Share

Bab 16

Author: Arif
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.

Apa yang sudah dilakukan Budi?

Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.

“Suamiku!”

Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.

“Jangan takut, aku sudah pulang!”

Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”

“Nggak sakit lagi!”

Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira sambil tersipu.

Wulan merasa sangat malu karena sudah memeluk suaminya dan bertukar kata-kata manis di hadapan semua orang.

Semua orang tidak keberatan akan hal itu. Mereka sedang melihat jubah sutra yang dipakai Wira serta pakaian baru Danu dan Sony.

Di pedesaan, orang-orang memakai pakaian sederhana yang terbuat dari katun. Namun, mereka bertiga malah memakai pakaian mewah dari sutra. Jadi, semua orang pun menatap mereka dengan bingung.

Budi berkata dengan merendahkan, “Bisa-bisanya kamu pakai pakaian bagus dan bermesra-mesraan di hadapanku. Memangnya 40 ribu gabakku sudah terkumpul?!”

Jubah sutra yang dipadu dengan giok dan tas wewangian sudah memakan hampir 10 ribu gabak.

Bahkan Budi yang mempunyai kekayaan sebesar 2 juta gabak juga keberatan membeli pakaian yang begitu bagus.

Hanya orang-orang kaya di ibu kota provinsi yang rela menghabiskan uang untuk penampilan mereka.

Agus hanya menonton seluruh kejadiannya dengan acuh tak acuh. Setelah melihat ketiga orang yang berpakaian mewah itu, dia juga tidak lagi mempersulit warga.

Herman pun maju dan berkata, “Wira, kami semua bisa pinjamkan 20 ribu gabak. Asal kamu punya 20 ribu gabak sisanya, utang ini pasti bisa dibayar lunas!”

Semalam, Hasan sudah berpesan padanya untuk mengumpulkan uang dari orang yang bersedia membantu. Jadi, Wira bisa menggunakannya apabila uang penjualan ikan tidak cukup.

“Makasih atas niat baik semuanya!”

Setelah mengucapkan terima kasih, Wira menatap Budi dan mendengus. “Aku punya uangnya. Gimana dengan surat perjanjian dan taruhan kita?”

“Serahkan uang .... Ah!”

Sebelum Budi sempat menyelesaikan kata-katanya, Wira melemparkan empat batang uang perak ke kaki Budi.

Sebatang uang perak nilainya 10 ribu gabak. Empat batang uang perak sudah cukup untuk membayar utang 40 ribu gabak Wira!

Setelah melihatnya, Wulan pun menangis. ‘Suamiku benar-benar bisa menghasilkan 40 ribu gabak untuk bayar utang!’

Para warga dusun juga menghela napas lega.

Jika ada kerabat mereka yang menjadi budak orang, mereka juga akan ditertawakan orang.

Agus berkata dengan terkejut, “Wira, penjualan ikanmu nggak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak. Keluarga Wulan juga nggak mungkin bersedia pinjamin uang untukmu. Dari mana kamu dapatkan uang ini?”

Wira menjawab dengan dingin, “Apa hubungannya sama kamu?”

Saat di depan pintu tadi, Wira sudah mendengar semuanya. Agus bukan hanya tidak membantu, tetapi malah mempersulit warga.

Agus pun langsung malu setelah mendengar jawaban Wira.

“Ini bukan uang perak, semuanya terbuat dari timah. Ini uang palsu!”

Budi memungut sebatang uang perak, lalu menunjukkannya pada Agus. “Pak Agus, benar, ‘kan?”

“Palsu?” Agus melirik uang perak itu tanpa memegangnya. “Aku jarang pakai uang perak. Jadi, nggak bisa bedain itu asli apa palsu. Pak Budi lihat saja sendiri!”

Uang perak itu sebenarnya asli. Agus sudah tahu rencana Budi, tetapi tidak mau ikut terlibat.

Jika Agus membela Wira, dia akan menyinggung Budi.

Jika Agus membantu Budi memfitnah Wira, para warga dusun akan memakinya apabila hal ini terbongkar.

Setelah mendengar kata-kata Budi, warga dusun juga terkejut.

Di desa, jarang ada transaksi jual-beli. Para warga desa biasanya hanya menggunakan koin perunggu. Jadi, mereka juga tidak pernah melihat uang perak.

Danu dan Sony pun murka.

Apa Budi sudah buta? Dia bahkan tidak bisa membedakan uang perak yang asli dan palsu.

Wulan pun berkata dengan cerdik, “Hei, jangan memfitnah! Kamu tahu jelas uang perak itu asli apa palsu. Kamu cuman mau menipu kami biar bisa merebut semua yang dimiliki Wira! Kami nggak bakal tertipu! Cepat keluarkan surat perjanjian dan surat taruhannya! Kalau nggak, kami bakal tuntut kamu ke pengadilan daerah!”

Para warga dusun pun tersadar.

Pantas saja meskipun sudah mengumpulkan cukup uang, ada banyak orang yang tetap tidak bisa mendapatkan kembali tanah mereka dari rentenir.

Ternyata meskipun seseorang memiliki uang, para rentenir juga tidak mau menerimanya agar dia melanggar perjanjian. Dengan begitu, para rentenir sudah bisa menyita tanahnya.

Danu dan Sony sangat marah hingga ingin turun tangan untuk memukul Budi.

Tidak ada yang tahu demi mengumpulkan 40 ribu gabak ini, mereka sudah bekerja sangat keras dari kemarin hingga hari ini.

Saat mereka sudah mengumpulkan cukup uang untuk membayar utang, Budi malah menggunakan cara licik seperti ini.

“Uang perak ini palsu! Kalau nggak percaya, ayo kita ke pengadilan daerah! Suruh saja pemimpin kabupaten yang menilainya!”

Budi sama sekali tidak takut.

Hari sudah hampir gelap, mereka juga hanya bisa pergi ke pengadilan daerah besok pagi. Dengan begitu, Wira akan termasuk melanggar perjanjian.

“Kamu!” Wulan sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata.

Dalam menghadapi penipu seperti ini, Wira juga hanya bisa menahan amarahnya. “Kalau kamu nggak mau terima uang perak, kamu mau terima apa?”

“Koin perunggu!” Budi berkata dengan percaya diri, “Bayar 40 ribu gabak itu dengan koin perunggu. Aku mau kamu bayar utang hari ini juga! Kalau nggak, kamu termasuk melanggar perjanjian. Rumah, tanah, dan istrimu bakal jadi milikku. Kamu juga harus jadi budakku!”

Setelah mendengar ucapan Budi, Agus pun menggeleng.

Dengan koneksi dan karakter Wira, sudah cukup susah baginya untuk mengumpulkan 40 ribu gabak. Mana mungkin dia bisa mendapatkan 40 ribu gabak koin perunggu dalam sekejap.

Hari sudah mau gelap, Wira juga sudah tidak sempat membawa uang perak itu ke kota kecil untuk ditukarkan dengan koin perunggu.

Orang yang bisa mengeluarkan 40 ribu gabak koin perunggu di dusun ini juga hanya Agus.

Jika Wira memohon padanya, dia juga tidak mungkin setuju karena takut menyinggung Budi.

“Kenapa kamu malah menindas orang!”

Setelah memahami niat jahat Budi, para warga dusun pun marah besar.

“Mau koin perunggu?” Wira berkata dengan kesal, “Doddy, bawa 40 ribu gabak koin perunggu itu kemari.”

Tadi saat melewati kota kecil, Wira sudah menyuruh Hasan untuk menukarkan 100 ribu gabak koin perunggu agar bisa digunakan di dusun.

Setelah mendengar ucapan Wira, para warga dusun pun tercengang.

“Hei, ini 40 ribu gabak koin perunggu. Agak berat, terima yang baik!”

Doddy membawa sekantong koin perunggu ke dalam rumah, lalu menaruhnya ke tangan Budi dengan marah.

Jika tidak dicegah ayahnya, Doddy pasti sudah menghajar Budi. Sebab, Budi benar-benar sudah keterlaluan!

Sebuah koin perunggu beratnya 4 gram, 1.000 buah sudah 4 kilogram. Jadi, berat 40 ribu gabak koin perunggu adalah 160 kilogram.

Gubrak!

Budi pun jatuh tertimpa koin perunggu itu. Dia langsung berteriak, “Bajingan! Kenapa kalian masih melongo! Cepat papah aku berdiri!”

Keempat anak buahnya buru-buru menggeser kantong koin yang menimpa Budi dan memapah Budi untuk berdiri.

Sekantong koin perunggu itu berjumlah tepat 40 ribu gabak!

Agus pun tercengang!

Jika menambahkan 40 ribu gabak uang perak, 40 ribu gabak koin perunggu, dan harga pakaian ketiga orang itu, jumlahnya sudah 100 ribu gabak.

Wulan juga terkejut. ‘Bahkan kalau Kakak bersedia membantu, dia juga nggak bakal meminjamkan uang sebanyak ini. Sebenarnya, dari mana Wira mendapatkan uang sebanyak ini?’

Budi menghitung koin itu berkali-kali hingga langit mulai gelap.

Wira mengaitkan jarinya ke arah Budi sambil berkata, “Keluarkan surat perjanjian dan surat taruhannya!”

Budi masih tidak bersedia mengeluarkannya. “Koin perunggu ini sudah usang, nggak bisa dipakai lagi. Aku nggak mau terima. Kalau kamu mau bayar utang, pakai uang emas.”

Uang emas tidak dimiliki orang biasa. Bahkan Budi sendiri juga tidak mempunyai uang emas.

Kali ini, Wira pasti tidak bisa mengeluarkannya.

Agus juga mengangguk. Jangankan Wira, bahkan Agus yang merupakan orang terkaya di dusun juga tidak mempunyai uang emas.

Budi jelas-jelas sedang mempersulit Wira. Para warga dusun yang menyadari hal ini pun langsung marah.

Kesabaran Doddy juga sudah habis. “Hei! Dikasih uang perak, kamu bilang palsu. Dikasih koin perunggu, kamu bilang sudah usang. Sekarang, kamu malah minta uang emas. Aku mau tahu alasan apa lagi yang bakal kamu lontarkan! Kamu memang sengaja nggak mau kasih Kak Wira bayar utang lantaran mau monopoli propertinya, ‘kan! Berani banget kamu menindas Kak Wira! Aku pasti menghajarmu! Dasar bajingan!”

‘Hajar saja!’ teriak para warga dusun dalam hati.

Budi malah hanya menatap Doddy dengan sinis. “Aku ini pejabat pemerintah yang terdaftar. Kalau kamu berani memukulku, kamu bakal dihukum pemimpin kabupaten!”

“Nggak masalah, aku terima!”

Doddy langsung mengepalkan tangannya dan hendak meninju Budi, tetapi Wira menahannya.

Para warga dusun pun melepaskan tongkat kayu yang mereka pegang.

Meskipun pejabat seperti Budi bukan termasuk pejabat tinggi, dia tetap merupakan orang pemerintah bagi rakyat jelata.

Di Kerajaan Nuala, rakyat jelata yang berani memukul orang pemerintah akan dihukum dengan berat.

Setelah melihat semua orang terkejut, Budi pun berkata dengan sombong, “Pemboros, matahari sudah mau terbenam. Kalau kamu nggak bisa serahkan uang emas padaku, itu artinya kamu sudah melanggar perjanjian.”

Agus menggeleng.

Wira pasti sudah sangat kesulitan untuk mengumpulkan uang perak dan koin perunggu. Mana mungkin dia punya uang emas.

Hari ini, Wira akan sepenuhnya bangkrut dan tidak bisa bangkit lagi.

“Mau mempersulitku dengan uang emas? Jangan mimpi!”

Wira pun melemparkan sesuatu ke lantai dengan santai.

Saat melihat barang di atas lantai, para warga dusun dan Agus langsung membelalak!

“Aku memang mau mempersulitmu. Kalau kamu nggak bisa kasih aku uang emas, tanah dan rumahmu akan menjadi milikku. Termasuk istri cantikmu itu!”

Salah seorang anak buah Budi berkata, “Tu ... Tuan, coba lihat itu!”

“Lihat apa? Kamu kira yang dia lempar itu benar-benar emas?” cibir Budi.

Dia melirik ke lantai, lalu langsung membelalak. Setelah membungkuk untuk melihat jelas, ekspresinya berubah menjadi sangat suram.
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Afida Muinn
agak lain cara pandang penulis
goodnovel comment avatar
Afida Muinn
aku suka semoga sampai tamat bisa buka hanya dengan nonton iklan
goodnovel comment avatar
Bejo Suharsito
apa2an cuma baca aja harus bayar???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 22

    Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 23

    Sony buru-buru berkata, "Tahu. Aku tahu jelas tentang ini!" Sejak usianya yang ke-13 hingga 19 tahun, dia sudah familier dengan siapa pun pencuri, perampok, dan siapa pun yang dikabarkan sebagai pembunuh di sekitar kota-kota terdekat.Dulu, ada pencuri yang membawanya masuk ke geng, tetapi Sony tidak cukup berani sehingga tidak jadi bergabung.Wira yang mendengar detailnya pun bertanya, "Apakah ada geng yang beranggotakan tiga orang? Mereka bisa bela diri dan menggunakan pisau!""Ada!"Sony memikirkannya sejenak, lalu berujar, "Di Dusun Gabrata yang jauhnya sekitar tujuh kilometer dari sini, ada Gavin beserta dua saudaranya. Mereka bisa melompati tembok yang setinggi manusia dalam sekejap dan aku pernah melihatnya sekali. Ayah mereka merupakan pasukan yang turun ke medan perang dan mewariskan ke mereka teknik pedang pembunuh milik pasukan. Teknik itu adalah milik orang-orang kejam dari Dusun Gabrata."Wira pun mengangguk.Ada kemungkinan bahwa ketiga bersaudara ini pencuri yang dipuku

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 24

    Akan ada orang yang melanggar perjanjian kerahasiaan, lalu meninggalkan tim untuk mencari ikan sendiri dan menjualnya.Namun, karakter seseorang dapat terlihat dengan cara ini.Orang yang memiliki pemikiran dangkal akan melupakan moralitas demi keuntungan pribadi. Jadi, mereka akan pergi menangkap ikan demi mendapatkan keuntungan sendiri. Sementara itu, orang yang memiliki karakter baik akan menepati janji dan mengajak yang lain untuk menghasilkan uang bersama-sama.Hanya saja, setelah menerima keuntungan dari ini, mereka berlima tidak akan menganggap serius metode rahasia menangkap ikan lagi.Setelah menyelesaikan sarapan dengan tergesa-gesa, Wira berganti pakaian dengan jubah sutra, lalu membawa Sony yang mengenakan pakaian satin, serta Danu dan Doddy yang membawa tongkat jujube panjang ke kediaman Jamadi yang 10 kilometer jauhnya.Tempat tinggal Jamadi di Desa Pimola adalah rumah berbata yang memiliki delapan kamar dan ada dua patung singa menghiasi kedua sisi gerbangnya. Di pedesaa

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2688

    Delon berpikir jika Senia benar-benar akan turun tangan, tidak mungkin mengutusnya dan Raja Kresna yang datang ke sini. Namun, sekarang dia malah menggali kuburan untuk diri sendiri dan bahkan melompat ke dalamnya. Benar-benar bodoh.Raja Kresna yang duduk di samping juga menggelengkan kepala dan berpikir mengapa ada orang sebodoh ini di dunia. Benar-benar sangat bodoh.Wira menatap Delon dengan tajam. Melihat Delon yang ragu-ragu, dia kembali berkata, "Bagaimana? Apa kamu nggak mau?"Delon secara refleks menganggukkan kepala.Wira tetap menatap Delon yang berada di depannya dan berkata, "Kalau ibumu nggak datang, sepertinya nggak ada yang bisa membelamu lagi. Kamu mungkin belum tahu, tapi adikku ini juga termasuk keluarga bangsawan. Kedudukanku dan ibumu sejajar. Kamu adalah anak ibumu, sedangkan dia adalah adikku. Jadi, kedudukan kalian berdua itu setara.""Begini saja. Kalau kamu merasa nggak adil, kamu boleh melampiaskan amarahmu itu padanya. Nggak peduli bagaimana caramu menghadap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2687

    Saat ini, Wira memang sudah menyiapkan perjamuan di aula utama. Begitu Wira dan Raja Kresna masuk, perjamuan pun dimulai dan mereka mulai minum bersama-sama.Tanpa perlu saling berdiskusi, Wira dan Raja Kresna sudah inisiatif untuk mengabaikan Delon. Lagi pula, Raja Kresna juga cerdas, dia tahu jelas kelakuan Delon pasti sudah membuat Wira kesal. Jika saat ini dia masih membawa Delon di sampingnya, itu sama saja dengan mencari masalah. Lebih baik dia minum bersama Wira, mungkin saja masih ada peluang untuk membalik keadaannya.Raja Kresna tetap ingat dengan tujuannya datang ke sini adalah untuk membawa Dahlan kembali. Jika tidak berhasil, Senia pasti akan mempersulitnya setelah dia kembali ke Kerajaan Agrel nanti. Ditambah lagi, ada guru agung yang terus mengawasinya."Wira, anak buahmu memukulku. Apa yang akan kamu lakukan soal ini?" Tepat saat Wira dan Raja Kresna sedang menikmati minumannya, terlihat Delon yang berlari masuk dengan tergesa-gesa.Saat para pengawal segera masuk dan h

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2686

    Melihat Agha yang tidak sedang bercanda, Delon akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lembut. Selama masih hidup, dia yakin suatu hari nanti dia bisa membalas dendamnya. Jika dia terus membantah Agha, dia khawatir nyawanya akan melayang. Asalkan bisa lolos, suatu hari nanti pasti akan ada cara untuk memberi pelajaran pada Agha dan memulihkan harga dirinya.Melihat Delon sudah tunduk, Lucy baru mendekat dan berkata, "Sudahlah. Kalau dia sudah tahu kesalahannya, nggak perlu mempermasalahkannya lagi. Sebagai tuan rumah, kita harus lebih menjaga sikap."Mendengar perkataan Lucy, Agha baru menarik kembali kakinya dengan enggan dan berteriak, "Cepat pergi!"Delon terus menganggukkan kepala, lalu segera pergi dari sana tanpa menoleh sedikit pun."Kali ini kamu menanganinya dengan baik," kata Lucy sambil tersenyum setelah Delon pergi.Agha menggaruk kepalanya dengan canggung dan berkata, "Kalau nanti Kak Wira tahu tentang hal ini, dia pasti akan menyalahkanku lagi, 'kan?"Meskipun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2685

    "Kamu berani mengancamku?" kata Delon yang menggertakkan gigi dengan marah dan menatap Lucy dengan ganas. Selain ibunya, tidak ada yang berani berbicara seperti itu padanya di seluruh Kerajaan Agrel. Lucy ini juga hanya kaki tangan Wira, tetapi sudah berani meremehkannya.Saat Delon hendak meledak, terdengar suara dengan nada dingin dari belakang."Nona Lucy, siapa ini? Kenapa dia berteriak-teriak di sini? Tadi sepertinya aku dengar dia menyebut nama kakakku," kata Agha.Delon langsung menoleh dan menatap Agha dari atas sampai bawah. Melihat Agha yang mengenakan pakaian kasar, dia pun tertawa dingin. "Aku dengar sembilan provinsi adalah tanah yang makmur, tapi kenapa orang-orang Wira malah berpakaian seperti ini? Kalau kamu nggak muncul di kediaman jenderal, aku akan mengira kamu ini pengemis. Benar-benar memalukan!"Mendengar perkataan itu, ekspresi Agha langsung berubah karena orang ini menghinanya. Tak lama kemudian, dia maju dua langkah dan langsung meninju wajah Delon.Delon meman

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2684

    Saat itu, Senia bahkan bersiap untuk menyerang Dataran Tengah, sehingga semua orang tidak memiliki kesan baik terhadapnya. Namun, dia adalah tamu dan Wira sendiri yang menyambut, mereka juga tidak berkata apa-apa dan hanya bisa melihat situasinya.Di bawah tatapan semua orang, Wira dan yang lainnya segera memasuki kediaman jenderal.Begitu masuk, Delon baru keluar dari kereta. Setelah melirik Wira, dia bertanya dengan ekspresi yang tetap angkuh, "Di mana adikku?"Meskipun mendengar perkataan Delon, Wira tidak menghiraukannya seolah-olah perkataan Delon hanya angin saja. Dia memang tidak menyandang gelar raja, tetapi dia adalah penguasa dua provinsi juga dan seseorang yang berpengaruh. Bahkan raja dari Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan bahkan Senia sendiri pun tidak berani berbicara dengan sikap seperti ini di hadapannya.Namun, Delon yang hanya seorang pangeran saja pun berani meremehkan dan bahkan berani memerintah Wira. Benar-benar tidak tahu diri.Lucy yang berdiri di samping Wi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2683

    Wira membalas, "Nggak perlu. Bagaimanapun juga, ini adalah Provinsi Yonggu. Kamu sendiri juga sudah bilang Raja Kresna ini selalu berhati-hati. Meskipun benar-benar ada orang-orang itu di sekitarnya, dia juga nggak berani macam-macam. Kalau kita terlalu menyelidiki mereka, malah akan membuat kita yang terlihat kurang baik.""Karena mereka sudah datang sebagai tamu, siapkan semuanya sekarang. Kita akan pergi menyambut mereka."Setelah memberikan beberapa instruksi dan berganti pakaian, Wira mengikuti Lucy keluar.Satu jam kemudian, rombongan perlahan-lahan mendekat di luar gerbang kota. Ada seseorang yang menunggang kuda di depan rombongan itu. Meskipun usia orang itu sudah lima puluhan tahun, dia tetap terlihat gagah perkasa. Dia adalah Raja Kresna yang terkenal."Sudah lama nggak jumpa, Raja Kresna masih berwibawa seperti dulu. Ratu Senia bisa punya jenderal sepertimu di sisinya, pantas saja dia bisa begitu tenang," puji Wira yang maju sambil tersenyum.Raja Kresna yang cerdik segera

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2682

    Jika bukan karena bantuan Wira, Senia juga tidak akan berhasil mendapatkan tanda tangan untuk perjanjian empat wilayah itu. Dilihat dari sudut pandang tertentu, semua wilayah kekuasaannya terletak di wilayah tandas di utara meskipun dia menguasai satu wilayah. Istana utama Kerajaan Agrel juga berada di utara, sehingga tidak terancam ataupun terpengaruh oleh sembilan provinsi.Ada perbedaan besar antara suku-suku di utara dan wilayah tandus di utara. Wilayah suku di utara sangat kecil, sehingga mereka langsung tunduk dengan patuh begitu ditekan Wira. Namun, wilayah tandus di utara sangat luas dan Wira sangat memahami hal itu.Inilah alasan utama mengapa selama ini dia lebih memilih untuk berdamai daripada berperang dengan Kerajaan Agrel. Jika benar-benar terjadi pertempuran, dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun juga. Tidak peduli siapa pun yang menjadi penguasa Kerajaan Agrel, hasilnya tetap sama."Tuan, kali ini yang datang bukan Senia, tapi putra sulungnya, Delon," kata Lucy

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2681

    Di dalam kediaman jenderal. Melihat tumpukan laporan di atas meja, Wira merasa kepalanya agak sakit.Saat berada di Provinsi Lowala, Wira tidak perlu mengkhawatirkan dan ikut campur pada hal-hal ini dan bahkan tidak perlu ikut campur. Dengan adanya Osmaro dan yang lainnya, dia bisa menjadi pemimpin yang lepas tangan. Selama ini, dia tetap tinggal di Provinsi Yonggu hanya untuk membantu Danu menstabilkan situasinya.Danu adalah seorang prajurit, tentu saja ahli dalam memimpin pasukan dan bertarung di medan perang. Dia bahkan bisa memimpin dengan bijaksana dan memiliki keberanian yang luar biasa. Namun, untuk urusan administrasi, dia tidak begitu ahli. Oleh karena itu, Wira tetap tinggal di sana untuk memberikannya sedikit bantuan.Namun, Wira tidak menyangka akan terjadi bencana banjir tepat pada saat seperti ini. Mungkin saja, ini memang sudah takdirnya. Jika dia tidak berada di Provinsi Yonggu, saat ini Danu pasti sudah tak berdaya dan memimpin pasukannya untuk menekan pemberontakan p

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2680

    Senia segera menyahut, "Coba beri tahu aku apa keuntungannya kalau Raja Kresna menemui Wira?"Senia seketika menjadi berminat."Sebenarnya sederhana saja. Aku tahu Ratu mencemaskan Raja Kresna, Raja Ararya, dan Raja Tanuwi. Raja Byakta sudah disingkirkan, tapi ketiga orang ini masih memiliki kekuasaan besar.""Selama masih ada Ratu, mereka tentu nggak berani bertindak sembarangan. Tapi, kalau Ratu menyerahkan takhta kepada salah satu pangeran, pangeran mungkin akan kesulitan menahan mereka.""Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Raja Kresna. Gimana menurutmu?"Harus diakui bahwa ini adalah ide yang sangat kejam. Guru Agung ingin memanfaatkan Wira untuk menyingkirkan Raja Kresna."Kalau Raja Kresna benar-benar mengalami masalah di Provinsi Yonggu dan kabar ini tersebar, sepertinya seluruh rakyat Kerajaan Agrel akan menganggap Wira sebagai musuh. Benar, 'kan? Lagi pula, semua orang di Kerajaan Agrel adalah pejuang sejati," jelas Guru Agung.Seketika, Senia mema

DMCA.com Protection Status