Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan
Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan
Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita
Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs
Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya
Sony buru-buru berkata, "Tahu. Aku tahu jelas tentang ini!" Sejak usianya yang ke-13 hingga 19 tahun, dia sudah familier dengan siapa pun pencuri, perampok, dan siapa pun yang dikabarkan sebagai pembunuh di sekitar kota-kota terdekat.Dulu, ada pencuri yang membawanya masuk ke geng, tetapi Sony tidak cukup berani sehingga tidak jadi bergabung.Wira yang mendengar detailnya pun bertanya, "Apakah ada geng yang beranggotakan tiga orang? Mereka bisa bela diri dan menggunakan pisau!""Ada!"Sony memikirkannya sejenak, lalu berujar, "Di Dusun Gabrata yang jauhnya sekitar tujuh kilometer dari sini, ada Gavin beserta dua saudaranya. Mereka bisa melompati tembok yang setinggi manusia dalam sekejap dan aku pernah melihatnya sekali. Ayah mereka merupakan pasukan yang turun ke medan perang dan mewariskan ke mereka teknik pedang pembunuh milik pasukan. Teknik itu adalah milik orang-orang kejam dari Dusun Gabrata."Wira pun mengangguk.Ada kemungkinan bahwa ketiga bersaudara ini pencuri yang dipuku
Akan ada orang yang melanggar perjanjian kerahasiaan, lalu meninggalkan tim untuk mencari ikan sendiri dan menjualnya.Namun, karakter seseorang dapat terlihat dengan cara ini.Orang yang memiliki pemikiran dangkal akan melupakan moralitas demi keuntungan pribadi. Jadi, mereka akan pergi menangkap ikan demi mendapatkan keuntungan sendiri. Sementara itu, orang yang memiliki karakter baik akan menepati janji dan mengajak yang lain untuk menghasilkan uang bersama-sama.Hanya saja, setelah menerima keuntungan dari ini, mereka berlima tidak akan menganggap serius metode rahasia menangkap ikan lagi.Setelah menyelesaikan sarapan dengan tergesa-gesa, Wira berganti pakaian dengan jubah sutra, lalu membawa Sony yang mengenakan pakaian satin, serta Danu dan Doddy yang membawa tongkat jujube panjang ke kediaman Jamadi yang 10 kilometer jauhnya.Tempat tinggal Jamadi di Desa Pimola adalah rumah berbata yang memiliki delapan kamar dan ada dua patung singa menghiasi kedua sisi gerbangnya. Di pedesaa
Sony, Danu, dan Doddy langsung tercengang.Mereka tak menduga Wira akan begitu berani mengintimidasi Jamadi.Hakim daerah ini punya pasukan pemanah dan pasukan militer. Selain itu, Jamadi adalah pejabat pemerintah di pedesaan yang bahkan lebih menakutkan dari kepala desa.Jamadi yang mendengar ini langsung murung. Ada kemarahan yang mencuat di hatinya, tetapi dia bisa menahannya. Dia pun berkata dengan dingin, "Itu tergantung seberapa tulusnya kamu!"Perlu diketahui, hakim daerah dan kepala desa berkomplot demi memeras uang masyarakat. Namun, uang yang didapatkan ini masih harus diserahkan ke atasan mereka. Jadi, mereka hanya bisa menikmati sedikit keuntungannya. Jika Wira bisa memberinya manfaat yang menarik, sekedar menyapa Budi bukankah apa-apa.Wira pun mengeluarkan 2.000 gabak sembari berkata, "Ambil ini dan traktir pengikutmu untuk makan-makan."Mata pengikut Jamadi langsung berubah menjadi hijau. Mereka tidak menyangka orang ini akan langsung mengeluarkan 2.000 gabak. Bocah ini
Mendengar perkataan Wira, kavaleri yang berada di barisan belakang merasa sangat bersemangat karena mereka merasa ini adalah kemenangan besar.Melihat Wira berhasil membantai delapan ribu kavaleri musuh hanya dengan dua ribu kavaleri, Adjie, Agha, dan yang lainnya langsung bersorak dengan lantang.Melihat pemandangan itu, ekspresi Joko menjadi sangat muram. Dia sama sekali tidak menyangka delapan ribu kavaleri sudah habis dimusnahkan musuh hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Dia hanya bisa menutup matanya dan berpikir kali ini semuanya benar-benar sudah berakhir. Melihat pasukan di barisan depan sudah kehilangan semangat tempur, dia berteriak, "Mundur!"Joko merasa satu-satunya pilihan mereka sekarang hanya mundur. Jika tetap bertahan, mereka benar-benar akan musnah.Tepat pada saat itu, seorang kavaleri di barisan depan bergegas mendekati Joko. Sebelum kudanya berhenti sepenuhnya, dia langsung melompat turun dan berlutut di depan Joko sambil memberi hormat. "Jenderal, ada surat da
Wakil jenderal itu menganggukkan kepala, lalu segera pergi menyampaikan perintah Wira.Setelah Wira mengatur pasukannya untuk kembali menyerang, wakil jenderal yang sebelumnya pergi menyampaikan perintah pun kembali. Setelah melihat Wira, dia mengernyitkan alis dan berkata dengan nada muram, "Tuan, persediaan panah kita sepertinya sudah hampir habis."Wira bertanya dengan ekspresi datar, "Masih cukup untuk berapa kali serangan lagi?"Pasukannya adalah pemanah dan juga kavaleri, sehingga Wira memilih strategi menyerang dengan cepat dan mundur untuk menghadapi wakil jenderal pasukan utara. Dengan begitu, mereka bisa menembak musuh dengan tepat dan sekaligus memastikan mereka bisa mundur kapan pun saat situasinya berubah.Mendengar pertanyaan itu, wakil jenderal yang membawa laporan itu pun menganggukkan kepala. Setelah terdiam sejenak, dia menatap Wira dan berkata, "Tuan, kita hanya bisa menyerang dua kali lagi dengan sisa panah yang ada."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa
Saat ini, wakil jenderal pasukan utara sedang memimpin pasukannya untuk menyerbu Wira dan pasukannya. Saat melihat pasukan Wira tiba-tiba membentuk formasi pun, dia langsung tercengang. Namun, dia juga menyadari mereka tidak sempat untuk mundur lagi, sehingga dia langsung berteriak, "Maju!"Setelah mendengar perintah itu, para prajurit di belakang wakil jenderal pasukan utara itu juga tercengang. Namun, perintah sudah dikeluarkan, mereka hanya bisa menggertakkan giginya dan tetap menyerang.Melihat pemandangan itu, Wira merasa gembira. Dia diam-diam berpikir pasukan musuh ini begitu bodoh, malah berani menyerang di saat seperti ini. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Serang!"Seiring dengan perintah itu, para pemanah segera menarik panah mereka dan anak panah langsung memelesat ke arah kavaleri dari pasukan utara. Dalam sekejap, banyak kavaleri dari pasukan utara yang roboh.Melihat pemandangan itu, Wira tersenyum dan perlahan-lahan berkata, "Hehe. Bagus!"Wakil jenderal dari pasu
Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, tuan mereka benar-benar sudah mengambil langkah tak terduga. Jika kali ini mereka berhasil mengalahkan musuh, rencana ini boleh dilaksanakan.Setelah memimpin pasukannya menyerbu ke depan, wakil jenderal pasukan utara itu langsung terkejut saat melihat begitu banyak orang di depan. Dia pun mengernyitkan alis karena menyadari ternyata kelompok ini malah sedang menunggu mereka. Dia tahu betul betapa liciknya Wira, sehingga sekarang dia sangat khawatir Wira akan merencanakan tipu muslihat dan menunggunya terjebak.Melihat wakil jenderal dari pasukan utara tidak berani sembarangan maju, Wira yang berada di kejauhan pun tersenyum dan langsung berteriak, "Saudara-saudara, kita maju perlahan-lahan."Begitu mendengar perintah itu, banyak prajurit yang mulai perlahan-lahan maju dan terlihat seperti hanya berjalan dari kejauhan. Namun, mereka sudah tahu ini adalah bagian dari strategi, pasukan lawan hanya terlihat percaya
Saat ini, Adjie masih sedang mempertimbangkan berbagai hal lainnya karena pertempuran mereka melawan Joko dan pasukannya sudah terlalu lama. Jika dibiarkan terus seperti ini, dia khawatir akan terjadi sesuatu dan ini juga bukan solusi yang baik.Tepat pada saat itu, mata-mata yang selalu mengikuti Adjie pun berlari mendekat dan berkata dengan pelan, "Jenderal, Tuan juga sudah memimpin pasukan keluar."Adjie langsung terkejut saat mendengar laporan itu, lalu menatap mata-mata itu dan bertanya sambil mengernyitkan alis, "Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Bukankah sebelumnya kita sudah meninggalkan dua ribu pasukan untuk melindungi Tuan? Kenapa masih membiarkan Tuan turun ke medan perang lagi?"Pada saat yang bersamaan, Agha yang sedang bekerja sama dengan Adjie untuk menyerang kavaleri dari pasukan utara juga mengernyitkan alis saat menerima berita tentang Wira memimpin pasukan.Untungnya, Wira sudah mengirim mata-mata ke Adjie dan Agha terlebih dahulu, sehingga kedua orang itu bisa bek
Setelah memutuskan untuk meminta bala bantuan, Wira mulai merasa bimbang. Jika hal ini bisa diselesaikan, urusan selanjutnya akan lebih mudah ditangani. Namun, jika sekarang dia langsung mengerahkan pasukan, dia sendiri juga tidak yakin apakah peluang menangnya akan besar. Saat memikirkan itu, dia mengernyitkan alis dan menatap para mata-mata yang berdiri di sekelilingnya.Melihat Wira mendekat, para mata-mata itu langsung menganggukkan kepala untuk memberi hormat.Melihat reaksi mata-mata itu, Wira mengernyitkan alis dan berkata, "Saat ini ada satu hal yang ingin aku tanyakan. Kalau kita menambah pasukan, apa kita bisa menumpas semua pasukan Joko?"Para mata-mata itu langsung tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu.Beberapa saat kemudian, salah satu mata-mata langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, kalau pasukan kita mampu bertahan sampai bala bantuan tiba, kita pasti bisa mengalahkan mereka. Tapi, situasi saat ini sangat nggak menguntungkan bagi kita, jadi kami juga nggak
Setelah wakil jenderal itu pergi, Darsa menatap para wakil jenderal lainnya yang berdiri di sampingnya. Dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau kita langsung mengerahkan pasukan dari utara, butuh waktu berapa lama untuk sampai ke sini?"Setelah memberi hormat dan berpikir sejenak, salah satu dari wakil jenderal itu berkata, "Tuan, kalau sekarang kita mengirim pesan, 50 ribu pasukan itu paling cepat akan tiba malam ini. Kalau dihitung, butuh sekitar dua hingga tiga jam lagi."Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala sambil memperkirakan strategi di dalam pikirannya. Setelah berpikir sejenak, dia perlahan-lahan berkata, "Begini saja. Segera kirimkan pesan pada Jenderal Bimala agar dia mengirimkan 50 ribu pasukan ke sini. Ini adalah kesempatan terbaik untuk menghabisi Wira, jadi kita harus memanfaatkan kesempatan ini."Mendengar perintah itu, wakil jenderal itu langsung memberi hormat dan segera pergi.Setelah mengatur semuanya, Darsa menghela napas. Dia benar-benar tidak
Setelah berpikir cukup lama, Darsa tetap tidak tahu mengapa Wira bisa begitu berani. Namun, saat kembali melihat peta strategi, dia mengernyitkan alis dan berkata, "Sekarang kita hanya perlu memastikan satu hal, apa kalian menemukan pasukan bantuan dari Kerajaan Nuala?"Mata-mata itu terlihat bingung. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan pelan, "Untuk saat ini, kami masih belum menemukannya. Tapi, menurut penyelidikan kami, musuh masih belum meminta bantuan dari Kerajaan Nuala. Jadi, menurut kami, situasinya sepertinya nggak rumit seperti yang kita bayangkan."Darsa menganggukkan kepala, tetapi hatinya masih merasa ragu. Jika tidak ada pasukan bantuan, mengapa Wira bisa begitu berani? Atau mungkin Wira ini hanya pura-pura percaya diri? Setelah memikirkan hal ini, dia menatap wakil jenderal di sampingnya dan bertanya dengan nada muram, "Sekarang kita masih punya berapa pasukan yang tersisa?"Wakil jenderal langsung tertegun. Jumlah pasukan mereka yang tersisa memang masih banyak
Wira langsung tertegun karena dia tidak menyangka sekarang hanya tersisa dua ribu pasukan kavaleri saja. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan nada muram, "Kenapa hanya tersisa begitu sedikit pasukan?"Pengawal yang berdiri di depan pun menghela napas dan berkata dengan pelan, "Tuan, bukannya kami menyia-nyiakan pasukan, tapi medan perangnya terlalu luas. Jenderal Hayam membawa sedikit pasukan, tapi Jenderal Adjie dan Jenderal Agha membawa banyak pasukan karena harus menahan pasukan Joko. Lagi pula, kalau ingin menyelesaikan pertempuran ini, kita juga butuh banyak tentara."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa jumlah pasukan yang disiapkan kali memang terlalu sedikit dan membuat medan perangnya menjadi terlalu luas. Saat memikirkan hal ini, dia mengernyitkan alisnya dan berkata dengan pelan, "Jadi, sampai sekarang pun masih nggak kabar dari yang lainnya?"Melihat mata-mata itu menggelengkan kepala, Wira pun kembali berkata sambil mengernyitkan alisnya, "Kalau begitu,