Share

Perjalanan Waktu Adara
Perjalanan Waktu Adara
Penulis: Nsh17

Mimpi dan Takdir

Hujan malam itu tak juga membuat pria yang berdiri di depan rumah untuk lekas masuk ke dalam. Tangannya tak henti menekan beberapa tombol angka pada benda pipih yang melingkar di pergelangan tangan, sementara matanya tak henti menatap gerbang depan berharap seseorang yang ia tunggu segera datang. Di balik jendela juga tampak sepasang mata cantik milik gadis kecil yang tengah merengek menunggu Ibunya datang.

"Dek, Risa tidur sama ayah saja ya. Ibun nya lagi beli susu dulu buat Risa. Nggak apa-apa kan?"

Gadis kecil berusia 5 tahun itu menunduk, mengangguk walau tampak dipaksakan.

Haykal. Pria yang telah terbiasa berperan ganda dalam keluarga mereka. Ia tahu semenjak pernikahan ia dan sang istri, mereka berdua hanya berperan sebagai pasangan harmonis di saat acara keluarga saja.

Yap, karena perjodohan.

Entah apa yang ada dipikiran Adara, hingga ia akhirnya rela melahirkan seorang bayi cantik yang bahkan semenjak pertama kalinya melihat Dunia tak ada sedikitpun menerima pelukan dan kepedulian dari sang Ibu. Seperti halnya malam ini, lagi-lagi gadis kecil itu merengek merindukan Ibunya. Meskipun Risa tak pernah mendapat pelukan, namun ia selalu terlihat bahagia begitu Adara pulang entah dari mana. Lantas berujung Haykal yang berusaha membujuk buah hatinya.

"Ra, habis dari mana? kenapa baru pulang? kasihan Risa." Ucap Haykal berusaha memegang pergelangan tangan istrinya.

Menghempas tangan Haykal "Bukan urusan kamu." Lantas berjalan menuju dapur.

"Ra, please. Kita ini udah 6 tahun nikah. Kamu itu sudah menjadi tanggung jawab saya."

"Stop ya. Sebelum nikah kan aku juga sudah bilang. Hubungan ini ada cuma karena perjodohan yang dipaksakan. Nggak usah saling mencampuri privasi dan urusan satu sama lain! Kita nikah bukan berarti hidup aku milik kamu!" Tukas Adara.

"Dan untuk urusan anak, Ayah dan Ibu yang menginginkan sementara aku cuma mewujudkan keinginan mereka, selebihnya bukan lagi menjadi urusanku."

Setelah itu Adara berlari ke dalam kamar, meninggalkan Haykal yang mematung mendengar kejujuran yang baru kali ini keluar dari mulut Adara. Kalimat yang sudah ia duga tapi tak disangka akan diucapkan secara langsung membuat dadanya terasa sakit dan sesak.

"Ternyata saya tidak memiliki peran apapun dalam hidup kamu, Ra."

Disaat Haykal sedang merenung di ruang tengah, tiba-tiba saja Adara membuka pintu sembari membawa tas dan koper. Tanpa sepatah kata, perempuan itu tetap bersikeras pergi meski ditahan oleh Haykal.

"Saya mohon Ra, kasihan Risa. Dia membutuhkan sosok Ibu, dia membutuhkan kamu di sampingnya, Ra." Lelaki itu menahan isak sembari tetap menggenggam tangan perempuannya dengan erat.

"Kamu boleh maki saya. Atau sampai kamu bisa mencintai dan menerima saya, kita bisa pisah rumah untuk sementara. Tapi jangan tinggalin Risa, Ra."

"Udah. Aku mohon sama kamu, Haykal. Berhenti perjuangin pernikahan ini. Sampai kapanpun aku nggak akan pernah bisa menerima kamu."

"Beri saya alasan, Ra?! Jangan jadikan Risa korban dari keegoisan kita sebagai orang tuanya. Kalaupun kamu nggak bisa menerima saya, kamu tetap Ibu kandungnya."

"Aku nggak bisa hidup sama laki-laki yang aku sayang, karena kamu. Aku nggak bisa kejar impian aku, karena kamu. Dan bahkan aku harus melahirkan anak yang nggak aku inginkan dari kamu, Haykal Bachtiar Janu. Itu alasannya, sekarang berhenti perjuangin aku!"

Tangan Haykal terlepas. Lagi-lagi rasanya begitu menyakitkan mendengar kalimat yang tak seharusnya ia dengar. Nyatanya selama ini ia tak pernah bisa membohongi mata dan hatinya kalau apa yang ia terima dari perlakuan Adara adalah hal yang masih bisa ditolerir.

"Saya jahat ya, Ra. Saya jahat karena mengambil posisi lelaki yang kamu sayang dan juga menghapus impian kamu. Maafin saya, Ra."

Setelah kepergian Adara, lelaki itu kembali merenung di dalam kamar Risa. Memperhatikan bagaimana gadis kecilnya itu tertidur. Adara bilang ia tidak menginginkan Risa. Bagaimana mungkin seorang Ibu yang bersusah-payah hamil dan melahirkan seorang bayi cantik, bisa mengatakan hal serupa?

"Kamu benar, Ra. Saya sangat jahat." Setetes, dua tetes, kini air mata itu tak lagi terbendung.

Haykal Bachtiar Janu, CEO MJ Corporation. Perusahan listrik terbesar di Korea. CEO muda yang terkenal dengan kewibawaan dan disegani oleh semua karyawan, detik ini ia mengaku kalah. Ia adalah sosok yang sangat kompeten dan paling diandalkan dalam mengatur karyawan dan perusahaan, namun detik ini ia mengaku gagal dalam membimbing dan memperjuangkan perempuan yang ia cintai sedari dulu. Jauh sebelum perjodohan direncanakan oleh kedua orang tua mereka.

"Tuhan, kenapa hidupku harus seperti ini? Apa yang sedang engkau rencanakan atas takdir hidupku? Aku bahkan nggak bisa bersama laki-laki yang aku cintai dan Engkau pun tidak pernah membiarkan hatiku luluh pada lelaki pilihan Ayah. Lantas aku harus bagaimana?"

Saat ini, bukan hanya Haykal yang terluka. Perempuan yang berjalan tak tentu arah sembari mengumpat itu juga sama terlukanya. Ia bahkan mempertanyakan banyak hal pada Tuhan, yang entah sejak kapan baru dia sapa lagi. Adara melupakan penciptanya semenjak ia pikir tak dapat mengendalikan takdir sesuai yang dirinya inginkan.

Mimpi-mimpi itu, harapan-harapan itu.

Lelaki yang sepuluh tahun lalu begitu ia sukai, sosok yang menjadi penyemangat dan memberikan banyak keberanian termasuk juga sosok yang lebih mendekatkannya pada Sang Pencipta.

Kini, Adara tak tahu harus melangkahkan kaki kemana. Ia bahkan tidak lagi memiliki tujuan dan tempat untuk pulang. Pikiran memberitahu bahwa semua yang ia katakan pada Haykal dan dengan pergi meninggalkan lelaki baik itu adalah hal paling buruk. Akan tetapi, hatinya seolah tak memberi setitik celah bagi seseorang masuk ke dalam ruang hampa itu. Begitu pula kehadiran buah hati tak bisa merubah keadaan dan perasaan. Semuanya akan tetap berada di titik nol dan kini berakhir kembali dititik nol. Tanpa permulaan, tanpa keinginan dan tidak menghadirkan satupun keistimewaan.

Ternyata benar kata pepatah lama, sepuluh tahun lalu ia begitu mencintai seseorang lantas merayu sang Pencipta untuk mendapatkan hati orang itu. Rupanya yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Seharusnya pertama kali yang harus dirinya lakukan ialah berusaha sepenuh hati mencintai Sang Pencipta, baru belajar mendekati ciptaannya.

"Maafkan aku, Tuhan. Aku mengaku bersalah. Aku gagal mencintaimu, aku gagal mengenal penciptaku."

Sepasang mata dengan bulir bening yang berlinang di pipi perempuan yang mulai tampak kerutan halus, akhirnya terpejam. Menutup hari di akhir bulan Februari 2035 dengan berbaring di bangku taman Kota Incheon, menggigil kedinginan di saat semua orang terlelap dibalik hangatnya selimut serta dekapan keluarga.

Gadis itu yang memilih jalan hidupnya kini, dengan satu pembelajaran berharga tentang Tuhan, cinta dan takdir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status