-duga, tapi dugaannya tepat sekali! Ia sudah bosan dengan Srikiti, dan mendapat kompensasi dari ibunya! Pangeran Penamburan memandang dengan pongah untuk menutupi rasa malu, ia bertanya, "Memangnya kau siapa harus kudengar?" "Aku adalah orang yang akan merampas kebebasan mu! Perbuatanmu sudah melampaui batas!" "Mulutmu besar sekali! Kau sama sekali tidak memandang sahabatku!" "Aku justru memandang sahabatmu dari tadi! Aku heran kau bawa kakek dan nenek peot. Kau mau buka panti jompo?" "Kurang ajar!
Permainan golok dan pedang yang diperagakan dua tokoh sakti itu tiada duanya. Tidak ada pendekar yang mampu bertahan sampai puluhan jurus. Tapi Cakra seolah main-main meladeninya. "Kalian jangan merasa dipermainkan." Konde Cinta mengingatkan. "Jurus Hati Di Ranting Cemara diciptakan untuk memancing emosi lawan." Perempuan berkonde emas inilah yang jadi pikiran Cakra. Ia mengetahui karakter setiap jurusnya. Apakah Ki Gendeng Sejagat pernah melanglang buana di kerajaan Utara dan sempat bentrok dengannya? Tokoh sakti mandraguna itu pasti menciptakan jurus untuk menandingi kehebatannya. Tapi Cakra tidak gentar. Golok Setan dan Pedang Asmara melompat mundur. Mereka membuka jurus baru. Angin menderu laksana topan dan cahaya kemerahan menari-nari laksana pita. "Keluarkan senjatamu, kid slebew!"teriak Golok Setan. "Aku ingin mengambil nyawamu secara terhormat dengan jurus pamungkas ku!" "Senjata?" Cakra pura-pura bingung. "Aku bersedia mengeluarkan senjataku kalau mulut kalian celangap u
"Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,
Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p
"Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat
Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan
"Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal
Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu
"Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka
"Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal
Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu