Share

Bab 14

Penulis: Arif
Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.

Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”

“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”

Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.

“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.

Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”

Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.

Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Jika tidak, ayahnya pasti bakal langsung mencambuknya hingga harus diseret pulang dengan gerobak.

“Hoam!” Wira yang tidur di atas gerobak sudah bangun. Saat mengamati sekeliling yang tidak ada orang, dia pun membuka kotak uangnya.

“Paman Hasan, berhenti dulu. Danu, Doddy, Sony, kemari, kalian masing-masing dapat 50 ribu gabak. Paman Hasan dapat 60 ribu gabak, soalnya kerjanya paling capek. Kalian nggak keberatan, ‘kan?”

“Ng ... nggak!” jawab Sony dengan terbata-bata.

Mereka tahu Wira pasti akan membagikan uang kepada mereka. Namun, mereka mengira Wira paling banyak juga hanya akan memberikan 5.000 gabak untuk mereka.

Alhasil ....

“Jangan, itu kebanyakan. Wira, kamu sudah belikan kami begitu banyak barang. Kami sudah puas. Nggak perlu kasih uang lagi!” Hasan menggeleng.

Jika Danu dan Doddy masing-masing mendapatkan 50 ribu gabak dan dirinya mendapat 60 ribu gabak, totalnya sudah 160 ribu gabak.

Baik teknik menangkap ikan, Teknik Busur Ikan maupun cara pembuatan gula putih, itu semua adalah teknik rahasia Wira. Jika dia mencari orang untuk bekerja untuknya, semua orang juga sudah akan berebutan kerja dengan gaji 30 gabak sehari. Jadi, bagaimana bisa mereka menerima begitu banyak uang dari Wira?

“Benar, nggak boleh!” Danu dan Doddy juga menyuarakan pendapat mereka.

Mereka itu kerabat, hanya dengan ditraktir makan dan dibelikan baju sebagai imbalan saja sudah cukup.

Sony juga bersuara, “Wira, aku cuman seorang gelandangan. Biasanya aku selalu kekurangan makanan, juga nggak punya baju ganti. Ke mana-mana juga selalu dipandang rendah sama orang lain. Tapi selama dua hari ini, aku sudah bisa makan enak. Sekarang, kamu juga belikan aku baju. Aku sudah puas kok. Uangnya nggak perlu lagi.”

Bukannya mereka tidak mau menerimanya, tetapi tidak boleh menerimanya. Jika tidak, mereka akan merasa bersalah.

Wira pun berkata sambil tersenyum, “Memangnya 50-60 ribu gabak itu banyak?”

Danu, Doddy dan Sony langsung mengangguk. Namun, Hasan malah merenung.

Setelah melihat reaksi mereka, Wira berkata, “Harga tanah seluas 600-700 meter persegi sudah butuh 5.000 gabak. Budi punya 20 hektar tanah, nilainya paling nggak 1,5 juta gabak. Itu masih belum termasuk bahan pangan dan uang tunai yang dia punya. Kalau mereka begitu kaya, uang ini termasuk apa?”

Keempat orang itu langsung terkejut dan mengangguk setelah mendengar ucapan Wira.

Enam ratus ribu gabak memang terlihat banyak, tetapi sebenarnya masih tidak bisa dibandingkan dengan kekayaan Budi.

“Tapi, asalkan tetap berupaya keras, kita pasti bisa segera melampaui mereka.” Wira berkata dengan senyum usil, “Kelak, kita bahkan bisa dapat 6 juta atau 60 juta gabak.”

“Enam juta atau enam puluh juta gabak?” Sony menggaruk kepalanya sambil termenung.

Sony hanya tahu hitungan sampai ribuan, sedangkan puluh ribuan menandakan sangat banyak. Namun, dia tidak tahu spesifik jumlahnya.

Danu dan Doddy hanya melongo. Sementara Hasan yang selalu bersikap tenang juga terlihat terkejut.

“Aku kasih uang ini untuk kalian, bukan suruh kalian untuk sembarangan foya-foya.”

Wira memasukkan batang perak ke tangan mereka berempat, lalu berkata dengan serius, “Sony, Danu, Doddy, kalian sudah dewasa dan cukup umur untuk menikah. Pakai uang ini untuk bangun rumah, lalu carilah istri yang cantik dan baik. Kalau uangnya nggak cukup, nanti aku kasih lagi. Ingat, harus bangun rumah batu yang punya pekarangan. Nanti aku bantu desain rumahnya. Kalau kalian bangun gubuk jerami, nggak usah ikut aku lagi kelak.”

“Menikah? Bangun rumah batu?” tanya Sony dengan terkejut. Kemudian, dia tiba-tiba menangis dan berlutut, “Wira, nyawaku ini sudah jadi milikmu. Kelak, kamu mau suruh aku bunuh orang juga boleh!”

Sony tidak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa memakan nasi dengan lauk, minum alkohol, pakai baju bagus, bangun rumah batu dan menikah. Namun, impian yang terasa jauh ini sudah tercapai dengan hanya bekerja untuk Wira selama dua hari.

“Kami juga!” seru Danu dan Doddy bersamaan.

Meskipun Hasan tidak berbicara, dia mengangguk ringan sambil menatap uang perak di tangannya.

Biasanya, penduduk desa sudah menikah di usia 13-14 tahun. Danu dan Doddy sudah mencapai usia itu. Mereka juga sudah pernah mencoba mencari pasangan, tetapi tidak ada gadis yang bersedia setelah mendengar keadaan keluarga mereka.

Hasan juga ingin mendapatkan uang untuk membangun beberapa rumah agar kedua putranya bisa menikah.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Hasan sudah punya tambahan tiga orang anak. Kedua putra yang belajar bela diri darinya juga punya nafsu makan yang besar. Mereka sudah kerja keras selama beberapa tahun, tetapi uang yang terkumpul masih 3.000 gabak. Entah kapan mereka baru bisa mengumpulkan cukup banyak uang agar bisa menikah.

Sekarang, kedua putranya sudah bisa langsung menikah dengan 160 ribu gabak ini.

Wira memapah Sony untuk berdiri, lalu berkata, “Buat apa bunuh orang? Pokoknya kita berusaha saja untuk kerja dan hasilkan uang supaya kehidupan kita bisa jadi makin baik.”

Keempat orang itu langsung mengangguk dengan yakin. Mereka sudah merasa cukup senang apabila bisa hidup berkecukupan.

“Danu, Doddy!” Hasan menatap uang perak di tangan mereka dan berkata, “Sini, Ayah bantu kalian simpan uangnya!”

Danu langsung tersenyum dan menyerahkan uang perak itu kepada Ayahnya.

Doddy juga menyerahkan uang perak itu dengan cemberut. “Ayah, panggil aku Zabran dong!”

Hasan mengangkat cambuk di tangannya, lalu Doddy pun buru-buru kabur.

Melihat gerakan Doddy yang gesit, Wira pun bertanya, “Paman Hasan, Doddy bisa menghadapi sekaligus sembilan orang di Pasar Timur. Iwan juga bilang dia itu orang yang berlatih bela diri. Apa kamu yang mengajari mereka?”

Sony juga penasaran.

Hasan sudah pensiun militer selama lima tahun, tetapi tidak pernah menunjukkan kemampuannya. Waktu para warga saling berebut air di musim kemarau, baik Hasan, Danu maupun Doddy juga tidak pernah main tangan meskipun dimaki orang.

“Emm!” Setelah merenung sesaat, Hasan menjawab, “Itu keterampilan bela diri yang diajarkan panglima militer dulu!”

Wira bertanya dengan penasaran, “Kalau gitu, kamu bisa lawan berapa orang sekaligus?”

Hasan menjawab, “Tergantung. Sekarang tubuhku sudah lemah, kalau dengan tangan kosong, aku bisa hadapi 10 orang biasa. Kalau lawanku punya senjata dan aku tangan kosong, sekitar 5-6 orang sudah bisa mengepungku. Kalau yang berlatih bela diri, tiga orang saja sudah bisa menangkapku. Makanya waktu di kota, sebisa mungkin jangan berkelahi. Orang-orang di sana punya senjata, bisa bahaya kalau dikepung!”

“Emm!”

Wira memandang ke langit, lalu berkata, “Ayo jalannya cepat dikit. Kita harus sampai rumah sebelum gelap. Kalau nggak, Budi pasti datang tagih utang. Aku takut dia bertindak sembarangan ke Wulan kalau tahu dia sendirian di rumah.”

...

Buk, buk, buk!

Ada empat orang bawahan Budi yang menendang pintu rumah Wira.

Budi berteriak, “Wira! Buka pintunya! Sudah saatnya kamu bayar utang! Jangan sembunyi lagi! Cepat keluar dan jadilah budakku! Selain itu, suruh istrimu mandi yang bersih. Hari ini, aku mau menidurinya!”

Wulan sudah menggunakan sebatang kayu untuk menahan gerbang rumah mereka.

“Mau jual ikan untuk bayar utang?” Budi tersenyum mengejek, lalu melanjutkan, “Mana mungkin segampang itu bisa mendapatkan 40 ribu gabak! Jangan menipuku lagi! Cepat buka pintu dan bayar utangnya! Kalau nggak, aku dobrak ya!”

Buk, buk, buk!

Keempat bawahan itu mulai mendobrak.
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rio Kan
salam buat pak SUGENG
goodnovel comment avatar
Banyamin Hj Rabiee
Bookmark ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 22

    Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3002

    Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3001

    Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3000

    Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2999

    "Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2998

    Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2997

    "Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2996

    Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2995

    Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2994

    "Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status