Share

Bab 15

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.

Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”

Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.

Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.

Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”

“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”

Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.

“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”

Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.

Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga terempas ke lantai.

“Pakai tenaga!” seru Budi sambil tersenyum licik.

Setelah didobrak beberapa kali, pintu itu pun terbuka.

Budi mendekati Wulan dengan ekspresi mesum sambil berkata, “Cantik, berhubung si Pemboros itu nggak ada di rumah, kita bisa langsung masuk kamar. Menurut surat perjanjian, kamu itu sudah jadi milikku.”

Wulan buru-buru bangkit dan berlari ke dalam kamar.

“Cantik, jangan buru-buru dong. Baru dibilang sudah langsung masuk kamar?”

Budi tersenyum licik, lalu membuka tirai menuju kamar tidur.

Syut!

Sebuah gunting tiba-tiba melesat ke arah Budi. Dia langsung ketakutan dan buru-buru mundur.

Baru saja dia mundur beberapa langkah, sebilah pisau dapur menebas ke arahnya lagi.

Wulan menyerbu keluar dari kamar dengan memegang sebuah gunting dan sebilah pisau dapur.

Dia tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhnya selain suaminya. Meskipun harus mati, dia juga tidak akan tunduk pada si Tua Bangka ini.

“Ce ... cepat tahan dia!”

Selesai memberi perintah, Budi buru-buru kabur ke luar.

Seorang bawahan melambaikan tongkatnya, lalu pisau dapur dan gunting di tangan Wulan langsung jatuh ke lantai. Kedua bawahan lainnya segera memungut senjata itu.

Wulan yang sudah kehilangan senjatanya pun perlahan-lahan mundur sambil menggenggam pergelangan tangannya.

Budi menyeka keringat dinginnya dengan kesal. Tadi, dia hanya menggoda Wulan. Sebenarnya, ada tokoh besar yang sudah menginginkan Wulan. Jadi, Budi juga tidak bisa menodainya.

Namun, Budi sudah murka begitu mengalami peristiwa mengerikan seperti tadi. Dia pun kehilangan akal sehatnya dan berteriak, “Tahan dia!”

Empat bawahan Budi langsung mengepung Wulan.

“Aku lebih rela mati daripada dilecehkanmu!”

Wulan menguatkan niatnya, lalu membenturkan kepalanya ke dinding.

Tiba-tiba, belasan warga dusun menyerbu masuk dengan memegang tongkat kayu. Mereka semua adalah warga Dusun Darmadi.

Ada orang yang berteriak, “Budi, kamu mau apa! Berhenti sekarang juga! Kalau nggak, kami nggak bakal sungkan lagi!”

Wulan pun menghentikan tindakannya. Dia mengenal orang-orang ini.

Herman dan Hamid adalah adik Paman Hasan. Sementara Sofyan, Said dan Surya adalah kakak-kakak Sony. Sisanya adalah kerabat Wira yang lainnya.

Budi melirik para warga dusun itu, lalu mengikat kembali ikat pinggangnya dan mengeluarkan surat pinjaman. “Aku datang buat tagih utang. Buat apa kalian kemari? Awas aku jebloskan kalian ke penjara pengadilan daerah!”

Setelah mendengar ucapan Budi, ekspresi beberapa warga dusun langsung berubah drastis.

Rakyat biasa paling takut pada pemerintah. Bagi mereka, yang paling bagus adalah tidak perlu berhubungan dengan orang-orang pemerintah.

Namun, kepala desa adalah penghubung warga desa dengan pemerintah. Begitu ada warga desa yang tidak bisa membayar pajak, Budi akan langsung menyuruh orang menjebloskan mereka ke penjara pengadilan daerah.

“Budi, memangnya kamu kira kamu itu pemimpin kabupaten? Seenaknya saja mau tangkap orang!”

Herman memaksakan diri untuk berkata dengan berani, “Memang benar Wira berutang padamu. Tapi kakakku sudah pergi menemani Wira menjual ikan. Kalau mereka pulang, utangnya sudah bisa dibayar.”

Semalam, Hasan menemui Herman dan menyuruhnya untuk lebih memperhatikan rumah Wira karena takut Budi datang berbuat onar. Hasan juga bilang kalau Wira adalah orang baik.

“Benar!” sahut Surya.

Semalam, Sony membawa pulang dua ekor ikan. Sebelum pergi ke ibu kota provinsi tadi pagi, dia juga mengingatkan Surya untuk mencegah orang yang datang menagih utang ke rumah Wira untuk berbuat onar. Dengan begitu, mereka pasti bisa terus makan ikan ke depannya.

“Beraninya kalian membantahku! Awas aku naikkan pajak kalian di musim panen tahun depan!” ujar Budi dengan kesal.

Biasanya, pajak panen yang harus dibayar penduduk desa ditentukan oleh kepala desa. Pajak itu dibayar dalam bentuk memberikan sebagian hasil panen mereka. Kepala desa akan membayar jumlah yang ditentukan kepada pemerintah, lalu menyimpan kelebihannya sendiri atau dibagi-bagikan kepada pejabat kecil lainnya. Jadi, ancaman ini sangat berguna bagi warga desa.

“Naikkan pajak?”

“Dasar bajingan nggak manusiawi! Asal sudah waktunya bayar pajak panen, kamu selalu hanya mengambil sedikit hasil panen warga Dusun Silali, tapi malah mengambil banyak hasil panen Dusun Darmadi!”

“Kalau kamu berani naikkan pajaknya tinggi-tinggi, kami nggak bakal bayar pajak! Kami bakal lapor ke pemimpin kabupaten!”

Warga desa sudah sepenuhnya marah.

Budi mengerutkan keningnya, dia hanya mengatakan hal itu untuk menakut-nakuti mereka, tetapi mereka malah percaya.

“Sudahlah, ribut apa sih!”

Tiba-tiba, Agus berjalan mendekat dan menegur warga desa, “Nggak mau bayar pajak? Kalian mau memberontak, ya! Menurut kalian, pemimpin kabupaten bakal percaya omongan kalian atau omongan Pak Budi yang bantu dia terima hasil panen?”

Para warga menunduk. Amarah dalam hati mereka sudah berkurang begitu mendengar ucapan Agus.

Herman berkata lagi dengan berani, “Tapi kami juga nggak bisa pergi sekarang. Kakakku dan Wira sedang pergi jual ikan. Asal mereka pulang, utangnya sudah bisa dibayar!”

“Apa kamu nggak bisa hitung? Kamu nggak tahu berapa banyak ikan yang harus dijual untuk mendapatkan 40 ribu gabak?”

Agus menatap Herman, lalu berkata dengan meremehkan, “Harga ikan kecil cuman 10 gabak per setengah kilo, sedangkan ikan besar cuman 16 gabak per setengah kilo. Dari ikan yang didapatkan Wira kemarin, ikan besar paling cuman ada 100 kilo, sedangkan ikan kecil cuman 50 kilo. Jadi, dia paling banyak juga cuman bisa hasilkan 14 ribu gabak.”

“Belum lagi harus bayar pajak ke pemerintah 10% dan ke bos ikan 20%. Uang yang tersisa nggak bakal sampai 10 ribu gabak. Itu masih belum sampai seperempat utangnya!”

Wajah Herman langsung memucat. Kalau uang yang didapatkan Wira belum mencapai 10 ribu gabak, Wira tidak mungkin bisa membayar utang 40 ribu gabak.

Wulan pun berkata, “Meskipun uang penjualan ikan nggak cukup, aku sudah berikan sebuah gelang giok yang harganya 20 ribu gabak untuk digadaikan. Kalau dia pinjam uang sama kakakku lagi, kita sudah punya cukup uang untuk bayar utang!”

Warga desa mengangguk.

Saat pernikahan mereka, ada juga keluarga Wulan yang datang. Mereka memakai baju sutra yang bagus serta menaiki kereta kuda yang cantik dan besar.

Agus berkata sambil mengelus-elus janggutnya, “Apa kalian tahu aturan penggadaian? Giok cuman bisa digadaikan setengah harga. Jadi, giok seharga 20 ribu gabak juga cuman bisa digadaikan seharga 10 ribu gabak!”

“Keluargamu memang kaya, tapi nggak ada gunanya Wira pergi. Keluarga Linardi toh mau kamu kembali, mana mungkin mereka melewatkan kesempatan ini?”

Setelah mendengar ucapan Agus, Wulan langsung terduduk ke lantai.

Situasinya mungkin memang seperti apa yang dikatakan Agus.

Kakak Wulan pasti memilih menghabiskan lebih banyak uang untuk menebusnya kembali daripada meminjamkan uang pada Wira untuk membayar utang.

Setelah melihat situasi Wulan, para penduduk desa pun merasa kasihan terhadapnya.

Jika Wira tidak bisa membayar utang, sepasang suami istri ini harus menjadi budak Budi.

“Bubarlah! Wira nggak mungkin bisa bayar utang. Rumah ini bakal segera jadi milik Pak Budi. Mana sopan kalian datang dengan membawa tongkat kayu!”

Agus mengibaskan tangannya untuk mengusir warga desa. Kemudian, dia tersenyum dan mengangguk pada Budi.

Sebagai penguasa tertinggi Dusun Darmadi, dia harus memiliki hubungan yang baik dengan kepala desa. Dengan begitu, pajak panen yang mereka serahkan bisa menjadi lebih sedikit.

Saat pejabat kecil punya masalah, penguasa tertinggi dusun akan menolong mereka bahkan bila harus menggertak orang dusunnya.

Lagi pula, Agus juga merasa tidak senang terhadap Wira gara-gara insiden ikan kemarin.

“Kepala dusun kalian juga sudah bilang kalau Wira nggak mungkin bisa bayar utang. Cepat pergi!” teriak Budi pada warga dusun. Dengan bantuan Agus, Budi pun menjadi sombong kembali.

“Yang harus pergi itu kamu!”

Wira masuk ke dalam rumahnya dengan murka.

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 22

    Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 23

    Sony buru-buru berkata, "Tahu. Aku tahu jelas tentang ini!" Sejak usianya yang ke-13 hingga 19 tahun, dia sudah familier dengan siapa pun pencuri, perampok, dan siapa pun yang dikabarkan sebagai pembunuh di sekitar kota-kota terdekat.Dulu, ada pencuri yang membawanya masuk ke geng, tetapi Sony tidak cukup berani sehingga tidak jadi bergabung.Wira yang mendengar detailnya pun bertanya, "Apakah ada geng yang beranggotakan tiga orang? Mereka bisa bela diri dan menggunakan pisau!""Ada!"Sony memikirkannya sejenak, lalu berujar, "Di Dusun Gabrata yang jauhnya sekitar tujuh kilometer dari sini, ada Gavin beserta dua saudaranya. Mereka bisa melompati tembok yang setinggi manusia dalam sekejap dan aku pernah melihatnya sekali. Ayah mereka merupakan pasukan yang turun ke medan perang dan mewariskan ke mereka teknik pedang pembunuh milik pasukan. Teknik itu adalah milik orang-orang kejam dari Dusun Gabrata."Wira pun mengangguk.Ada kemungkinan bahwa ketiga bersaudara ini pencuri yang dipuku

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2688

    Delon berpikir jika Senia benar-benar akan turun tangan, tidak mungkin mengutusnya dan Raja Kresna yang datang ke sini. Namun, sekarang dia malah menggali kuburan untuk diri sendiri dan bahkan melompat ke dalamnya. Benar-benar bodoh.Raja Kresna yang duduk di samping juga menggelengkan kepala dan berpikir mengapa ada orang sebodoh ini di dunia. Benar-benar sangat bodoh.Wira menatap Delon dengan tajam. Melihat Delon yang ragu-ragu, dia kembali berkata, "Bagaimana? Apa kamu nggak mau?"Delon secara refleks menganggukkan kepala.Wira tetap menatap Delon yang berada di depannya dan berkata, "Kalau ibumu nggak datang, sepertinya nggak ada yang bisa membelamu lagi. Kamu mungkin belum tahu, tapi adikku ini juga termasuk keluarga bangsawan. Kedudukanku dan ibumu sejajar. Kamu adalah anak ibumu, sedangkan dia adalah adikku. Jadi, kedudukan kalian berdua itu setara.""Begini saja. Kalau kamu merasa nggak adil, kamu boleh melampiaskan amarahmu itu padanya. Nggak peduli bagaimana caramu menghadap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2687

    Saat ini, Wira memang sudah menyiapkan perjamuan di aula utama. Begitu Wira dan Raja Kresna masuk, perjamuan pun dimulai dan mereka mulai minum bersama-sama.Tanpa perlu saling berdiskusi, Wira dan Raja Kresna sudah inisiatif untuk mengabaikan Delon. Lagi pula, Raja Kresna juga cerdas, dia tahu jelas kelakuan Delon pasti sudah membuat Wira kesal. Jika saat ini dia masih membawa Delon di sampingnya, itu sama saja dengan mencari masalah. Lebih baik dia minum bersama Wira, mungkin saja masih ada peluang untuk membalik keadaannya.Raja Kresna tetap ingat dengan tujuannya datang ke sini adalah untuk membawa Dahlan kembali. Jika tidak berhasil, Senia pasti akan mempersulitnya setelah dia kembali ke Kerajaan Agrel nanti. Ditambah lagi, ada guru agung yang terus mengawasinya."Wira, anak buahmu memukulku. Apa yang akan kamu lakukan soal ini?" Tepat saat Wira dan Raja Kresna sedang menikmati minumannya, terlihat Delon yang berlari masuk dengan tergesa-gesa.Saat para pengawal segera masuk dan h

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2686

    Melihat Agha yang tidak sedang bercanda, Delon akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lembut. Selama masih hidup, dia yakin suatu hari nanti dia bisa membalas dendamnya. Jika dia terus membantah Agha, dia khawatir nyawanya akan melayang. Asalkan bisa lolos, suatu hari nanti pasti akan ada cara untuk memberi pelajaran pada Agha dan memulihkan harga dirinya.Melihat Delon sudah tunduk, Lucy baru mendekat dan berkata, "Sudahlah. Kalau dia sudah tahu kesalahannya, nggak perlu mempermasalahkannya lagi. Sebagai tuan rumah, kita harus lebih menjaga sikap."Mendengar perkataan Lucy, Agha baru menarik kembali kakinya dengan enggan dan berteriak, "Cepat pergi!"Delon terus menganggukkan kepala, lalu segera pergi dari sana tanpa menoleh sedikit pun."Kali ini kamu menanganinya dengan baik," kata Lucy sambil tersenyum setelah Delon pergi.Agha menggaruk kepalanya dengan canggung dan berkata, "Kalau nanti Kak Wira tahu tentang hal ini, dia pasti akan menyalahkanku lagi, 'kan?"Meskipun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2685

    "Kamu berani mengancamku?" kata Delon yang menggertakkan gigi dengan marah dan menatap Lucy dengan ganas. Selain ibunya, tidak ada yang berani berbicara seperti itu padanya di seluruh Kerajaan Agrel. Lucy ini juga hanya kaki tangan Wira, tetapi sudah berani meremehkannya.Saat Delon hendak meledak, terdengar suara dengan nada dingin dari belakang."Nona Lucy, siapa ini? Kenapa dia berteriak-teriak di sini? Tadi sepertinya aku dengar dia menyebut nama kakakku," kata Agha.Delon langsung menoleh dan menatap Agha dari atas sampai bawah. Melihat Agha yang mengenakan pakaian kasar, dia pun tertawa dingin. "Aku dengar sembilan provinsi adalah tanah yang makmur, tapi kenapa orang-orang Wira malah berpakaian seperti ini? Kalau kamu nggak muncul di kediaman jenderal, aku akan mengira kamu ini pengemis. Benar-benar memalukan!"Mendengar perkataan itu, ekspresi Agha langsung berubah karena orang ini menghinanya. Tak lama kemudian, dia maju dua langkah dan langsung meninju wajah Delon.Delon meman

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2684

    Saat itu, Senia bahkan bersiap untuk menyerang Dataran Tengah, sehingga semua orang tidak memiliki kesan baik terhadapnya. Namun, dia adalah tamu dan Wira sendiri yang menyambut, mereka juga tidak berkata apa-apa dan hanya bisa melihat situasinya.Di bawah tatapan semua orang, Wira dan yang lainnya segera memasuki kediaman jenderal.Begitu masuk, Delon baru keluar dari kereta. Setelah melirik Wira, dia bertanya dengan ekspresi yang tetap angkuh, "Di mana adikku?"Meskipun mendengar perkataan Delon, Wira tidak menghiraukannya seolah-olah perkataan Delon hanya angin saja. Dia memang tidak menyandang gelar raja, tetapi dia adalah penguasa dua provinsi juga dan seseorang yang berpengaruh. Bahkan raja dari Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan bahkan Senia sendiri pun tidak berani berbicara dengan sikap seperti ini di hadapannya.Namun, Delon yang hanya seorang pangeran saja pun berani meremehkan dan bahkan berani memerintah Wira. Benar-benar tidak tahu diri.Lucy yang berdiri di samping Wi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2683

    Wira membalas, "Nggak perlu. Bagaimanapun juga, ini adalah Provinsi Yonggu. Kamu sendiri juga sudah bilang Raja Kresna ini selalu berhati-hati. Meskipun benar-benar ada orang-orang itu di sekitarnya, dia juga nggak berani macam-macam. Kalau kita terlalu menyelidiki mereka, malah akan membuat kita yang terlihat kurang baik.""Karena mereka sudah datang sebagai tamu, siapkan semuanya sekarang. Kita akan pergi menyambut mereka."Setelah memberikan beberapa instruksi dan berganti pakaian, Wira mengikuti Lucy keluar.Satu jam kemudian, rombongan perlahan-lahan mendekat di luar gerbang kota. Ada seseorang yang menunggang kuda di depan rombongan itu. Meskipun usia orang itu sudah lima puluhan tahun, dia tetap terlihat gagah perkasa. Dia adalah Raja Kresna yang terkenal."Sudah lama nggak jumpa, Raja Kresna masih berwibawa seperti dulu. Ratu Senia bisa punya jenderal sepertimu di sisinya, pantas saja dia bisa begitu tenang," puji Wira yang maju sambil tersenyum.Raja Kresna yang cerdik segera

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2682

    Jika bukan karena bantuan Wira, Senia juga tidak akan berhasil mendapatkan tanda tangan untuk perjanjian empat wilayah itu. Dilihat dari sudut pandang tertentu, semua wilayah kekuasaannya terletak di wilayah tandas di utara meskipun dia menguasai satu wilayah. Istana utama Kerajaan Agrel juga berada di utara, sehingga tidak terancam ataupun terpengaruh oleh sembilan provinsi.Ada perbedaan besar antara suku-suku di utara dan wilayah tandus di utara. Wilayah suku di utara sangat kecil, sehingga mereka langsung tunduk dengan patuh begitu ditekan Wira. Namun, wilayah tandus di utara sangat luas dan Wira sangat memahami hal itu.Inilah alasan utama mengapa selama ini dia lebih memilih untuk berdamai daripada berperang dengan Kerajaan Agrel. Jika benar-benar terjadi pertempuran, dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun juga. Tidak peduli siapa pun yang menjadi penguasa Kerajaan Agrel, hasilnya tetap sama."Tuan, kali ini yang datang bukan Senia, tapi putra sulungnya, Delon," kata Lucy

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2681

    Di dalam kediaman jenderal. Melihat tumpukan laporan di atas meja, Wira merasa kepalanya agak sakit.Saat berada di Provinsi Lowala, Wira tidak perlu mengkhawatirkan dan ikut campur pada hal-hal ini dan bahkan tidak perlu ikut campur. Dengan adanya Osmaro dan yang lainnya, dia bisa menjadi pemimpin yang lepas tangan. Selama ini, dia tetap tinggal di Provinsi Yonggu hanya untuk membantu Danu menstabilkan situasinya.Danu adalah seorang prajurit, tentu saja ahli dalam memimpin pasukan dan bertarung di medan perang. Dia bahkan bisa memimpin dengan bijaksana dan memiliki keberanian yang luar biasa. Namun, untuk urusan administrasi, dia tidak begitu ahli. Oleh karena itu, Wira tetap tinggal di sana untuk memberikannya sedikit bantuan.Namun, Wira tidak menyangka akan terjadi bencana banjir tepat pada saat seperti ini. Mungkin saja, ini memang sudah takdirnya. Jika dia tidak berada di Provinsi Yonggu, saat ini Danu pasti sudah tak berdaya dan memimpin pasukannya untuk menekan pemberontakan p

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2680

    Senia segera menyahut, "Coba beri tahu aku apa keuntungannya kalau Raja Kresna menemui Wira?"Senia seketika menjadi berminat."Sebenarnya sederhana saja. Aku tahu Ratu mencemaskan Raja Kresna, Raja Ararya, dan Raja Tanuwi. Raja Byakta sudah disingkirkan, tapi ketiga orang ini masih memiliki kekuasaan besar.""Selama masih ada Ratu, mereka tentu nggak berani bertindak sembarangan. Tapi, kalau Ratu menyerahkan takhta kepada salah satu pangeran, pangeran mungkin akan kesulitan menahan mereka.""Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Raja Kresna. Gimana menurutmu?"Harus diakui bahwa ini adalah ide yang sangat kejam. Guru Agung ingin memanfaatkan Wira untuk menyingkirkan Raja Kresna."Kalau Raja Kresna benar-benar mengalami masalah di Provinsi Yonggu dan kabar ini tersebar, sepertinya seluruh rakyat Kerajaan Agrel akan menganggap Wira sebagai musuh. Benar, 'kan? Lagi pula, semua orang di Kerajaan Agrel adalah pejuang sejati," jelas Guru Agung.Seketika, Senia mema

DMCA.com Protection Status