Genderang Perang Manusia Elektrokinesis

Genderang Perang Manusia Elektrokinesis

last updateLast Updated : 2023-05-04
By:  Gauche Diablo  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
11 ratings. 11 reviews
170Chapters
14.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Kalian menyebutku monster? Baiklah, akan aku kabulkan!" ... Kepahitan di-bully sejak kecil hingga remaja oleh keluarga dan teman-temannya di sekolah, menyebabkan terpupuknya bara dendam tanpa Gian sadari, sampai dia mendapatkan kekuatan aneh dari kucing yang dia tolong, yang mampu membantu dia membalas dendam pada siapapun yang pernah menyakitinya, hingga dia disebut sebagai MONSTER dan bertindak layaknya ANTI-HERO! Apakah setelah Gian memperoleh semua balas dendamnya, dia merasakan kepuasan? Mendapatkan kebahagiaan? Karena Alicia, gadis yang dia cintai, justru menjauh. ***Haihai, Diabolickizz~ find me on IG @gauchediablo___ ***

View More

Latest chapter

Free Preview

1 - Mendapatkan Kekuatan Baru

Seorang pemuda berusia 17 tahun yang masih duduk di kelas 2 SMA, berjalan dengan memegangi pipi dan perutnya. Bukan karena lapar, melainkan karena dia baru dipukuli geng kakak kelasnya dikarenakan cemburu.Dia, Manfred Argianta Bergmans, pemuda blasteran Indonesia-Jerman, bersekolah di SMA Budi Luhur, sebuah sekolah yang cukup mentereng di kotanya.Sambil berjalan, Gian, demikian dia biasa dipanggil, mengingat kekesalannya di angkot ketika semua orang memandang dia dengan pandangan menuduh.Apalagi ibu-ibu berbisik keras sembari mencibir, menuduh dia tukang berkelahi, ahli tawuran, sampah generasi, dan masih banyak fitnahan lainnya.Maka dari itu, Gian lekas meminta turun dari angkot meski belum tiba di dekat area rumahnya. Telinganya sakit mendengar celotehan ngawur mereka.Kini, sambil berjalan, Gian mengingat peristiwa tadi. Sejak pagi, kemalangan seperti terus merundungnya. Dimulai dari kawan-kawan di kelasnya yang meminjam PR kimia, lalu ada juga yang menyuruh dia untuk menyalink

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Shefira Alma
sedih bgt baca bab2 awal (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)
2024-08-10 01:59:11
0
user avatar
Anisa Salsabila P.
Kasian Gian :( Yg sabar yh Gian. Thor, km koq demen bget bkin crita yg nyesek nyiksa artismu sih? ^^ smangat slalu yh Thor.
2024-04-02 12:33:34
0
user avatar
Meriatih Fadilah
wah keren ceritanya
2023-06-15 18:25:15
1
user avatar
Inura Lubyanka
Bagus, Thor! Ceritanya seru dan asik. Gian kasihan sekali, kucingnya juga. Tega ya si ibunya buang hewan selucu itu...
2023-06-15 17:59:00
2
user avatar
Lovely Bintang
keren Thor ayo Nathan tunjukkan kehebatanmu .........
2023-06-15 08:27:04
2
user avatar
Dhanik Rose
wah! tema baru nih di GN! ...️ suka suka suka! ...️
2023-06-14 21:14:24
2
user avatar
YL Wanodya
lanjut thorrr
2023-06-14 21:14:04
2
user avatar
Sape Piye
semangat update bab ny thor...keren cerita ny
2023-04-30 03:10:50
2
user avatar
Nathan Ryuu
cerita tentang super power! yeaahh! ......
2023-03-11 06:01:04
2
user avatar
I Love Candy
lanjut Thor!
2023-03-05 11:06:17
3
user avatar
Aldho Alfina
Bantu promote thor "Penguasa Dewa Naga"
2023-02-06 19:30:08
1
170 Chapters

1 - Mendapatkan Kekuatan Baru

Seorang pemuda berusia 17 tahun yang masih duduk di kelas 2 SMA, berjalan dengan memegangi pipi dan perutnya. Bukan karena lapar, melainkan karena dia baru dipukuli geng kakak kelasnya dikarenakan cemburu.Dia, Manfred Argianta Bergmans, pemuda blasteran Indonesia-Jerman, bersekolah di SMA Budi Luhur, sebuah sekolah yang cukup mentereng di kotanya.Sambil berjalan, Gian, demikian dia biasa dipanggil, mengingat kekesalannya di angkot ketika semua orang memandang dia dengan pandangan menuduh.Apalagi ibu-ibu berbisik keras sembari mencibir, menuduh dia tukang berkelahi, ahli tawuran, sampah generasi, dan masih banyak fitnahan lainnya.Maka dari itu, Gian lekas meminta turun dari angkot meski belum tiba di dekat area rumahnya. Telinganya sakit mendengar celotehan ngawur mereka.Kini, sambil berjalan, Gian mengingat peristiwa tadi. Sejak pagi, kemalangan seperti terus merundungnya. Dimulai dari kawan-kawan di kelasnya yang meminjam PR kimia, lalu ada juga yang menyuruh dia untuk menyalink
Read more

2 - Berduaan dengan Alicia

Gian masih belum percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya, mendadak saja muncul aliran listrik dari ujung jari kanannya. Awalnya dia mengira dia masih di alam mimpi, tapi ternyata tidak.Karena masih diliputi kebingungan, dia mencoba mengingat-ingat apa yang tadi terjadi.Sepertinya tadi dia bermimpi aneh mengenai seorang kakek berambut dan berjenggot putih dengan jubah serba putih pula.Hei! Bukankah tadi si kakek di mimpinya mengaku sebagai kucing kecil yang dia tolong? Ya! Kakek itu berkata demikian! Bahkan Beliau menempelkan tapak tangan ke dahi Gian.Baru saja dia memikirkan mengenai si kakek aneh yang mengaku sebagai jelmaan kucing malang itu, mendadak saja Gian merasakan seluruh otot dan sendinya terasa sakit, bahkan semua tulangnya juga terasa berdenyut hebat, ngilu sampai ke sumsumnya.Kenapa sekedar tidur saja bisa berakibat segila ini? Rasanya seperti ditabrak kereta atau bus, meski dia belum pernah mengalami keduanya. Amit-amit!“Erghh … urrfhh ….” Gian berguling ke ka
Read more

3 - Budak di Rumah

Gian menimbang apakah dia perlu membeberkan penyebab ayahnya kembali ke Jerman? Tapi, ini adalah Alicia yang bertanya.“Oh! Kalau kau tak nyaman mengatakannya, tak perlu dijawab, Gian.” Alicia menyadari keterdiaman Gian.“Ayahku kembali ke negaranya karena tugas pekerjaan,” ucap Gian pada akhirnya, berbohong. Sebenarnya, sang ayah kembali ke Jerman karena menikah lagi dengan perempuan di negara asalnya dan meninggalkan anak dan istri di Indonesia.Untungnya, meski sang ayah brengsek, Beliau masih bersedia memberikan uang secara rutin ke Melinda walau tidak fantastis jumlahnya. Setidaknya, bisa untuk makan sehari-hari.“Kau punya saudara? Kakak atau adik?” Alicia bertanya lagi. “Maaf, yah! Aku jadi ingin tahu banyak mengenaimu. Selama ini kita hanya mengobrol ringan dan singkat saja, tak pernah seserius ini, he he ….”“Tak apa.” Lalu, Gian menyebutkan nama ketiga saudaranya. Di akhir ceritanya, dia menuturkan, “Mereka semua sangat berbeda denganku.”“Berbeda bagaimana?” Alicia makin te
Read more

4 - Dipukuli Seperti Anjing

Melihat baju Melinda ternyata robek akibat kucekannya, Gian ketakutan. Dia sudah pasti tidak akan lolos dari amukan ibunya.Panik, dia bangun dari jongkok dan mencari tempat yang sekiranya bisa digunakan untuk menyembunyikan baju itu. Ah! Sepertinya ember kecil itu tidak pernah dipakai, taruh sana saja dulu.Lega mendapatkan tempat menyembunyikan baju robek Melinda, Gian meneruskan mencuci.Namun, telinganya mendengar suara kakak keduanya, Zohan atau biasa dipanggil Hanz. Pemuda itu pasti baru pulang dari kampus.Tak berapa lama, muncul Zohan di ruang cuci, bicara ke Gian, “Heh, anak haram! Nih, aku tambah cucianmu!” Lalu dia melemparkan beberapa baju dan celana dalam ke ember cucian sehingga mengenai tangan Gian. “Yang bersih, yah! Oh! Celana dalamku sedikit kotor, cuci yang bersih, OK!” Setelah itu, dia melenggang santai, berlalu dari ruang cuci.Gian memperluas lautan kesabarannya.Usai mencuci dan menjemur di halaman sempit belakang rumah, Gian lekas masuk ke kamar untuk mandi sor
Read more

5 - Tikus Itu Bisa Bicara!

Melinda dan Gian sama-sama menoleh ke Carlen ketika lelaki itu berkata kemejanya banyak hilang dan memberikan tuduhan ke Gian. Hati Gian menjerit, ‘Kapan dia menghilangkan kemeja Carlen? Tidak pernah!’Jelas bahwa Carlen sedang memfitnah dia!“Kau! Kau ternyata sudah biasa begini ke baju kami, yah! Kau kesal karena mencuci baju kami?” Suara Melinda berpadu dengan bunyi tongkat dihantamkan ke tubuh Gian, seakan itu bukan anaknya melainkan orang jahat.Setelah sekian belas menit menghajar Gian, Melinda kelelahan dan melihat tongkat di tangannya sudah rusak! “Lihat! Kau tak hanya merusak baju, kau juga merusakkan tongkat ini!” Lalu dilemparnya tongkat rusak itu ke Gian sebelum Beliau masuk ke kamarnya sendiri.Carlen terkekeh culas dan masuk ke kamarnya juga, tontonan sudah berakhir. “Sayang sekali Hanz tidak melihat mama sedang memukuli anjing. Ha ha ha!” Lalu, dia menghilang di balik pintu.Sementara itu, Gian termangu. Dia memandangi tongkat pramuka adiknya yang sudah terburai bambuny
Read more

6 - Si Tikus Putih Bernama Elang

Tikus! Itu benar-benar seekor tikus, dengan tinggi dan bentuk begitu mirip dengan makhluk yang dinamakan tikus putih yang biasa digunakan manusia untuk melakukan percobaan ilmiah di laboratorium. “Tolong katakan padaku, kau benar-benar tikus? Kau benar-benar bicara?” Gian hanya ingin memastikan saja. Siapapun di dunia ini tidak akan percaya bahkan meski jika dipukuli, jika mendengar ada tikus yang bisa berbicara kecuali di cerita fantasi saja. Tikus putih itu berlagak jengah dengan memutar bola mata merah mungilnya ke Gian, lalu berkata, “Apakah kau kekurangan otak sehingga tak bisa mengetahui apakah ini bentuk tikus atau bukan? Ya, aku bukan tikus! Aku dinosaurus, rawrgh!” Gian bukannya tertawa malah mundur ke belakang karena kaget. Mengetahui bercandanya malah tidak memiliki efek seperti yang diharapkan, tikus putih itu mendesah pelan sambil kepalanya lunglai seakan sedang kecewa, “Hgh! Sepertinya kawanku terlalu bodoh sampai dia mewariskan kekuatannya padamu.” Mendengar kata ke
Read more

7 - Kehebohan Pagi Karena Elang

Gian baru saja selesai memasukkan semua buku sekolah yang dia perlukan ke tas dan bersiap keluar dari kamarnya ketika Elang berkata, “Kau hendak pergi sekolah?” Menoleh ke Elang yang masih ada di atas bantalnya, Gian mengangguk dan menjawab, “Iya. Aku harus rajin sekolah atau aku akan jadi sampah masyarakat. Begitu kata papaku dulu.” “Hgh … Bocah, kau terlalu disetir oleh orang lain. Tidak punyakah kau keinginan sendiri?” Elang mulai bangkit berdiri di atas bantal sambil menyilangkan dua lengan mungilnya di depan dada berbulu dia. Gian merasa bingung. Memang apa salahnya mematuhi ucapan orang tua sendiri? Tapi, daripada berdebat dan membuat Elang marah, dia memberikan sahutan, “Aku … aku tidak suka keributan.” Elang memutar kepalanya seakan merasa tak sabar dan jengah. “Ya ampun, bocah ini! Hgh! Kau, bawa aku ke sekolahmu!” “Ka-kamu ingin ikut pergi ke sekolah?” tanya Gian dengan wajah terkejut. Apa jadinya jika nanti dia membawa Elang bersamanya? Mungkin jika Elang seekor binatan
Read more

8 - Menghebohkan Kelas

“Hii! Apa itu?” seru Emilia ketika melihat apa yang menyembul keluar dari saku seragam Gian saat remaja itu mulai melangkah memasuki kelasnya.“Ini … tikus putih.” Gian menjawab sambil menundukkan kepalanya.“Tikus! Ya ampun, tikus!” Aliana menjerit sambil dia menjauh dari Gian.Robert mendelik sambil menghardik Gian, “Kau sungguh menjijikkan!”“Dasar bule palsu menjijikkan!” Sonia ikut menghardik Gian dengan telunjuk menuding tegas.Datanglah Jehan sambil membawa sapu dan bertanya, “Mana tikus? Mana? Biar aku pukul dia!” Kemudian, dia memukuli tubuh Gian menggunakan sapu yang ada di tangannya.Lekas saja Gian menyahut dengan wajah panik sembari berkelit ke sana dan ke sini dari pukulan sapu Jehan, “Jangan! Jangan pukul dia! Dia tidak berbahaya!”“Apanya yang tidak berbahaya? Kau sembarangan saja membawa masuk tikus ke kelas, dasar bule tolol!” Evita yang geram, memarahi Gian tanpa ditahan-tahan.“Pukul saja tikusnya sampai mati! Itu membawa penyakit!” Rendi ikut mengompori Jehan.Ela
Read more

9 - Penghakiman oleh Elang

Mengendap-endap dengan cepat, Elang menyelinap masuk ke dalam kelas Gian. Itu bukan hal sulit bagi tikus, apalagi tubuhnya tergolong kecil dan ramping, sehingga itu mudah saja dilakukan.‘Huh! Kalian ingin menyingkirkan aku? Berani sekali kalian pada Yang Mulia ini!’ geram Elang dalam hatinya.Suasana kelas kembali kondusif dan tenang karena bu guru Ningsih termasuk guru yang tegas dan tak suka keramaian saat Beliau mengajar.Bahkan, sampai bel istirahat pertama berdering, semua terlihat baik-baik saja, hingga ….“Ya ampun! Kok tasku berlubang?” pekik Emilia panik karena tas mahal berharganya sudah memiliki lubang menganga di bagian bawahnya sampai buku dan barang lainnya nyaris jatuh. Dikarenakan itu, dia meratapi tasnya.“Eh! Tasku juga berlubang!” seruan muncul dari Rendi.“Aku juga!” Demikian pula Evita.“Punyaku juga, astaga! Aku bisa dipukul kakakku kalau tas ini rusak begini!” Imelda ketakutan karena itu adalah tas yang dia pinjam dari kakaknya.“Duh, tasku sudah berlubang di s
Read more

10 - Menghadapi Preman Sekolah

Rupanya, Elang termasuk sosok pendendam. Dia tidak suka diremehkan hanya karena bentuk dia sebagai tikus kecil. Namun, karena sifat pendendam itulah makanya Gian yang harus menanggung akibatnya. Dia dipaksa oleh banyak temannya untuk mengganti tas mereka. “Tapi, bukankah belum terbukti kalau itu ulah tikusku?” tanya Gian dengan wajah takut-takut saat membantah kemauan teman-teman kelasnya. Rendi menampar kepala Gian dan berkata, “Sudah jelas itu adalah gigitan tikus, kau masih ingin berkelit?” Evita menambahkan, “Kami ini tidak sebodoh kamu, Bule Palsu! Kami tahu perbedaan rusak alami dan rusak digigit tikus!” “Siapa tahu itu gigitan hewan lain.” Alicia mencoba memberikan pembelaan untuk Gian yang sudah mengkerut karena takut. Imelda melirik tajam ke Alicia sembari berbicara, “Kau ini, Cia, apakah kau sudah tertular kebodohan si Bule Palsu ini, heh? Apa pernah kelas kita mendapat musibah seperti perusakan tas secara masif? Berpikir, dong, Cia!” Yang lainnya mengiyakan setuju pad
Read more
DMCA.com Protection Status