Share

Bab 15

Author: Arif
last update Last Updated: 2023-05-19 13:40:05
Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.

Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”

Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.

Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.

Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”

“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”

Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.

“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”

Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.

Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga terempas ke lantai.

“Pakai tenaga!” seru Budi sambil tersenyum licik.

Setelah didobrak beberapa kali, pintu itu pun terbuka.

Budi mendekati Wulan dengan ekspresi mesum sambil berkata, “Cantik, berhubung si Pemboros itu nggak ada di rumah, kita bisa langsung masuk kamar. Menurut surat perjanjian, kamu itu sudah jadi milikku.”

Wulan buru-buru bangkit dan berlari ke dalam kamar.

“Cantik, jangan buru-buru dong. Baru dibilang sudah langsung masuk kamar?”

Budi tersenyum licik, lalu membuka tirai menuju kamar tidur.

Syut!

Sebuah gunting tiba-tiba melesat ke arah Budi. Dia langsung ketakutan dan buru-buru mundur.

Baru saja dia mundur beberapa langkah, sebilah pisau dapur menebas ke arahnya lagi.

Wulan menyerbu keluar dari kamar dengan memegang sebuah gunting dan sebilah pisau dapur.

Dia tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhnya selain suaminya. Meskipun harus mati, dia juga tidak akan tunduk pada si Tua Bangka ini.

“Ce ... cepat tahan dia!”

Selesai memberi perintah, Budi buru-buru kabur ke luar.

Seorang bawahan melambaikan tongkatnya, lalu pisau dapur dan gunting di tangan Wulan langsung jatuh ke lantai. Kedua bawahan lainnya segera memungut senjata itu.

Wulan yang sudah kehilangan senjatanya pun perlahan-lahan mundur sambil menggenggam pergelangan tangannya.

Budi menyeka keringat dinginnya dengan kesal. Tadi, dia hanya menggoda Wulan. Sebenarnya, ada tokoh besar yang sudah menginginkan Wulan. Jadi, Budi juga tidak bisa menodainya.

Namun, Budi sudah murka begitu mengalami peristiwa mengerikan seperti tadi. Dia pun kehilangan akal sehatnya dan berteriak, “Tahan dia!”

Empat bawahan Budi langsung mengepung Wulan.

“Aku lebih rela mati daripada dilecehkanmu!”

Wulan menguatkan niatnya, lalu membenturkan kepalanya ke dinding.

Tiba-tiba, belasan warga dusun menyerbu masuk dengan memegang tongkat kayu. Mereka semua adalah warga Dusun Darmadi.

Ada orang yang berteriak, “Budi, kamu mau apa! Berhenti sekarang juga! Kalau nggak, kami nggak bakal sungkan lagi!”

Wulan pun menghentikan tindakannya. Dia mengenal orang-orang ini.

Herman dan Hamid adalah adik Paman Hasan. Sementara Sofyan, Said dan Surya adalah kakak-kakak Sony. Sisanya adalah kerabat Wira yang lainnya.

Budi melirik para warga dusun itu, lalu mengikat kembali ikat pinggangnya dan mengeluarkan surat pinjaman. “Aku datang buat tagih utang. Buat apa kalian kemari? Awas aku jebloskan kalian ke penjara pengadilan daerah!”

Setelah mendengar ucapan Budi, ekspresi beberapa warga dusun langsung berubah drastis.

Rakyat biasa paling takut pada pemerintah. Bagi mereka, yang paling bagus adalah tidak perlu berhubungan dengan orang-orang pemerintah.

Namun, kepala desa adalah penghubung warga desa dengan pemerintah. Begitu ada warga desa yang tidak bisa membayar pajak, Budi akan langsung menyuruh orang menjebloskan mereka ke penjara pengadilan daerah.

“Budi, memangnya kamu kira kamu itu pemimpin kabupaten? Seenaknya saja mau tangkap orang!”

Herman memaksakan diri untuk berkata dengan berani, “Memang benar Wira berutang padamu. Tapi kakakku sudah pergi menemani Wira menjual ikan. Kalau mereka pulang, utangnya sudah bisa dibayar.”

Semalam, Hasan menemui Herman dan menyuruhnya untuk lebih memperhatikan rumah Wira karena takut Budi datang berbuat onar. Hasan juga bilang kalau Wira adalah orang baik.

“Benar!” sahut Surya.

Semalam, Sony membawa pulang dua ekor ikan. Sebelum pergi ke ibu kota provinsi tadi pagi, dia juga mengingatkan Surya untuk mencegah orang yang datang menagih utang ke rumah Wira untuk berbuat onar. Dengan begitu, mereka pasti bisa terus makan ikan ke depannya.

“Beraninya kalian membantahku! Awas aku naikkan pajak kalian di musim panen tahun depan!” ujar Budi dengan kesal.

Biasanya, pajak panen yang harus dibayar penduduk desa ditentukan oleh kepala desa. Pajak itu dibayar dalam bentuk memberikan sebagian hasil panen mereka. Kepala desa akan membayar jumlah yang ditentukan kepada pemerintah, lalu menyimpan kelebihannya sendiri atau dibagi-bagikan kepada pejabat kecil lainnya. Jadi, ancaman ini sangat berguna bagi warga desa.

“Naikkan pajak?”

“Dasar bajingan nggak manusiawi! Asal sudah waktunya bayar pajak panen, kamu selalu hanya mengambil sedikit hasil panen warga Dusun Silali, tapi malah mengambil banyak hasil panen Dusun Darmadi!”

“Kalau kamu berani naikkan pajaknya tinggi-tinggi, kami nggak bakal bayar pajak! Kami bakal lapor ke pemimpin kabupaten!”

Warga desa sudah sepenuhnya marah.

Budi mengerutkan keningnya, dia hanya mengatakan hal itu untuk menakut-nakuti mereka, tetapi mereka malah percaya.

“Sudahlah, ribut apa sih!”

Tiba-tiba, Agus berjalan mendekat dan menegur warga desa, “Nggak mau bayar pajak? Kalian mau memberontak, ya! Menurut kalian, pemimpin kabupaten bakal percaya omongan kalian atau omongan Pak Budi yang bantu dia terima hasil panen?”

Para warga menunduk. Amarah dalam hati mereka sudah berkurang begitu mendengar ucapan Agus.

Herman berkata lagi dengan berani, “Tapi kami juga nggak bisa pergi sekarang. Kakakku dan Wira sedang pergi jual ikan. Asal mereka pulang, utangnya sudah bisa dibayar!”

“Apa kamu nggak bisa hitung? Kamu nggak tahu berapa banyak ikan yang harus dijual untuk mendapatkan 40 ribu gabak?”

Agus menatap Herman, lalu berkata dengan meremehkan, “Harga ikan kecil cuman 10 gabak per setengah kilo, sedangkan ikan besar cuman 16 gabak per setengah kilo. Dari ikan yang didapatkan Wira kemarin, ikan besar paling cuman ada 100 kilo, sedangkan ikan kecil cuman 50 kilo. Jadi, dia paling banyak juga cuman bisa hasilkan 14 ribu gabak.”

“Belum lagi harus bayar pajak ke pemerintah 10% dan ke bos ikan 20%. Uang yang tersisa nggak bakal sampai 10 ribu gabak. Itu masih belum sampai seperempat utangnya!”

Wajah Herman langsung memucat. Kalau uang yang didapatkan Wira belum mencapai 10 ribu gabak, Wira tidak mungkin bisa membayar utang 40 ribu gabak.

Wulan pun berkata, “Meskipun uang penjualan ikan nggak cukup, aku sudah berikan sebuah gelang giok yang harganya 20 ribu gabak untuk digadaikan. Kalau dia pinjam uang sama kakakku lagi, kita sudah punya cukup uang untuk bayar utang!”

Warga desa mengangguk.

Saat pernikahan mereka, ada juga keluarga Wulan yang datang. Mereka memakai baju sutra yang bagus serta menaiki kereta kuda yang cantik dan besar.

Agus berkata sambil mengelus-elus janggutnya, “Apa kalian tahu aturan penggadaian? Giok cuman bisa digadaikan setengah harga. Jadi, giok seharga 20 ribu gabak juga cuman bisa digadaikan seharga 10 ribu gabak!”

“Keluargamu memang kaya, tapi nggak ada gunanya Wira pergi. Keluarga Linardi toh mau kamu kembali, mana mungkin mereka melewatkan kesempatan ini?”

Setelah mendengar ucapan Agus, Wulan langsung terduduk ke lantai.

Situasinya mungkin memang seperti apa yang dikatakan Agus.

Kakak Wulan pasti memilih menghabiskan lebih banyak uang untuk menebusnya kembali daripada meminjamkan uang pada Wira untuk membayar utang.

Setelah melihat situasi Wulan, para penduduk desa pun merasa kasihan terhadapnya.

Jika Wira tidak bisa membayar utang, sepasang suami istri ini harus menjadi budak Budi.

“Bubarlah! Wira nggak mungkin bisa bayar utang. Rumah ini bakal segera jadi milik Pak Budi. Mana sopan kalian datang dengan membawa tongkat kayu!”

Agus mengibaskan tangannya untuk mengusir warga desa. Kemudian, dia tersenyum dan mengangguk pada Budi.

Sebagai penguasa tertinggi Dusun Darmadi, dia harus memiliki hubungan yang baik dengan kepala desa. Dengan begitu, pajak panen yang mereka serahkan bisa menjadi lebih sedikit.

Saat pejabat kecil punya masalah, penguasa tertinggi dusun akan menolong mereka bahkan bila harus menggertak orang dusunnya.

Lagi pula, Agus juga merasa tidak senang terhadap Wira gara-gara insiden ikan kemarin.

“Kepala dusun kalian juga sudah bilang kalau Wira nggak mungkin bisa bayar utang. Cepat pergi!” teriak Budi pada warga dusun. Dengan bantuan Agus, Budi pun menjadi sombong kembali.

“Yang harus pergi itu kamu!”

Wira masuk ke dalam rumahnya dengan murka.

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 22

    Doddy menunjukkan posturnya, “Ini Wing Chun yang diwariskan jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”Wira pun terkejut. Teknik yang diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.Di era di mana informasi tersebar di mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.Ada banyak orang yang menontonnya, tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!” Doddy berbisik, “Aya

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 23

    Sony buru-buru berkata, "Tahu. Aku tahu jelas tentang ini!" Sejak usianya yang ke-13 hingga 19 tahun, dia sudah familier dengan siapa pun pencuri, perampok, dan siapa pun yang dikabarkan sebagai pembunuh di sekitar kota-kota terdekat.Dulu, ada pencuri yang membawanya masuk ke geng, tetapi Sony tidak cukup berani sehingga tidak jadi bergabung.Wira yang mendengar detailnya pun bertanya, "Apakah ada geng yang beranggotakan tiga orang? Mereka bisa bela diri dan menggunakan pisau!""Ada!"Sony memikirkannya sejenak, lalu berujar, "Di Dusun Gabrata yang jauhnya sekitar tujuh kilometer dari sini, ada Gavin beserta dua saudaranya. Mereka bisa melompati tembok yang setinggi manusia dalam sekejap dan aku pernah melihatnya sekali. Ayah mereka merupakan pasukan yang turun ke medan perang dan mewariskan ke mereka teknik pedang pembunuh milik pasukan. Teknik itu adalah milik orang-orang kejam dari Dusun Gabrata."Wira pun mengangguk.Ada kemungkinan bahwa ketiga bersaudara ini pencuri yang dipuku

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2826

    Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2825

    Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2824

    "Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2823

    "Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2822

    Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2821

    "Baik."Lucy dan lainnya mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke sosok itu. Setelah badai pasir reda, mereka langsung mengambil tindakan dan mengepung sosok itu.Sosok itu masih terlihat bengong. Tidak ada emosi apa pun pada ekspresinya. Jelas sekali, dia tidak punya kesadaran apa pun lagi, bahkan pantas disebut sebagai mesin pembunuh."Kalau Senia berhasil mengembangkan banyak racun itu, mungkin sembilan provinsi akan jatuh dalam kekacauan. Agha sekalipun bukan lawannya. Kalaupun dikeroyok, manusia biasa tetap bukan lawan mereka. Ketika saat itu tiba, akan ada banyak korban jiwa."Wira tak kuasa menghela napas. Harus diakui bahwa metode Senia ini sungguh kejam. Demi merebut kekuasaan dan mengambil alih sembilan provinsi, dia sampai mengorbankan nyawa manusia dan mengembangkan racun seperti ini.Sayangnya, sekalipun Wira telah membuat persiapan dan membulatkan tekadnya untuk membunuh Senia, mereka tetap berhasil kabur. Pasti sulit untuk menangkap Senia ke depannya. Dia harus mencari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2820

    Wira mengangguk. "Hati-hati."Setelah mendapat izin dari Wira, Agha pun tidak berbasa-basi lagi dan langsung melompat ke depan. Dengan tangan menggenggam palu, dia langsung menyerbu ke arah Senia.Angin kencang terus menerpa, membuat mata Agha terasa perih. Ini bukan angin biasa. Ketika pasir mengenai wajah, rasanya akan sangat sakit. Namun, demi membunuh Senia, Agha tidak takut mempertaruhkan nyawanya.Ketika melihat Agha makin dekat dengan Senia dan hendak melancarkan serangan, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dan mengadang di hadapan Agha."Jadi, kamu adik Wira? Kamu Agha yang disebut sebagai orang terkuat di dunia?" tanya Senia sambil terkekeh-kekeh."Kenapa memangnya?" Agha mendengus dan mengalihkan pandangannya kepada pria di depannya.Penampilan pria ini sangat aneh. Dia memakai zirah yang sudah berkarat dan tidak memiliki senjata apa pun. Selain itu, masih ada helm yang menutupi wajahnya sehingga yang terlihat hanya sepasang matanya.Sepasang mata itu tidak menunjukkan emosi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2819

    "Tuan Wira, kamu berhasil mengejar kami." Nada bicara Senia terdengar lembut, tetapi tatapannya dipenuhi niat membunuh.Di situasi seperti ini, mereka hanya bisa bertarung. Meskipun begitu, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada ekspresi Senia.Senia terkekeh-kekeh, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Jadi, kamu berniat membunuhku hari ini?""Memangnya bisa apa lagi? Aku nggak mungkin membiarkanmu meninggalkan tempat ini, 'kan? Doly sudah memberitahuku semuanya. Kalau dia lebih cepat selangkah, kamu nggak mungkin ada di sini sekarang.""Tapi, nggak masalah. Di sini masih wilayahku. Sekalipun kamu punya sayap, bawahanmu nggak bakal bisa membawamu meninggalkan Provinsi Yonggu dengan selamat.""Hehe." Senia menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyahut, "Aku sudah menebaknya sejak awal. Karena dia sudah di sisimu, dia pasti bakal memberitahumu semuanya. Semua cuma masalah waktu.""Hanya saja, aku nggak menyangka dia sama sekali nggak memikirkan hubungan kami sebelumnya. Dia memberi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2818

    Di wilayah terpencil Provinsi Yonggu.Tempat ini baru saja mengalami bencana alam. Situasi di sini sangat kacau dan berantakan. Banyak desa yang hancur. Jika ingin dibangun kembali, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Saat ini, Senia sedang mengendarai kudanya. Orang-orang di belakang mengikuti. Mereka akan meninggalkan Provinsi Yonggu.Sekelompok orang ini sedang berpacu dengan waktu. Jika terlambat selangkah saja, mereka mungkin akan mati di sini. Panji sekalipun tampak terburu-buru."Ibu, Wira benaran bisa membunuh kita? Aku rasa dia nggak bakal berani. Kami berdua memang cuma pangeran, tapi kamu penguasa Kerajaan Agrel.""Kerajaan Agrel punya ratusan ribu pasukan elite. Kalau perang benaran terjadi, kita juga masih bisa menambah pasukan. Mana mungkin Wira membuat keputusan seceroboh ini?" tanya Dahlan dengan bingung dan terengah-engah.Meskipun Dahlan mengendarai kuda, dia kurang ahli dalam hal ini. Selama ini, dia selalu menaiki kereta kuda ke mana-mana. Dia pun merasa sangat

DMCA.com Protection Status