Share

Bab 13

Author: Arif
“Simpan uangnya!”

Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”

Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.

“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”

“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”

“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”

Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer dari tempat ini. Namun, tidak ada keluarga besar yang bermarga Darmadi di sana.

“Aku berasal dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu!” Wira melambaikan tangannya dengan kesal, “Kalau Pak Hendra nyesal, batalkan saja transaksinya. Aku bisa bertransaksi dengan orang lain dan menjualnya seharga satu juta gabak ke orang lain!”

Kota Pusat Pemerintahan Jagabu adalah kota perbatasan Kerajaan Nuala dengan wilayah bangsa Agrel. Kabupaten Uswal termasuk yurisdiksi Kota Pemerintahan Jagabu. Jika ada orang dari Wilayah Barat yang mau masuk ke wilayah Kerajaan Nuala, pemberhentian pertama mereka adalah Kota Pusat Pemerintahan Jagabu.

Hendra menanyakan semua pertanyaan itu untuk menguji Wira.

“Ini!” Danu langsung mendorong kotaknya kepada Hendra.

Wira sudah berpesan pada yang lainnya untuk langsung menuruti semua perintah Wira. Jadi, Danu pun langsung bertindak sesuai perintah.

Namun, Hendra malah buru-buru mengadang di depan gula putih dan berkata, “Wira, transaksi kita sudah selesai. Uang 600 ribu gabak itu sudah jadi milikmu, sedangkan 10 kilo gula ini milik keluarga Sutedja. Pelayan, antar Tuan Wira keluar.”

Pegawai toko langsung mempersilakan mereka keluar.

Wira masuk ke kereta kuda dengan ekspresi dingin. Kemudian, keempat orang itu pun meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja.

Setelah melihat kereta kuda menjauh, ekspresi Hendra yang tadinya terlihat ramah pun berubah menjadi tajam dan tegas.

Meskipun sikap Wira terlihat seperti putra keluarga kaya, Hendra tetap merasa ada yang aneh.

Selain pakaian pelayan wanita itu, pakaian orang lainnya adalah pakaian baru. Di sisi lain, meskipun Wira mengenakan jubah sutra, kualitas giok dan tas wewangiannya sangat buruk. Kereta kuda yang mereka pakai juga seperti kereta kuda biasa.

Jadi, Hendra tidak begitu percaya bahwa Wira berasal dari keluarga besar.

Selain itu, gula tidak mudah diawetkan. Jika dibawa masuk dari Wilayah Barat yang jauh, gulanya pasti bisa sedikit meleleh. Namun, 10 kilogram gula kristal ini sama sekali belum meleleh.

Hal yang terpenting adalah Kota Pusat Pemerintahan Jagabu lebih makmur daripada Kabupaten Uswal. Kenapa Wira tidak menjual gula kristal ini di sana dan malah datang ke daerah kecil seperti ini?

Keraguan-keraguan ini sudah melekat di benak Hendra. Dia memberi perintah kepada pegawainya, lalu pegawainya itu pun langsung keluar.

“Wah, emasnya banyak banget!”

Di dalam kereta, Lestari mengambil sebatang emas, lalu menggigitnya. Kemudian, dia pun berseru kegirangan, “Kalau bisa menghasilkan 600 ribu gabak sehari, sepuluh hari sudah 6 juta gabak, sebulan 18 juta gabak, setahun sudah 216 juta gabak. Dalam sepuluh tahun, kita sudah bisa mengumpulkan miliaran gabak! Kak Wira, kamu sudah mau kaya raya!”

Wira menggeleng, “Dasar mata duitan! Untuk sementara, gula putih sudah nggak bisa dijual di Kabupaten Uswal!”

Lestari pun bertanya dengan terkejut, “Kenapa?”

Wira menjawab, “Tadi, Hendra nggak berhenti mengujiku. Aku rasa dia punya maksud lain.”

Lestari langsung tercengang. “Kenapa aku nggak merasa begitu?”

Wira menatap ke arah Danu yang duduk di depan, lalu berkata, “Danu, coba lihat ada yang ikutin kita nggak?”

Lestari langsung cemberut. “Kak Wira, transaksi kita sudah selesai, untuk apa Pak Hendra suruh orang ikuti kita?”

Begitu Lestari selesai bicara, Danu pun menjawab, “Kak Wira, benar katamu! Pegawai toko Pak Hendra memang lagi ikuti kita!”

“Mana mungkin!” Lestari pun melihat ke luar jendela. Setelah melihat memang ada pegawai toko gula yang mengikuti mereka dari jauh, dia pun tercengang.

Wira berkata dengan suara yang berat, “Ini karena aku berlagak jadi putra keluarga besar.”

Lestari bertanya dengan bingung, “Gimana kalau kamu jual gula putih dengan status penduduk desa?”

Wira mendengus. “Mungkin mereka bakal langsung menangkapku, lalu menginterogasiku soal cara memurnikan gula putih!”

Semua orang mengira bahwa orang yang melewati dimensi ke zaman kuno bisa menguasai dunia karena mempunyai keterampilan. Nyatanya, orang berkemampuan tinggi yang tidak mengerti kondisi pada zaman itu hanya akan dikendalikan orang. Mereka akan dianggap sebagai pencetak uang yang bisa dimanfaatkan dengan mudah.

“Nggak mungkin deh?” Lestari berkata dengan ragu, “Keluarga Sutedja terkenal baik dan dermawan di ibu kota provinsi!”

Wira menggeleng dan berkata dengan serius, “Lestari, orang yang benar-benar baik hati nggak bakal sukses. Kamu nggak ngerti seberapa besar keuntungan yang bisa didapatkan dari pemurnian gula mentah menjadi gula putih. Kalau keluarga Sutedja mengetahui teknik ini, mereka pasti bisa menjadi salah satu keluarga terkaya di dunia. Mana mungkin Hendra melewatkan kesempatan untuk dapat keuntungan sebesar ini!”

Ini adalah pertama kalinya Lestari bertemu dengan masalah seperti ini. Dia pun menjadi takut dan bertanya, “Ja ... jadi, gimana ini?”

Danu dan Sony juga ketakutan. Ini pertama kalinya mereka merasa dunia ini jauh lebih rumit daripada yang mereka bayangkan.

Wira berpesan, “Kalau sudah pulang nanti, cepat habiskan semua gula putih itu. Jangan biarkan orang lain melihatnya. Akhir-akhir ini, kamu juga jangan keluar rumah dulu. Kalau mau beli sayur, suruh Paman Suryadi saja. Nanti aku pergi ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu saja untuk jual gula putihnya.”

Lestari langsung terkejut. “Ini sudah cukup bahaya, tapi kamu masih mau pergi ke kota pusat pemerintahan?”

Wira terkekeh, lalu berkata, “Di tempat yang makin besar, uang makin mudah didapatkan. Di kota pusat pemerintahan, 10 kilo gula putih ini paling nggak bisa dijual sejuta gabak.”

Lestari langsung tergagap, “Se ... sejuta gabak?”

“Danu, hentikan mobilnya. Beri pelajaran pada pegawai toko itu!” Wira lanjut berkata, “Suruh dia sampaikan pada Pak Hendra. Kalau mau berbisnis dengan jujur, kelak kita pasti bisa kerja sama lagi. Tapi kalau dia punya niat buruk, jangan harap aku bekerja sama dengannya lagi.”

Tidak lama kemudian, pegawai itu kembali ke Toko Gula Keluarga Sutedja. Dia menunjukkan pergelangan tangannya yang bengkak dan menyampaikan pesan Wira.

Setelah mendengar hal itu, ekspresi Hendra langsung menjadi sangat suram.

...

Satu jam kemudian, setelah berbelanja dan mengembalikan kereta kuda, ketujuh orang itu berkumpul di depan gerbang kota.

Melihat barang bawaan Wira yang begitu banyak, Suryadi pun panik. “Lestari, kenapa kamu nggak nasihatin Kak Wira untuk jangan belanja begitu banyak? Utangnya masih belum lunas, lho!”

Lestari langsung menunduk dengan malu. Dia sudah berusaha menasihati Wira, tetapi Wira malah langsung membelikannya gelang, anting dan jepit rambut tanpa melakukan tawar-menawar. Wira juga membelikannya dua set baju, sepatu dan bedak pipi merah yang sudah dia inginkan sejak lama.

Bukan hanya begitu, Wira tentu saja juga berbelanja untuk orang lainnya.

Wira memberikan sebuah tas kain kepada Suryadi. “Paman, jangan salahkan Lestari. Sebagai kakak sepupunya, sudah seharusnya aku membelikannya sedikit hadiah. Ini pakaian dan sepatu untuk Paman. Nanti coba pakai cocok atau nggak!”

“Hah? Ada hadiahku juga? Ngapain kamu habisin uang beli semua ini untukku? Aku nggak kekurangan apa-apa kok.”

Suryadi menerima tas kain itu sambil tersenyum senang. “Berapa banyak yang kamu habiskan? Apa masih cukup bayar utang? Kalau nggak cukup, Paman pinjamin uangnya!”

“Sudah cukup kok, Paman. Waktunya sudah larut, kami pulang dulu ya!”

Wira melambaikan tangannya, lalu mengingati Lestari lagi, “Jangan lupa soal pesanku!”

“Iya!” jawab Lestari dengan kesal.

Sepanjang perjalanan mereka tadi, Wira sudah mengingatkannya berkali-kali untuk tidak membocorkan cara pembuatan gula putih. Wira juga menyuruhnya untuk menyimpan gula itu dengan baik dan menghabiskannya secepat mungkin.

Setelah berpamitan, Wira dan yang lainnya pun pulang.

Suryadi menatap kepergian mereka, lalu bertanya pada Lestari setelah mereka sudah jauh, “Berapa hasil penjualan gula putih Wira? Kenapa dia bisa membeli begitu banyak barang?”

Lestari menjawab, “Enam ....”

“Enam puluh ribu gabak?” Sebelum Lestari sempat menyelesaikan kata-katanya, Suryadi sudah memotong, “Kalau gitu, yang tersisa setelah bayar utang juga cuman 20 ribu gabak. Kenapa kamu nggak nasihati dia supaya nggak sembarangan belanja?”

Lestari melihat ke sekeliling, lalu berbisik, “Ayah, bukan 60 ribu gabak, tapi 600 ribu gabak!”

“A ... apa? E ... enam ratus ribu? Astaga! Mana mungkin!” ujar Suryadi dengan terbata-bata.

Lestari lanjut berkata, “Ayah, kukasih tahu deh. Kak Wira jago sandiwara, lho ....”

Setelah mendengar cerita Lestari, Suryadi pun mengerutkan keningnya. “Kenapa pakaian dan kain ini berat banget?”

Begitu melihat ke dalam, ternyata ada sebatang emas dan dua batang perak yang terselip di dalam pakaiannya.

Lestari pun terkejut. Tadi, mereka semua belanja bersama. Namun, Lestari tidak tahu kapan Wira memasukkan uang itu ke dalam tas kain ini.

Suryadi juga terkejut, lalu berkata dengan berlinang air mata, “Kak, Wira sudah besar. Dia sudah bisa menyayangi orang lain. Sayang sekali kamu sudah meninggal. Kalau nggak, kamu pasti bisa hidup bahagia.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ketut Jowo
menarik ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 21

    Wulan berbisik, “Apa mungkin itu orang dari pengadilan daerah?”Wira menggeleng. “Waktu Budi pergi, gerbang kota sudah tutup. Dia nggak mungkin bisa pergi ke pengadilan daerah. Lagian, kalau itu memang orang pengadilan daerah, mereka pasti langsung mendobrak pintu. Ini perampok, tapi aku nggak tahu ada berapa orang. Kamu sembunyi saja di bawah ranjang!”Wulan menggeleng. “Walau aku itu perempuan, aku tetap bisa bantu kamu. Nggak ada yang bisa tahan kalau kepalanya dihantam.”“Oke. Jangan pakai sepatu. Begitu pintunya terbuka, kita langsung hantam kepala mereka!” bisik Wira.Mereka berdua tidak menghidupkan lampu. Setelah mengeluarkan parang dan tongkat kayu, mereka pun berjalan ke aula utama tanpa alas kaki.Dengan cahaya bulan dan bintang yang masuk melalui celah pintu, mereka bisa samar-samar melihat ujung pisau yang digunakan perampok untuk membuka gerendel pintu mereka.Ckit, ckit ....Gerendel pintu mereka perlahan-lahan terbuka.Wira dan Wulan pun menjadi tegang.Wira ingin langs

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3330

    Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3329

    "Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3328

    "Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3327

    Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3326

    Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3325

    "Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3324

    "Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3323

    "Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3322

    Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status