Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek

Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek

last updateLast Updated : 2023-04-07
By:  Deschya.77Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
76Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Ketika datang seorang wanita istimewa, yang masuk ke dalam kehidupanku secara tiba-tiba. Sebuah kotak yang merubah nasibku secara drastis dan dramatis. Perempuan itu datang, melalui sebuah kotak kusam yang kutemukan secara tidak sengaja. Membuat nyawa menjadi taruhannya.

View More

Chapter 1

Kotak Kusam

"Aku tidak akan menjualnya, paman!"

Suaraku menggema di dalam restoran ini, sebenarnya aku sendiri malu dengan suara keras yang aku keluarkan. Tapi aku sudah tidak sabar dengan perbincangan saat ini. Aku meninggalkan sosok pria paruh baya yang tadi mengobrol denganku. Sudah tidak ada hal lain yang ingin aku bicarakan dengannya lagi.

"Deffa, Aku juga punya hak atas rumah itu! Kamu jangan serakah! Jangan mentang-mentang kamu cucu pertama, jadi merasa berhak atas semuanya!"

Teriakannya menghentikan langkahku, aku pun berbalik untuk kembali menghampirinya.

"Paman tidak malu meminta hak? Selama ini Paman kemana saja saat nenek jatuh sakit? Aku tidak serakah, tapi aku hanya menjalankan wasiat Nenek yang sudah menitipkan rumahnya untukku, jadi Paman tidak punya hak sama sekali atas rumah itu."

"Bagaimana bisa aku tidak memiliki hak? Aku masih anak kandungnya, dan yang pasti aku lebih memiliki hak dari pada kamu!"

Teriakannya yang tidak tahu malu, membuatku semakin geram untuk menanggapinya. Kalau saja dia bukan orang tua, pasti sudah kuhajar karena batas kesabaranku habis. Melihat semua pandangan pengunjung tertuju pada kami, akupun ingin segera menyudahi pembicaraan ini.

"Tolong jangan terlihat lebih menyedihkan dari sekarang Paman. Kalau Paman masih punya hati nurani, tolong terima saja keputusan nenek. Dengan begitu aku akan lebih bermurah hati kepada Paman setelah ini."

Setelah mengatakannya, aku kembali meninggalkan orang itu tanpa mendengarkan dan memperdulikan jawabannya lagi. Aku benar-benar sangat marah dibuatnya. Jika tahu pertemuan ini hanya untuk memancing emosi, aku tidak akan sudi untuk datang.

Bagaimana bisa selama ini dia tidak pernah memperdulikan ibunya sendiri, dan kini setelah ibunya meninggal dia meminta warisan tanpa rasa malu. Orang tadi adalah pamanku, anak kedua dari almarhumah nenek dan adik dari almarhum papa.

Benar, saat ini aku hanya seorang diri. Papa dan mama yang meninggal karena kecelakaan sejak aku kecil, dan Nenek yang merawatku setalahnya, kini akhirnya juga meninggalkanku karena penyakitnya.

Dan saat ini aku sedang kembali diuji dengan kehadiran paman, yang selama ini tidak pernah menengok nenek selama bertahun-tahun. Tapi saat nenek sudah tidak ada, dia datang untuk meminta hak. Aku tidak tahu dia orang yang tebal muka, atau orang yang benar-benar tidak memiliki muka.

Aku kembali ke rumah tempat tinggalku bersama nenek, keadaan saat ini membuatku sangat merindukan beliau. Walaupun orang tuaku memberikan warisan yang begitu besar, tapi aku tumbuh besar bersama nenek. Aku tidak akan sanggup untuk melepaskan rumah ini, apalagi rumah ini penuh dengan semua kenangan kami bersama.

Aku melangkahkan kakiku menuju kamar nenek, dan setelah sampai aku duduk di atas tempat tidurnya. Aku melihat foto kami yang ada di atas nakas samping tempat tidur, aku yang saat itu masih kecil terlihat jelas tertawa bahagia dalam pelukan nenek.

"Nenek sudah tidak sakit lagi kan diatas sana? Pasti Nenek sudah bahagia sekarang tanpa rasa sakit. Entah sampai kapan, tapi aku akan tetap menjaga dan merawat rumah ini Nek. Jadi tetaplah bahagia disana tanpa mengkhawatirkan aku lagi."

Air mata yang sudah aku tahan sejak kepergian nenek, kini tumpah begitu saja tanpa henti. Hatiku benar-benar sakit kehilangan satu-satunya orang, yang selama ini menjadi tempat untukku kembali. Nenek sudah merangkap seperti papa dan mamaku, beliaulah yang merawat dan mendidikku hingga kini.

Aku mengusap air mataku, dan berjalan ke arah rak buku yang selalu nenek rawat dengan rutin. Nenek selalu menyimpan buku-buku lamanya dengan sangat baik, dulu sewaktu aku kecil nenek selalu menceritakan sebuah buku untukku sebelum tidur.

Waktu itu aku pernah bertanya untuk apa buku-buku lama masih disimpannya, dan nenek selalu menjawab dengan jawaban yang sama. Beliau menjawab kalau disetiap buku yang sudah dibaca, akan menjadi suatu kenangan dan bukan hanya untuk pajangan semata.

"Buku-buku itulah yang sebelumnya pernah menghibur kita, setelah selesai dibaca bukan berarti buku itu kehilangan fungsinya bukan? Hanya melihat bahwa kita pernah membaca dan mengingat kembali isinya, itu juga bisa menjadi hiburan kembali untuk diri sendiri."

Begitulah jawaban nenek waktu itu, dan aku yang waktu itu masih belum mengerti, hanya mengangguk-anggukkan kepala. Walaupun sampai sekarang aku belum benar-benar mengerti apa yang dimaksud oleh nenek, tapi aku sedikit paham karena sebuah buku akan tetap menghibur kita jika kita merawatnya bukan.

Aku melihat ada sebuah kotak yang menarik perhatianku, tanganku meraihnya dari rak bagian paling atas. Kotak ini sangat berdebu, mungkin karena setelah nenek sakit bagian atas lemari jarang aku bersihkan. Waktu itu aku sudah mencurahkan semua waktuku untuk nenek, dan hanya pulang untuk membersihkan rumah seadanya.

Untunglah waktu itu aku sudah memiliki perusahaan penerbit sendiri yang cukup sukses, dari bermodal warisan kedua orang tuaku, aku mencoba membuka perusahaan itu dulunya. Jadi ketika nenek sakit aku bisa fokus untuk merawatnya, dan aku sudah tidak perlu memikirkan soal pekerjaan, karena semua sudah aku pasrahkan kepada orang kepercayaanku.

Aku membawa kotak yang aku ambil tadi, dan meletakkannya di atas tempat tidur. Aku mencoba membersihkan bagian yang berdebu, karena tanganku menjadi sangat kotor saat berusaha membukanya. Aku mengusapnya hingga sudah benar-benar bersih, tapi tiba-tiba kotak itu membuka dengan sendirinya dan mengeluarkan cahaya yang sangat terang. Karena terkejut aku tidak sengaja menjatuhkan kotak itu , dan menutupi mataku dari cahaya menyilaukan.

Hingga beberapa saat cahaya itu akhirnya mulai memudar, aku mencoba membuka mataku secara perlahan karena menyesuaikan cahaya yang tadi masuk begitu terang. Dan disaat mataku sudah terbuka sepenuhnya, aku sangat terkejut saat melihat apa yang ada dihadapanku saat ini.

Seorang wanita cantik bak malaikat, dengan pakaian yang dibelit-belit menjadi sebuah jubah yang menjuntai dengan sangat indah. Rambutnya yang hitam panjang sangat berkilau, tapi kilauannya tidak seperti orang pada umumnya dan sedikit menyilaukan mata.

"Siapa kamu? Dimana Miranda? Kenapa kamu yang membuka kotaknya?"

Perempuan yang dihadapanku kini bertanya dengan wajah bingung dan kaget, apakah Miranda yang dimaksudnya adalah nenekku? Jadi dia mengenal nenek, tapi kenapa nenek tidak pernah menceritakan apapun tentang ini kepadaku?

pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk di pikiranku, padahal saat ini aku juga merasa penasaran dan takut disaat bersamaan. Tapi aku mencoba memberanikan diri untuk menjawab pertanyaannya.

"M-Miranda yang kamu maksud apakah nenekku? A-aku Deffa Elvano Padantya, bisa dipanggil Deffa. Aku cucu dari nenek Miranda. K-kamu siapa? Kenapa kamu bisa keluar dari kotak itu?"

Aku menjawabnya dengan sedikit tergagap, bagaimana aku tidak gugup jika melihat ada sesorang yang keluar dari sebuah kotak kusam.

"Jadi kamu cucu yang sering Miranda ceritakan, bagaimana kamu bisa menemukanku? Padahal Miranda sudah berjanji untuk tidak mengungkapkan keberadaanku kepada siapapun."

Aku kembali melihat kearah kotak yang aku jatuhkan tadi, dengan secepat kilat aku kembali mengambilnya dan meletakkannya dengan baik diatas ranjang.

"A-aku tidak sengaja membuka kotak ini karena penasaran, aku mencoba membersihkannya karena kotak ini sangat kotor."

Aku melirik kearahnya takut dia tidak percaya, tapi dia tidak mengatakan apapun. Setelah beberapa saat dia kembali bertanya kepadaku.

"Lalu sekarang Miranda ada dimana? Bilang kepadanya untuk kesini sekarang juga, biar dia yang akan menjelaskannya padamu."

Aku bingung bagaimana harus menjelaskannya, apakah sudah begitu lama dia tidak keluar dari buku hingga tidak tahu kejadian yang menimpa nenek.

"N-nenek sudah meninggal beberapa minggu yang lalu, hampir dua bulan nenek terbaring sakit di rumah sakit hingga akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya."

"Bagaimana Miranda bisa meninggal, sepertinya baru kemarin dia mengeluarkanku dari kotak ini. Kamu jangan coba-coba bohong kepadaku!"

Kata-katanya membuat bulu kudukku berdiri, bagaimana orang secantiknya bisa mengatakan kata-kata dengan begitu menyeramkan. Atau sebenarnya dia bukan orang? apakah dia hantu?

"A-aku mengatakan yang sebenarnya, aku tidak akan pernah berbohong tentang hal seperti itu. Bahkan sampai sekarang aku masih berharap nenek masih disini bersamaku."

Dia memandangku seperti menyelidik, entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Aku yang memandangnya dengan tatapan takjub, karena kecantikan dan keindahan yang terpancar darinya.

"S-s-sebenarnya siapa kamu? Bagaimana kamu bisa mengenal nenek?"

Bersambung...

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Aisya Ukhti
Ceritanya runtut, akhirnya nemu fantasi yang kayak gini..semangat thor
2023-03-06 20:01:37
0
user avatar
Deschya.77
Selamat datang di novel author Novel ini bercerita tentang fantasi 3 dimensi, Bumi, Dimensi Eunoia & Dimensi Ignis. Semoga kalian suka dengan ceritanya Author usahakan untuk update 2-4 bab tiap hari
2023-02-01 12:14:11
2
76 Chapters
Kotak Kusam
"Aku tidak akan menjualnya, paman!"Suaraku menggema di dalam restoran ini, sebenarnya aku sendiri malu dengan suara keras yang aku keluarkan. Tapi aku sudah tidak sabar dengan perbincangan saat ini. Aku meninggalkan sosok pria paruh baya yang tadi mengobrol denganku. Sudah tidak ada hal lain yang ingin aku bicarakan dengannya lagi."Deffa, Aku juga punya hak atas rumah itu! Kamu jangan serakah! Jangan mentang-mentang kamu cucu pertama, jadi merasa berhak atas semuanya!"Teriakannya menghentikan langkahku, aku pun berbalik untuk kembali menghampirinya."Paman tidak malu meminta hak? Selama ini Paman kemana saja saat nenek jatuh sakit? Aku tidak serakah, tapi aku hanya menjalankan wasiat Nenek yang sudah menitipkan rumahnya untukku, jadi Paman tidak punya hak sama sekali atas rumah itu.""Bagaimana bisa aku tidak memiliki hak? Aku masih anak kandungnya, dan yang pasti aku lebih memiliki hak dari pada kamu!"Teriakannya yang tidak tahu malu, membuatku semakin geram untuk menanggapinya. K
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more
Another Dimention
"Aku tidak memiliki nama, tapi Miranda selalu memanggilku Aurora atau Ara."Jawabannya membuatku semakin bingung dengan sosoknya kini, bagaimana seseorang bisa tidak memiliki nama."K-kenapa Nenek memberikanmu nama? D-dan kenapa rambutmu bisa berkilauan seperti itu? A-apa kamu malaikat?"Aku mencoba tetap bertanya, walaupun rasa gugupku sama sekali belum berkurang. Masih banyak yang ingin aku tanyakan, tapi entah kenapa hanya pertanyaan itu yang pada akhirnya aku tanyakan."Entahlah, Kata Miranda waktu itu karena saat pertama kalinya kami bertemu bertepatan matahari akan terbit. Dan dia memberiku nama itu agar lebih mudah memanggil. Aku tidak mengerti kenapa harus memilikinya. Malaikat? Apa maksudmu aku dewa? Kalau benar itu maksudmu, berarti jawabnya tidak. Aku bukan dewa."Masih ada banyak pertanyaan lain dikepalaku saat ini, tapi aku tidak berani untuk menanyakan semuanya. Padahal kalau dilihat dari wajahnya dia masih sangat muda, mungkin seumuran denganku. Tapi kenapa dia memanggi
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more
Kehidupan Ara
"Lalu kamu akan kembali begitu saja? Bagaimana caramu bisa kembali ke tempat asal? Apakah kotak itu nanti akan menyedotmu kembali?"Rasa penasaran menggerogotiku, karena ini pertama kalinya aku mengalami kejadian luar biasa seperti ini. Lubuk hatiku mengatakan kalau aku ingin dia tetap berada disini, walaupun hanya hari ini. Aku tidak ingin kembali meratapi kepergian nenek, dan kehadirannya cukup membuatku melupakan kesedihanku itu."Entahlah. Aku juga masih tidak paham dengan cara kerja kotak itu, selama ini aku hanya tiba-tiba tidur dan terbangun di dimensiku. Aku juga sudah bertanya kepada Miranda dan orang-orang sebelumnya, tapi jawaban mereka semua selalu sama. Mereka mengatakan kalau aku tiba-tiba menghilang begitu saja, dan kotak yang semula terbuka menjadi tertutup dengan sendirinya."Aku seperti mendengar dongeng jika bukan Aurora yang mengatakannya, karena keberadaannya disini saat ini lebih tidak masuk akal dibanding ceritanya barusan. Dan jika benar dengan apa yang dia cer
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more
Persahabatan
Aku sangat terkejut karena saat ini aku hanya melihat ruangan kamar nenek, tanpa ada Ara disana. Aku masih tidak percaya kalau Ara benar-benar sudah pergi, padahal baru saja kami mengobrol dengan santai."Aurora.....! Ara.....! Kamu masih disini kan? Jangan bercanda seperti ini, aku sangat tidak suka."Aku berusaha mencari disetiap sudut rumah, tapi hasilnya tetap nihil. Sepertinya cerita tentang dia yang hilang secara tiba-tiba memang benar. Dan jika dia sudah kembali ke tempat asalnya, itu berarti aku harus menunggu satu minggu lagi untuk dapat kembali bertemu dengannya.Padahal aku masih berharap dia akan menemaniku hingga malam, agar aku tidak sendirian saat ini. Keheningan membuatku kembali teringat tentang nenek, walaupun aku masih sedikit terhibur dengan pertemuanku dengan Ara tadi.'Satu Minggu semoga dapat berlalu dengan cepat.'Aku berkata dalam hati, berharap Ara dapat mendengar apa yang sedang aku pikirkan. Aku berjalan menuju kamar, untuk mengabadikan moment ini dalam sebu
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more
Surprise & Lamaran
"Deffa! Ini pasti perbuatanmu kan?"Aku baru ingat ingin memberikan kejutan untuknya, untunglah respon Bima selalu membuatku senang. Dia gampang terharu dengan hal-hal sepele, padahal kalau sedang di perusahaan dia terlihat sangat tegas dan berwibawa. Saat ini dia terlihat sudah sangat berkaca-kaca, hanya dengan kejutan dariku yang menyewa orang untuk menata ruangan atap ini. Ya walaupun sedikit berlebihan dari bayanganku sebenarnya, karena aku bilang untuk sahabat yang akan melamar pacarnya. Mungkin memang menyesuaikan budget yang aku berikan kepada pihak vendor, sehingga semua tampak sangat istimewa."Ya, memang aku yang memesannya. Aku sudah mengira kamu tidak akan memikirkan untuk menghias tempat ini, atau kamu hanya akan menata seadanya bukan.""Tapi apa ini tidak terlalu berlebihan?""Tidak ada yang berlebihan, ini salah satu hari istimewa bagi sahabatku yang akan melamar pacarnya. Bagaimana bisa aku hanya diam saja dan tidak melakukan apapun, ya walaupun bukan aku sendiri yang
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more
Kepedulian
Aku sudah menduga dengan respon yang akan Eli berikan, karena selama ini dialah yang bersikeras mencarikan dan mengenalkanku kepada perempuan kenalannya. Mungkin dia kasihan kepadaku karena selalu menjadi obat nyamuk, saat kami bertiga sedang berkumpul. Atau mungkin dia geram, melihatku yang tidak pernah tertarik dengan perempuan."Kamu tidak mengenalnya, aku juga baru bertemu dengannya sekali. Aku akan menceritakannya lain kali, tidak sekarang. Jadi kamu harus berhenti mengenalkanku kepada teman-temanmu."Aku menekankan kepada Eli, agar dia berhenti untuk terus menjodohkanku. Sedangkan Bima tidak terlalu ikut campur selama ini, mungkin dia yang sangat paham dengan pikiranku. Jadi dia tidak pernah memaksaku, atau bertanya tentang wanita kepadaku. Itulah mengapa aku mengatakan kalau mereka saling melengkapi, Bima selalu bersikap lembut dan tenang jika dihadapan Eli."Baiklah. Tapi jika kamu terlalu lama mengenalkannya kepada kami, aku akan menjodohkanmu lagi nanti."Eli tampak masih be
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more
Menguji Kesabaran
Sudah seminggu setelah terakhir kali aku bertemu dengan Ara, rencananya sepulang kerja aku ingin kembali membuka buku itu sesuai perjanjianku dengannya. Aku sudah tidak sabar untuk dapat bertemu kembali dengannya, bahkan aku sering memimpikannya dalam tidurku belakangan ini. Terakhir kali, aku memimpikan berjalan di taman yang luas bersama Ara. Dengan pemandangan yang sangat indah, serta cuaca saat itu yang sangat mendukung. Hari ini aku memiliki jadwal yang sangat padat, jadi tidak ada waktu bagiku untuk sarapan tadi pagi. Saat melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 13.45, pantas saja perutku sudah keroncongan sejak tadi. Meeting pagi dengan para penulis, memakan waktu yang cukup lama dari sebelum-sebelumnya. Padahal setelahnya aku juga sudah berusaha, untuk menganalisa setiap dokumen yang ada di meja kerjaku dengan lebih cepat. Namun tetap saja, waktu berjalan dengan sangat cepat.Untunglah Bima yang pengertian, sudah memesankan tempat untuk kami makan siang diluar. Bima cuku
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more
Kesepakatan Terakhir
"Hah, dua ratus juta? Sepertinya Paman mengajak bercanda.""Itu nominal sedikit dibanding harga rumah ibu, Deffa. Memang seharusnya aku layak untuk mendapatkan nominal itu.""Aku sudah bilang, kalau aku tidak akan menjual rumah itu.""Itu terserah kamu akan menjualnya atau tidak, tapi aku tidak akan berhenti untuk memintamu menjualnya, jika kamu kesulitan memberiku sejumlah itu.""Paman benar-benar tidak tahu malu. Seratus juta kalau Paman mau, jika tidak maka aku tidak akan memberikan sama sekali.""Pak!"Bima menginterupsi ucapanku, sepertinya dia keberatan mendengar aku akan membayarnya sebesar itu. Tapi aku langsung mengangguk-anggukkan kepala, tanda tidak ada masalah bagiku. Aku sudah sangat lelah untuk selalu berdebat dengan Paman, yang selalu meributkan untuk menjual rumah peninggalan nenek. Sebenarnya aku bisa saja melaporkan Paman, karena sesuai hukum memang rumah itu sudah menjadi hak ku. Tapi aku tidak tega jika harus melaporkan keluarga sendiri, walau bagaimanapun Paman te
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more
Pertemuan Kembali
Aku sedikit tidak menyangka kalau Bima akan menanyakan hal itu, padahal obrolan kami sedari tadi tidak mengarah kesana. Saat ini aku sangat ingin bercerita kepadanya, tapi aku sudah berjanji kepada Ara untuk tidak menceritakan tentangnya pada siapapun sebelum mendapat izin darinya. Walaupun aku tidak terlalu yakin dia akan mengizinkan, tapi aku akan berusaha meyakinkan Ara agar mempercayai Bima juga nantinya."Rencananya aku akan bertemu dengannya malam ini. Tapi aku belum terlalu yakin dengan semuanya, jadi aku belum bisa bercerita lebih kepadamu."Aku berharap dia tidak terlalu kecewa, karena aku tidak menceritakan semua padanya. Aku tidak ingin ada keretakan dalam pertemanan kami hanya karena hal ini, tapi janji tetaplah janji dan aku tidak mungkin mengingkarinya."Baiklah, tidak masalah Daf. Aku sudah cukup senang mendengar pada akhir ada wanita yang membuatmu tertarik. Aku sudah sangat khawatir, karena kamu selalu hanya tertarik kepadaku."Awalnya aku cukup lega mendengar ucapann
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
Dimensi Eunoia
Cahaya itu masih sangat terang untukku, walaupun aku sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Sebenarnya aku sangat khawatir, kalau cahaya terang tadi bisa terlihat oleh orang dari luar. Tapi selama tidak ada yang mengetok pintu, aku anggap kalau tidak ada orang lain yang melihat cahaya terang itu."Ara. Maaf jika aku menarikmu kesini dengan tiba-tiba.""Tidak masalah Deffa, kita sudah punya perjanjian bukan. Aku juga sudah menunggu, kapan aku akan tertarik ke dimensi ini lagi.""Aku senang kalau kamu juga menantikannya, aku sangat khawatir sejak tadi untuk menggosok kotak itu. Aku takut kamu marah, karena membukanya disaat kamu belum siap.""Aku selalu siap jika aku sudah berjanji. Ngomong-ngomong kenapa ruangannya menjadi lebih luas dari sebelumnya, ini juga terlihat sangat berbeda.""Iya benar, sebelumnya kamu hanya di kamar Nenek, jadi aku pikir kamu akan senang jika aku memperlihatkanmu seisi rumah.""Ya, aku sangat senang Deffa. Aku tidak menyangka kalau luar ruangan akan seperti in
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status