Share

Bab 14

Penulis: Arif
Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.

Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”

“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”

Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.

“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.

Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”

Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.

Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Jika tidak, ayahnya pasti bakal langsung mencambuknya hingga harus diseret pulang dengan gerobak.

“Hoam!” Wira yang tidur di atas gerobak sudah bangun. Saat mengamati sekeliling yang tidak ada orang, dia pun membuka kotak uangnya.

“Paman Hasan, berhenti dulu. Danu, Doddy, Sony, kemari, kalian masing-masing dapat 50 ribu gabak. Paman Hasan dapat 60 ribu gabak, soalnya kerjanya paling capek. Kalian nggak keberatan, ‘kan?”

“Ng ... nggak!” jawab Sony dengan terbata-bata.

Mereka tahu Wira pasti akan membagikan uang kepada mereka. Namun, mereka mengira Wira paling banyak juga hanya akan memberikan 5.000 gabak untuk mereka.

Alhasil ....

“Jangan, itu kebanyakan. Wira, kamu sudah belikan kami begitu banyak barang. Kami sudah puas. Nggak perlu kasih uang lagi!” Hasan menggeleng.

Jika Danu dan Doddy masing-masing mendapatkan 50 ribu gabak dan dirinya mendapat 60 ribu gabak, totalnya sudah 160 ribu gabak.

Baik teknik menangkap ikan, Teknik Busur Ikan maupun cara pembuatan gula putih, itu semua adalah teknik rahasia Wira. Jika dia mencari orang untuk bekerja untuknya, semua orang juga sudah akan berebutan kerja dengan gaji 30 gabak sehari. Jadi, bagaimana bisa mereka menerima begitu banyak uang dari Wira?

“Benar, nggak boleh!” Danu dan Doddy juga menyuarakan pendapat mereka.

Mereka itu kerabat, hanya dengan ditraktir makan dan dibelikan baju sebagai imbalan saja sudah cukup.

Sony juga bersuara, “Wira, aku cuman seorang gelandangan. Biasanya aku selalu kekurangan makanan, juga nggak punya baju ganti. Ke mana-mana juga selalu dipandang rendah sama orang lain. Tapi selama dua hari ini, aku sudah bisa makan enak. Sekarang, kamu juga belikan aku baju. Aku sudah puas kok. Uangnya nggak perlu lagi.”

Bukannya mereka tidak mau menerimanya, tetapi tidak boleh menerimanya. Jika tidak, mereka akan merasa bersalah.

Wira pun berkata sambil tersenyum, “Memangnya 50-60 ribu gabak itu banyak?”

Danu, Doddy dan Sony langsung mengangguk. Namun, Hasan malah merenung.

Setelah melihat reaksi mereka, Wira berkata, “Harga tanah seluas 600-700 meter persegi sudah butuh 5.000 gabak. Budi punya 20 hektar tanah, nilainya paling nggak 1,5 juta gabak. Itu masih belum termasuk bahan pangan dan uang tunai yang dia punya. Kalau mereka begitu kaya, uang ini termasuk apa?”

Keempat orang itu langsung terkejut dan mengangguk setelah mendengar ucapan Wira.

Enam ratus ribu gabak memang terlihat banyak, tetapi sebenarnya masih tidak bisa dibandingkan dengan kekayaan Budi.

“Tapi, asalkan tetap berupaya keras, kita pasti bisa segera melampaui mereka.” Wira berkata dengan senyum usil, “Kelak, kita bahkan bisa dapat 6 juta atau 60 juta gabak.”

“Enam juta atau enam puluh juta gabak?” Sony menggaruk kepalanya sambil termenung.

Sony hanya tahu hitungan sampai ribuan, sedangkan puluh ribuan menandakan sangat banyak. Namun, dia tidak tahu spesifik jumlahnya.

Danu dan Doddy hanya melongo. Sementara Hasan yang selalu bersikap tenang juga terlihat terkejut.

“Aku kasih uang ini untuk kalian, bukan suruh kalian untuk sembarangan foya-foya.”

Wira memasukkan batang perak ke tangan mereka berempat, lalu berkata dengan serius, “Sony, Danu, Doddy, kalian sudah dewasa dan cukup umur untuk menikah. Pakai uang ini untuk bangun rumah, lalu carilah istri yang cantik dan baik. Kalau uangnya nggak cukup, nanti aku kasih lagi. Ingat, harus bangun rumah batu yang punya pekarangan. Nanti aku bantu desain rumahnya. Kalau kalian bangun gubuk jerami, nggak usah ikut aku lagi kelak.”

“Menikah? Bangun rumah batu?” tanya Sony dengan terkejut. Kemudian, dia tiba-tiba menangis dan berlutut, “Wira, nyawaku ini sudah jadi milikmu. Kelak, kamu mau suruh aku bunuh orang juga boleh!”

Sony tidak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa memakan nasi dengan lauk, minum alkohol, pakai baju bagus, bangun rumah batu dan menikah. Namun, impian yang terasa jauh ini sudah tercapai dengan hanya bekerja untuk Wira selama dua hari.

“Kami juga!” seru Danu dan Doddy bersamaan.

Meskipun Hasan tidak berbicara, dia mengangguk ringan sambil menatap uang perak di tangannya.

Biasanya, penduduk desa sudah menikah di usia 13-14 tahun. Danu dan Doddy sudah mencapai usia itu. Mereka juga sudah pernah mencoba mencari pasangan, tetapi tidak ada gadis yang bersedia setelah mendengar keadaan keluarga mereka.

Hasan juga ingin mendapatkan uang untuk membangun beberapa rumah agar kedua putranya bisa menikah.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Hasan sudah punya tambahan tiga orang anak. Kedua putra yang belajar bela diri darinya juga punya nafsu makan yang besar. Mereka sudah kerja keras selama beberapa tahun, tetapi uang yang terkumpul masih 3.000 gabak. Entah kapan mereka baru bisa mengumpulkan cukup banyak uang agar bisa menikah.

Sekarang, kedua putranya sudah bisa langsung menikah dengan 160 ribu gabak ini.

Wira memapah Sony untuk berdiri, lalu berkata, “Buat apa bunuh orang? Pokoknya kita berusaha saja untuk kerja dan hasilkan uang supaya kehidupan kita bisa jadi makin baik.”

Keempat orang itu langsung mengangguk dengan yakin. Mereka sudah merasa cukup senang apabila bisa hidup berkecukupan.

“Danu, Doddy!” Hasan menatap uang perak di tangan mereka dan berkata, “Sini, Ayah bantu kalian simpan uangnya!”

Danu langsung tersenyum dan menyerahkan uang perak itu kepada Ayahnya.

Doddy juga menyerahkan uang perak itu dengan cemberut. “Ayah, panggil aku Zabran dong!”

Hasan mengangkat cambuk di tangannya, lalu Doddy pun buru-buru kabur.

Melihat gerakan Doddy yang gesit, Wira pun bertanya, “Paman Hasan, Doddy bisa menghadapi sekaligus sembilan orang di Pasar Timur. Iwan juga bilang dia itu orang yang berlatih bela diri. Apa kamu yang mengajari mereka?”

Sony juga penasaran.

Hasan sudah pensiun militer selama lima tahun, tetapi tidak pernah menunjukkan kemampuannya. Waktu para warga saling berebut air di musim kemarau, baik Hasan, Danu maupun Doddy juga tidak pernah main tangan meskipun dimaki orang.

“Emm!” Setelah merenung sesaat, Hasan menjawab, “Itu keterampilan bela diri yang diajarkan panglima militer dulu!”

Wira bertanya dengan penasaran, “Kalau gitu, kamu bisa lawan berapa orang sekaligus?”

Hasan menjawab, “Tergantung. Sekarang tubuhku sudah lemah, kalau dengan tangan kosong, aku bisa hadapi 10 orang biasa. Kalau lawanku punya senjata dan aku tangan kosong, sekitar 5-6 orang sudah bisa mengepungku. Kalau yang berlatih bela diri, tiga orang saja sudah bisa menangkapku. Makanya waktu di kota, sebisa mungkin jangan berkelahi. Orang-orang di sana punya senjata, bisa bahaya kalau dikepung!”

“Emm!”

Wira memandang ke langit, lalu berkata, “Ayo jalannya cepat dikit. Kita harus sampai rumah sebelum gelap. Kalau nggak, Budi pasti datang tagih utang. Aku takut dia bertindak sembarangan ke Wulan kalau tahu dia sendirian di rumah.”

...

Buk, buk, buk!

Ada empat orang bawahan Budi yang menendang pintu rumah Wira.

Budi berteriak, “Wira! Buka pintunya! Sudah saatnya kamu bayar utang! Jangan sembunyi lagi! Cepat keluar dan jadilah budakku! Selain itu, suruh istrimu mandi yang bersih. Hari ini, aku mau menidurinya!”

Wulan sudah menggunakan sebatang kayu untuk menahan gerbang rumah mereka.

“Mau jual ikan untuk bayar utang?” Budi tersenyum mengejek, lalu melanjutkan, “Mana mungkin segampang itu bisa mendapatkan 40 ribu gabak! Jangan menipuku lagi! Cepat buka pintu dan bayar utangnya! Kalau nggak, aku dobrak ya!”

Buk, buk, buk!

Keempat bawahan itu mulai mendobrak.
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rio Kan
salam buat pak SUGENG
goodnovel comment avatar
Banyamin Hj Rabiee
Bookmark ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 22

    Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3144

    Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka benar-benar tidak tahu masalah apa yang dimaksud Enji.Pada saat itu, Guntur yang duduk di bawah berkata, "Bos, langsung katakan saja."Melihat Guntur berkata seperti itu, Enji tersenyum. Dia menunjuk ke arah Adjie dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, mulai sekarang Adjie ini akan menjadi wakil pertama kita. Jadi, kalau kelak kalian bertemu dengannya, jangan lupa memberi hormat."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang duduk di bawah langsung mulai berdiskusi. Mereka benar-benar tidak menyangka Adjie akan menjadi wakil pertama.Namun, dua anak buah yang sebelumnya membawa Adjie ke sini, saling memandang dengan ekspresi gembira. Menurut mereka, kesempatan mereka akhirnya datang juga. Saat ini, mereka berada di posisi terbawah di Desa Riwut ini. Oleh karena itu, mereka merasa sangat senang karena merasa mulai sekarang kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.Pada saat itu, salah seorang di antara kerumunan tiba-t

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3143

    Adjie langsung tertawa dan berkata, "Haha. Kalau kamu begitu suka posisi wakil kedua ini, kamu saja yang ambil. Tapi, aku jelas nggak akan menerimanya."Enji hanya tersenyum melihat pemandangan itu, terlihat jelas dia merasa Adjie adalah sosok yang menarik. Pada saat itu juga, dia maju dan berkata sambil tersenyum, "Saudara, begini saja. Kamu yang jadi wakil pertama, biar dia yang jadi wakil kedua saja. Bagaimana?"Wakil pertama itu hendak membantah saat melihat posisinya tiba-tiba turun menjadi wakil kedua, tetapi Enji langsung membentak, "Tutup mulutmu!"Ekspresi wakil pertama itu langsung berubah dan menjadi diam saat dimarahi kepala itu.Adjie langsung tersenyum dan berkata, "Kamu serius?"Enji menganggukkan kepala dan berkata, "Aku ini bos di sini, mana mungkin bermain-main dengan ucapanku."Adjie langsung menoleh ke arah wakil pertama itu dan mendengus. "Kalau Bos sudah berkata begitu, aku akan mengikuti perintahnya. Bocah, kamu sudah mengerti, 'kan?"Ekspresi wakil pertama itu l

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3142

    Pada saat itu, wakil pertama pun tersenyum dan berkata, "Nggak disangka, ternyata anak ini bukan orang biasa."Ekspresi wakil kedua langsung berubah saat mendengar perkataan itu, lalu bangkit dengan marah dan menerjang ke arah Adjie.Meskipun gerakan wakil kedua itu cepat, ternyata Adjie lebih cepat lagi. Dalam sekejap, dia sudah berada tepat di depan wakil kedua. Dia langsung mencengkeram leher wakil kedua dan memutarnya dengan kekuatan penuh.Saat mendengar suara patah tulang yang nyaring, ekspresi wakil pertama dan Enji langsung berubah. Mereka benar-benar tidak menyangka pemuda yang baru datang ini begitu ganas.Kedua anak buah yang berdiri di bawah langsung bengong. Mereka juga tidak menyangka pemuda ini begitu masuk langsung membunuh wakil kedua. Setelah tersadar kembali, mereka langsung berlutut dan memohon ampun, "Bos, kami pantas mati. Kami nggak tahu kemampuan orang ini begitu hebat."Ekspresi wakil pertama menjadi sangat muram, lalu langsung menunjuk kedua orang itu dan bert

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3141

    Melihat pria yang duduk di tengah itu, Adjie tertegun sejenak. Kedua pria yang duduk di sebelah kiri dan kanan juga terlihat sangat garang, sepertinya kedudukan mereka tinggi.Pria yang mengajak Adjie masuk segera maju dan berkata, "Ini adalah Bos Enji kami. Yang di sebelah ini adalah wakil pertama dan ini wakil kedua."Setelah memperkenalkan ketiga pria di bawah patung, pria itu menoleh pada Enji dan berkata, "Bos, aku menemukan orang ini di luar. Dia mengaku dia adalah pengungsi yang melarikan diri dari utara, jadi aku langsung membawanya menghadapmu."Mendengar perkataan itu, Enji tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, "Pengungsi? Mendekatlah, biar aku lihat dulu."Adjie menganggukkan kepala dan melangkah maju. Saat melihat wajah Enji dengan jelas, dia sempat terkejut. Ternyata Enji memiliki bekas luka yang panjang dari kening sampai ke sudut mata. Dilihat dari bekas luka yang mengerikan ini, jelas bos ini adalah orang yang sangat garang.Meskipun awalnya sempat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3140

    Adjie menyipitkan matanya saat melihat nyala obor itu, lalu melangkah maju. "Siapa kalian?"Salah satu pria itu tiba-tiba mencabut goloknya dan meletakkannya di leher Adjie, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Kamu sedang bercanda ya? Pengungsi? Mana mungkin seorang pengungsi bisa berlari sampai ke sini. Kamu pikir aku bodoh ya? Semua pengungsi berada di selatan."Ternyata situasinya memang seperti dugaan Adjie. Dia langsung tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Siapa yang bilang semua pengungsi ada di selatan? Dasar bodoh!"Melihat Adjie masih berani membantahnya, ekspresi pria itu menjadi panik dan langsung mengayunkan goloknya.Namun, Adjie langsung menghindari serangan itu dan merebut golok dari tangan pria itu, lalu langsung mengarahkannya ke leher pria itu. "Hehe. Maaf, ternyata kemampuanmu hanya begitu saja. Kalau bukan karena aku sudah membunuh seseorang dan dikejar orang-orang itu, aku juga nggak sudi datang ke tempat ini."Mendengar perkataan itu, pria lainnya di samping y

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3139

    Adjie tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu, lalu tersenyum dan berkata, "Hehe. Tuan, ini nggak perlu. Kalau aku membawa orang lain, justru akan lebih merepotkan. Lagi pula, kalau hanya aku sendirian saja, aku bisa bergerak dengan lebih fleksibel."Wira pun menganggukkan kepala. Setelah selesai mengatur semuanya, dia menepuk bahu Adjie dan berkata, "Baiklah, sekarang kamu pergi bersiap-siap dulu. Nanti baru temui aku lagi.""Baik," jawab Adjie, lalu segera keluar.Setelah Adjie pergi, Wira menatap peta di depannya dan menghela napas. Ini mungkin bisa berhasil jika semuanya berjalan sesuai rencananya, tetapi dia masih ragu apakah Adjie bisa merebut Desa Riwut ini. Meskipun dia tidak begitu paham dengan situasi di sana, kabarnya para perampok di sana sangat kejam. Dia juga tidak yakin apakah para perampok itu berani menghadapi pasukan utara.Saat Wira masih tenggelam dalam pemikirannya, waktu sudah berlalu sekitar setengah jam. Saat tirai tenda kembali terbuka, dia langsung terk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3138

    Mendengar hal itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah semuanya sudah diputuskan, langkah selanjutnya akan lebih mudah. Namun, sekarang mereka tetap harus menyusun rencananya secara menyeluruh sebelum menjalankannya.Pada saat itu, Adjie yang masih menatap lokasi Desa Riwut pun berkata, "Sebelumnya aku nggak memperhatikan tempat ini. Tapi, setelah melihatnya lagi, tempat ini memang cukup strategis."Keduanya pun menganggukkan kepala karena lokasi Desa Riwut ini menang strategis. Jika mereka bisa menguasai tempat ini, berarti mereka sudah menguasai jalur utama musuh. Selain itu, jika musuh ingin menguasai kota-kota di sekitar, musuh mereka juga harus melewati Desa Riwut ini terlebih dahulu.Setelah berpikir sejenak, Adjie memberi hormat dan berkata, "Kalau ini perintah Tuan, aku akan mengikutinya. Tapi, kapan aku harus berangkat?"Wira langsung menjawab, "Malam ini adalah waktu terbaik dan menguntungkan kalian juga. Tapi, sebelum pergi, kamu harus mengubah identitasmu dulu."Adjie yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3137

    Setelah berpikir sejenak, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau begitu, aku rasa boleh mencobanya. Tempat ini punya celah yang begitu besar, jadi ini benar-benar peluang yang bagus."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa strategi ini cukup bagus karena Pulau Hulu ini memiliki tiga celah yang terbuka. Jika bisa menguasai celah ini, mereka bisa menjebak musuh di dalamnya. Meskipun pasukan utara bisa memiliki kemampuan untuk bergerak cepat, mereka tetap akan kesulitan untuk melarikan diri.Setelah mengamati jalur di sekitar Pulau Hulu, Wira menggerakkan jarinya ke atas peta dan berkata sambil menunjuk pada sebuah lokasi di bagian selatan Pulau Hulu, "Kamu lihat tempat ini."Adjie tertegun sejenak. Setelah melihat lokasi yang ditunjukkan Wira, dia berkata dengan pelan, "Tempat ini adalah Desa Riwut, markas besar sekelompok perampok besar. Tapi, apa hubungannya tempat ini dengan pasukan utara?"Wira tersenyum. Desa Riwut ini memang tidak memiliki hubungan dengan pasukan utara. Namun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3136

    Setelah memikirkannya, Wira berkata dengan pelan, "Soal urusan ini, nggak ada yang perlu dikatakan lagi. Kali ini kalian sudah menyelesaikan tugas dengan sangat baik, kamu ingin hadiah apa?"Mendengar pertanyaan itu, Latif segera berkata, "Semuanya terserah Tuan saja."Setelah berpikir, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, aku akan mengangkatmu sebagai letnan jenderal dari ketiga tim pasukan itu. Mulai sekarang, kamu akan selalu berada di sisiku. Bagaimana?"Begitu mendengar perkataan itu, Adjie merasa sangat gembira. Dia tahu masa depannya lebih prospektif jika mengikuti Wira daripada memimpin pasukan di medan perang. Lagi pula, jika saat ini mereka bisa menangani situasi ini dengan baik, pasti akan mendapatkan pencapaian yang besar. Menurutnya, berada di sisi Wira adalah pilihan terbaik.Tanpa ragu, Adjie langsung memberi hormat dan berkata, "Terima kasih, Tuan."Wira langsung tersenyum dan berkata, "Hehe. Baiklah. Kalau begitu, sekarang kamu bisa langsung membuktikan dirimu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status