Share

Bab 8

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Beri hormat ke pemilik tanah?”

Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”

Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.

Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”

“Dua puluh persen?”

Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”

Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?

Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.

Preman-preman ini bahkan lebih kejam daripada pemerintah.

Melihat reaksi kedua putranya, Hasan langsung memelototi mereka dan menggeleng.

“Kalau mau jualan ikan di Pasar Timur, kalian harus kasih aku keuntungan 20%. Ini adalah aturan yang kubuat. Kalau nggak mau, silakan tinggalkan ikannya dan pergi!” ujar Iwan sambil melambaikan tangannya dengan galak.

Delapan pria yang terlihat seperti berandalan langsung berjalan maju. Ada yang mengepalkan tangan, ada yang memegang tongkat kayu, ada juga yang bermain dengan belati di tangan mereka. Tatapan mereka semua terlihat sangat garang.

Wira mempertimbangkan baik-baik situasinya saat ini.

Kelompok Iwan totalnya ada sembilan orang. Mereka juga mempunyai senjata dan terlihat seperti preman yang sudah sering berkelahi.

Selain Hasan yang merupakan pensiunan tantara, mereka berempat hanyalah petani. Apalagi Wira, dia sama sekali tidak mungkin bisa menang dalam berkelahi.

Iwan juga merupakan penguasa lokal Pasar Timur. Kalau mereka benar-benar berkelahi, dia mungkin bisa mendapatkan bala bantuan.

Namun, Wira juga tidak rela menyerahkan 20% keuntungan penjualannya.

“Kita juga nggak bakal berpangku tangan kok!” Iwan melambaikan tangannya, lalu seorang bawahannya mendekat dengan membawa sebuah timbangan, “Waktu kalian jual ikan, kami bakal bantu timbang beratnya. Jadi kalian nggak perlu terlalu capek.”

“Membantu?” dengus Wira.

Wira tahu maksud Iwan. Mereka akan menimbang ikannya dan menyimpan uang lebih dari pembeli. Pembeli yang merasa tertipu akan melapor ke pengadilan daerah. Kemudian, preman-preman ini akan mengatakan bahwa mereka menerima komisi untuk melakukannya.

“Setuju apa nggak? Aku nggak mau buang-buang waktu sama kalian!”

Begitu Iwan menjentikkan jarinya, delapan orang preman langsung maju.

Danu dan Doddy mengepalkan tinju mereka, tetapi Hasan memelototi mereka dan menggeleng lagi.

Akal sehat Wira menyuruhnya untuk tunduk pada sekelompok preman ini, tetapi mulutnya malah berkata, “Aku nggak takut sama kamu!”

Sony buru-buru membujuk Wira, lalu meminta maaf pada Iwan, “Kak Iwan, jangan marah. Kita semua toh teman. Kami bakal serahkan uangnya. Tapi temanku ini harus bayar utang besar. Bisa nggak kasih potongan harga dulu untuk sementara. Kalau utang temanku ini sudah lunas, kami bakal lunasi kekurangannya.”

“Teman?” Iwan langsung terlihat bersemangat dan menggerakkan jarinya untuk menyuruh Sony mendekat. Saat Sony sudah sampai di hadapannya, Iwan langsung menampar dan menendang Sony hingga terpental. Kemudian, dia memaki, “Dasar anak sialan! Kamu itu siapa? Siapa temanmu? Patahkan sebelah kakinya, lalu usir dia dari Pasar Timur!”

Empat preman langsung maju dan mulai menghajar Sony.

Iwan menatap Wira, lalu berkata sambil tersenyum sinis, “Nak, kamu nggak mau nurut ya?”

Bagi Iwan, orang yang tidak menuruti kata-katanya harus dihajar supaya mereka takut. Jika tidak, akan makin banyak orang di Pasar Timur yang membantahnya.

Wira merasa terancam lagi setelah melihat Sony yang dipukul. Doddy dan Danu juga sangat marah dan ingin bertindak, tetapi Hasan masih melarang mereka meskipun dia sendiri juga sudah kesal.

“Dasar berengsek!”

Wira yang awalnya sudah siap untuk mengalah pun menjadi murka. Dia berbalik dan mengeluarkan sebatang kayu dari gerobak, lalu langsung menghantamkannya ke kepala Iwan. Dia juga menyerang keempat preman yang menghajar Sony sambil berteriak, “Paman Hasan, Danu, Doddy, cepat pergi lapor ke pihak berwajib!”

Wira rela membayar keuntungan 20%, tetapi dia tidak bisa terima Sony dihajar.

Sony sudah menemaninya datang menjual ikan, tetapi malah dipukuli lagi setelah membantunya berbicara. Wira tidak bisa tinggal diam.

Wira memukul keempat orang yang sedang menghajar Sony, lalu menarik Sony dan hendak kabur.

Semua orang di Pasar Timur langsung tercengang setelah melihat kejadian ini!

Tidak ada orang yang menyangka bahwa Wira berani memukul Iwan.

“Ayah!”

“Ayah!”

Danu dan Doddy sudah murka, mereka pun langsung menatap ke arah Hasan lagi dan berteriak pada saat yang bersamaan.

“Haish, lakukanlah!”

Hasan pun terpaksa setuju setelah melihat situasinya.

Danu dan Doddy langsung gembira dan menyerang sekelompok orang itu.

“Ah .... Beraninya kamu memukulku!” Iwan menutup kepalanya sambil berteriak kesakitan, lalu berdiri dengan terhuyung-huyung. Saat melihat tangannya dilumuri darah, dia pun berteriak dengan marah, “Hajar mereka habis-habisan, terutama si Bajingan itu!”

“Beraninya kalian memukul Kak Iwan! Sudah bosan hidup, ya!”

Kedelapan preman yang terlihat garang itu langsung berpencar. Mereka menyerang kelompok Wira dengan tongkat kayu dan belati mereka.

“Sony, cepat pergi!”

Wira mendorong Sony sambil mengayunkan tongkat kayu di tangannya dengan sembarangan.

“Nggak, aku nggak mau pergi!”

Meskipun Sony sudah ketakutan, dia tetap memberanikan diri untuk mengadang di depan Wira.

“Mau kabur? Jangan harap kalian bisa kabur! Patahkan tangan dan kaki mereka!” teriak Iwan dengan kesal.

Jika dia tidak memberi pelajaran pada kelima orang ini, tidak ada orang di Pasar Timur yang akan tunduk padanya lagi.

Begitu kedelapan preman itu mau bertindak, Danu dan Doddy langsung menyerbu mereka.

Danu menarik tangan Wira dan Sony, lalu langsung berlari keluar dari pengepungan para preman.

Kedelapan orang itu pun langsung menyerang Doddy!

“Selama ada aku, Zabran Darmadi, kalian nggak bakal bisa memukul Kak Wira!”

Doddy langsung berjongkok dan menyandung kaki para preman itu hingga jatuh. Begitu berdiri, mereka langsung ditinju Doddy lagi.

Dalam sekejap, mereka semua langsung tersungkur di lantai sambil berteriak kesakitan. Tidak ada seorang pun yang bisa berdiri lagi!

“Dia berlatih bela diri!”

Iwan yang sudah menyaksikan aksi Doddy pun buru-buru kabur.

Namun, sebelum dia sempat kabur jauh, Doddy sudah menendang punggungnya.

Teriakan kesakitan Iwan pun menggema di seluruh Pasar Timur.

Semua pedagang dan penduduk di Pasar Timur langsung tercengang. Mereka memandang Doddy dan mengingat nama ‘Zabran Darmadi’ yang diteriakkannya tadi.

Doddy menyeret Iwan ke hadapan Wira, lalu berkata dengan bangga, “Kak Wira, sudah kubilang kalau aku jago berkelahi!”

Wira membatin, ‘Aku nggak tahu kalau kamu bisa langsung lawan sepuluh orang sendirian! Kalau tahu kamu begitu hebat, buat apa tadi aku bersabar!’

Gubrak!

Setelah melemparkan Iwan ke hadapan Wira, Doddy berkata dengan santai, “Kak Wira, kamu mau gimana hukum orang ini?”

“Aku sudah hantam dia sekali kok!”

Setelah itu, Wira menarik Sony dan berkata, “Sony, tadi dia sudah menampar dan menendangmu. Sekarang, giliranmu balas dendam!”

“Ah, nggak perlu!”

Meskipun Doddy memang kuat, Sony tetap tidak berani memukul preman besar itu.

Setelah mendengar penolakan Sony, Wira berkata dengan serius, “Kita nggak cari masalah, tapi kita juga nggak takut dapat masalah. Kamu harus pukul dia balik supaya kelak dia nggak berani cari masalah sama kamu lagi. Kalau kamu sopan sama dia, dia pasti kira kamu takut sama dia dan bakal menindasmu lagi! Cepat pukul dia! Kalau nggak, jangan ikut aku lagi!”

Para pedagang ikan yang sebelumnya sudah dirugikan pun tergerak hatinya.

“Baik!”

Setelah memikirkan tamparan dan tendangan yang diterimanya tadi, amarah Sony pun melonjak.

Saat dia baru mengangkat tangannya, Iwan malah berkata dengan dingin, “Nak, kamu tahu aku siapa? Aku ini bawahan petugas patroli dari pengadilan daerah. Kalau kamu berani pukul aku, jangan harap kamu bisa keluar dari tempat ini!”

Setelah mendengar ucapan Iwan, amarah Sony langsung sirna. Dia pun menurunkan kembali tangannya.

Namun, Wira berkata dengan serius, “Pukul saja! Aku bakal lindungi kamu!”

Masalahnya sudah menjadi seperti ini. Meskipun Sony tidak memukulnya, Iwan juga tidak akan melepaskan mereka.

Mereka harus membuat Iwan kehilangan wibawanya agar dia tidak bisa bertindak seenaknya lagi di Pasar Timur.

Wira akan memikirkan konsekuensinya lagi nanti.

Setelah melihat tatapan mata Wira yang tegas, Sony pun memberanikan diri untuk menampar dan menendang Iwan. Setelah itu, kemuraman dalam hatinya langsung sirna.

“Ah!” Iwan berteriak kesakitan sambil meringkuk.

Saat melihat Iwan yang diperlakukan seperti itu, ketakutan di dalam mata para pedagang ikan di Pasar Timur pun berubah menjadi amarah.

“Patroli sudah datang!”

Setelah mendengar hal itu, semua orang pun gempar.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Zakir
makin tegang nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2698

    Wira memang berkemampuan! Pantas saja, ada begitu banyak orang yang ingin mengikutinya dan begitu setia padanya. Hal ini tentu berlalu juga untuk Lucy."Tapi, terus bersembunyi juga bukan cara yang tepat. Begini saja, kamu cepat cari Huben. Minta pendapat darinya. Setidaknya, kita harus menstabilkan para rakyat dulu," ujar Wira sambil memijat pelipisnya. Senyumannya berangsur hilang.Tadi, yang bekerumun bukan hanya pria paruh baya, tetapi juga ada anak kecil yang bertubuh lemah. Dia merasa tidak tega melihatnya. Apa pun alasannya, Wira tidak ingin melihat mereka menderita.Lucy mengangguk dan menyahut, "Tenang saja, Tuan. Aku pasti akan mengatasi masalah ini dengan baik. Sekarang kamu mau ke mana?"Mereka baru keluar untuk mengadakan inspeksi, tetapi hasilnya sudah seperti ini. Takutnya, ke mana pun Wira pergi, dia akan dikeremuni para rakyat.Lucy tidak ingin melihat situasi seperti itu lagi. Namun, Raja Kresna sedang berada di kediaman jenderal. Jika mereka pulang, hasilnya akan leb

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2697

    Pria yang menghasut tadi pun maju dan tersenyum dingin. "Kalau kami membiarkanmu pergi begitu saja, bukankah semua ucapanmu tadi akan menjadi janji kosong?""Kamu kira kami bodoh? Pemimpin seperti kalian ini cuma bisa bermain tipu muslihat! Kami nggak mungkin percaya begitu saja! Kamu harus memperlihatkan ketulusanmu!"Banyak orang bersorak untuk menyetujui ucapan pria itu. Meskipun beberapa orang memilih untuk memercayai Wira dan memberi Wira sedikit waktu, orang-orang itu tidak berniat untuk pergi dan ingin menonton keseruan yang ada.Bagaimanapun, mereka mungkin bisa mendapat keuntungan, meskipun hasilnya agak buruk. Namun, ini adalah cara terbaik untuk bertahan hidup.Saat ini, seseorang tiba-tiba menerobos dari kerumunan. Orang itu memegang sebilah belati dan hendak menikam perut Wira!Kecepatannya sangat tinggi! Sebelum orang-orang bereaksi, belati itu sudah menikam perut Wira!Seketika, darah menodai baju Wira. Pemandangan ini membuat semua orang tercengang. Siapa yang berani me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2696

    "Jadi, untuk mengatasi masalah ini hingga ke akarnya, aku butuh sedikit waktu untuk memikirkan strategi yang sempurna." Tirta melambaikan tangannya kepada semua orang.Suara rakyat sangat mengerikan. Para rakyat ini bisa mendukung Wira, juga bisa menjatuhkannya. Kini, jika Wira tidak punya cara untuk mengatasi masalah, para rakyat hanya akan murka.Ketika saat itu tiba, semua usaha Wira akan sia-sia. Ini adalah hasil yang tidak ingin dilihat Wira.Para rakyat berbicara."Tuan Wira, kami juga nggak ingin menyulitkanmu. Tapi, sekarang kami mau makan saja susah. Kami bisa tinggal di mana saja. Nggak masalah kalau nggak punya rumah. Tapi, gimana dengan anak-anak kami?""Sekarang masalah pangan sudah teratasi. Tapi, kita masih nggak punya tempat untuk tinggal. Kami benaran nggak berniat memaksamu. Tapi, kami juga nggak punya pilihan lain karena situasi sudah begini.""Sekarang kami cuma bisa menaruh harapan padamu. Dulu kamu yang memberi kedamaian pada dunia dan membuat kami semua berkemban

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2695

    "Pangeran, aku tahu kamu nggak takut pada apa pun, termasuk Wira juga. Tapi, jangan lupa, dia punya seorang adik yang nggak bisa dikendalikan siapa pun. Bahkan Wira pun sangat memanjakan adiknya ini. Aku baru tahu ternyata dia adalah orang yang dikenal sebagai pria terkuat di dunia. Apa kamu masih ini melawannya?" kata Raja Kresna.Dalam sekejap, Delon langsung duduk diam di samping dan tidak melanjutkan perkataannya lagi. Wajahnya sampai sekarang pun masih sakit, dia tentu saja tidak ingin mencari masalah lagi. Jika dia dihajar lagi, situasinya akan sangat buruk. Bisa dibilang, ini sungguh tidak menguntungkan.Raja Kresna kembali berkata, "Untuk selanjutnya, Pangeran cukup ikuti rencanaku saja. Sekarang kamu kembali ke kamar dan istirahat dengan baik. Kalau nggak ada urusan, kamu bisa jalan-jalan melihat pemandangan di Kota Yonggu ini.""Meskipun tempat ini nggak begitu makmur, pemandangannya nggak akan terlalu buruk karena ini adalah salah satu kota utama juga. Kalau dibandingkan den

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2694

    "Tapi, tenang saja, Pangeran Dahlan pasti baik-baik saja. Wira nggak akan melakukan hal seperti itu. Pangeran Dahlan adalah anak yang paling berharga bagi Ratu. Kalau terjadi sesuatu padanya, Wira juga nggak akan bisa menjelaskannya pada Ratu. Pada saat itu, ini bukan hanya masalah Desa Damaro saja, mungkin akan memicu perang antara dua kerajaan," kata Raja Kresna yang duduk di samping.Raja Kresna sudah terkenal selama bertahun-tahun, dia tentu saja mengerti bagaimana mengamati situasi dengan bijaksana. Dia juga paham betul dengan semua keuntungan di masalah ini.Dia tahu masalah di Desa Damaro hanya sebuah alasan saja, Wira ingin memanfaatkan hal ini untuk menahan dan tidak membebaskan Umar untuk sementara ini. Trik kecil ini bisa menipu orang lain, tetapi tidak bisa menipu matanya yang tajam. Namun, ada beberapa hal yang tidak bisa diungkapkan begitu saja."Sialan! Di mana Wira itu? Bukankah kalian sudah berjanji hari ini akan bertemu dengan orang dari Desa Damaro itu? Kalau nggak a

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2693

    "Raja Kresna, sepertinya kamu nggak akan bisa menemukan tuan kami. Bahkan aku sendiri pun nggak tahu di mana dia berada, bagaimana kami bisa memberitahumu lokasinya?" jawab pengawal itu.Saat Raja Kresna sedang berbicara dengan pengawal itu, terlihat Danu yang masih mengenakan zirah mendekat dari belakang mereka."Jenderal Danu?" panggil Raja Kresna yang menoleh dan langsung menatap Danu.Orang-orang yang mengenal Wira tahu ada dua saudara yang bernama Danu dan Doddy di sisi Wira. Meskipun namanya terdengar agak aneh, mereka sebenarnya berbakat dan merupakan tangan kanan Wira juga. Di seluruh dunia ini, hanya Wira yang boleh memerintah mereka dengan tanpa syarat.Meskipun selalu berada di bangsa Agrel, Raja Kresna juga pernah berhubungan dengan Danu. Oleh karena itu, dia bisa langsung mengenali Danu."Kamu adalah sahabat baik wira dan juga penanggung jawab Provinsi Yonggu. Apa kamu juga nggak tahu di mana Tuan Wira?" tanya Raja Kresna dengan segera.Danu menghela napas dengan tak berda

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2692

    Wira menyilangkan tangannya di depan dada dan berkata, "Selain kamu, nggak ada yang tahu apa yang ada di pikiranku. Aku sudah berjanji pada Raja Kresna, jadi aku tentu saja harus mengatur pertemuannya dengan Nayara.""Meskipun aku sudah mengatur semuanya dengan Nayara, banyak hal yang sulit untuk dijelaskan setelah mereka bertemu. Pada saat itu, aku nggak punya alasan untuk terus menahan Dahlan lagi dan pada akhirnya hanya bisa membiarkan Raja Kresna membawanya pergi. Kalau begitu, semua usaha kita sebelumnya akan sia-sia."Saat ini, Wira sudah yakin Kerajaan Agrel pasti menyimpan beberapa rahasia, tetapi dia masih belum jelas apa rahasianya. Semua ini masih memerlukan waktu untuk menyelidikinya.Namun, selama Dahlan berada di tangannya, Wira merasa dia masih memiliki kartu truf. Dia baru mengetahui sebuah rahasia besar di perjamuan tadi, ternyata Dahlan adalah orang yang sangat penting bagi Senia. Dengan kata lain, kelak Dahlan akan memimpin Kerajaan Agrel. Jika begitu, berarti nyawa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2691

    "Tuan Wira, bagaimana dengan usulku ini?" tanya Raja Kresna yang tidak sabar menunggu karena Wira masih tidak menjawabnya. Bagaimanapun juga, masalah ini harus diselesaikan dan tidak bisa dibiarkan tetap berlarut-larut.Wira mengangkat bahunya dan berkata dengan ekspresi cuek, "Kamu sudah berkata seperti ini dan mengingat hubungan kita juga, aku tentu saja harus menghargaimu. Aku akan menghubungi Nayara agar dia bisa datang menemuimu. Kalau Nayara setuju untuk nggak mempermasalahkan hal ini lagi, masalah di Desa Damaro akan dianggap selesai dan kelak aku nggak akan membahasnya lagi.""Lagi pula, aku masih punya banyak urusan yang harus diselesaikan, nggak punya waktu untuk mencampuri urusan orang lain.""Lebih cepat lebih baik. Bagaimana kalau Tuan Wira memanggil orang yang bernama Nayara itu untuk datang sekarang?" kata Raja Kresna dengan segera, mencoba untuk memanfaatkan situasinya. Asalkan bisa segera menyelesaikan masalah ini, dia baru bisa tenang."Ini sudah larut malam. Lagi pul

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2690

    Apa yang dikatakan Raja Kresna memang benar, situasinya memang seperti itu. Saat ini, keadaannya di Kerajaan Agrela makin mengkhawatirkan. Dahulu, dia memang memiliki kekuatan dan dihormati, tetapi sekarang keadaannya sudah jauh berbeda. Bahkan banyak orang yang sudah meremehkannya, mungkin sebentar lagi dia akan benar-benar kehilangan segala kekuasaannya.Wira melanjutkan, "Nggak bisa dibilang seperti itu juga. Aku percaya dengan kemampuanmu, kamu pasti bisa menjaga dirimu dengan baik di mana pun kamu berada. Meskipun kamu nggak bisa bertahan dia bangsa Agrel lagi, setidaknya kamu bisa datang ke kubuku. Pintuku selalu terbuka untukmu. Aku akan selalu menganggapmu sebagai temanku."Melihat Wira yang sengaja mengalihkan pembicaraan, Raja Kresna juga tidak berpura-pura tidak mengerti lagi dan langsung berkata, "Tuan Wira, sebaiknya kamu langsung jelaskan saja padaku, apa yang harus kulakukan agar bisa membawa Dahlan pergi? Hanya ini satu-satunya permintaanku.""Sebelum datang ke sini, Ra

DMCA.com Protection Status