Share

Bab 16

Penulis: Arif
Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.

Apa yang sudah dilakukan Budi?

Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.

“Suamiku!”

Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.

“Jangan takut, aku sudah pulang!”

Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”

“Nggak sakit lagi!”

Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira sambil tersipu.

Wulan merasa sangat malu karena sudah memeluk suaminya dan bertukar kata-kata manis di hadapan semua orang.

Semua orang tidak keberatan akan hal itu. Mereka sedang melihat jubah sutra yang dipakai Wira serta pakaian baru Danu dan Sony.

Di pedesaan, orang-orang memakai pakaian sederhana yang terbuat dari katun. Namun, mereka bertiga malah memakai pakaian mewah dari sutra. Jadi, semua orang pun menatap mereka dengan bingung.

Budi berkata dengan merendahkan, “Bisa-bisanya kamu pakai pakaian bagus dan bermesra-mesraan di hadapanku. Memangnya 40 ribu gabakku sudah terkumpul?!”

Jubah sutra yang dipadu dengan giok dan tas wewangian sudah memakan hampir 10 ribu gabak.

Bahkan Budi yang mempunyai kekayaan sebesar 2 juta gabak juga keberatan membeli pakaian yang begitu bagus.

Hanya orang-orang kaya di ibu kota provinsi yang rela menghabiskan uang untuk penampilan mereka.

Agus hanya menonton seluruh kejadiannya dengan acuh tak acuh. Setelah melihat ketiga orang yang berpakaian mewah itu, dia juga tidak lagi mempersulit warga.

Herman pun maju dan berkata, “Wira, kami semua bisa pinjamkan 20 ribu gabak. Asal kamu punya 20 ribu gabak sisanya, utang ini pasti bisa dibayar lunas!”

Semalam, Hasan sudah berpesan padanya untuk mengumpulkan uang dari orang yang bersedia membantu. Jadi, Wira bisa menggunakannya apabila uang penjualan ikan tidak cukup.

“Makasih atas niat baik semuanya!”

Setelah mengucapkan terima kasih, Wira menatap Budi dan mendengus. “Aku punya uangnya. Gimana dengan surat perjanjian dan taruhan kita?”

“Serahkan uang .... Ah!”

Sebelum Budi sempat menyelesaikan kata-katanya, Wira melemparkan empat batang uang perak ke kaki Budi.

Sebatang uang perak nilainya 10 ribu gabak. Empat batang uang perak sudah cukup untuk membayar utang 40 ribu gabak Wira!

Setelah melihatnya, Wulan pun menangis. ‘Suamiku benar-benar bisa menghasilkan 40 ribu gabak untuk bayar utang!’

Para warga dusun juga menghela napas lega.

Jika ada kerabat mereka yang menjadi budak orang, mereka juga akan ditertawakan orang.

Agus berkata dengan terkejut, “Wira, penjualan ikanmu nggak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak. Keluarga Wulan juga nggak mungkin bersedia pinjamin uang untukmu. Dari mana kamu dapatkan uang ini?”

Wira menjawab dengan dingin, “Apa hubungannya sama kamu?”

Saat di depan pintu tadi, Wira sudah mendengar semuanya. Agus bukan hanya tidak membantu, tetapi malah mempersulit warga.

Agus pun langsung malu setelah mendengar jawaban Wira.

“Ini bukan uang perak, semuanya terbuat dari timah. Ini uang palsu!”

Budi memungut sebatang uang perak, lalu menunjukkannya pada Agus. “Pak Agus, benar, ‘kan?”

“Palsu?” Agus melirik uang perak itu tanpa memegangnya. “Aku jarang pakai uang perak. Jadi, nggak bisa bedain itu asli apa palsu. Pak Budi lihat saja sendiri!”

Uang perak itu sebenarnya asli. Agus sudah tahu rencana Budi, tetapi tidak mau ikut terlibat.

Jika Agus membela Wira, dia akan menyinggung Budi.

Jika Agus membantu Budi memfitnah Wira, para warga dusun akan memakinya apabila hal ini terbongkar.

Setelah mendengar kata-kata Budi, warga dusun juga terkejut.

Di desa, jarang ada transaksi jual-beli. Para warga desa biasanya hanya menggunakan koin perunggu. Jadi, mereka juga tidak pernah melihat uang perak.

Danu dan Sony pun murka.

Apa Budi sudah buta? Dia bahkan tidak bisa membedakan uang perak yang asli dan palsu.

Wulan pun berkata dengan cerdik, “Hei, jangan memfitnah! Kamu tahu jelas uang perak itu asli apa palsu. Kamu cuman mau menipu kami biar bisa merebut semua yang dimiliki Wira! Kami nggak bakal tertipu! Cepat keluarkan surat perjanjian dan surat taruhannya! Kalau nggak, kami bakal tuntut kamu ke pengadilan daerah!”

Para warga dusun pun tersadar.

Pantas saja meskipun sudah mengumpulkan cukup uang, ada banyak orang yang tetap tidak bisa mendapatkan kembali tanah mereka dari rentenir.

Ternyata meskipun seseorang memiliki uang, para rentenir juga tidak mau menerimanya agar dia melanggar perjanjian. Dengan begitu, para rentenir sudah bisa menyita tanahnya.

Danu dan Sony sangat marah hingga ingin turun tangan untuk memukul Budi.

Tidak ada yang tahu demi mengumpulkan 40 ribu gabak ini, mereka sudah bekerja sangat keras dari kemarin hingga hari ini.

Saat mereka sudah mengumpulkan cukup uang untuk membayar utang, Budi malah menggunakan cara licik seperti ini.

“Uang perak ini palsu! Kalau nggak percaya, ayo kita ke pengadilan daerah! Suruh saja pemimpin kabupaten yang menilainya!”

Budi sama sekali tidak takut.

Hari sudah hampir gelap, mereka juga hanya bisa pergi ke pengadilan daerah besok pagi. Dengan begitu, Wira akan termasuk melanggar perjanjian.

“Kamu!” Wulan sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata.

Dalam menghadapi penipu seperti ini, Wira juga hanya bisa menahan amarahnya. “Kalau kamu nggak mau terima uang perak, kamu mau terima apa?”

“Koin perunggu!” Budi berkata dengan percaya diri, “Bayar 40 ribu gabak itu dengan koin perunggu. Aku mau kamu bayar utang hari ini juga! Kalau nggak, kamu termasuk melanggar perjanjian. Rumah, tanah, dan istrimu bakal jadi milikku. Kamu juga harus jadi budakku!”

Setelah mendengar ucapan Budi, Agus pun menggeleng.

Dengan koneksi dan karakter Wira, sudah cukup susah baginya untuk mengumpulkan 40 ribu gabak. Mana mungkin dia bisa mendapatkan 40 ribu gabak koin perunggu dalam sekejap.

Hari sudah mau gelap, Wira juga sudah tidak sempat membawa uang perak itu ke kota kecil untuk ditukarkan dengan koin perunggu.

Orang yang bisa mengeluarkan 40 ribu gabak koin perunggu di dusun ini juga hanya Agus.

Jika Wira memohon padanya, dia juga tidak mungkin setuju karena takut menyinggung Budi.

“Kenapa kamu malah menindas orang!”

Setelah memahami niat jahat Budi, para warga dusun pun marah besar.

“Mau koin perunggu?” Wira berkata dengan kesal, “Doddy, bawa 40 ribu gabak koin perunggu itu kemari.”

Tadi saat melewati kota kecil, Wira sudah menyuruh Hasan untuk menukarkan 100 ribu gabak koin perunggu agar bisa digunakan di dusun.

Setelah mendengar ucapan Wira, para warga dusun pun tercengang.

“Hei, ini 40 ribu gabak koin perunggu. Agak berat, terima yang baik!”

Doddy membawa sekantong koin perunggu ke dalam rumah, lalu menaruhnya ke tangan Budi dengan marah.

Jika tidak dicegah ayahnya, Doddy pasti sudah menghajar Budi. Sebab, Budi benar-benar sudah keterlaluan!

Sebuah koin perunggu beratnya 4 gram, 1.000 buah sudah 4 kilogram. Jadi, berat 40 ribu gabak koin perunggu adalah 160 kilogram.

Gubrak!

Budi pun jatuh tertimpa koin perunggu itu. Dia langsung berteriak, “Bajingan! Kenapa kalian masih melongo! Cepat papah aku berdiri!”

Keempat anak buahnya buru-buru menggeser kantong koin yang menimpa Budi dan memapah Budi untuk berdiri.

Sekantong koin perunggu itu berjumlah tepat 40 ribu gabak!

Agus pun tercengang!

Jika menambahkan 40 ribu gabak uang perak, 40 ribu gabak koin perunggu, dan harga pakaian ketiga orang itu, jumlahnya sudah 100 ribu gabak.

Wulan juga terkejut. ‘Bahkan kalau Kakak bersedia membantu, dia juga nggak bakal meminjamkan uang sebanyak ini. Sebenarnya, dari mana Wira mendapatkan uang sebanyak ini?’

Budi menghitung koin itu berkali-kali hingga langit mulai gelap.

Wira mengaitkan jarinya ke arah Budi sambil berkata, “Keluarkan surat perjanjian dan surat taruhannya!”

Budi masih tidak bersedia mengeluarkannya. “Koin perunggu ini sudah usang, nggak bisa dipakai lagi. Aku nggak mau terima. Kalau kamu mau bayar utang, pakai uang emas.”

Uang emas tidak dimiliki orang biasa. Bahkan Budi sendiri juga tidak mempunyai uang emas.

Kali ini, Wira pasti tidak bisa mengeluarkannya.

Agus juga mengangguk. Jangankan Wira, bahkan Agus yang merupakan orang terkaya di dusun juga tidak mempunyai uang emas.

Budi jelas-jelas sedang mempersulit Wira. Para warga dusun yang menyadari hal ini pun langsung marah.

Kesabaran Doddy juga sudah habis. “Hei! Dikasih uang perak, kamu bilang palsu. Dikasih koin perunggu, kamu bilang sudah usang. Sekarang, kamu malah minta uang emas. Aku mau tahu alasan apa lagi yang bakal kamu lontarkan! Kamu memang sengaja nggak mau kasih Kak Wira bayar utang lantaran mau monopoli propertinya, ‘kan! Berani banget kamu menindas Kak Wira! Aku pasti menghajarmu! Dasar bajingan!”

‘Hajar saja!’ teriak para warga dusun dalam hati.

Budi malah hanya menatap Doddy dengan sinis. “Aku ini pejabat pemerintah yang terdaftar. Kalau kamu berani memukulku, kamu bakal dihukum pemimpin kabupaten!”

“Nggak masalah, aku terima!”

Doddy langsung mengepalkan tangannya dan hendak meninju Budi, tetapi Wira menahannya.

Para warga dusun pun melepaskan tongkat kayu yang mereka pegang.

Meskipun pejabat seperti Budi bukan termasuk pejabat tinggi, dia tetap merupakan orang pemerintah bagi rakyat jelata.

Di Kerajaan Nuala, rakyat jelata yang berani memukul orang pemerintah akan dihukum dengan berat.

Setelah melihat semua orang terkejut, Budi pun berkata dengan sombong, “Pemboros, matahari sudah mau terbenam. Kalau kamu nggak bisa serahkan uang emas padaku, itu artinya kamu sudah melanggar perjanjian.”

Agus menggeleng.

Wira pasti sudah sangat kesulitan untuk mengumpulkan uang perak dan koin perunggu. Mana mungkin dia punya uang emas.

Hari ini, Wira akan sepenuhnya bangkrut dan tidak bisa bangkit lagi.

“Mau mempersulitku dengan uang emas? Jangan mimpi!”

Wira pun melemparkan sesuatu ke lantai dengan santai.

Saat melihat barang di atas lantai, para warga dusun dan Agus langsung membelalak!

“Aku memang mau mempersulitmu. Kalau kamu nggak bisa kasih aku uang emas, tanah dan rumahmu akan menjadi milikku. Termasuk istri cantikmu itu!”

Salah seorang anak buah Budi berkata, “Tu ... Tuan, coba lihat itu!”

“Lihat apa? Kamu kira yang dia lempar itu benar-benar emas?” cibir Budi.

Dia melirik ke lantai, lalu langsung membelalak. Setelah membungkuk untuk melihat jelas, ekspresinya berubah menjadi sangat suram.
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Rakuti Jelen
novel taik
goodnovel comment avatar
Afida Muinn
agak lain cara pandang penulis
goodnovel comment avatar
Afida Muinn
aku suka semoga sampai tamat bisa buka hanya dengan nonton iklan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 22

    Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 23

    Sony buru-buru berkata, "Tahu. Aku tahu jelas tentang ini!" Sejak usianya yang ke-13 hingga 19 tahun, dia sudah familier dengan siapa pun pencuri, perampok, dan siapa pun yang dikabarkan sebagai pembunuh di sekitar kota-kota terdekat.Dulu, ada pencuri yang membawanya masuk ke geng, tetapi Sony tidak cukup berani sehingga tidak jadi bergabung.Wira yang mendengar detailnya pun bertanya, "Apakah ada geng yang beranggotakan tiga orang? Mereka bisa bela diri dan menggunakan pisau!""Ada!"Sony memikirkannya sejenak, lalu berujar, "Di Dusun Gabrata yang jauhnya sekitar tujuh kilometer dari sini, ada Gavin beserta dua saudaranya. Mereka bisa melompati tembok yang setinggi manusia dalam sekejap dan aku pernah melihatnya sekali. Ayah mereka merupakan pasukan yang turun ke medan perang dan mewariskan ke mereka teknik pedang pembunuh milik pasukan. Teknik itu adalah milik orang-orang kejam dari Dusun Gabrata."Wira pun mengangguk.Ada kemungkinan bahwa ketiga bersaudara ini pencuri yang dipuku

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 24

    Akan ada orang yang melanggar perjanjian kerahasiaan, lalu meninggalkan tim untuk mencari ikan sendiri dan menjualnya.Namun, karakter seseorang dapat terlihat dengan cara ini.Orang yang memiliki pemikiran dangkal akan melupakan moralitas demi keuntungan pribadi. Jadi, mereka akan pergi menangkap ikan demi mendapatkan keuntungan sendiri. Sementara itu, orang yang memiliki karakter baik akan menepati janji dan mengajak yang lain untuk menghasilkan uang bersama-sama.Hanya saja, setelah menerima keuntungan dari ini, mereka berlima tidak akan menganggap serius metode rahasia menangkap ikan lagi.Setelah menyelesaikan sarapan dengan tergesa-gesa, Wira berganti pakaian dengan jubah sutra, lalu membawa Sony yang mengenakan pakaian satin, serta Danu dan Doddy yang membawa tongkat jujube panjang ke kediaman Jamadi yang 10 kilometer jauhnya.Tempat tinggal Jamadi di Desa Pimola adalah rumah berbata yang memiliki delapan kamar dan ada dua patung singa menghiasi kedua sisi gerbangnya. Di pedesaa

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3002

    Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3001

    Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3000

    Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2999

    "Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2998

    Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2997

    "Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2996

    Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2995

    Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2994

    "Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status