Share

Bab 16

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-19 13:40:06
Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.

Apa yang sudah dilakukan Budi?

Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.

“Suamiku!”

Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.

“Jangan takut, aku sudah pulang!”

Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”

“Nggak sakit lagi!”

Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira sambil tersipu.

Wulan merasa sangat malu karena sudah memeluk suaminya dan bertukar kata-kata manis di hadapan semua orang.

Semua orang tidak keberatan akan hal itu. Mereka sedang melihat jubah sutra yang dipakai Wira serta pakaian baru Danu dan Sony.

Di pedesaan, orang-orang memakai pakaian sederhana yang terbuat dari katun. Namun, mereka bertiga malah memakai pakaian mewah dari sutra. Jadi, semua orang pun menatap mereka dengan bingung.

Budi berkata dengan merendahkan, “Bisa-bisanya kamu pakai pakaian bagus dan bermesra-mesraan di hadapanku. Memangnya 40 ribu gabakku sudah terkumpul?!”

Jubah sutra yang dipadu dengan giok dan tas wewangian sudah memakan hampir 10 ribu gabak.

Bahkan Budi yang mempunyai kekayaan sebesar 2 juta gabak juga keberatan membeli pakaian yang begitu bagus.

Hanya orang-orang kaya di ibu kota provinsi yang rela menghabiskan uang untuk penampilan mereka.

Agus hanya menonton seluruh kejadiannya dengan acuh tak acuh. Setelah melihat ketiga orang yang berpakaian mewah itu, dia juga tidak lagi mempersulit warga.

Herman pun maju dan berkata, “Wira, kami semua bisa pinjamkan 20 ribu gabak. Asal kamu punya 20 ribu gabak sisanya, utang ini pasti bisa dibayar lunas!”

Semalam, Hasan sudah berpesan padanya untuk mengumpulkan uang dari orang yang bersedia membantu. Jadi, Wira bisa menggunakannya apabila uang penjualan ikan tidak cukup.

“Makasih atas niat baik semuanya!”

Setelah mengucapkan terima kasih, Wira menatap Budi dan mendengus. “Aku punya uangnya. Gimana dengan surat perjanjian dan taruhan kita?”

“Serahkan uang .... Ah!”

Sebelum Budi sempat menyelesaikan kata-katanya, Wira melemparkan empat batang uang perak ke kaki Budi.

Sebatang uang perak nilainya 10 ribu gabak. Empat batang uang perak sudah cukup untuk membayar utang 40 ribu gabak Wira!

Setelah melihatnya, Wulan pun menangis. ‘Suamiku benar-benar bisa menghasilkan 40 ribu gabak untuk bayar utang!’

Para warga dusun juga menghela napas lega.

Jika ada kerabat mereka yang menjadi budak orang, mereka juga akan ditertawakan orang.

Agus berkata dengan terkejut, “Wira, penjualan ikanmu nggak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak. Keluarga Wulan juga nggak mungkin bersedia pinjamin uang untukmu. Dari mana kamu dapatkan uang ini?”

Wira menjawab dengan dingin, “Apa hubungannya sama kamu?”

Saat di depan pintu tadi, Wira sudah mendengar semuanya. Agus bukan hanya tidak membantu, tetapi malah mempersulit warga.

Agus pun langsung malu setelah mendengar jawaban Wira.

“Ini bukan uang perak, semuanya terbuat dari timah. Ini uang palsu!”

Budi memungut sebatang uang perak, lalu menunjukkannya pada Agus. “Pak Agus, benar, ‘kan?”

“Palsu?” Agus melirik uang perak itu tanpa memegangnya. “Aku jarang pakai uang perak. Jadi, nggak bisa bedain itu asli apa palsu. Pak Budi lihat saja sendiri!”

Uang perak itu sebenarnya asli. Agus sudah tahu rencana Budi, tetapi tidak mau ikut terlibat.

Jika Agus membela Wira, dia akan menyinggung Budi.

Jika Agus membantu Budi memfitnah Wira, para warga dusun akan memakinya apabila hal ini terbongkar.

Setelah mendengar kata-kata Budi, warga dusun juga terkejut.

Di desa, jarang ada transaksi jual-beli. Para warga desa biasanya hanya menggunakan koin perunggu. Jadi, mereka juga tidak pernah melihat uang perak.

Danu dan Sony pun murka.

Apa Budi sudah buta? Dia bahkan tidak bisa membedakan uang perak yang asli dan palsu.

Wulan pun berkata dengan cerdik, “Hei, jangan memfitnah! Kamu tahu jelas uang perak itu asli apa palsu. Kamu cuman mau menipu kami biar bisa merebut semua yang dimiliki Wira! Kami nggak bakal tertipu! Cepat keluarkan surat perjanjian dan surat taruhannya! Kalau nggak, kami bakal tuntut kamu ke pengadilan daerah!”

Para warga dusun pun tersadar.

Pantas saja meskipun sudah mengumpulkan cukup uang, ada banyak orang yang tetap tidak bisa mendapatkan kembali tanah mereka dari rentenir.

Ternyata meskipun seseorang memiliki uang, para rentenir juga tidak mau menerimanya agar dia melanggar perjanjian. Dengan begitu, para rentenir sudah bisa menyita tanahnya.

Danu dan Sony sangat marah hingga ingin turun tangan untuk memukul Budi.

Tidak ada yang tahu demi mengumpulkan 40 ribu gabak ini, mereka sudah bekerja sangat keras dari kemarin hingga hari ini.

Saat mereka sudah mengumpulkan cukup uang untuk membayar utang, Budi malah menggunakan cara licik seperti ini.

“Uang perak ini palsu! Kalau nggak percaya, ayo kita ke pengadilan daerah! Suruh saja pemimpin kabupaten yang menilainya!”

Budi sama sekali tidak takut.

Hari sudah hampir gelap, mereka juga hanya bisa pergi ke pengadilan daerah besok pagi. Dengan begitu, Wira akan termasuk melanggar perjanjian.

“Kamu!” Wulan sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata.

Dalam menghadapi penipu seperti ini, Wira juga hanya bisa menahan amarahnya. “Kalau kamu nggak mau terima uang perak, kamu mau terima apa?”

“Koin perunggu!” Budi berkata dengan percaya diri, “Bayar 40 ribu gabak itu dengan koin perunggu. Aku mau kamu bayar utang hari ini juga! Kalau nggak, kamu termasuk melanggar perjanjian. Rumah, tanah, dan istrimu bakal jadi milikku. Kamu juga harus jadi budakku!”

Setelah mendengar ucapan Budi, Agus pun menggeleng.

Dengan koneksi dan karakter Wira, sudah cukup susah baginya untuk mengumpulkan 40 ribu gabak. Mana mungkin dia bisa mendapatkan 40 ribu gabak koin perunggu dalam sekejap.

Hari sudah mau gelap, Wira juga sudah tidak sempat membawa uang perak itu ke kota kecil untuk ditukarkan dengan koin perunggu.

Orang yang bisa mengeluarkan 40 ribu gabak koin perunggu di dusun ini juga hanya Agus.

Jika Wira memohon padanya, dia juga tidak mungkin setuju karena takut menyinggung Budi.

“Kenapa kamu malah menindas orang!”

Setelah memahami niat jahat Budi, para warga dusun pun marah besar.

“Mau koin perunggu?” Wira berkata dengan kesal, “Doddy, bawa 40 ribu gabak koin perunggu itu kemari.”

Tadi saat melewati kota kecil, Wira sudah menyuruh Hasan untuk menukarkan 100 ribu gabak koin perunggu agar bisa digunakan di dusun.

Setelah mendengar ucapan Wira, para warga dusun pun tercengang.

“Hei, ini 40 ribu gabak koin perunggu. Agak berat, terima yang baik!”

Doddy membawa sekantong koin perunggu ke dalam rumah, lalu menaruhnya ke tangan Budi dengan marah.

Jika tidak dicegah ayahnya, Doddy pasti sudah menghajar Budi. Sebab, Budi benar-benar sudah keterlaluan!

Sebuah koin perunggu beratnya 4 gram, 1.000 buah sudah 4 kilogram. Jadi, berat 40 ribu gabak koin perunggu adalah 160 kilogram.

Gubrak!

Budi pun jatuh tertimpa koin perunggu itu. Dia langsung berteriak, “Bajingan! Kenapa kalian masih melongo! Cepat papah aku berdiri!”

Keempat anak buahnya buru-buru menggeser kantong koin yang menimpa Budi dan memapah Budi untuk berdiri.

Sekantong koin perunggu itu berjumlah tepat 40 ribu gabak!

Agus pun tercengang!

Jika menambahkan 40 ribu gabak uang perak, 40 ribu gabak koin perunggu, dan harga pakaian ketiga orang itu, jumlahnya sudah 100 ribu gabak.

Wulan juga terkejut. ‘Bahkan kalau Kakak bersedia membantu, dia juga nggak bakal meminjamkan uang sebanyak ini. Sebenarnya, dari mana Wira mendapatkan uang sebanyak ini?’

Budi menghitung koin itu berkali-kali hingga langit mulai gelap.

Wira mengaitkan jarinya ke arah Budi sambil berkata, “Keluarkan surat perjanjian dan surat taruhannya!”

Budi masih tidak bersedia mengeluarkannya. “Koin perunggu ini sudah usang, nggak bisa dipakai lagi. Aku nggak mau terima. Kalau kamu mau bayar utang, pakai uang emas.”

Uang emas tidak dimiliki orang biasa. Bahkan Budi sendiri juga tidak mempunyai uang emas.

Kali ini, Wira pasti tidak bisa mengeluarkannya.

Agus juga mengangguk. Jangankan Wira, bahkan Agus yang merupakan orang terkaya di dusun juga tidak mempunyai uang emas.

Budi jelas-jelas sedang mempersulit Wira. Para warga dusun yang menyadari hal ini pun langsung marah.

Kesabaran Doddy juga sudah habis. “Hei! Dikasih uang perak, kamu bilang palsu. Dikasih koin perunggu, kamu bilang sudah usang. Sekarang, kamu malah minta uang emas. Aku mau tahu alasan apa lagi yang bakal kamu lontarkan! Kamu memang sengaja nggak mau kasih Kak Wira bayar utang lantaran mau monopoli propertinya, ‘kan! Berani banget kamu menindas Kak Wira! Aku pasti menghajarmu! Dasar bajingan!”

‘Hajar saja!’ teriak para warga dusun dalam hati.

Budi malah hanya menatap Doddy dengan sinis. “Aku ini pejabat pemerintah yang terdaftar. Kalau kamu berani memukulku, kamu bakal dihukum pemimpin kabupaten!”

“Nggak masalah, aku terima!”

Doddy langsung mengepalkan tangannya dan hendak meninju Budi, tetapi Wira menahannya.

Para warga dusun pun melepaskan tongkat kayu yang mereka pegang.

Meskipun pejabat seperti Budi bukan termasuk pejabat tinggi, dia tetap merupakan orang pemerintah bagi rakyat jelata.

Di Kerajaan Nuala, rakyat jelata yang berani memukul orang pemerintah akan dihukum dengan berat.

Setelah melihat semua orang terkejut, Budi pun berkata dengan sombong, “Pemboros, matahari sudah mau terbenam. Kalau kamu nggak bisa serahkan uang emas padaku, itu artinya kamu sudah melanggar perjanjian.”

Agus menggeleng.

Wira pasti sudah sangat kesulitan untuk mengumpulkan uang perak dan koin perunggu. Mana mungkin dia punya uang emas.

Hari ini, Wira akan sepenuhnya bangkrut dan tidak bisa bangkit lagi.

“Mau mempersulitku dengan uang emas? Jangan mimpi!”

Wira pun melemparkan sesuatu ke lantai dengan santai.

Saat melihat barang di atas lantai, para warga dusun dan Agus langsung membelalak!

“Aku memang mau mempersulitmu. Kalau kamu nggak bisa kasih aku uang emas, tanah dan rumahmu akan menjadi milikku. Termasuk istri cantikmu itu!”

Salah seorang anak buah Budi berkata, “Tu ... Tuan, coba lihat itu!”

“Lihat apa? Kamu kira yang dia lempar itu benar-benar emas?” cibir Budi.

Dia melirik ke lantai, lalu langsung membelalak. Setelah membungkuk untuk melihat jelas, ekspresinya berubah menjadi sangat suram.
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Afida Muinn
agak lain cara pandang penulis
goodnovel comment avatar
Afida Muinn
aku suka semoga sampai tamat bisa buka hanya dengan nonton iklan
goodnovel comment avatar
Bejo Suharsito
apa2an cuma baca aja harus bayar???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 22

    Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 23

    Sony buru-buru berkata, "Tahu. Aku tahu jelas tentang ini!" Sejak usianya yang ke-13 hingga 19 tahun, dia sudah familier dengan siapa pun pencuri, perampok, dan siapa pun yang dikabarkan sebagai pembunuh di sekitar kota-kota terdekat.Dulu, ada pencuri yang membawanya masuk ke geng, tetapi Sony tidak cukup berani sehingga tidak jadi bergabung.Wira yang mendengar detailnya pun bertanya, "Apakah ada geng yang beranggotakan tiga orang? Mereka bisa bela diri dan menggunakan pisau!""Ada!"Sony memikirkannya sejenak, lalu berujar, "Di Dusun Gabrata yang jauhnya sekitar tujuh kilometer dari sini, ada Gavin beserta dua saudaranya. Mereka bisa melompati tembok yang setinggi manusia dalam sekejap dan aku pernah melihatnya sekali. Ayah mereka merupakan pasukan yang turun ke medan perang dan mewariskan ke mereka teknik pedang pembunuh milik pasukan. Teknik itu adalah milik orang-orang kejam dari Dusun Gabrata."Wira pun mengangguk.Ada kemungkinan bahwa ketiga bersaudara ini pencuri yang dipuku

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 24

    Akan ada orang yang melanggar perjanjian kerahasiaan, lalu meninggalkan tim untuk mencari ikan sendiri dan menjualnya.Namun, karakter seseorang dapat terlihat dengan cara ini.Orang yang memiliki pemikiran dangkal akan melupakan moralitas demi keuntungan pribadi. Jadi, mereka akan pergi menangkap ikan demi mendapatkan keuntungan sendiri. Sementara itu, orang yang memiliki karakter baik akan menepati janji dan mengajak yang lain untuk menghasilkan uang bersama-sama.Hanya saja, setelah menerima keuntungan dari ini, mereka berlima tidak akan menganggap serius metode rahasia menangkap ikan lagi.Setelah menyelesaikan sarapan dengan tergesa-gesa, Wira berganti pakaian dengan jubah sutra, lalu membawa Sony yang mengenakan pakaian satin, serta Danu dan Doddy yang membawa tongkat jujube panjang ke kediaman Jamadi yang 10 kilometer jauhnya.Tempat tinggal Jamadi di Desa Pimola adalah rumah berbata yang memiliki delapan kamar dan ada dua patung singa menghiasi kedua sisi gerbangnya. Di pedesaa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2826

    Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2825

    Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2824

    "Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2823

    "Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2822

    Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2821

    "Baik."Lucy dan lainnya mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke sosok itu. Setelah badai pasir reda, mereka langsung mengambil tindakan dan mengepung sosok itu.Sosok itu masih terlihat bengong. Tidak ada emosi apa pun pada ekspresinya. Jelas sekali, dia tidak punya kesadaran apa pun lagi, bahkan pantas disebut sebagai mesin pembunuh."Kalau Senia berhasil mengembangkan banyak racun itu, mungkin sembilan provinsi akan jatuh dalam kekacauan. Agha sekalipun bukan lawannya. Kalaupun dikeroyok, manusia biasa tetap bukan lawan mereka. Ketika saat itu tiba, akan ada banyak korban jiwa."Wira tak kuasa menghela napas. Harus diakui bahwa metode Senia ini sungguh kejam. Demi merebut kekuasaan dan mengambil alih sembilan provinsi, dia sampai mengorbankan nyawa manusia dan mengembangkan racun seperti ini.Sayangnya, sekalipun Wira telah membuat persiapan dan membulatkan tekadnya untuk membunuh Senia, mereka tetap berhasil kabur. Pasti sulit untuk menangkap Senia ke depannya. Dia harus mencari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2820

    Wira mengangguk. "Hati-hati."Setelah mendapat izin dari Wira, Agha pun tidak berbasa-basi lagi dan langsung melompat ke depan. Dengan tangan menggenggam palu, dia langsung menyerbu ke arah Senia.Angin kencang terus menerpa, membuat mata Agha terasa perih. Ini bukan angin biasa. Ketika pasir mengenai wajah, rasanya akan sangat sakit. Namun, demi membunuh Senia, Agha tidak takut mempertaruhkan nyawanya.Ketika melihat Agha makin dekat dengan Senia dan hendak melancarkan serangan, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dan mengadang di hadapan Agha."Jadi, kamu adik Wira? Kamu Agha yang disebut sebagai orang terkuat di dunia?" tanya Senia sambil terkekeh-kekeh."Kenapa memangnya?" Agha mendengus dan mengalihkan pandangannya kepada pria di depannya.Penampilan pria ini sangat aneh. Dia memakai zirah yang sudah berkarat dan tidak memiliki senjata apa pun. Selain itu, masih ada helm yang menutupi wajahnya sehingga yang terlihat hanya sepasang matanya.Sepasang mata itu tidak menunjukkan emosi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2819

    "Tuan Wira, kamu berhasil mengejar kami." Nada bicara Senia terdengar lembut, tetapi tatapannya dipenuhi niat membunuh.Di situasi seperti ini, mereka hanya bisa bertarung. Meskipun begitu, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada ekspresi Senia.Senia terkekeh-kekeh, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Jadi, kamu berniat membunuhku hari ini?""Memangnya bisa apa lagi? Aku nggak mungkin membiarkanmu meninggalkan tempat ini, 'kan? Doly sudah memberitahuku semuanya. Kalau dia lebih cepat selangkah, kamu nggak mungkin ada di sini sekarang.""Tapi, nggak masalah. Di sini masih wilayahku. Sekalipun kamu punya sayap, bawahanmu nggak bakal bisa membawamu meninggalkan Provinsi Yonggu dengan selamat.""Hehe." Senia menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyahut, "Aku sudah menebaknya sejak awal. Karena dia sudah di sisimu, dia pasti bakal memberitahumu semuanya. Semua cuma masalah waktu.""Hanya saja, aku nggak menyangka dia sama sekali nggak memikirkan hubungan kami sebelumnya. Dia memberi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2818

    Di wilayah terpencil Provinsi Yonggu.Tempat ini baru saja mengalami bencana alam. Situasi di sini sangat kacau dan berantakan. Banyak desa yang hancur. Jika ingin dibangun kembali, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Saat ini, Senia sedang mengendarai kudanya. Orang-orang di belakang mengikuti. Mereka akan meninggalkan Provinsi Yonggu.Sekelompok orang ini sedang berpacu dengan waktu. Jika terlambat selangkah saja, mereka mungkin akan mati di sini. Panji sekalipun tampak terburu-buru."Ibu, Wira benaran bisa membunuh kita? Aku rasa dia nggak bakal berani. Kami berdua memang cuma pangeran, tapi kamu penguasa Kerajaan Agrel.""Kerajaan Agrel punya ratusan ribu pasukan elite. Kalau perang benaran terjadi, kita juga masih bisa menambah pasukan. Mana mungkin Wira membuat keputusan seceroboh ini?" tanya Dahlan dengan bingung dan terengah-engah.Meskipun Dahlan mengendarai kuda, dia kurang ahli dalam hal ini. Selama ini, dia selalu menaiki kereta kuda ke mana-mana. Dia pun merasa sangat

DMCA.com Protection Status