Share

Bab 12

Author: Arif
Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.

Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”

Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.

Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.

Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”

“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”

Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seulas senyum ramah muncul di wajahnya.

Setelah melihat pakaian mereka yang bagus, Hendra langsung merasa Wira berasal dari keluarga yang sekaya keluarga Sutedja.

“Namaku Wira. Pak Hendra, dengar-dengar kamu itu pedagang makanan manis yang paling berpengalaman di Kabupaten Uswal. Aku punya sedikit barang langka. Entah kamu pernah lihat apa nggak.”

Sebelum menunggu Hendra mempersilakannya duduk, Wira sudah langsung duduk.

Sony menuruti perintah Wira untuk meletakkan kotak cendana yang dia pegang di atas meja, lalu kembali ke tempatnya.

Setelah itu, Lestari pun maju dan membuka kotak cendana itu. Saat mengangkat sapu tangan yang menutupi kotak itu, dia membatin, ‘Kak Wira ngapain sih? Kenapa nggak langsung suruh Sony buka? Lagian, apa kegunaan sapu tangan ini.’

Saat Lestari melangkah ke samping, Hendra yang melihat gula putih di dalam kotak itu langsung terkejut. Dia buru-buru melangkah maju dan berseru, “Ke ... kenapa kamu bisa punya begitu banyak lapisan gula?”

Pada saat merebus gula mentah, kadang-kadang bisa terbentuk lapisan gula. Namun, jumlahnya hanya sedikit. Di dalam kotak cendana yang sebesar ini, ada sekitar 4-5 kilogram lapisan gula. Hendra sangat penasaran dari mana Wira mendapatkannya.

“Pak Hendra, itu bukan lapisan gula, melainkan gula kristal dari Wilayah Barat!”

Wira memutar matanya, seolah-olah sedang menghadapi orang desa, “Coba saja!”

Lestari membelalakkan matanya. Dia sangat terkejut saat melihat Wira yang mampu berbohong dengan begitu baik. Siang tadi, Wira baru memberi tahu mereka bahwa itu adalah gula putih. Sekarang, dia malah memperkenalkannya sebagai gula kristal dari Wilayah Barat kepada Pak Hendra.

Lestari merasa tindakan Wira sangat mengesalkan dan sombong. Sementara Danu dan Sony tetap terlihat cemberut sesuai perintah Wira.

“Gula kristal dari Wilayah Barat!” Pak Hendra dengan hati-hati mengambil sedikit gula untuk mencicipinya. Setelah itu, matanya langsung berbinar.

Gula ini jauh lebih manis daripada gula cokelat dan juga terlihat jernih, memang cocok disebut sebagai ‘gula kristal’.

Jika ada yang bisa memasok gula kristal untuk Hendra, dia bisa menjadi pedagang gula terbesar di Provinsi Jawali.

Meskipun sangat menginginkannya, Hendra tetap berkata dengan tenang, “Apa kamu membawa gula kristal ini ke Toko Gula Keluarga Sutedja supaya aku bisa membantumu menjualnya? Tapi ini masih belum akhir tahun, bisnis gula masih belum begitu lancar.”

Dari pengalaman berdagangnya selama ini, Hendra tahu bahwa dia tidak boleh bersikap terlalu antusias meskipun sangat menginginkan sesuatu. Jika tidak, penjual akan menaikkan harganya. Sebaiknya dia berpura-pura untuk tidak menginginkannya. Jadi, orang lain yang akan memohon padanya. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan keuntungan besar.

“Pak Hendra, bukan begitu. Aku cuman datang buat tanya harga, lalu aku masih mau pergi tanya pada Pak Saul. Habis pulang ke kota pusat pemerintahan, aku baru bakal buat keputusan!”

Wira membuka kipasnya, lalu bangkit. “Kalau Pak Hendra nggak mau, aku pamit dulu! Ayo, kita pergi ke Toko Gula Keluarga Wibowo!”

Saat melihat sandiwara Wira, Lestari pun tersenyum kecil. Dia merasa akting Wira sangat bagus. Jelas-jelas dia berasal dari Dusun Darmadi, tetapi malah mengatakan bahwa dirinya berasal dari kota pusat pemerintahan.

Lagi pula, sekarang dia punya utang 40 ribu gabak dan harus segera menjual gula agar bisa bayar utang. Namun, dia malah bertindak seolah-olah tidak mau menjualnya. Sementara Hendra, dia jelas-jelas sangat menginginkan gula ini, tetapi malah berpura-pura tidak menginginkannya.

Mereka berdua sama liciknya!

Setelah mendengar ucapan Wira, Sony buru-buru maju dan menutup kotak cendana. Kemudian, dia mengangkat kotak itu dan bersiap-siap untuk pergi.

Sebelum datang, Wira sudah berpesan kepada mereka untuk langsung mengikuti apa pun perintahnya.

“Haish, Wira, aku toh nggak bilang nggak mau!” Hendra langsung menahan Wira dan berkata, “Aku bakal beli gula kristal ini 1.000 gabak per setengah kilo.”

Keluarga Wibowo juga menjual gula. Jika mereka mendapatkan gula kristal ini, bisnis mereka pasti menjadi jauh lebih baik daripada bisnis keluarga Sutedja.

Setelah mendengar ucapan Hendra, Lestari mendengus dalam hati. Tadi, dia yang mengestimasikan harga itu. Ternyata gula ini memang bisa terjual dengan harga setinggi itu!

“Seribu gabak?” Wira melirik Hendra dengan tatapan merendahkan, lalu berkata dengan cemberut, “Minggir!”

“Wira, aku salah! Gimana kalau 1.500 gabak? Nggak ... Gimana kalau ... 2.500 gabak?”

Hendra tersenyum sambil menaikkan harga. Saat melihat Wira masih tidak memedulikannya dan hendak pergi, dia pun berseru, “Baik, Wira. Aku nggak bakal dapat keuntungan. Anggap saja kita berteman, aku kasih 3.000 gabak per setengah kilo.”

Lestari memandang kejadian ini dengan gugup. Dia berharap Wira langsung setuju karena 3.000 gabak sudah lebih tinggi tiga kali lipat dari perkiraannya.

Danu dan Sony juga sedikit lemas setelah mendengar harganya.

Meskipun penduduk desa bercocok tanam dengan susah payah selama setahun, mereka juga tidak mungkin bisa menghasilkan 3.000 gabak. Namun, gula putih yang dihasilkan Wira ini malah bisa dijual 3.000 gabak per setengah kilogram.

“Aku nggak layak berteman sama Pak Hendra. Aku pamit dulu!” Wira tersenyum dingin, lalu lanjut berjalan keluar.

“Wira, gimanapun juga, ini cuman makanan. Harga 3.000 gabak sudah sangat tinggi! Baiklah, aku nggak masalah rugi dikit. Gimana kalau 4.000 gabak?”

Hendra menaikkan harga lagi. Namun, saat melihat Wira yang tetap tidak menghiraukannya, dia pun berkata dengan kesal, “Wira, gimana kalau 5.000 gabak? Ini harga tertinggi yang bisa kukasih. Kalau kamu masih nggak setuju, pergi saja ke Toko Gula Keluarga Wibowo. Lihat berapa harga yang bisa mereka kasih!”

Lestari, Danu dan Sony sudah tercengang. Kali ini, Wira juga menghentikan langkahnya.

Hendra mengira Wira sudah setuju. Dia pun mengeluh, “Wira, meski gula kristal memang langka, gimanapun juga itu cuman makanan. Harga 5.000 gabak sudah sangat tinggi.”

Namun, Wira malah mencibir, “Pak Hendra, kukira kamu itu pedagang paling berwawasan di Kabupaten Uswal. Tapi setelah dengar kata-katamu itu, sepertinya aku sudah salah!”

Hendra menghela napas, “Wira, aku tahu kamu masih pengin harga yang lebih tinggi. Tapi gimanapun juga, itu cuman gula. Memangnya bisa dijual seberapa mahal? Bahkan pemimpin kabupaten juga belum tentu sanggup makan gula yang harganya 5.000 gabak per setengah kilo!”

Lestari menatap Wira dengan cemas. Dia benar-benar ingin mewakili Wira untuk setuju.

Namun, Wira mencibir lagi, “Pak Hendra, siapa yang bilang kalau gula kristal ini untuk dimakan?”

Hendra pun kebingungan, “Wira, memangnya gula bisa digunakan untuk apa lagi selain dimakan?”

Lestari, Danu dan Sony juga terkejut dan mempunyai pertanyaan yang sama.

Wira berkata sambil tersenyum sinis, “Ini adalah pertama kalinya gula kristal muncul di Kerajaan Nuala, entah kapan baru bakal muncul lagi. Gula kristalnya cuman begitu sedikit, memangnya pemimpin kabupaten masih bisa mendapatkannya? Pejabat kelas rendah yang dapat gula kristal ini mana mungkin memakannya. Nggak peduli siapa pun yang mendapatkannya, mereka bakal menghadiahkannya untuk atasan mereka. Orang yang menerima hadiah ini bakal mengingat orang yang menghadiahkannya. Sebab, ini adalah barang langka yang belum ada sebelumnya. Aku sudah begitu terus terang, apa Pak Hendra masih mau pura-pura bodoh?”

Wira tidak percaya pedagang berpengalaman ini tidak mengetahui seberapa berharganya barang langka seperti gula putih.

Setelah maksud hatinya dibongkar Wira, Hendra pun berkata sambil tersenyum, “Aku benar-benar nggak pura-pura bodoh. Tapi, aku benar-benar nggak tahu cara jualnya tadi. Berhubung kamu sudah menjelaskannya, aku sudah tersadar. Aku nggak buka harga lagi deh. Kamu saja yang bilang mau jual berapa!”

Wira langsung berkata dengan lugas, “Setengah kilo 30 ribu gabak!”

Lestari, Sony dan Danu langsung tercengang.

“Sepakat!” Hendra menyetujuinya tanpa ragu. Kemudian, dia langsung pergi mengambil uangnya.

Setelah Hendra pergi, Wira pun menghela napas. “Haish, harga yang kubuka masih terlalu rendah!”

Setelah mendengar ucapan Wira, Lestari sangat ingin langsung memaki kakak sepupunya itu. Jelas-jelas Wira sudah untung banyak, tetapi dia masih mengeluh.

Tidak lama kemudian, Hendra turun dengan membawa sebuah kotak kecil. Kotak itu berisi batang emas dan perak yang totalnya 600 ribu gabak.

Begitu melihat uang itu, Lestari langsung melongo, sedangkan Sony langsung lemas dan Danu menahan napasnya.

Sony dan Danu belum pernah melihat koin emas dan perak. Biasanya mereka hanya menggunakan koin perunggu.

Begitu melihat reaksi ketiga orang itu, Hendra langsung menoleh ke arah Wira.

Wajar saja kalau para pelayan tidak pernah melihat uang sebanyak ini. Namun, akan aneh apabila tuan mereka juga mempunyai reaksi yang sama.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Oktariani Pertiwi
mantap lahh
goodnovel comment avatar
fitri ramadani
utangmu cuma 40rb gabak. tapi jual gula dapat 600rb gabak ... . untung banyak lu wirr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3299

    "Orang-orang ini cuma segerombolan pecundang. Sepertinya pelatihan yang diberikan Baris selama bertahun-tahun ini sia-sia. Benar-benar sampah.""Pertempuran baru saja dimulai, tapi mereka sudah kalah telak. Sisanya bahkan melarikan diri dengan ketakutan. Sungguh memalukan. Kalau prajuritku seperti ini, aku sudah menebas kepala mereka satu per satu."Trenggi duduk di atas kuda, berbicara dengan suara dingin. Awalnya, dia mengira akan menghadapi pertempuran sengit, mengingat tempat ini adalah pintu masuk wilayah suku utara yang dijaga oleh puluhan ribu pasukan.Siapa sangka, mereka sangat lemah. Jika dibandingkan dengan pasukannya sendiri, mereka benar-benar bukan tandingan!"Karena kita sudah masuk dan berhasil mendapat informasi tentang keberadaan Baris, mari kita berpencar. Aku masih punya tugas yang lebih penting untuk diselesaikan.""Tapi, aku harap Jenderal Trenggi bersedia memberiku 10.000 pasukan. Aku akan memimpin mereka untuk menyelamatkan tuanku."Hayam tidak pernah melupakan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3298

    "Baiklah, jangan buang-buang waktu di sini lagi! Sekarang kita sudah tahu posisi Wira, jadi harus segera bertindak! Mulai cari dia di pegunungan sekarang juga! Siapa pun yang berhasil menemukan Wira akan mendapat emas!"Komeng langsung berteriak keras, lalu semua orang bergegas bergerak. Mereka secara gila-gilaan berlari menuju gunung di depan mereka!Di sisi lain, setelah sekelompok orang itu mulai memasuki gunung, Wira dan rekan-rekannya juga menerima kabar. Mereka sedang bergerak cepat, mencari tempat persembunyian yang aman.Karena jumlah musuh sangat banyak, mereka jelas tidak bisa bertarung secara langsung. Satu-satunya pilihan mereka adalah menggunakan taktik. Jika tidak, itu sama saja dengan mencari mati!Bahkan, Agha yang biasanya selalu gegabah, kini menjadi sangat berhati-hati. Dia tetap berada di dekat Wira dan tidak bertindak sembarangan.Sepanjang sore, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghabisi ratusan orang. Mereka terus berpindah tempat setiap kali menyerang, jadi t

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3297

    "Kak, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Bajingan-bajingan itu ternyata sudah tahu lokasi kita. Aku rasa pasukan mereka akan tiba sebentar lagi. Kalau kita nggak segera bersiap, kita akan terjebak di sini dan mati ...," ucap Agha dengan cemas.Wira hanya menyipitkan matanya sedikit sebelum tersenyum santai dan menyahut, "Kalau musuh datang, kita hadapi. Kalau banjir datang, kita bendung.""Waktu mereka sudah semakin sedikit, jadi kita akan bermain perang gerilya di sini. Selama jejak kita nggak terdeteksi, mereka akan kehabisan kesabaran dan mundur.""Lagi pula, kaki gunung ini pasti sudah penuh dengan orang-orang mereka. Kalau kita nekat turun sekarang, kita juga akan kerepotan. Lebih baik bertahan di sini dan menunggu bala bantuan datang."Di akhir ucapannya, Wira perlahan mendongak menatap matahari di langit, lalu berucap dengan suara tenang, "Kita hanya bisa menaruh harapan pada Hayam sekarang. Kuharap dia nggak mengecewakanku."Karena Wira sudah mengambil keputusan, Nafis da

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3296

    Lagi pula, berada di sisi Wira merupakan anugerah yang luar biasa baginya. Selama beberapa tahun ini, dia bisa dibilang sukses di usia muda, terutama di Kota Limaran. Di sana, dia memiliki status yang sangat tinggi.Semua kejayaan ini sepenuhnya diberikan oleh Wira. Jadi, kalaupun harus menyerahkan nyawanya untuk Wira, Nafis tidak akan ragu!Wira mengangguk sedikit, lalu mengalihkan pandangannya ke pria di depannya. Setelah itu, dia bertanya dengan suara datar, "Kamu bawahan Komeng?""Benar. Tuan Wira, aku tahu kamu adalah tokoh besar, sementara aku hanyalah seorang bawahan yang nggak penting. Tolong lepaskan aku.""Aku sudah mengatakan semua yang bisa dikatakan. Kalau kamu bersedia mengampuni nyawaku, aku nggak akan melupakan jasamu seumur hidup!" Pria itu langsung berlutut dan memohon belas kasihan.Konon, suku-suku di utara dipenuhi dengan para pria yang gagah berani. Namun, sepertinya hanya bawahan Bobby yang benar-benar tangguh. Mereka lebih memilih mati daripada tunduk.Pria di h

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3295

    "Cepat ikut aku keluar untuk melihat situasinya," kata Wira dengan segera, lalu membawa Agha dan Adjie menuju ke lereng gunung.Namun, Wira baru berjalan beberapa langkah, Adjie segera berkata, "Tuan Wira, aku benar-benar nggak mengkhianati kalian."Wira tertegun sejenak, lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum dan berkata dengan tenang, "Kamu nggak perlu panik, aku tentu saja tahu kamu nggak mengkhianatiku. Kalau kamu berkhianat, mungkin kamu sudah mati sejak awal. Mana mungkin kami bisa bertahan dengan damai selama lima hari ini. Dilihat dari pergerakannya, Baris dan pasukannya sudah bergerak.""Mereka akan segera meninggalkan suku utara dan bertempur dengan Baris, jadi waktu sangat berharga bagi mereka. Mereka belum bergerak mungkin karena aku, jadi rencana mereka tertunda. Selama beberapa hari ini, kamu sudah melakukan tugasmu dengan baik. Aku akan mengingat semua yang kamu lakukan, jadi kamu nggak perlu khawatir.""Setelah kita berhasil keluar dari situasi ini, aku akan memberi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3294

    "Kalau begitu, kita jangan bengong di sini lagi. Cepat perintahkan anak buah untuk bergerak. Mencari Wira memang sulit, tapi mencari Adjie bukan hal yang sulit. Selama dia pernah berbuat onar di wilayah suku utara, kita bisa mengikuti jejaknya dan segera menemukan posisinya," kata Chaman dengan tegas.Chaman tahu jika mengandalkan dua orang bodoh ini saja, mereka tetap tidak akan bisa menemukan Wira. Semuanya tergantung pada dirinya sendiri.Setelah mencapai keputusan, ketiga orang itu pun segera bergerak dan kembali ke perkemahan masing-masing untuk menjalankan rencana mereka.....Pada saat yang bersamaan, Wira dan yang lainnya sudah bersembunyi di sana selama lima hari di puncak gunung. Untungnya, tempat ini memiliki banyak persediaan, dari air sampai makanan. Ditambah lagi, mereka juga bisa berburu kelinci liar, babi hutan, dan hewan liar lainnya agar bisa memakan daging. Kehidupan mereka di sana termasuk cukup baik.Namun, Wira tetap terlihat muram setiap harinya karena selalu men

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3293

    Komeng ikut menambahkan, "Apa yang dikatakan Chaman memang benar. Yang harus kita lakukan sekarang adalah bersabar sampai Baris kehilangan kekuasaannya. Pada saat itu, kemenangan kita akan tiba dan aku yakin hari itu nggak akan lama lagi. Sebentar lagi, kita pasti bisa menggantikan posisinya. Untuk sekarang, kita fokus dengan hal di depan kita dulu.""Mencari Wira bukan hanya urusan Baris saja, ini juga sangat penting bagi kita. Situasi Wira bisa seperti sekarang ini, kita semua juga ikut andil. Kalau kelak Wira ingin balas dendam, dia pasti akan memburu Baris dan kita juga. Wira memang murah hati. Tapi, jangan lupa, kita juga sudah membunuh Bobby. Dia adalah orang kepercayaan Wira, mana mungkin Wira akan membiarkannya mati dengan sia-sia."Komeng dan yang lainnya bukan hanya membunuh Bobby saja, mereka bahkan sudah membantai seluruh penduduk di suku Bobby. Pemandangan yang sangat kejam itu membuat Wira sangat membenci mereka. Oleh karena itu, tidak peduli apa pun yang mereka lakukan,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3292

    "Kalau nggak, ini sungguh nggak masuk akal. Kita sudah mencarinya cukup lama, tapi tetap belum menemukan jejak Wira," lanjut Komeng."Alasan, semuanya cuma alasan," teriak Baris dengan marah, lalu langsung mengambil cangkir di atas meja dan melemparnya ke arah Komeng.Setelah itu, Baris melanjutkan, "Masih berani membantahku? Pakai otakmu dan pikirkan baik-baik. Kalau Wira benar-benar sudah pergi, kamu pikir kita masih bisa hidup nyaman seperti ini? Jangan lupa, Wira menguasai dua wilayah dan kekuatannya jauh melampaui kita. Bahkan Senia dan orang-orang dari Kerajaan Beluana juga nggak berani meremehkan Wira.""Sekarang Wira malah rugi begitu banyak, mana mungkin dia akan melepaskan kita begitu saja. Kalau Wira benar-benar sudah pergi dari wilayah suku utara, mungkin sekarang dia sudah memimpin pasukannya menyerang kita. Mana mungkin kita bisa bersantai seperti ini lagi."Perkataan Baris memang masuk akal. Meskipun dia mengenal Wira tidak begitu lama, mereka pernah bertemu beberapa kal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3291

    Tatapan Osman menjadi dingin, lalu mengepalkan tinjunya dan berkata dengan dingin, "Bagaimanapun juga, kita harus menyelamatkan Kak Wira. Ingat, Kak Wira terjebak dalam bahaya besar ini juga karena urusan kita. Kalau kita nggak menyelamatkannya, ini jelas nggak masuk akal dan aku juga akan merasa malu.""Lagi pula, masalah kali ini juga berhubungan dengan Baris. Ambisinya masih besar. Apa pun caranya, aku harus membuatnya menerima balasan dari tindakannya. Meskipun dia adalah adik kandungku, aku juga nggak akan memberinya kesempatan lagi."Osman awalnya mengira Baris sudah menghilang tanpa jejak, tetapi dia tidak menyangka Baris ternyata diam-diam merencanakan begitu banyak hal. Karena Baris sendiri mencari mati, dia juga tidak akan berbelas kasihan lagi pada adik kandungnya ini."Raja ...."Trenggi masih ingin berbicara, tetapi Osman langsung berkata dengan tegas dan dingin, "Nggak perlu membujukku lagi, masalah ini sudah diputuskan. Segera siapkan pasukan, kamu sendiri yang akan memi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status