Share

Bab 8

Author: Arif
“Beri hormat ke pemilik tanah?”

Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”

Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.

Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”

“Dua puluh persen?”

Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”

Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?

Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.

Preman-preman ini bahkan lebih kejam daripada pemerintah.

Melihat reaksi kedua putranya, Hasan langsung memelototi mereka dan menggeleng.

“Kalau mau jualan ikan di Pasar Timur, kalian harus kasih aku keuntungan 20%. Ini adalah aturan yang kubuat. Kalau nggak mau, silakan tinggalkan ikannya dan pergi!” ujar Iwan sambil melambaikan tangannya dengan galak.

Delapan pria yang terlihat seperti berandalan langsung berjalan maju. Ada yang mengepalkan tangan, ada yang memegang tongkat kayu, ada juga yang bermain dengan belati di tangan mereka. Tatapan mereka semua terlihat sangat garang.

Wira mempertimbangkan baik-baik situasinya saat ini.

Kelompok Iwan totalnya ada sembilan orang. Mereka juga mempunyai senjata dan terlihat seperti preman yang sudah sering berkelahi.

Selain Hasan yang merupakan pensiunan tantara, mereka berempat hanyalah petani. Apalagi Wira, dia sama sekali tidak mungkin bisa menang dalam berkelahi.

Iwan juga merupakan penguasa lokal Pasar Timur. Kalau mereka benar-benar berkelahi, dia mungkin bisa mendapatkan bala bantuan.

Namun, Wira juga tidak rela menyerahkan 20% keuntungan penjualannya.

“Kita juga nggak bakal berpangku tangan kok!” Iwan melambaikan tangannya, lalu seorang bawahannya mendekat dengan membawa sebuah timbangan, “Waktu kalian jual ikan, kami bakal bantu timbang beratnya. Jadi kalian nggak perlu terlalu capek.”

“Membantu?” dengus Wira.

Wira tahu maksud Iwan. Mereka akan menimbang ikannya dan menyimpan uang lebih dari pembeli. Pembeli yang merasa tertipu akan melapor ke pengadilan daerah. Kemudian, preman-preman ini akan mengatakan bahwa mereka menerima komisi untuk melakukannya.

“Setuju apa nggak? Aku nggak mau buang-buang waktu sama kalian!”

Begitu Iwan menjentikkan jarinya, delapan orang preman langsung maju.

Danu dan Doddy mengepalkan tinju mereka, tetapi Hasan memelototi mereka dan menggeleng lagi.

Akal sehat Wira menyuruhnya untuk tunduk pada sekelompok preman ini, tetapi mulutnya malah berkata, “Aku nggak takut sama kamu!”

Sony buru-buru membujuk Wira, lalu meminta maaf pada Iwan, “Kak Iwan, jangan marah. Kita semua toh teman. Kami bakal serahkan uangnya. Tapi temanku ini harus bayar utang besar. Bisa nggak kasih potongan harga dulu untuk sementara. Kalau utang temanku ini sudah lunas, kami bakal lunasi kekurangannya.”

“Teman?” Iwan langsung terlihat bersemangat dan menggerakkan jarinya untuk menyuruh Sony mendekat. Saat Sony sudah sampai di hadapannya, Iwan langsung menampar dan menendang Sony hingga terpental. Kemudian, dia memaki, “Dasar anak sialan! Kamu itu siapa? Siapa temanmu? Patahkan sebelah kakinya, lalu usir dia dari Pasar Timur!”

Empat preman langsung maju dan mulai menghajar Sony.

Iwan menatap Wira, lalu berkata sambil tersenyum sinis, “Nak, kamu nggak mau nurut ya?”

Bagi Iwan, orang yang tidak menuruti kata-katanya harus dihajar supaya mereka takut. Jika tidak, akan makin banyak orang di Pasar Timur yang membantahnya.

Wira merasa terancam lagi setelah melihat Sony yang dipukul. Doddy dan Danu juga sangat marah dan ingin bertindak, tetapi Hasan masih melarang mereka meskipun dia sendiri juga sudah kesal.

“Dasar berengsek!”

Wira yang awalnya sudah siap untuk mengalah pun menjadi murka. Dia berbalik dan mengeluarkan sebatang kayu dari gerobak, lalu langsung menghantamkannya ke kepala Iwan. Dia juga menyerang keempat preman yang menghajar Sony sambil berteriak, “Paman Hasan, Danu, Doddy, cepat pergi lapor ke pihak berwajib!”

Wira rela membayar keuntungan 20%, tetapi dia tidak bisa terima Sony dihajar.

Sony sudah menemaninya datang menjual ikan, tetapi malah dipukuli lagi setelah membantunya berbicara. Wira tidak bisa tinggal diam.

Wira memukul keempat orang yang sedang menghajar Sony, lalu menarik Sony dan hendak kabur.

Semua orang di Pasar Timur langsung tercengang setelah melihat kejadian ini!

Tidak ada orang yang menyangka bahwa Wira berani memukul Iwan.

“Ayah!”

“Ayah!”

Danu dan Doddy sudah murka, mereka pun langsung menatap ke arah Hasan lagi dan berteriak pada saat yang bersamaan.

“Haish, lakukanlah!”

Hasan pun terpaksa setuju setelah melihat situasinya.

Danu dan Doddy langsung gembira dan menyerang sekelompok orang itu.

“Ah .... Beraninya kamu memukulku!” Iwan menutup kepalanya sambil berteriak kesakitan, lalu berdiri dengan terhuyung-huyung. Saat melihat tangannya dilumuri darah, dia pun berteriak dengan marah, “Hajar mereka habis-habisan, terutama si Bajingan itu!”

“Beraninya kalian memukul Kak Iwan! Sudah bosan hidup, ya!”

Kedelapan preman yang terlihat garang itu langsung berpencar. Mereka menyerang kelompok Wira dengan tongkat kayu dan belati mereka.

“Sony, cepat pergi!”

Wira mendorong Sony sambil mengayunkan tongkat kayu di tangannya dengan sembarangan.

“Nggak, aku nggak mau pergi!”

Meskipun Sony sudah ketakutan, dia tetap memberanikan diri untuk mengadang di depan Wira.

“Mau kabur? Jangan harap kalian bisa kabur! Patahkan tangan dan kaki mereka!” teriak Iwan dengan kesal.

Jika dia tidak memberi pelajaran pada kelima orang ini, tidak ada orang di Pasar Timur yang akan tunduk padanya lagi.

Begitu kedelapan preman itu mau bertindak, Danu dan Doddy langsung menyerbu mereka.

Danu menarik tangan Wira dan Sony, lalu langsung berlari keluar dari pengepungan para preman.

Kedelapan orang itu pun langsung menyerang Doddy!

“Selama ada aku, Zabran Darmadi, kalian nggak bakal bisa memukul Kak Wira!”

Doddy langsung berjongkok dan menyandung kaki para preman itu hingga jatuh. Begitu berdiri, mereka langsung ditinju Doddy lagi.

Dalam sekejap, mereka semua langsung tersungkur di lantai sambil berteriak kesakitan. Tidak ada seorang pun yang bisa berdiri lagi!

“Dia berlatih bela diri!”

Iwan yang sudah menyaksikan aksi Doddy pun buru-buru kabur.

Namun, sebelum dia sempat kabur jauh, Doddy sudah menendang punggungnya.

Teriakan kesakitan Iwan pun menggema di seluruh Pasar Timur.

Semua pedagang dan penduduk di Pasar Timur langsung tercengang. Mereka memandang Doddy dan mengingat nama ‘Zabran Darmadi’ yang diteriakkannya tadi.

Doddy menyeret Iwan ke hadapan Wira, lalu berkata dengan bangga, “Kak Wira, sudah kubilang kalau aku jago berkelahi!”

Wira membatin, ‘Aku nggak tahu kalau kamu bisa langsung lawan sepuluh orang sendirian! Kalau tahu kamu begitu hebat, buat apa tadi aku bersabar!’

Gubrak!

Setelah melemparkan Iwan ke hadapan Wira, Doddy berkata dengan santai, “Kak Wira, kamu mau gimana hukum orang ini?”

“Aku sudah hantam dia sekali kok!”

Setelah itu, Wira menarik Sony dan berkata, “Sony, tadi dia sudah menampar dan menendangmu. Sekarang, giliranmu balas dendam!”

“Ah, nggak perlu!”

Meskipun Doddy memang kuat, Sony tetap tidak berani memukul preman besar itu.

Setelah mendengar penolakan Sony, Wira berkata dengan serius, “Kita nggak cari masalah, tapi kita juga nggak takut dapat masalah. Kamu harus pukul dia balik supaya kelak dia nggak berani cari masalah sama kamu lagi. Kalau kamu sopan sama dia, dia pasti kira kamu takut sama dia dan bakal menindasmu lagi! Cepat pukul dia! Kalau nggak, jangan ikut aku lagi!”

Para pedagang ikan yang sebelumnya sudah dirugikan pun tergerak hatinya.

“Baik!”

Setelah memikirkan tamparan dan tendangan yang diterimanya tadi, amarah Sony pun melonjak.

Saat dia baru mengangkat tangannya, Iwan malah berkata dengan dingin, “Nak, kamu tahu aku siapa? Aku ini bawahan petugas patroli dari pengadilan daerah. Kalau kamu berani pukul aku, jangan harap kamu bisa keluar dari tempat ini!”

Setelah mendengar ucapan Iwan, amarah Sony langsung sirna. Dia pun menurunkan kembali tangannya.

Namun, Wira berkata dengan serius, “Pukul saja! Aku bakal lindungi kamu!”

Masalahnya sudah menjadi seperti ini. Meskipun Sony tidak memukulnya, Iwan juga tidak akan melepaskan mereka.

Mereka harus membuat Iwan kehilangan wibawanya agar dia tidak bisa bertindak seenaknya lagi di Pasar Timur.

Wira akan memikirkan konsekuensinya lagi nanti.

Setelah melihat tatapan mata Wira yang tegas, Sony pun memberanikan diri untuk menampar dan menendang Iwan. Setelah itu, kemuraman dalam hatinya langsung sirna.

“Ah!” Iwan berteriak kesakitan sambil meringkuk.

Saat melihat Iwan yang diperlakukan seperti itu, ketakutan di dalam mata para pedagang ikan di Pasar Timur pun berubah menjadi amarah.

“Patroli sudah datang!”

Setelah mendengar hal itu, semua orang pun gempar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Zakir
makin tegang nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3251

    Setelah menganggukkan kepala, Arhan dan Nafis langsung mulai membagi pasukan dan berlari ke dua arah.Melihat adegan itu, Joko langsung tercengang. Dia sudah sangat waspada untuk mencegah tipu muslihat dari musuh, tetapi dia tetap tidak menyangka musuh akan membagi pasukan pada saat seperti ini.Joko pun mengernyitkan alis dan berteriak, "Cepat kirim orang keluar. Kali ini kita harus benar-benar menumpas habis mereka. Selain itu, kirim mata-mata untuk menghubungi Jenderal Zaki, bilang sekarang pasukan musuh sudah lewat dan kita gagal menghentikan mereka."Wakil jenderal yang berdiri di samping menganggukkan kepala setelah mendengar perintah itu, lalu segera memimpin pasukan ke depan.Setelah membagi pasukan, Arhan dan Nafis langsung menjalankan rencana yang sudah disusun sebelumnya dan mengejar pasukan kavaleri Zaki.Beberapa saat kemudian, Zaki yang saat ini berada di barisan depan pun terus bersiap menghadapi serangan musuh.Pada saat itu, mata-mata yang mengikuti Zaki dari belakang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3250

    Di dalam tenda sementara, Joko mendengar suara riuh dari luar. Ekspresinya langsung berubah serius. Dengan suara lantang, dia berteriak, "Gawat, ada masalah! Segera susun pertahanan!"Pasukannya segera bergerak dan mengatur pertahanan. Begitu semuanya siap, Joko langsung keluar bersama anak buahnya. Hampir bersamaan dengan itu, anak panah berdesingan di udara menuju ke arah mereka. Namun, ketika dia melihat ke depan, tidak ada tanda-tanda keberadaan musuh.Joko merasakan firasat buruk. Jantungnya berdegup kencang. Dia kembali memerintahkan, "Semua bersiap untuk melawan! Jangan sampai kita kalah dari musuh! Serang balik!"Mendengar perintah itu, pasukannya segera mengangguk, meskipun merasa merepotkan. Namun, beberapa orang mulai panik dan berseru, "Ada yang nggak beres! Ini jebakan!"Sambil mengatur pertahanan, Joko segera mencari wakilnya. Dengan ekspresi serius, dia berkata, "Ada yang aneh. Kamu segera atur pasukan dan tuntaskan masalah ini secepatnya! Kalau kita nggak bisa mengatasi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3249

    Mendengar itu, Wira tersenyum tipis. Dia tentu memahami maksud Adjie. Dengan suara pelan, dia berkata, "Bagus, kalau semuanya sudah dipastikan, kita bisa langsung bertindak. Mulai saja sekarang. Kebetulan urusan kita sudah beres.""Tapi, jangan sampai terlibat pertempuran panjang, cukup ganggu mereka saja. Pastikan Nafis sudah siap."Adjie tersenyum mendengar perintah itu. Menurutnya, jika mereka ingin menyelesaikan masalah ini dengan tuntas, pertama-tama mereka harus memastikan Adjie bisa bergerak dengan leluasa. Karena itu, menurutnya rencana kali ini telah diatur dengan cukup baik.Setelah semua persiapan selesai, Wira tersenyum sendiri di dalam tenda. Apa gunanya musuh mengawasi pergerakannya? Semua itu sia-sia. Dia hanya perlu memastikan segalanya berjalan dengan baik sekarang.Beberapa saat kemudian, Wira terpikir akan sesuatu dan menatap peta di depannya. Dia berpikir sejenak, lalu menyadari sesuatu dan mengangguk pelan.Sesudah mempertimbangkan semua secara matang, dia bergumam

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3248

    Setelah beberapa saat, Wira menatap keduanya sebelum berkata, "Aku mengerti maksud kalian berdua, tapi saat ini hanya ini yang bisa kita lakukan.""Seperti yang dikatakan, semakin besar risikonya, semakin besar juga peluang keberhasilannya. Kalau mereka terpaksa mundur karena tekanan kita, pasukan kavaleri Zaki akan menjadi milik kita. Jadi, menurutku ini adalah solusi terbaik."Mendengar itu, Adjie dan Nafis hanya bisa mengangguk pelan. Meskipun rencana Wira terdengar masuk akal, mereka tetap merasa khawatir. Jika ada kesalahan dalam pelaksanaannya, situasi bisa berbalik menjadi bencana.Melihat ekspresi mereka, Wira tersenyum. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan tenang, "Baiklah, kalian berdua segera laksanakan rencana ini. Serahkan sisanya padaku."Mendengar perintah itu, keduanya memberi hormat, lalu segera pergi untuk menjalankan perintah.Sementara itu, Joko masih mengawasi pergerakan pasukan Wira. Namun, sejak tadi, tidak ada pergerakan mencurigakan dari pihak lawan. Hal i

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3247

    Mendengar pertanyaan Wira, Adjie yang berdiri di samping menyahut, "Tuan, mereka sudah menunggu di luar hampir dua jam. Selain itu, para mata-mata juga melaporkan bahwa yang datang kali ini adalah jenderal lain dari pasukan utara, yaitu Joko. Dia datang bersama Darsa."Datang bersama Darsa? Wira sedikit terkejut mendengar kabar ini. Dari sudut pandangnya, orang ini tampaknya lebih berbahaya dari yang dia bayangkan.Darsa adalah penasihat yang paling dipercaya oleh Bimala. Sebelumnya saat Darsa membawa pasukannya, Wira sudah mendapat laporan sejak awal. Namun, ini pertama kalinya dia mendengar nama Joko.Setelah berpikir sejenak, Wira bertanya, "Apa kalian pernah mendengar nama orang ini sebelumnya?"Adjie dan Nafis saling bertukar pandang, lalu Adjie menjawab, "Tuan, kami nggak tahu. Sepertinya dulu dia bekerja untuk orang lain. Kami memang pernah bertempur dengannya, tapi dalam situasi seperti sekarang, ini pertama kalinya kami melihatnya bergerak."Mendengar ini, Wira mengangguk pela

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3246

    Nafis yang berdiri di samping lantas mengangguk mendengarnya.Setelah urusan di sini selesai, Adjie berjalan masuk. Melihat mereka, Adjie berkata, "Pesan sudah dikirim. Sekarang tinggal menunggu bagaimana mereka merespons.""Tapi, menurutku situasi ini cukup merepotkan. Hanya saja, pasukan utara sudah kita permainkan sampai kebingungan sekarang. Itu hal yang cukup baik."Mendengar ini, Wira tersenyum. Pasukan utara memang sedang dalam posisi lemah, tetapi jumlah mereka tetap banyak. Jika dibiarkan, mereka masih bisa menjadi ancaman.Setelah mempertimbangkan semuanya, Wira berucap, "Sebenarnya, hal yang paling penting sekarang adalah menyelesaikan masalah ini dari akar. Kalau kita bisa menuntaskan ini, sisanya nggak akan menjadi masalah besar."Adjie yang berdiri di samping mengernyit dan berkata, "Tapi, kalau begitu, masa kita hanya akan menunggu? Kita nggak bisa membiarkan mereka terus mengawasi kita."Wira tersenyum tipis. Setelah berpikir sejenak, dia menjawab, "Hehe, tentu saja ngg

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3245

    Di dalam perkemahan, Wira tidak menunggu lama. Nafis berjalan masuk dan berdiri di hadapannya. Setelah memberi hormat, dia bertanya, "Tuan, apa ada sesuatu yang perlu kukerjakan?"Tanpa bertele-tele, Wira langsung menjelaskan, "Ini sebenarnya cukup sederhana. Saat ini, kita telah menemukan celah dalam strategi musuh. Hayam sudah berhasil menahan pasukan utara, tapi untuk mencegah mereka melarikan diri, kamu harus memimpin pasukan dan menyerang mereka dari belakang."Mendengar ini, Nafis tertegun sejenak. Kemudian, dia segera mengangguk dan memberi hormat sebagai tanda setuju.Namun, dia tidak segera pergi. Hal ini membuat Wira agak bingung. "Ada masalah lain?" tanyanya.Nafis akhirnya berkata, "Tuan, saat ini nggak ada masalah. Tapi, di luar sana masih ada pasukan utara yang terus mengawasi kita. Kalau kita keluar begitu saja, mereka pasti akan mencoba menghentikan kita."Wira termangu sejenak dan baru menyadari sesuatu. Dia segera berujar, "Aku mengerti. Pantas saja mereka mengirim be

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3244

    Wakil jenderal itu segera mengangguk, lalu memimpin pasukannya untuk menerjang ke medan tempur. Melihat ini, Zaki mengumpat dan segera memanggil seorang mata-mata.Dengan suara tegas, dia memerintahkan, "Cepat kembali dan laporkan! Katakan bahwa kita telah ditemukan musuh dan sekarang kita butuh bantuan!"Mata-mata itu bergegas mengiakan, lalu langsung berlari pergi. Namun, saat berikutnya, sebuah anak panah melesat dan menembus dadanya, membuatnya terjatuh.Wajah Zaki langsung berubah serius. Tanpa membuang waktu, dia memanggil mata-mata lain dan menyuruhnya segera berangkat untuk menyampaikan pesan.Sementara itu, Hayam yang sedang mengawasi jalannya pertempuran bisa melihat pasukan utara semakin terdesak.Dia tersenyum, lalu berkata dengan suara rendah, "Bagus, segera laporkan kepada Tuan Wira! Kita bisa mulai mengerahkan pasukan untuk mengepung mereka sepenuhnya. Saat ini, mereka sudah dalam kendali kita!"Seorang prajurit segera mengangguk, menangkupkan tangan, lalu keluar untuk m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3243

    Mendengar jawaban itu, Hayam tersenyum. Setelah berpikir sejenak, dia tertawa dan berkata, "Sepertinya ini memang kesempatan yang bagus. Aku nggak nyangka kita bisa bertemu Zaki dalam situasi seperti ini. Tampaknya kita benar-benar bisa meraih pencapaian besar di sini."Mendengar itu, para prajurit di sekeliling ikut tersenyum. Bagi mereka, jika keputusan sudah dibuat, tak ada pilihan lain selain bertarung habis-habisan.Hayam hanya merenung sejenak sebelum akhirnya berkata dengan tegas, "Baiklah, mulai bersiap! Pastikan semua sudah berada dalam posisi. Sembunyi dan tunggu aba-aba dariku!"Semua orang semakin bersemangat. Setelah tahu musuh yang mereka hadapi adalah Zaki, semangat mereka semakin membara.Setelah menunggu beberapa saat, waktu yang dinantikan akhirnya tiba. Beberapa orang sudah tidak sabar. Salah satu dari mereka berkata, "Sebelumnya aku masih nggak nyangka. Tapi, setelah peluang ini datang, kita nggak boleh menyia-nyiakannya."Orang-orang mengangguk setuju. Bagi mereka,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status