Share

Bab 12

Author: Arif
Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.

Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”

Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.

Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.

Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”

“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”

Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seulas senyum ramah muncul di wajahnya.

Setelah melihat pakaian mereka yang bagus, Hendra langsung merasa Wira berasal dari keluarga yang sekaya keluarga Sutedja.

“Namaku Wira. Pak Hendra, dengar-dengar kamu itu pedagang makanan manis yang paling berpengalaman di Kabupaten Uswal. Aku punya sedikit barang langka. Entah kamu pernah lihat apa nggak.”

Sebelum menunggu Hendra mempersilakannya duduk, Wira sudah langsung duduk.

Sony menuruti perintah Wira untuk meletakkan kotak cendana yang dia pegang di atas meja, lalu kembali ke tempatnya.

Setelah itu, Lestari pun maju dan membuka kotak cendana itu. Saat mengangkat sapu tangan yang menutupi kotak itu, dia membatin, ‘Kak Wira ngapain sih? Kenapa nggak langsung suruh Sony buka? Lagian, apa kegunaan sapu tangan ini.’

Saat Lestari melangkah ke samping, Hendra yang melihat gula putih di dalam kotak itu langsung terkejut. Dia buru-buru melangkah maju dan berseru, “Ke ... kenapa kamu bisa punya begitu banyak lapisan gula?”

Pada saat merebus gula mentah, kadang-kadang bisa terbentuk lapisan gula. Namun, jumlahnya hanya sedikit. Di dalam kotak cendana yang sebesar ini, ada sekitar 4-5 kilogram lapisan gula. Hendra sangat penasaran dari mana Wira mendapatkannya.

“Pak Hendra, itu bukan lapisan gula, melainkan gula kristal dari Wilayah Barat!”

Wira memutar matanya, seolah-olah sedang menghadapi orang desa, “Coba saja!”

Lestari membelalakkan matanya. Dia sangat terkejut saat melihat Wira yang mampu berbohong dengan begitu baik. Siang tadi, Wira baru memberi tahu mereka bahwa itu adalah gula putih. Sekarang, dia malah memperkenalkannya sebagai gula kristal dari Wilayah Barat kepada Pak Hendra.

Lestari merasa tindakan Wira sangat mengesalkan dan sombong. Sementara Danu dan Sony tetap terlihat cemberut sesuai perintah Wira.

“Gula kristal dari Wilayah Barat!” Pak Hendra dengan hati-hati mengambil sedikit gula untuk mencicipinya. Setelah itu, matanya langsung berbinar.

Gula ini jauh lebih manis daripada gula cokelat dan juga terlihat jernih, memang cocok disebut sebagai ‘gula kristal’.

Jika ada yang bisa memasok gula kristal untuk Hendra, dia bisa menjadi pedagang gula terbesar di Provinsi Jawali.

Meskipun sangat menginginkannya, Hendra tetap berkata dengan tenang, “Apa kamu membawa gula kristal ini ke Toko Gula Keluarga Sutedja supaya aku bisa membantumu menjualnya? Tapi ini masih belum akhir tahun, bisnis gula masih belum begitu lancar.”

Dari pengalaman berdagangnya selama ini, Hendra tahu bahwa dia tidak boleh bersikap terlalu antusias meskipun sangat menginginkan sesuatu. Jika tidak, penjual akan menaikkan harganya. Sebaiknya dia berpura-pura untuk tidak menginginkannya. Jadi, orang lain yang akan memohon padanya. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan keuntungan besar.

“Pak Hendra, bukan begitu. Aku cuman datang buat tanya harga, lalu aku masih mau pergi tanya pada Pak Saul. Habis pulang ke kota pusat pemerintahan, aku baru bakal buat keputusan!”

Wira membuka kipasnya, lalu bangkit. “Kalau Pak Hendra nggak mau, aku pamit dulu! Ayo, kita pergi ke Toko Gula Keluarga Wibowo!”

Saat melihat sandiwara Wira, Lestari pun tersenyum kecil. Dia merasa akting Wira sangat bagus. Jelas-jelas dia berasal dari Dusun Darmadi, tetapi malah mengatakan bahwa dirinya berasal dari kota pusat pemerintahan.

Lagi pula, sekarang dia punya utang 40 ribu gabak dan harus segera menjual gula agar bisa bayar utang. Namun, dia malah bertindak seolah-olah tidak mau menjualnya. Sementara Hendra, dia jelas-jelas sangat menginginkan gula ini, tetapi malah berpura-pura tidak menginginkannya.

Mereka berdua sama liciknya!

Setelah mendengar ucapan Wira, Sony buru-buru maju dan menutup kotak cendana. Kemudian, dia mengangkat kotak itu dan bersiap-siap untuk pergi.

Sebelum datang, Wira sudah berpesan kepada mereka untuk langsung mengikuti apa pun perintahnya.

“Haish, Wira, aku toh nggak bilang nggak mau!” Hendra langsung menahan Wira dan berkata, “Aku bakal beli gula kristal ini 1.000 gabak per setengah kilo.”

Keluarga Wibowo juga menjual gula. Jika mereka mendapatkan gula kristal ini, bisnis mereka pasti menjadi jauh lebih baik daripada bisnis keluarga Sutedja.

Setelah mendengar ucapan Hendra, Lestari mendengus dalam hati. Tadi, dia yang mengestimasikan harga itu. Ternyata gula ini memang bisa terjual dengan harga setinggi itu!

“Seribu gabak?” Wira melirik Hendra dengan tatapan merendahkan, lalu berkata dengan cemberut, “Minggir!”

“Wira, aku salah! Gimana kalau 1.500 gabak? Nggak ... Gimana kalau ... 2.500 gabak?”

Hendra tersenyum sambil menaikkan harga. Saat melihat Wira masih tidak memedulikannya dan hendak pergi, dia pun berseru, “Baik, Wira. Aku nggak bakal dapat keuntungan. Anggap saja kita berteman, aku kasih 3.000 gabak per setengah kilo.”

Lestari memandang kejadian ini dengan gugup. Dia berharap Wira langsung setuju karena 3.000 gabak sudah lebih tinggi tiga kali lipat dari perkiraannya.

Danu dan Sony juga sedikit lemas setelah mendengar harganya.

Meskipun penduduk desa bercocok tanam dengan susah payah selama setahun, mereka juga tidak mungkin bisa menghasilkan 3.000 gabak. Namun, gula putih yang dihasilkan Wira ini malah bisa dijual 3.000 gabak per setengah kilogram.

“Aku nggak layak berteman sama Pak Hendra. Aku pamit dulu!” Wira tersenyum dingin, lalu lanjut berjalan keluar.

“Wira, gimanapun juga, ini cuman makanan. Harga 3.000 gabak sudah sangat tinggi! Baiklah, aku nggak masalah rugi dikit. Gimana kalau 4.000 gabak?”

Hendra menaikkan harga lagi. Namun, saat melihat Wira yang tetap tidak menghiraukannya, dia pun berkata dengan kesal, “Wira, gimana kalau 5.000 gabak? Ini harga tertinggi yang bisa kukasih. Kalau kamu masih nggak setuju, pergi saja ke Toko Gula Keluarga Wibowo. Lihat berapa harga yang bisa mereka kasih!”

Lestari, Danu dan Sony sudah tercengang. Kali ini, Wira juga menghentikan langkahnya.

Hendra mengira Wira sudah setuju. Dia pun mengeluh, “Wira, meski gula kristal memang langka, gimanapun juga itu cuman makanan. Harga 5.000 gabak sudah sangat tinggi.”

Namun, Wira malah mencibir, “Pak Hendra, kukira kamu itu pedagang paling berwawasan di Kabupaten Uswal. Tapi setelah dengar kata-katamu itu, sepertinya aku sudah salah!”

Hendra menghela napas, “Wira, aku tahu kamu masih pengin harga yang lebih tinggi. Tapi gimanapun juga, itu cuman gula. Memangnya bisa dijual seberapa mahal? Bahkan pemimpin kabupaten juga belum tentu sanggup makan gula yang harganya 5.000 gabak per setengah kilo!”

Lestari menatap Wira dengan cemas. Dia benar-benar ingin mewakili Wira untuk setuju.

Namun, Wira mencibir lagi, “Pak Hendra, siapa yang bilang kalau gula kristal ini untuk dimakan?”

Hendra pun kebingungan, “Wira, memangnya gula bisa digunakan untuk apa lagi selain dimakan?”

Lestari, Danu dan Sony juga terkejut dan mempunyai pertanyaan yang sama.

Wira berkata sambil tersenyum sinis, “Ini adalah pertama kalinya gula kristal muncul di Kerajaan Nuala, entah kapan baru bakal muncul lagi. Gula kristalnya cuman begitu sedikit, memangnya pemimpin kabupaten masih bisa mendapatkannya? Pejabat kelas rendah yang dapat gula kristal ini mana mungkin memakannya. Nggak peduli siapa pun yang mendapatkannya, mereka bakal menghadiahkannya untuk atasan mereka. Orang yang menerima hadiah ini bakal mengingat orang yang menghadiahkannya. Sebab, ini adalah barang langka yang belum ada sebelumnya. Aku sudah begitu terus terang, apa Pak Hendra masih mau pura-pura bodoh?”

Wira tidak percaya pedagang berpengalaman ini tidak mengetahui seberapa berharganya barang langka seperti gula putih.

Setelah maksud hatinya dibongkar Wira, Hendra pun berkata sambil tersenyum, “Aku benar-benar nggak pura-pura bodoh. Tapi, aku benar-benar nggak tahu cara jualnya tadi. Berhubung kamu sudah menjelaskannya, aku sudah tersadar. Aku nggak buka harga lagi deh. Kamu saja yang bilang mau jual berapa!”

Wira langsung berkata dengan lugas, “Setengah kilo 30 ribu gabak!”

Lestari, Sony dan Danu langsung tercengang.

“Sepakat!” Hendra menyetujuinya tanpa ragu. Kemudian, dia langsung pergi mengambil uangnya.

Setelah Hendra pergi, Wira pun menghela napas. “Haish, harga yang kubuka masih terlalu rendah!”

Setelah mendengar ucapan Wira, Lestari sangat ingin langsung memaki kakak sepupunya itu. Jelas-jelas Wira sudah untung banyak, tetapi dia masih mengeluh.

Tidak lama kemudian, Hendra turun dengan membawa sebuah kotak kecil. Kotak itu berisi batang emas dan perak yang totalnya 600 ribu gabak.

Begitu melihat uang itu, Lestari langsung melongo, sedangkan Sony langsung lemas dan Danu menahan napasnya.

Sony dan Danu belum pernah melihat koin emas dan perak. Biasanya mereka hanya menggunakan koin perunggu.

Begitu melihat reaksi ketiga orang itu, Hendra langsung menoleh ke arah Wira.

Wajar saja kalau para pelayan tidak pernah melihat uang sebanyak ini. Namun, akan aneh apabila tuan mereka juga mempunyai reaksi yang sama.
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Oktariani Pertiwi
mantap lahh
goodnovel comment avatar
fitri ramadani
utangmu cuma 40rb gabak. tapi jual gula dapat 600rb gabak ... . untung banyak lu wirr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2998

    Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2997

    "Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2996

    Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2995

    Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2994

    "Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2993

    Wira dan lainnya berhasil segera melintasi Provinsi Tengah tanpa menarik perhatian siapa pun karena Wira memiliki peta. Namun, dia melihat beberapa pengumuman tentang mereka di luar tembok kota. Sepertinya, Saka merasa tidak cukup hanya dengan membakar gunung, sekarang Saka juga mengatur penjagaan di sana dan membuat banyak pengumuman. Sungguh menyebalkan.Wira mengepalkan tinjunya, tetapi dia juga hanya bisa menahan amarahnya. Jika sekarang bahkan dia pun tidak bisa tenang, bagaimana dengan yang lainnya? Dia tidak ingin melihat mereka ikut menderita karena tindakannya. Jika dia membuat keputusan yang salah, orang-orang di sekitarnya akan kehilangan nyawa mereka dan ini bukan transaksi yang menguntungkan.Saat hampir tiba di pintu masuk gurun, Wira dan yang lainnya juga merasa lega. Jika sudah sampai di sini, mereka sudah hampir aman. Selama mereka bisa melewati gurun putih di hadapan mereka, berarti mereka sudah berhasil.Saat Wira hendak memimpin yang lainnya untuk memasuki gurun, di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2992

    Selama bertahun-tahun ini, Agha juga selalu mengikuti Wira berperang dari selatan ke utara dan sudah mengalami banyak hal. Namun, ini pertama kalinya dia merasa begitu menyedihkan. Saat ini, dia merasa sangat kesal karena harus terjebak di sini, sehingga dia tidak akan melepaskan Saka ini. Meskipun harus mengorbankan banyak hal, dia juga harus membalas tindakan Saka.Wira memelototi Agha dan berkata dengan kesal, "Omong kosong. Kita nggak boleh gegabah, kamu sudah bosan hidup ya? Selama kita muncul di Provinsi Tengah yang dikuasai Saka ini, orang-orangnya pasti akan menyadari keberadaan kita. Aku tahu suasana hati kalian buruk karena sekarang kita terjebak di sini, tapi kita juga nggak boleh terlalu gegabah. Kalau nggak, kita akan sulit keluar dari sini."Mendengar perkataan Wira, Agha akhirnya terdiam."Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Fikri.Wira menatap api yang masih memenuhi langit dan perlahan-lahan berkata dengan nada dingin, "Aku lihat apinya sudah perlahan-la

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2991

    "Berikan aku waktu dua hari untuk memikirkannya dengan baik dulu," kata Caraka yang tidak menolak kebaikan Saka. Namun, dia juga tidak langsung menyetujuinya, setidaknya ini bisa menjadi jalan lain untuknya. Jika dia bisa bertemu dengan Jaran lagi dalam dua hari ini, dia tentu saja tidak akan memilih untuk tetap tinggal di wilayah barat. Tidak ada yang ingin meninggalkan kampung halamannya.Namun, jika benar-benar terjadi sesuatu dengan Jaran, Caraka tentu tidak akan berani kembali ke wilayah tandus di utara lagi. Pada saat itu, Senia pasti akan menginginkan nyawanya. Lebih baik dia mengikuti Saka, setidaknya bisa menyelamatkan nyawanya dan hidup dengan tenang."Baiklah. Kamu memang cukup berbakat dan aku ini sangat toleran pada orang-orang yang berbakat, jadi aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Aku tahu kamu ini orang pintar, pasti bisa membuat keputusan yang tepat," kata Saka sambil tersenyum puas dan menepuk bahu Caraka.Namun, Caraka tidak mengatakan apa-apa.....Satu jam kem

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2990

    Saka merasa ini adalah penipuan dan dia tidak bisa menerimanya."Nggak mungkin, pasti ada yang salah di sini. Apa mungkin temanku itu sudah dikalahkan Wira dan kelompoknya dan mereka membawanya pergi? Mereka pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Asalkan kita terus memeriksa tempat ini, kita pasti bisa menemukan jejak Wira," kata Caraka dengan tegas.Saat ini, hanya ini satu-satunya cara yang terpikirkan oleh Caraka. Meskipun cara ini belum tentu berhasil, setidaknya ini satu-satunya cara yang ada.Setelah ragu sejenak, Saka bertanya, "Bagaimana kalau kita tetap nggak menemukan jejak mereka?""Mudah saja, aku serahkan nyawaku padamu," kata Caraka dengan tegas. Lagi pula, jika dia tidak bisa membawa Jaran kembali Kerajaan Agrel dengan selamat, dia juga tidak akan bertahan hidup lagi. Lebih baik dia pasrah saja.Saka tertawa dingin dan berkata, "Aku sama sekali nggak tertarik dengan nyawamu, tapi aku punya ide bagus. Melihat kamu begitu teguh, ini membuktikan Wira dan kelompoknya bena

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status