Share

Lelaki Sehangat Hujan

Penulis: Nsh17
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Adara elyzia desan!" Teriakkan lantang menggema di seisi ruangan.

Siswa yang mengenakan lencana ketua OSIS itu berjalan menghampiri seorang siswi di tengah riuh anak-anak lain yang mulai sibuk saling berbisik.

"Ra, sadar dong. Itu kak Saga jalan kesini. Jangan sampai lagi-lagi lo harus kena omelan dia." Oceh Farah, menyikut lengan sahabatnya yang tertidur dengan menyembunyikan kepala di balik tas.

"Aduh maaf kak, Dara kayaknya kecapean deh. Semalam di asrama ada kegiatan bersih-bersih." Farah menghela napas, memberi alasan supaya Sagara, Ketua OSIS yang terkenal dengan sebutan Ketos galak itu segera pergi menjauhi sahabatnya yang kini tertidur pulas layaknya kebo.

"Kalau dia bangun, suruh langsung ke ruang OSIS!"

Sorot mata tajam, hidung mancung, bibir kecil, alis tebal dan pipi tirus ditambah dengan postur tubuh tegap menjadi keistimewaan dari seorang Sagara Januarta. Kesempurnaan fisik lengkap dengan kemampuan diberbagai bidang pelajaran menjadi daya tarik bagi seluruh siswi Incheon education school. Sayangnya, biarpun siswi-siswi di sana sangat mengidolakan lelaki itu. Sagara memiliki lingkaran tameng kokoh, yakni hanya cukup dengan fakta panggilannya saja adalah Ketos galak ditambah lelaki sedingin hujan.

"Ya ampun nih anak kenapa nggak bangun-bangun juga sih? Ra, bangun dong!"

Setelah Sagara pergi, keadaan Adara masih tetap sama. Karena tidak ada lagi pilihan lain, Farah dengan terpaksa memercikkan air ke wajah gadis yang tetap terlelap di tengah hiruk pikuk ocehan siswa-siswi. Gadis itu seperti sedang bermimpi melakukan perjalanan jauh.

"Ya!" Akhirnya gadis itu menggerakkan tubuh, walau matanya masih dalam kondisi terpejam.

"Untuk hari ini saja, aku mohon Tuhan, biarkan aku tidur lebih lama."

"Ra, bangun cepetan. Lo kenapa sih?"

Perlahan mata Adara terbuka, mengerjap beberapa saat lantas memastikan suasana sekeliling tempatnya berada.

Terkejut begitu mendapati keadaan di sekelilingnya yang tampak asing. "Lah, aku dimana? Seragam sekolah ini? Semua orang? Dan, Farah?" Memegang pundak siswi berambut sebahu di hadapannya, memastikan bahwa ini bukan mimpi semata.

"Lo kenapa, Ra?" Farah kebingungan melihat sikap sahabatnya yang berbeda dari biasanya.

"Sekarang lo harus buru-buru ke ruang OSIS, Ra. Tadi kak Sagara marah besar sama lo."

"Sagara?" Mengerutkan kedua alis, mengingat nama itu hadir lagi di kehidupan Adara. Ia yang masih tidak mengerti atas apa yang sedang terjadi saat ini. Bahkan, penampilan dirinya dari kaki sampai kepalanya benar-benar seperti saat ia masih menjalani usia remaja.

"Far, sekarang tahun berapa?"

"Nggak biasanya lo kayak gini. Masa tahun aja lo lupa sih. Lo masih tujuh belas tahun, masa udah pikun Adara." Farah sudah tidak dapat memahami sikap aneh yang ditunjukkan Adara.

"Tujuh belas tahun, Far? Itu artinya, sepuluh tahun yang lalu."

Bagaimana bisa dirinya yang berusia 27 tahun, sudah berkeluarga di tahun 2035 dan seingatnya ia baru saja memejamkan mata tapi sekarang begitu membuka mata dirinya sudah berada di tahun 2025? Masa dimana cinta dan mimpinya sedang mekar beriringan.

"Gue ingetin sekali lagi ya Adara elyzia desan, sahabat gue yang paling cantik. Jangan sampai buat kak Saga tambah murka, yuk lupain dulu penyakit pikun yang kambuh tiba-tiba ini. Cepetan ke ruang OSIS dulu, gue beneran takut kena Imbasnya." Ucap Farah kali ini dengan wajah memelas.

Tanpa menunggu lama, Adara segera berlari menyusuri koridor sekolah. Dalam ingatannya masih begitu jelas, setiap tata letak dan keadaan di sekolah yang memberi banyak kenangan baginya.

"Lurus, di depan belok kanan."

Langkahnya berhenti, tepat di depan pintu dengan papan bertuliskan Ruang OSIS. Menghirup napas dan menghembuskannya secara perlahan, berusaha mengontrol perasaan yang campur aduk tidak dapat tergambarkan. "Kak Gara, aku kangen."

Setelah mengetuk pintu, suara bariton dari dalam terdengar. Tangan Adara membuka pintu, ragu matanya melihat sekeliling ruangan sebelum berhenti pada sosok siswa yang membelakanginya menghadap ke arah lapangan di bawah sana.

"Nyenyak tidurnya?"

"Kak, aku...."

Mata mereka bertemu, ketika Sagara berbalik. Gadis itu tanpa sadar menitikkan air mata. Entah takdir apa yang sedang Tuhannya rencanakan, hingga ia berada pada waktu dan keadaan yang tampak indah layaknya sedang bermimpi.

"Sekarang bersihin ruangan ini. Dan buat pengakuan jujur atas apa yang lo omongin lewat speaker di Perpus." Lihat, bahkan laki-laki di hadapannya tetap sama. Gara yang ia kenal. Lelaki yang dikenal sedingin hujan, tetapi bagi Adara lelaki itu sehangat hujan. Selimut, minuman hangat, pelukan, hoodie biru, payung serta mentari dibalik senyumannya.

"Aku kangen, Kak." Adara menghambur memeluk Sagara yang terkejut menerima pelukan tiba-tiba. Kedua tangan laki-laki itu berusaha melepaskan tangan adik kelasnya. Bahaya jika seseorang masuk ke ruangan ini, melihat dirinya dan Adara sedang berpelukan. Kemungkinan besar isu yang beredar di kalangan siswa-siswi akan semakin dibenarkan.

Dasarnya Adara adalah siswi terceroboh juga menjadi siswi terdepan di barisan pembenci Ketua OSIS SMA Incheon education school, hanya karena Sagara tanpa sengaja membuat gadis itu menahan malu saat perlombaan di masa pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa-siswi baru.

Entah sejak kapan dan entah rencana apa yang sedang Adara pikirkan. Siang itu di saat seluruh siswa-siswi sedang padat-padatnya memenuhi seisi kantin dan perpustakaan. Sebuah pengumuman terdengar di setiap penjuru sekolah. Menegaskan bahwa Gadis itu sedang dikejar-kejar oleh Sagara, karangan palsu yang langsung membuat sekolah gempar. Hilang sudah kewibawaan seorang Sagara januarta sebagai seorang ketua OSIS dingin.

"Lepas, Adara elyzia desan! Lo harusnya minta maaf, bukan bersikap kayak gini. Gue nggak tahu apa rencana lo kali ini buat bales perbuatan gue. Gue udah minta maaf atas kejadian waktu itu. Berhenti ganggu hidup gue dan bersikaplah layaknya orang asing. Gue nggak tertarik sama siswi pemberontak kayak lo! Paham?!"

"Jadi menurut kakak, aku orang yang kayak gitu? Tapi dulu kita baikan, kak. Bahkan kak Gara selalu senyum buat Dara."

"Hah?! Nggak pernah dan selamanya nggak akan pernah terjadi. Semua orang tahu lo musuh gue, Ra. Sekarang lakuin apa yang gue suruh, klarifikasi apa yang lo omongin di Perpus. Setelah itu menjauh dari hidup gue."

Berbagai pertanyaan terus bermunculan di benak Adara. Kemunculan dirinya kembali ke masa lalu begitu pula sikap seseorang yang ia cintai berbanding terbalik dengan bayangan yang selalu berada di ingatannya. Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu saat ini bak gadis remaja yang mengalami masa puber untuk kedua kalinya. Saat ini jiwa dan hatinya benar-benar terfokus memikirkan Sagara. Dia berhenti memikirkan mimpi yang tak kunjung tercapai, berhenti memikirkan cinta dan rumah tangga yang gagal, berhenti memikirkan Risa, gadis kecil yang tak pernah ia harapkan, berhenti memikirkan hidupnya di masa depan.

Sagara Januarta, laki-laki pemilik senyum mentari yang sanggup menghadirkan kehangatan hujan bagi hatinya yang sering menerima kesakitan dari dua orang yang selalu ia anggap rumah dan surga.

Bab terkait

  • Perjalanan Waktu Adara   Crush

    'Kak Gara, Dara minta maaf ya. Maaf karena selalu jadi beban dan jadi musuh kak Gara selama dua tahun. Dan untuk apa yang aku ucapin soal Kak Gara yang ngejar-ngejar aku, semuanya bohong. Itu semua aku lakuin supaya kak Gara dibenci aja. Tapi sekarang aku sadar dan benar-benar menyesal. Jadi berhenti ngatain Kak Sagara cowok nggak baik.'"Gar, bukannya tuh anak bebal banget ya kalau disuruh-suruh sama lo. Tumben banget kali ini dia langsung nurut, lo nggak macem-macem ke tuh anak kan?" Ungkap Jordan, siswa berkulit putih pucat dengan rambut pirang, blasteran Korea-prancis.Pasalnya tatkala mereka berdua tengah mengantri di kantin terdengar suara Adara yang mengatakan semua hal yang Sagara suruh. Termasuk permintaan maaf atas perlakuannya selama ini."Aku nggak nyangka, dulu sebodoh dan sebebal itu aku di sekolah. Pantas saja Ayah sering marah." Air mata Adara menetes, mengingat bagaimana dulu dirinya selalu menjadi beban bagi keluarga dan orang lain."Kak Adara, ya?" Seseorang menepuk

  • Perjalanan Waktu Adara   Pengecut

    Bisa-biasanya Sagara mengatakan hal tersebut. Wajar buka, jika pikiran aneh melintas di benak Adara. Bagaimanapun di masa depan ia sudah menjadi seorang Ibu, sudah paham pemikiran mengenai hal-hal dewasa."Ra, ayo masuk. Nanti lo masuk angin." Adara akhir ya berjalan mengekor di belakang Sagara menuju ruang tengah rumahnya.Meskipun tampilan depan rumah ini sangat mungil. Ketika memasuki bagian dalam, melihat bagaimana tertata nya setiap hiasan serta dekorasi seisi rumah, sudah bisa dipastikan jika Ibunya Sagara adalah perempuan yang bijaksana dan rajin."Nih, ganti dulu pakai baju Bunda." Ucap Sagara seraya meletakkan secangkir coklat panas di meja.Gadis itupun segera berjalan ke kamar yang ditunjuk oleh lelaki yang kini beralih ke dapur. Dalam hati Adara, ia semakin terkagum-kagum melihat sisi Ketua OSIS yang di terkenal galak di Sekolah."Kak, ada tamu ya?"Tiba-tiba sosok perempuan anggun yang kerap dipanggil Bunda oleh Sagara muncul dengan raut wajah terheran-heran. Pasalnya ana

  • Perjalanan Waktu Adara   Detik yang Berharga

    "Gue bilang pergi!"Sagara berjalan meninggalkan gadis yang membentak nya barusan. Tidak ada penyesalan baginya, semoga kali ini Adara sungguh menjauh dari kehidupan dirinya.Tak ada jalan lain selain memutuskan untuk tetap kembali ke rumah orang tuanya dulu. Sudah hampir tujuh tahun Adara tidak pulang ke rumah orang tuanya. Setelah menikah dan memutuskan untuk tinggal berdua dengan Haykal, perempuan itu tidak lagi saling bertukar kabar dengan Sang Ibu. Bagi anak perempuan yang semasa kecilnya selalu menerima luka batin, tertekan oleh banyak tuntutan. Di saat dewasa kelak tidak dapat dihindari jika anak itu akan tumbuh menjadi sosok yang penuh dengan ketakutan pun kebencian terhadap orang-orang yang membuat perasaan trauma itu sendiri muncul. Sayangnya, penawar trauma yang Adara alami telah pergi di malam ini. Malam saat kembali ke sepuluh tahun belakang yang bahkan setiap kejadiannya seperti tidak pernah Adara alami sebelumnya. Mungkinkah jalan hidupnya sedikit demi sedikit telah ber

  • Perjalanan Waktu Adara   Terjebak Di Masa Lalu

    Dua minggu berlalu semenjak Adara memutuskan untuk tidak bertemu dengan Sagara. Gadis itu terlalu bingung dengan perubahan keadaan setiap momen yang terekam dalam kenangan, jika dibandingkan dengan keadaan yang kini sedang ia jalani. Sehingga akhirnya ia tak begitu terlalu memikirkan lelaki tak punya perasaan yang menyuruhnya untuk menjauh."Ra, lo di suruh bu Sisi minta tanda tangan Ketos buat tambah syarat pengajuan Eskul seni." Bianca, siswi yang menjabat sebagai bendahara mengatakan amanat dari pembina ekstrakurikuler Kesenian."Harus aku ya?"Bianca menghela napas "Kan lo ketua dikelas kita.""Ya udah deh. Nanti aku ke ruang OSIS."Baru juga dua minggu, takdir seolah membuat dirinya harus bertemu dengan Sagara. Saat bel istirahat berbunyi, Adara dengan terpaksa melangkahkan kakinya menuju ruang OSIS."Adara!" Bram memanggil Adara yang berjalan di depannya."Eh, iya Kak Bram. Gimana?""Jarang-jarang lo kesini, Ra? Udah lama juga sih, biasanya si paling langganan dipanggil ketos."

  • Perjalanan Waktu Adara   Beruntung Versus Terkurung

    Sabtu malam ketika selesai makan malam bersama, Adara memberanikan diri untuk meminta izin mengenai rencana yang ia buat bersama Sagara. Permintaan yang baru pertama kali ia ucapkan kepada kedua orangtuanya. Awalnya sore tadi disaat sedang membantu ibunya memasak di dapur, gadis itu sempat meminta izin terlebih dahulu. Namun Sang Ibu, sebut saja Athiva. Beliau justru menyuruh Adara untuk meminta izin kepada sang Ayah. Beliau meskipun berperan sebagai seorang Ibu tak pernah berani mewujudkan keinginan anaknya sendiri tanpa persetujuan dari Sang suami, Yoshi. Lelaki yang sudah memasuki kepala empat itu memiliki temperamen buruk. Bertanggung jawab dari segi ekonomi, tapi tidak dengan menjaga perasaan orang di sekitarnya terutama anak dan istrinya. Bayangkan bagaimana tersiksa nya batin Athiva sampai untuk meminta izin dengan berbicara secara langsung di hadapan yoshi, ia sampai tidak berani. Dulu saat Adara berusia 5 tahun, keinginan untuk mengajukan gugatan cerai sempat terlintas di pik

  • Perjalanan Waktu Adara   Dua Orang Yang Saling Berkaitan

    Hujan tak hentinya mengguyur dengan deras. Lelaki remaja itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah mengingat waktu yang sudah menjelang sore. Biarlah esok, Sagara bertanya langsung pada gadis yang tidak biasanya mengingkari ucapannya kali ini.Kondisi badan Adara belum sepenuhnya stabil. Namun, pagi ini Yoshi tetap bersikukuh menyuruh putri sematawayangnya untuk tetap berangkat sekolah. Athiva lagi-lagi hanya mampu menghela napas dan mengelus kepala Adara yang tampak terpaksa memasukan suapan nasi ke dalam mulutnya.Sepanjang perjalanan Ayah dan anak itu tetap membisu, tidak ada seorangpun yang berani memulai obrolan setelah perdebatan mereka dua hari lalu. Sikap keras kepala sama-sama mengakar dalam tubuh keduanya. Apalagi di usia Adara yang baru menginjak 16 tahun, ia masih membutuhkan bimbingan dan perlakuan yang lebih lembut terkhusus juga karena ia terlahir sebagai perempuan yang bilamana mendapati perlakuan kasar sedikit saja menjadi gampang sekali menangis. Terlalu perasa

  • Perjalanan Waktu Adara   Rasa Abu-Abu

    Adara melamun begitu lama. Mengulang kembali memori saat-saat bersama dengan Saga dulu, sekaligus mencari penyebab mereka berdua jadi bermusuhan semenjak Adara yang berusia 27 tahun kembali ke masa lalu. "Kak Saga, sebenarnya apa alasan aku kembali ke masa lalu? Apa Tuhan akan memberikan kesempatan kedua bagi percintaan, keluarga maupun impian aku?" Gumam Adara, melemparkan pandangan ke lapangan dimana sekumpulan siswa-siswi sedang melaksanakan ujian olahraga. "Kenapa kak Saga harus pindah sekolah disaat aku membutuhkan semua jawaban atas pertanyaan yang lama kelamaan semakin membuat hatiku bimbang. Kemana lagi aku harus cari kak Saga?" Adara terus menerus mengajukan pertanyaan pada dirinya sendiri. Ia begitu yakin jika Saga adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tanpa akhir itu. Tapi bahkan lelaki itu kini malah pergi tanpa pamit. Bel pulang berbunyi. Adara buru-buru berjalan meninggalkan kelas. Membuat Farah dan Olive saling berpandangan, bingung dengan sikap aneh yang akhir-

  • Perjalanan Waktu Adara   Membalik Keadaan

    "Rell, makasih banyak udah bantuin gue." Lelaki dengan hodie hitam itu adalah Sagara. Entah sejak kapan ia berdiri di sebelah Verrel yang sibuk memperhatikan langkah gadis yang baru saja pergi."Berengsek lo, Ga!" Verrel langsung berdiri memegang hodie Saga di bagian leher. Lelaki itu, walaupun sering gonta-ganti pasangan ternyata mempunyai sisi dimana tidak suka melihat perempuan disakiti. Menurutnya Saga hanya sendang mempermainkan Adara.Sementara lelaki yang dicengkram bagian leher pakaiannya itu hanya memberi senyum yang bagaimanapun jika ditutupi, tetap akan membuat orang mudah tahu kalau senyum itu sepenuhnya adalah palsu. Si ketua OSIS galak dan dingin, nyatanya tak lebih dari seorang lelaki rapuh bila dihadapkan dengan orang yang dicintai."Gue tahu, Ga! Gue tahu kalau lo punya rasa sama Adara. Lo, cowok pengecut tahu nggak?! Kejar, Ga! Kemana Ketos yang punya nyali gede itu?" Melepas cengkraman pada hodie yang dikenakan Saga, lantas menatap tajam lelaki di hadapannya. "Jawab

Bab terbaru

  • Perjalanan Waktu Adara   Hidup

    teks naratif, biasanya dalam bentuk prosa panjang yang mendeskripsikan cerita fiksi berurutanBahasaPantauSuntingNovel adalah salah satu genre karya sastra yang berbentuk prosa. Kisah di dalam novel merupakan hasil karya imajinasi yang membahas tentang permasalahan kehidupan seseorang atau berbagai tokoh. Cerita di dalam novel dimulai dengan munculnya persoalan yang dialami oleh tokoh dan diakhiri dengan penyelesaian masalahnya. Novel memiliki cerita yang lebih rumit dibandingkan dengan cerita pendek. Tokoh dan tempat yang diceritakan di dalam novel sangat beragam dan membahas waktu yang lama dalam penceritaan.[1] Penokohan di dalam novel menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku dalam kisah yang diceritakan. Novel terdiri dari bab dan sub-bab tertentu sesuai dengan kisah ceritanya.Penulis novel disebut novelis atau ceritawan.Genre novel digambarkan memiliki "sejarah yang berkelanjutan dan komprehensif selama sekitar dua ribu tahun".[2] Pandangan ini melihat novel berawal dari Yu

  • Perjalanan Waktu Adara   cahaya

    Angkasa terdiam melihat senyum yang terukir di wajah Devira. “Manis."“Apa, Ka?” Ucap Vira, begitu mendengar gumaman Angkasa.Angkasa kelimpungan mencari alasan yang tepat “I-itu nanti kita beli es cream manis, Lo mau kan?” Sambil menepuk mulutnya dengan sebelah tangan.‘Bodoh lagi, kenapa gue selalu keceplosan sih kalau ngomong di depan nih cewek?’ Batin Angkasa menggerutu atas kesalahannya.Angkasa meneguk ludah susah payah, sedangkan Vira masih terlelap di jok belakang. Dia bingung apakah harus membangunkan tidur Vira yang terlihat sangat damai atau harus menggendong gadis itu sampai kamar.Tanpa sadar Angkasa sedari tadi mengamati wajah Vira yang membuat Adrian menepuk bahu itu cukup keras.“Ngapain?” tanya Adrian setelahnya dengan tatapan penuh intimidasi.Mendengkus, Angkasa buru-buru menutup pintu mobil perlahan, lalu membawa Adrian agar menjauh.Adrian bersidekap dada menantikan kalimat yang akan Angkasa sampaikan. Laki-laki itu menghela napas, lalu berdecak. Melihat Angkasa y

  • Perjalanan Waktu Adara   Angkasa

    “Loh, bukannya dia udah jutek dari orok,” Canda Vano. Namun sama sekali tidak membuat tawa muncul dari Siswa lain, yang ada tatapan tajam lah yang ia dapatkan dari Angkasa. “Nggak deh, bohong, Sa. Bercanda,”Rianty menggelengkan kepala, melihat kelakuan dua sahabat karib itu. Yang satu sering bertingkah konyol dan yang satu nya lagi cuek, dingin kayak kutub es.“Untung sayang.” Eh… cepat cepat Rianty meralat ucapannya. Menengok kanan kiri, takut-takut ada yang mendengar suaranya.Jadwal jam pertama kosong, membuat beberapa murid sibuk dengan keseruannya masing-masing. Ya, walaupun mereka berada di kelas unggulan bukan berarti termasuk murid yang selalu patuh akan peraturan dan disiplin banget, kan? Terbukti dari barisan meja depan yang penghuninya sudah berpindah ke barisan terbelakang. Berkumpul untuk sekedar menonton, bergosip dan menyontek tugas rumah yang belum sempat dikerjakan. Tidak termasuk Angkasa dan teman-temannya, mereka lebih memilih pergi ke Roftoop untuk membahas rencan

  • Perjalanan Waktu Adara   Si Menyebalkan

    Pintu pun terbuka begitu lebar dan menampilkan sosok laki laki yang...Yang tadi itu, kan?Laki laki aneh itu, aku nggak salah lihat?Aku pikir ucapannya tadi hanya bercanda. Sesaat tatapan kami bertemu dan dia langsung memalingkan pandangannya, berjalan ke deretan kursi paling belakang. Berkumpul dengan teman-temannya yang menyoraki dan memanggilnya... RADIT."Hayo!! Ngeliatin siapa, Lo? Sampai segitunya banget,"GLEKKetahuan, deh. Emang paling bisa kalau kepo akutnya Sena kumat."Nghak, kok. Aku nggak lihat siapa-siapa," Balasku mengelak."Masa?" Giliran Renita yang mengajukan pertanyaan menjebak. Sejak awal kita berempat memulai pertemanan, kita sudah membuat sebuah perjanjian untuk tidak menyembunyikan sesuatu hal apapun yang berbau rahasia."Yang itu namanya Raditya Sanjaya, An. Anak pemilik Sekolah ini," Balas Ayudya, menjawab kekepoanku yang terpendam.RADITYA SANJAYA"Kenapa, Lo suka ya?" Ucap Sena, asal."Enggak, kok. sebenarnya tadi tuh, aku telat bareng dia," Ucapku sepela

  • Perjalanan Waktu Adara   Kepingan Ingatan

    Hati itu ibarat kertasTergores tinta hitam kan sulit tuk dihapusTergores tinta putih kan sulit tuk dipahamiTergores berulang-ulang akan berubah abstrakTak bisa dipulihkan kembali...Senang bertatap muka denganmu, sampai bertemu kembali dipertemuan-pertemuan selanjutnya...Hah, apa sih maksudnya?Siapa yang naruh surat ini?Ku arahkan pandangan ke sekeliling. Nihil. Hanya ada kondektur bus dan para penumpang yang beehimpit-himpitan, mengantri ingin segera keluar dari bus. Walaupun pikiranku masih bingung, sebisa mungkin ku paksakan pikiranku agar tetap berfikir positif. Tanpa membuang waktu terlalu lama, akupun segera berjalan keluar dari bus. Turun dari bus, dengan menaiki angkutan umum pasti akan secepatnya sampai di Rumah Nenek. Jelas aku masih hafal alamatnya, karena tahun lalu ketika libur semester, Ibu mengajakku ke sini meski dengan sedikit pemaksaan."Berhenti, Pak!" Ucapku ketika tepat di depan sebuah gerbang Rumah bercat hitam"Disini aja, Neng?" Balas sopir angkot yang a

  • Perjalanan Waktu Adara   Aurora

    Berubah bukan berarti hilang...Karena yang hilang belum tentu selalu terkenang.JUNI 2025Pagi ini kenangan yang ingin segera ku hilangkan, kembali datang dalam bentuk karangan bunga yang seseorang kirimkan melalui seorang kurir.Kenangan yang mulai terkubur dan tertutup rapat, harus terkuak begitu saja. Tanpa tahu akan keadaan hatiku, kini.Usai menandatangani surat tanda terima, langkah kaki kembali memasuki ruang kamar yang menjadi saksi atas kebisuan ku. Perlahan, ku buka kembali kepingan kenangan yang berserakan di laci kejenuhan. Jenuh akan kesedihan yang tiada hentinya mengusikku serta jenuh akan penantian untuk seseorang yang tak kunjung pula memberi kepastian. Seharusnya dia tak perlu memberi harapan semu pada hatiku yang ragu akan hatinya. Setelah kesetiaan yang aku berikan berujung pada kekecewaan, lantas apa semudah ini dia kembali bersama janji yang tak pernah ditepati?Pikiran dan hatiku saling berdebat menyuarakan Argumen atas apa yang harus dan tak harus aku lakukan.

  • Perjalanan Waktu Adara   Cantik Alami

    Perlahan dia menunduk, surut kesenangannya. “Cantik bagaimana pun kalau buta tetap saja tidak ada artinya.”Entah kenapa mendengarnya membuat Simbok tidak enak hati. Namun, SiMbok tetap tersenyum melihat gadis itu. “Gak apa-apa. Cantik yang sebenarnya apa yang ada di dalam diri kamu. Tapi kamu memang cantik. Kamu---”Breaking news di televisi sontak membuat Simbok menggantung bicaranya.‘Kecelakaan di jalan pertigaan Griya Asih menewaskan dua orang sepasang suami-istri, dan satu orang anak mengalami cidera. Polisi masih mengusut penyebab kecelakaan terjadi. Tidak ada saksi mata yang melihat kejadian langsung.’Ara menggenggam tangannya, menahan isak tangis agar tak lolos dari pelupuk mata. Meski Bundanya selalu mengatakan bahwa hal baik atau buruk harus diterima. Namun, tetap saja rasanya menyakitkan. Bagaimana mungkin Bundanya bisa mengatakan itu setelah pergi meninggalkannya.Simbok melihat Vira iba, lalu ia memeluk gadis itu. Memberi kehangatan meski Devira dalam terjaganya merasa

  • Perjalanan Waktu Adara   Mentari Baru

    Adrian terdiam beberapa saat, kesenduan menghias di wajah pias Vira. Sesuatu yang ada di hatinya bergerak. Dia beranjak dari duduk, menghampiri Devira yang tidak melakukan pergerakan setelah kepergian Angkasa.“Vira," Panggil Adrian lembut, sedang Mbok Ratmi yang menuntun jalan gadis itu diminta menjauh oleh Adrian. “Biar saya aja, Mbok.”Mbok Ratmi mengangguk. “Iya, Den.”Adrian mengambil alih tangan Vira. Gadis itu jadi tahu bagaimana cara memperhatikan karakter antara Angkasa dan Adrian. Adrian yang penuh perhatian berlawanan dengan Angkasa.Dan Angkasa bilang dia adalah benalu.‘Siapa yang menginginkan kehidupan seperti ini?’Jantung Devira rasanya ingin melonjak. Sakit, perkataan Angkasa bagai pisau tajam yang menghunus lalu mematikan dirinya seketika. Ah, apa benar dia benalu? Bagaimana bisa seorang benalu bisa tetap tinggal dan bertahan? Dia adalah parasit yang dibasmi.Adrian mengamati, bibir itu bergetar. Namun, dia tahu Vira adalah gadis tegar.Sejenak Adrian mengepalkan tan

  • Perjalanan Waktu Adara   Benalu

    "Ini semua gara-gara Lo, Naufal. Gue nggak akan tinggal diam. kalau aja Lo nggak nantangin balapan konyol itu, semuanya nggak akan kayak gini!" Tangan Angkasa mengepal kuat seiring terdengarnya suara benda-benda berjatuhan di kamar sebelah.Terpaksa ia pun beranjak dari kasur king size nya dan berjalan menuju kamar yang kini ditempati oleh Devira. Di lantai atas ini, hanya dua kamar dan itu hanya kamar Angkasa serta kamar yang Vira tempati sekarang. Kamar Adrian dan Mbok Ratmi terletak di lantai bawah, menyebabkan apapun yang terjadi pada Vira saat ini tidak mereka ketahui sama sekali. Lambat laun pintu kamar terbuka, sesosok gadis sedang meringkuk ketakutan di bawah kasur sambil menahan Isak tangis."Lo nggak apa-apa?" Ucap Angkasa pelan, masih berdiri enggan walau untuk mengusap bahu Devira."Kak Adrian, aku takut kak." Lagi-lagi Angkasa terdiam mematung ketika tanpa diduganya Vira kembali memeluknya.Sebelah tangan Angkasa melepas pelukan Vira. Membuat gadis itu terjatuh tepat di a

DMCA.com Protection Status