Share

Bab 14

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-19 13:40:05
Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.

Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”

“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”

Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.

“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.

Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”

Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.

Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Jika tidak, ayahnya pasti bakal langsung mencambuknya hingga harus diseret pulang dengan gerobak.

“Hoam!” Wira yang tidur di atas gerobak sudah bangun. Saat mengamati sekeliling yang tidak ada orang, dia pun membuka kotak uangnya.

“Paman Hasan, berhenti dulu. Danu, Doddy, Sony, kemari, kalian masing-masing dapat 50 ribu gabak. Paman Hasan dapat 60 ribu gabak, soalnya kerjanya paling capek. Kalian nggak keberatan, ‘kan?”

“Ng ... nggak!” jawab Sony dengan terbata-bata.

Mereka tahu Wira pasti akan membagikan uang kepada mereka. Namun, mereka mengira Wira paling banyak juga hanya akan memberikan 5.000 gabak untuk mereka.

Alhasil ....

“Jangan, itu kebanyakan. Wira, kamu sudah belikan kami begitu banyak barang. Kami sudah puas. Nggak perlu kasih uang lagi!” Hasan menggeleng.

Jika Danu dan Doddy masing-masing mendapatkan 50 ribu gabak dan dirinya mendapat 60 ribu gabak, totalnya sudah 160 ribu gabak.

Baik teknik menangkap ikan, Teknik Busur Ikan maupun cara pembuatan gula putih, itu semua adalah teknik rahasia Wira. Jika dia mencari orang untuk bekerja untuknya, semua orang juga sudah akan berebutan kerja dengan gaji 30 gabak sehari. Jadi, bagaimana bisa mereka menerima begitu banyak uang dari Wira?

“Benar, nggak boleh!” Danu dan Doddy juga menyuarakan pendapat mereka.

Mereka itu kerabat, hanya dengan ditraktir makan dan dibelikan baju sebagai imbalan saja sudah cukup.

Sony juga bersuara, “Wira, aku cuman seorang gelandangan. Biasanya aku selalu kekurangan makanan, juga nggak punya baju ganti. Ke mana-mana juga selalu dipandang rendah sama orang lain. Tapi selama dua hari ini, aku sudah bisa makan enak. Sekarang, kamu juga belikan aku baju. Aku sudah puas kok. Uangnya nggak perlu lagi.”

Bukannya mereka tidak mau menerimanya, tetapi tidak boleh menerimanya. Jika tidak, mereka akan merasa bersalah.

Wira pun berkata sambil tersenyum, “Memangnya 50-60 ribu gabak itu banyak?”

Danu, Doddy dan Sony langsung mengangguk. Namun, Hasan malah merenung.

Setelah melihat reaksi mereka, Wira berkata, “Harga tanah seluas 600-700 meter persegi sudah butuh 5.000 gabak. Budi punya 20 hektar tanah, nilainya paling nggak 1,5 juta gabak. Itu masih belum termasuk bahan pangan dan uang tunai yang dia punya. Kalau mereka begitu kaya, uang ini termasuk apa?”

Keempat orang itu langsung terkejut dan mengangguk setelah mendengar ucapan Wira.

Enam ratus ribu gabak memang terlihat banyak, tetapi sebenarnya masih tidak bisa dibandingkan dengan kekayaan Budi.

“Tapi, asalkan tetap berupaya keras, kita pasti bisa segera melampaui mereka.” Wira berkata dengan senyum usil, “Kelak, kita bahkan bisa dapat 6 juta atau 60 juta gabak.”

“Enam juta atau enam puluh juta gabak?” Sony menggaruk kepalanya sambil termenung.

Sony hanya tahu hitungan sampai ribuan, sedangkan puluh ribuan menandakan sangat banyak. Namun, dia tidak tahu spesifik jumlahnya.

Danu dan Doddy hanya melongo. Sementara Hasan yang selalu bersikap tenang juga terlihat terkejut.

“Aku kasih uang ini untuk kalian, bukan suruh kalian untuk sembarangan foya-foya.”

Wira memasukkan batang perak ke tangan mereka berempat, lalu berkata dengan serius, “Sony, Danu, Doddy, kalian sudah dewasa dan cukup umur untuk menikah. Pakai uang ini untuk bangun rumah, lalu carilah istri yang cantik dan baik. Kalau uangnya nggak cukup, nanti aku kasih lagi. Ingat, harus bangun rumah batu yang punya pekarangan. Nanti aku bantu desain rumahnya. Kalau kalian bangun gubuk jerami, nggak usah ikut aku lagi kelak.”

“Menikah? Bangun rumah batu?” tanya Sony dengan terkejut. Kemudian, dia tiba-tiba menangis dan berlutut, “Wira, nyawaku ini sudah jadi milikmu. Kelak, kamu mau suruh aku bunuh orang juga boleh!”

Sony tidak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa memakan nasi dengan lauk, minum alkohol, pakai baju bagus, bangun rumah batu dan menikah. Namun, impian yang terasa jauh ini sudah tercapai dengan hanya bekerja untuk Wira selama dua hari.

“Kami juga!” seru Danu dan Doddy bersamaan.

Meskipun Hasan tidak berbicara, dia mengangguk ringan sambil menatap uang perak di tangannya.

Biasanya, penduduk desa sudah menikah di usia 13-14 tahun. Danu dan Doddy sudah mencapai usia itu. Mereka juga sudah pernah mencoba mencari pasangan, tetapi tidak ada gadis yang bersedia setelah mendengar keadaan keluarga mereka.

Hasan juga ingin mendapatkan uang untuk membangun beberapa rumah agar kedua putranya bisa menikah.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Hasan sudah punya tambahan tiga orang anak. Kedua putra yang belajar bela diri darinya juga punya nafsu makan yang besar. Mereka sudah kerja keras selama beberapa tahun, tetapi uang yang terkumpul masih 3.000 gabak. Entah kapan mereka baru bisa mengumpulkan cukup banyak uang agar bisa menikah.

Sekarang, kedua putranya sudah bisa langsung menikah dengan 160 ribu gabak ini.

Wira memapah Sony untuk berdiri, lalu berkata, “Buat apa bunuh orang? Pokoknya kita berusaha saja untuk kerja dan hasilkan uang supaya kehidupan kita bisa jadi makin baik.”

Keempat orang itu langsung mengangguk dengan yakin. Mereka sudah merasa cukup senang apabila bisa hidup berkecukupan.

“Danu, Doddy!” Hasan menatap uang perak di tangan mereka dan berkata, “Sini, Ayah bantu kalian simpan uangnya!”

Danu langsung tersenyum dan menyerahkan uang perak itu kepada Ayahnya.

Doddy juga menyerahkan uang perak itu dengan cemberut. “Ayah, panggil aku Zabran dong!”

Hasan mengangkat cambuk di tangannya, lalu Doddy pun buru-buru kabur.

Melihat gerakan Doddy yang gesit, Wira pun bertanya, “Paman Hasan, Doddy bisa menghadapi sekaligus sembilan orang di Pasar Timur. Iwan juga bilang dia itu orang yang berlatih bela diri. Apa kamu yang mengajari mereka?”

Sony juga penasaran.

Hasan sudah pensiun militer selama lima tahun, tetapi tidak pernah menunjukkan kemampuannya. Waktu para warga saling berebut air di musim kemarau, baik Hasan, Danu maupun Doddy juga tidak pernah main tangan meskipun dimaki orang.

“Emm!” Setelah merenung sesaat, Hasan menjawab, “Itu keterampilan bela diri yang diajarkan panglima militer dulu!”

Wira bertanya dengan penasaran, “Kalau gitu, kamu bisa lawan berapa orang sekaligus?”

Hasan menjawab, “Tergantung. Sekarang tubuhku sudah lemah, kalau dengan tangan kosong, aku bisa hadapi 10 orang biasa. Kalau lawanku punya senjata dan aku tangan kosong, sekitar 5-6 orang sudah bisa mengepungku. Kalau yang berlatih bela diri, tiga orang saja sudah bisa menangkapku. Makanya waktu di kota, sebisa mungkin jangan berkelahi. Orang-orang di sana punya senjata, bisa bahaya kalau dikepung!”

“Emm!”

Wira memandang ke langit, lalu berkata, “Ayo jalannya cepat dikit. Kita harus sampai rumah sebelum gelap. Kalau nggak, Budi pasti datang tagih utang. Aku takut dia bertindak sembarangan ke Wulan kalau tahu dia sendirian di rumah.”

...

Buk, buk, buk!

Ada empat orang bawahan Budi yang menendang pintu rumah Wira.

Budi berteriak, “Wira! Buka pintunya! Sudah saatnya kamu bayar utang! Jangan sembunyi lagi! Cepat keluar dan jadilah budakku! Selain itu, suruh istrimu mandi yang bersih. Hari ini, aku mau menidurinya!”

Wulan sudah menggunakan sebatang kayu untuk menahan gerbang rumah mereka.

“Mau jual ikan untuk bayar utang?” Budi tersenyum mengejek, lalu melanjutkan, “Mana mungkin segampang itu bisa mendapatkan 40 ribu gabak! Jangan menipuku lagi! Cepat buka pintu dan bayar utangnya! Kalau nggak, aku dobrak ya!”

Buk, buk, buk!

Keempat bawahan itu mulai mendobrak.
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rio Kan
salam buat pak SUGENG
goodnovel comment avatar
Banyamin Hj Rabiee
Bookmark ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 22

    Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2826

    Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2825

    Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2824

    "Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2823

    "Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2822

    Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2821

    "Baik."Lucy dan lainnya mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke sosok itu. Setelah badai pasir reda, mereka langsung mengambil tindakan dan mengepung sosok itu.Sosok itu masih terlihat bengong. Tidak ada emosi apa pun pada ekspresinya. Jelas sekali, dia tidak punya kesadaran apa pun lagi, bahkan pantas disebut sebagai mesin pembunuh."Kalau Senia berhasil mengembangkan banyak racun itu, mungkin sembilan provinsi akan jatuh dalam kekacauan. Agha sekalipun bukan lawannya. Kalaupun dikeroyok, manusia biasa tetap bukan lawan mereka. Ketika saat itu tiba, akan ada banyak korban jiwa."Wira tak kuasa menghela napas. Harus diakui bahwa metode Senia ini sungguh kejam. Demi merebut kekuasaan dan mengambil alih sembilan provinsi, dia sampai mengorbankan nyawa manusia dan mengembangkan racun seperti ini.Sayangnya, sekalipun Wira telah membuat persiapan dan membulatkan tekadnya untuk membunuh Senia, mereka tetap berhasil kabur. Pasti sulit untuk menangkap Senia ke depannya. Dia harus mencari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2820

    Wira mengangguk. "Hati-hati."Setelah mendapat izin dari Wira, Agha pun tidak berbasa-basi lagi dan langsung melompat ke depan. Dengan tangan menggenggam palu, dia langsung menyerbu ke arah Senia.Angin kencang terus menerpa, membuat mata Agha terasa perih. Ini bukan angin biasa. Ketika pasir mengenai wajah, rasanya akan sangat sakit. Namun, demi membunuh Senia, Agha tidak takut mempertaruhkan nyawanya.Ketika melihat Agha makin dekat dengan Senia dan hendak melancarkan serangan, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dan mengadang di hadapan Agha."Jadi, kamu adik Wira? Kamu Agha yang disebut sebagai orang terkuat di dunia?" tanya Senia sambil terkekeh-kekeh."Kenapa memangnya?" Agha mendengus dan mengalihkan pandangannya kepada pria di depannya.Penampilan pria ini sangat aneh. Dia memakai zirah yang sudah berkarat dan tidak memiliki senjata apa pun. Selain itu, masih ada helm yang menutupi wajahnya sehingga yang terlihat hanya sepasang matanya.Sepasang mata itu tidak menunjukkan emosi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2819

    "Tuan Wira, kamu berhasil mengejar kami." Nada bicara Senia terdengar lembut, tetapi tatapannya dipenuhi niat membunuh.Di situasi seperti ini, mereka hanya bisa bertarung. Meskipun begitu, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada ekspresi Senia.Senia terkekeh-kekeh, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Jadi, kamu berniat membunuhku hari ini?""Memangnya bisa apa lagi? Aku nggak mungkin membiarkanmu meninggalkan tempat ini, 'kan? Doly sudah memberitahuku semuanya. Kalau dia lebih cepat selangkah, kamu nggak mungkin ada di sini sekarang.""Tapi, nggak masalah. Di sini masih wilayahku. Sekalipun kamu punya sayap, bawahanmu nggak bakal bisa membawamu meninggalkan Provinsi Yonggu dengan selamat.""Hehe." Senia menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyahut, "Aku sudah menebaknya sejak awal. Karena dia sudah di sisimu, dia pasti bakal memberitahumu semuanya. Semua cuma masalah waktu.""Hanya saja, aku nggak menyangka dia sama sekali nggak memikirkan hubungan kami sebelumnya. Dia memberi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2818

    Di wilayah terpencil Provinsi Yonggu.Tempat ini baru saja mengalami bencana alam. Situasi di sini sangat kacau dan berantakan. Banyak desa yang hancur. Jika ingin dibangun kembali, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Saat ini, Senia sedang mengendarai kudanya. Orang-orang di belakang mengikuti. Mereka akan meninggalkan Provinsi Yonggu.Sekelompok orang ini sedang berpacu dengan waktu. Jika terlambat selangkah saja, mereka mungkin akan mati di sini. Panji sekalipun tampak terburu-buru."Ibu, Wira benaran bisa membunuh kita? Aku rasa dia nggak bakal berani. Kami berdua memang cuma pangeran, tapi kamu penguasa Kerajaan Agrel.""Kerajaan Agrel punya ratusan ribu pasukan elite. Kalau perang benaran terjadi, kita juga masih bisa menambah pasukan. Mana mungkin Wira membuat keputusan seceroboh ini?" tanya Dahlan dengan bingung dan terengah-engah.Meskipun Dahlan mengendarai kuda, dia kurang ahli dalam hal ini. Selama ini, dia selalu menaiki kereta kuda ke mana-mana. Dia pun merasa sangat

DMCA.com Protection Status