Share

Bab 13

Author: Arif
last update Last Updated: 2023-05-19 13:40:05
“Simpan uangnya!”

Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”

Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.

“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”

“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”

“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”

Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer dari tempat ini. Namun, tidak ada keluarga besar yang bermarga Darmadi di sana.

“Aku berasal dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu!” Wira melambaikan tangannya dengan kesal, “Kalau Pak Hendra nyesal, batalkan saja transaksinya. Aku bisa bertransaksi dengan orang lain dan menjualnya seharga satu juta gabak ke orang lain!”

Kota Pusat Pemerintahan Jagabu adalah kota perbatasan Kerajaan Nuala dengan wilayah bangsa Agrel. Kabupaten Uswal termasuk yurisdiksi Kota Pemerintahan Jagabu. Jika ada orang dari Wilayah Barat yang mau masuk ke wilayah Kerajaan Nuala, pemberhentian pertama mereka adalah Kota Pusat Pemerintahan Jagabu.

Hendra menanyakan semua pertanyaan itu untuk menguji Wira.

“Ini!” Danu langsung mendorong kotaknya kepada Hendra.

Wira sudah berpesan pada yang lainnya untuk langsung menuruti semua perintah Wira. Jadi, Danu pun langsung bertindak sesuai perintah.

Namun, Hendra malah buru-buru mengadang di depan gula putih dan berkata, “Wira, transaksi kita sudah selesai. Uang 600 ribu gabak itu sudah jadi milikmu, sedangkan 10 kilo gula ini milik keluarga Sutedja. Pelayan, antar Tuan Wira keluar.”

Pegawai toko langsung mempersilakan mereka keluar.

Wira masuk ke kereta kuda dengan ekspresi dingin. Kemudian, keempat orang itu pun meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja.

Setelah melihat kereta kuda menjauh, ekspresi Hendra yang tadinya terlihat ramah pun berubah menjadi tajam dan tegas.

Meskipun sikap Wira terlihat seperti putra keluarga kaya, Hendra tetap merasa ada yang aneh.

Selain pakaian pelayan wanita itu, pakaian orang lainnya adalah pakaian baru. Di sisi lain, meskipun Wira mengenakan jubah sutra, kualitas giok dan tas wewangiannya sangat buruk. Kereta kuda yang mereka pakai juga seperti kereta kuda biasa.

Jadi, Hendra tidak begitu percaya bahwa Wira berasal dari keluarga besar.

Selain itu, gula tidak mudah diawetkan. Jika dibawa masuk dari Wilayah Barat yang jauh, gulanya pasti bisa sedikit meleleh. Namun, 10 kilogram gula kristal ini sama sekali belum meleleh.

Hal yang terpenting adalah Kota Pusat Pemerintahan Jagabu lebih makmur daripada Kabupaten Uswal. Kenapa Wira tidak menjual gula kristal ini di sana dan malah datang ke daerah kecil seperti ini?

Keraguan-keraguan ini sudah melekat di benak Hendra. Dia memberi perintah kepada pegawainya, lalu pegawainya itu pun langsung keluar.

“Wah, emasnya banyak banget!”

Di dalam kereta, Lestari mengambil sebatang emas, lalu menggigitnya. Kemudian, dia pun berseru kegirangan, “Kalau bisa menghasilkan 600 ribu gabak sehari, sepuluh hari sudah 6 juta gabak, sebulan 18 juta gabak, setahun sudah 216 juta gabak. Dalam sepuluh tahun, kita sudah bisa mengumpulkan miliaran gabak! Kak Wira, kamu sudah mau kaya raya!”

Wira menggeleng, “Dasar mata duitan! Untuk sementara, gula putih sudah nggak bisa dijual di Kabupaten Uswal!”

Lestari pun bertanya dengan terkejut, “Kenapa?”

Wira menjawab, “Tadi, Hendra nggak berhenti mengujiku. Aku rasa dia punya maksud lain.”

Lestari langsung tercengang. “Kenapa aku nggak merasa begitu?”

Wira menatap ke arah Danu yang duduk di depan, lalu berkata, “Danu, coba lihat ada yang ikutin kita nggak?”

Lestari langsung cemberut. “Kak Wira, transaksi kita sudah selesai, untuk apa Pak Hendra suruh orang ikuti kita?”

Begitu Lestari selesai bicara, Danu pun menjawab, “Kak Wira, benar katamu! Pegawai toko Pak Hendra memang lagi ikuti kita!”

“Mana mungkin!” Lestari pun melihat ke luar jendela. Setelah melihat memang ada pegawai toko gula yang mengikuti mereka dari jauh, dia pun tercengang.

Wira berkata dengan suara yang berat, “Ini karena aku berlagak jadi putra keluarga besar.”

Lestari bertanya dengan bingung, “Gimana kalau kamu jual gula putih dengan status penduduk desa?”

Wira mendengus. “Mungkin mereka bakal langsung menangkapku, lalu menginterogasiku soal cara memurnikan gula putih!”

Semua orang mengira bahwa orang yang melewati dimensi ke zaman kuno bisa menguasai dunia karena mempunyai keterampilan. Nyatanya, orang berkemampuan tinggi yang tidak mengerti kondisi pada zaman itu hanya akan dikendalikan orang. Mereka akan dianggap sebagai pencetak uang yang bisa dimanfaatkan dengan mudah.

“Nggak mungkin deh?” Lestari berkata dengan ragu, “Keluarga Sutedja terkenal baik dan dermawan di ibu kota provinsi!”

Wira menggeleng dan berkata dengan serius, “Lestari, orang yang benar-benar baik hati nggak bakal sukses. Kamu nggak ngerti seberapa besar keuntungan yang bisa didapatkan dari pemurnian gula mentah menjadi gula putih. Kalau keluarga Sutedja mengetahui teknik ini, mereka pasti bisa menjadi salah satu keluarga terkaya di dunia. Mana mungkin Hendra melewatkan kesempatan untuk dapat keuntungan sebesar ini!”

Ini adalah pertama kalinya Lestari bertemu dengan masalah seperti ini. Dia pun menjadi takut dan bertanya, “Ja ... jadi, gimana ini?”

Danu dan Sony juga ketakutan. Ini pertama kalinya mereka merasa dunia ini jauh lebih rumit daripada yang mereka bayangkan.

Wira berpesan, “Kalau sudah pulang nanti, cepat habiskan semua gula putih itu. Jangan biarkan orang lain melihatnya. Akhir-akhir ini, kamu juga jangan keluar rumah dulu. Kalau mau beli sayur, suruh Paman Suryadi saja. Nanti aku pergi ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu saja untuk jual gula putihnya.”

Lestari langsung terkejut. “Ini sudah cukup bahaya, tapi kamu masih mau pergi ke kota pusat pemerintahan?”

Wira terkekeh, lalu berkata, “Di tempat yang makin besar, uang makin mudah didapatkan. Di kota pusat pemerintahan, 10 kilo gula putih ini paling nggak bisa dijual sejuta gabak.”

Lestari langsung tergagap, “Se ... sejuta gabak?”

“Danu, hentikan mobilnya. Beri pelajaran pada pegawai toko itu!” Wira lanjut berkata, “Suruh dia sampaikan pada Pak Hendra. Kalau mau berbisnis dengan jujur, kelak kita pasti bisa kerja sama lagi. Tapi kalau dia punya niat buruk, jangan harap aku bekerja sama dengannya lagi.”

Tidak lama kemudian, pegawai itu kembali ke Toko Gula Keluarga Sutedja. Dia menunjukkan pergelangan tangannya yang bengkak dan menyampaikan pesan Wira.

Setelah mendengar hal itu, ekspresi Hendra langsung menjadi sangat suram.

...

Satu jam kemudian, setelah berbelanja dan mengembalikan kereta kuda, ketujuh orang itu berkumpul di depan gerbang kota.

Melihat barang bawaan Wira yang begitu banyak, Suryadi pun panik. “Lestari, kenapa kamu nggak nasihatin Kak Wira untuk jangan belanja begitu banyak? Utangnya masih belum lunas, lho!”

Lestari langsung menunduk dengan malu. Dia sudah berusaha menasihati Wira, tetapi Wira malah langsung membelikannya gelang, anting dan jepit rambut tanpa melakukan tawar-menawar. Wira juga membelikannya dua set baju, sepatu dan bedak pipi merah yang sudah dia inginkan sejak lama.

Bukan hanya begitu, Wira tentu saja juga berbelanja untuk orang lainnya.

Wira memberikan sebuah tas kain kepada Suryadi. “Paman, jangan salahkan Lestari. Sebagai kakak sepupunya, sudah seharusnya aku membelikannya sedikit hadiah. Ini pakaian dan sepatu untuk Paman. Nanti coba pakai cocok atau nggak!”

“Hah? Ada hadiahku juga? Ngapain kamu habisin uang beli semua ini untukku? Aku nggak kekurangan apa-apa kok.”

Suryadi menerima tas kain itu sambil tersenyum senang. “Berapa banyak yang kamu habiskan? Apa masih cukup bayar utang? Kalau nggak cukup, Paman pinjamin uangnya!”

“Sudah cukup kok, Paman. Waktunya sudah larut, kami pulang dulu ya!”

Wira melambaikan tangannya, lalu mengingati Lestari lagi, “Jangan lupa soal pesanku!”

“Iya!” jawab Lestari dengan kesal.

Sepanjang perjalanan mereka tadi, Wira sudah mengingatkannya berkali-kali untuk tidak membocorkan cara pembuatan gula putih. Wira juga menyuruhnya untuk menyimpan gula itu dengan baik dan menghabiskannya secepat mungkin.

Setelah berpamitan, Wira dan yang lainnya pun pulang.

Suryadi menatap kepergian mereka, lalu bertanya pada Lestari setelah mereka sudah jauh, “Berapa hasil penjualan gula putih Wira? Kenapa dia bisa membeli begitu banyak barang?”

Lestari menjawab, “Enam ....”

“Enam puluh ribu gabak?” Sebelum Lestari sempat menyelesaikan kata-katanya, Suryadi sudah memotong, “Kalau gitu, yang tersisa setelah bayar utang juga cuman 20 ribu gabak. Kenapa kamu nggak nasihati dia supaya nggak sembarangan belanja?”

Lestari melihat ke sekeliling, lalu berbisik, “Ayah, bukan 60 ribu gabak, tapi 600 ribu gabak!”

“A ... apa? E ... enam ratus ribu? Astaga! Mana mungkin!” ujar Suryadi dengan terbata-bata.

Lestari lanjut berkata, “Ayah, kukasih tahu deh. Kak Wira jago sandiwara, lho ....”

Setelah mendengar cerita Lestari, Suryadi pun mengerutkan keningnya. “Kenapa pakaian dan kain ini berat banget?”

Begitu melihat ke dalam, ternyata ada sebatang emas dan dua batang perak yang terselip di dalam pakaiannya.

Lestari pun terkejut. Tadi, mereka semua belanja bersama. Namun, Lestari tidak tahu kapan Wira memasukkan uang itu ke dalam tas kain ini.

Suryadi juga terkejut, lalu berkata dengan berlinang air mata, “Kak, Wira sudah besar. Dia sudah bisa menyayangi orang lain. Sayang sekali kamu sudah meninggal. Kalau nggak, kamu pasti bisa hidup bahagia.”
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ketut Jowo
menarik ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2826

    Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2825

    Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2824

    "Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2823

    "Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2822

    Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2821

    "Baik."Lucy dan lainnya mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke sosok itu. Setelah badai pasir reda, mereka langsung mengambil tindakan dan mengepung sosok itu.Sosok itu masih terlihat bengong. Tidak ada emosi apa pun pada ekspresinya. Jelas sekali, dia tidak punya kesadaran apa pun lagi, bahkan pantas disebut sebagai mesin pembunuh."Kalau Senia berhasil mengembangkan banyak racun itu, mungkin sembilan provinsi akan jatuh dalam kekacauan. Agha sekalipun bukan lawannya. Kalaupun dikeroyok, manusia biasa tetap bukan lawan mereka. Ketika saat itu tiba, akan ada banyak korban jiwa."Wira tak kuasa menghela napas. Harus diakui bahwa metode Senia ini sungguh kejam. Demi merebut kekuasaan dan mengambil alih sembilan provinsi, dia sampai mengorbankan nyawa manusia dan mengembangkan racun seperti ini.Sayangnya, sekalipun Wira telah membuat persiapan dan membulatkan tekadnya untuk membunuh Senia, mereka tetap berhasil kabur. Pasti sulit untuk menangkap Senia ke depannya. Dia harus mencari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2820

    Wira mengangguk. "Hati-hati."Setelah mendapat izin dari Wira, Agha pun tidak berbasa-basi lagi dan langsung melompat ke depan. Dengan tangan menggenggam palu, dia langsung menyerbu ke arah Senia.Angin kencang terus menerpa, membuat mata Agha terasa perih. Ini bukan angin biasa. Ketika pasir mengenai wajah, rasanya akan sangat sakit. Namun, demi membunuh Senia, Agha tidak takut mempertaruhkan nyawanya.Ketika melihat Agha makin dekat dengan Senia dan hendak melancarkan serangan, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dan mengadang di hadapan Agha."Jadi, kamu adik Wira? Kamu Agha yang disebut sebagai orang terkuat di dunia?" tanya Senia sambil terkekeh-kekeh."Kenapa memangnya?" Agha mendengus dan mengalihkan pandangannya kepada pria di depannya.Penampilan pria ini sangat aneh. Dia memakai zirah yang sudah berkarat dan tidak memiliki senjata apa pun. Selain itu, masih ada helm yang menutupi wajahnya sehingga yang terlihat hanya sepasang matanya.Sepasang mata itu tidak menunjukkan emosi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2819

    "Tuan Wira, kamu berhasil mengejar kami." Nada bicara Senia terdengar lembut, tetapi tatapannya dipenuhi niat membunuh.Di situasi seperti ini, mereka hanya bisa bertarung. Meskipun begitu, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada ekspresi Senia.Senia terkekeh-kekeh, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Jadi, kamu berniat membunuhku hari ini?""Memangnya bisa apa lagi? Aku nggak mungkin membiarkanmu meninggalkan tempat ini, 'kan? Doly sudah memberitahuku semuanya. Kalau dia lebih cepat selangkah, kamu nggak mungkin ada di sini sekarang.""Tapi, nggak masalah. Di sini masih wilayahku. Sekalipun kamu punya sayap, bawahanmu nggak bakal bisa membawamu meninggalkan Provinsi Yonggu dengan selamat.""Hehe." Senia menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyahut, "Aku sudah menebaknya sejak awal. Karena dia sudah di sisimu, dia pasti bakal memberitahumu semuanya. Semua cuma masalah waktu.""Hanya saja, aku nggak menyangka dia sama sekali nggak memikirkan hubungan kami sebelumnya. Dia memberi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2818

    Di wilayah terpencil Provinsi Yonggu.Tempat ini baru saja mengalami bencana alam. Situasi di sini sangat kacau dan berantakan. Banyak desa yang hancur. Jika ingin dibangun kembali, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Saat ini, Senia sedang mengendarai kudanya. Orang-orang di belakang mengikuti. Mereka akan meninggalkan Provinsi Yonggu.Sekelompok orang ini sedang berpacu dengan waktu. Jika terlambat selangkah saja, mereka mungkin akan mati di sini. Panji sekalipun tampak terburu-buru."Ibu, Wira benaran bisa membunuh kita? Aku rasa dia nggak bakal berani. Kami berdua memang cuma pangeran, tapi kamu penguasa Kerajaan Agrel.""Kerajaan Agrel punya ratusan ribu pasukan elite. Kalau perang benaran terjadi, kita juga masih bisa menambah pasukan. Mana mungkin Wira membuat keputusan seceroboh ini?" tanya Dahlan dengan bingung dan terengah-engah.Meskipun Dahlan mengendarai kuda, dia kurang ahli dalam hal ini. Selama ini, dia selalu menaiki kereta kuda ke mana-mana. Dia pun merasa sangat

DMCA.com Protection Status