Share

Bab 12

Author: Arif
Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.

Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”

Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.

Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.

Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”

“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”

Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seulas senyum ramah muncul di wajahnya.

Setelah melihat pakaian mereka yang bagus, Hendra langsung merasa Wira berasal dari keluarga yang sekaya keluarga Sutedja.

“Namaku Wira. Pak Hendra, dengar-dengar kamu itu pedagang makanan manis yang paling berpengalaman di Kabupaten Uswal. Aku punya sedikit barang langka. Entah kamu pernah lihat apa nggak.”

Sebelum menunggu Hendra mempersilakannya duduk, Wira sudah langsung duduk.

Sony menuruti perintah Wira untuk meletakkan kotak cendana yang dia pegang di atas meja, lalu kembali ke tempatnya.

Setelah itu, Lestari pun maju dan membuka kotak cendana itu. Saat mengangkat sapu tangan yang menutupi kotak itu, dia membatin, ‘Kak Wira ngapain sih? Kenapa nggak langsung suruh Sony buka? Lagian, apa kegunaan sapu tangan ini.’

Saat Lestari melangkah ke samping, Hendra yang melihat gula putih di dalam kotak itu langsung terkejut. Dia buru-buru melangkah maju dan berseru, “Ke ... kenapa kamu bisa punya begitu banyak lapisan gula?”

Pada saat merebus gula mentah, kadang-kadang bisa terbentuk lapisan gula. Namun, jumlahnya hanya sedikit. Di dalam kotak cendana yang sebesar ini, ada sekitar 4-5 kilogram lapisan gula. Hendra sangat penasaran dari mana Wira mendapatkannya.

“Pak Hendra, itu bukan lapisan gula, melainkan gula kristal dari Wilayah Barat!”

Wira memutar matanya, seolah-olah sedang menghadapi orang desa, “Coba saja!”

Lestari membelalakkan matanya. Dia sangat terkejut saat melihat Wira yang mampu berbohong dengan begitu baik. Siang tadi, Wira baru memberi tahu mereka bahwa itu adalah gula putih. Sekarang, dia malah memperkenalkannya sebagai gula kristal dari Wilayah Barat kepada Pak Hendra.

Lestari merasa tindakan Wira sangat mengesalkan dan sombong. Sementara Danu dan Sony tetap terlihat cemberut sesuai perintah Wira.

“Gula kristal dari Wilayah Barat!” Pak Hendra dengan hati-hati mengambil sedikit gula untuk mencicipinya. Setelah itu, matanya langsung berbinar.

Gula ini jauh lebih manis daripada gula cokelat dan juga terlihat jernih, memang cocok disebut sebagai ‘gula kristal’.

Jika ada yang bisa memasok gula kristal untuk Hendra, dia bisa menjadi pedagang gula terbesar di Provinsi Jawali.

Meskipun sangat menginginkannya, Hendra tetap berkata dengan tenang, “Apa kamu membawa gula kristal ini ke Toko Gula Keluarga Sutedja supaya aku bisa membantumu menjualnya? Tapi ini masih belum akhir tahun, bisnis gula masih belum begitu lancar.”

Dari pengalaman berdagangnya selama ini, Hendra tahu bahwa dia tidak boleh bersikap terlalu antusias meskipun sangat menginginkan sesuatu. Jika tidak, penjual akan menaikkan harganya. Sebaiknya dia berpura-pura untuk tidak menginginkannya. Jadi, orang lain yang akan memohon padanya. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan keuntungan besar.

“Pak Hendra, bukan begitu. Aku cuman datang buat tanya harga, lalu aku masih mau pergi tanya pada Pak Saul. Habis pulang ke kota pusat pemerintahan, aku baru bakal buat keputusan!”

Wira membuka kipasnya, lalu bangkit. “Kalau Pak Hendra nggak mau, aku pamit dulu! Ayo, kita pergi ke Toko Gula Keluarga Wibowo!”

Saat melihat sandiwara Wira, Lestari pun tersenyum kecil. Dia merasa akting Wira sangat bagus. Jelas-jelas dia berasal dari Dusun Darmadi, tetapi malah mengatakan bahwa dirinya berasal dari kota pusat pemerintahan.

Lagi pula, sekarang dia punya utang 40 ribu gabak dan harus segera menjual gula agar bisa bayar utang. Namun, dia malah bertindak seolah-olah tidak mau menjualnya. Sementara Hendra, dia jelas-jelas sangat menginginkan gula ini, tetapi malah berpura-pura tidak menginginkannya.

Mereka berdua sama liciknya!

Setelah mendengar ucapan Wira, Sony buru-buru maju dan menutup kotak cendana. Kemudian, dia mengangkat kotak itu dan bersiap-siap untuk pergi.

Sebelum datang, Wira sudah berpesan kepada mereka untuk langsung mengikuti apa pun perintahnya.

“Haish, Wira, aku toh nggak bilang nggak mau!” Hendra langsung menahan Wira dan berkata, “Aku bakal beli gula kristal ini 1.000 gabak per setengah kilo.”

Keluarga Wibowo juga menjual gula. Jika mereka mendapatkan gula kristal ini, bisnis mereka pasti menjadi jauh lebih baik daripada bisnis keluarga Sutedja.

Setelah mendengar ucapan Hendra, Lestari mendengus dalam hati. Tadi, dia yang mengestimasikan harga itu. Ternyata gula ini memang bisa terjual dengan harga setinggi itu!

“Seribu gabak?” Wira melirik Hendra dengan tatapan merendahkan, lalu berkata dengan cemberut, “Minggir!”

“Wira, aku salah! Gimana kalau 1.500 gabak? Nggak ... Gimana kalau ... 2.500 gabak?”

Hendra tersenyum sambil menaikkan harga. Saat melihat Wira masih tidak memedulikannya dan hendak pergi, dia pun berseru, “Baik, Wira. Aku nggak bakal dapat keuntungan. Anggap saja kita berteman, aku kasih 3.000 gabak per setengah kilo.”

Lestari memandang kejadian ini dengan gugup. Dia berharap Wira langsung setuju karena 3.000 gabak sudah lebih tinggi tiga kali lipat dari perkiraannya.

Danu dan Sony juga sedikit lemas setelah mendengar harganya.

Meskipun penduduk desa bercocok tanam dengan susah payah selama setahun, mereka juga tidak mungkin bisa menghasilkan 3.000 gabak. Namun, gula putih yang dihasilkan Wira ini malah bisa dijual 3.000 gabak per setengah kilogram.

“Aku nggak layak berteman sama Pak Hendra. Aku pamit dulu!” Wira tersenyum dingin, lalu lanjut berjalan keluar.

“Wira, gimanapun juga, ini cuman makanan. Harga 3.000 gabak sudah sangat tinggi! Baiklah, aku nggak masalah rugi dikit. Gimana kalau 4.000 gabak?”

Hendra menaikkan harga lagi. Namun, saat melihat Wira yang tetap tidak menghiraukannya, dia pun berkata dengan kesal, “Wira, gimana kalau 5.000 gabak? Ini harga tertinggi yang bisa kukasih. Kalau kamu masih nggak setuju, pergi saja ke Toko Gula Keluarga Wibowo. Lihat berapa harga yang bisa mereka kasih!”

Lestari, Danu dan Sony sudah tercengang. Kali ini, Wira juga menghentikan langkahnya.

Hendra mengira Wira sudah setuju. Dia pun mengeluh, “Wira, meski gula kristal memang langka, gimanapun juga itu cuman makanan. Harga 5.000 gabak sudah sangat tinggi.”

Namun, Wira malah mencibir, “Pak Hendra, kukira kamu itu pedagang paling berwawasan di Kabupaten Uswal. Tapi setelah dengar kata-katamu itu, sepertinya aku sudah salah!”

Hendra menghela napas, “Wira, aku tahu kamu masih pengin harga yang lebih tinggi. Tapi gimanapun juga, itu cuman gula. Memangnya bisa dijual seberapa mahal? Bahkan pemimpin kabupaten juga belum tentu sanggup makan gula yang harganya 5.000 gabak per setengah kilo!”

Lestari menatap Wira dengan cemas. Dia benar-benar ingin mewakili Wira untuk setuju.

Namun, Wira mencibir lagi, “Pak Hendra, siapa yang bilang kalau gula kristal ini untuk dimakan?”

Hendra pun kebingungan, “Wira, memangnya gula bisa digunakan untuk apa lagi selain dimakan?”

Lestari, Danu dan Sony juga terkejut dan mempunyai pertanyaan yang sama.

Wira berkata sambil tersenyum sinis, “Ini adalah pertama kalinya gula kristal muncul di Kerajaan Nuala, entah kapan baru bakal muncul lagi. Gula kristalnya cuman begitu sedikit, memangnya pemimpin kabupaten masih bisa mendapatkannya? Pejabat kelas rendah yang dapat gula kristal ini mana mungkin memakannya. Nggak peduli siapa pun yang mendapatkannya, mereka bakal menghadiahkannya untuk atasan mereka. Orang yang menerima hadiah ini bakal mengingat orang yang menghadiahkannya. Sebab, ini adalah barang langka yang belum ada sebelumnya. Aku sudah begitu terus terang, apa Pak Hendra masih mau pura-pura bodoh?”

Wira tidak percaya pedagang berpengalaman ini tidak mengetahui seberapa berharganya barang langka seperti gula putih.

Setelah maksud hatinya dibongkar Wira, Hendra pun berkata sambil tersenyum, “Aku benar-benar nggak pura-pura bodoh. Tapi, aku benar-benar nggak tahu cara jualnya tadi. Berhubung kamu sudah menjelaskannya, aku sudah tersadar. Aku nggak buka harga lagi deh. Kamu saja yang bilang mau jual berapa!”

Wira langsung berkata dengan lugas, “Setengah kilo 30 ribu gabak!”

Lestari, Sony dan Danu langsung tercengang.

“Sepakat!” Hendra menyetujuinya tanpa ragu. Kemudian, dia langsung pergi mengambil uangnya.

Setelah Hendra pergi, Wira pun menghela napas. “Haish, harga yang kubuka masih terlalu rendah!”

Setelah mendengar ucapan Wira, Lestari sangat ingin langsung memaki kakak sepupunya itu. Jelas-jelas Wira sudah untung banyak, tetapi dia masih mengeluh.

Tidak lama kemudian, Hendra turun dengan membawa sebuah kotak kecil. Kotak itu berisi batang emas dan perak yang totalnya 600 ribu gabak.

Begitu melihat uang itu, Lestari langsung melongo, sedangkan Sony langsung lemas dan Danu menahan napasnya.

Sony dan Danu belum pernah melihat koin emas dan perak. Biasanya mereka hanya menggunakan koin perunggu.

Begitu melihat reaksi ketiga orang itu, Hendra langsung menoleh ke arah Wira.

Wajar saja kalau para pelayan tidak pernah melihat uang sebanyak ini. Namun, akan aneh apabila tuan mereka juga mempunyai reaksi yang sama.
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Oktariani Pertiwi
mantap lahh
goodnovel comment avatar
fitri ramadani
utangmu cuma 40rb gabak. tapi jual gula dapat 600rb gabak ... . untung banyak lu wirr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 19

    Setelah Budi pergi, sebagian besar warga dusun langsung berhamburan masuk ke rumah Wira hingga halamannya penuh.Selama ini, warga dusun sudah sering ditindas, diancam, dan bahkan dipukul Budi karena masalah pajak serta kerja rodi.Namun, tidak ada seorang pun yang berani memukul Budi hingga dia berteriak minta ampun seperti Wira.Warga dusun pun menatap Wira dengan hormat.Saat melihat wibawa Wira menjadi makin besar di hati warga dusun, Agus pun berkata, “Wira, kamu memang sudah mengalahkan Pak Budi hari ini. Tapi, apa kamu pernah mikir? Dia itu orang pemerintah, memangnya dia bakal mengampunimu?”Semua warga dusun pun terlihat takut.Jangankan memukul orang pemerintah seperti Budi, orang yang tidak membayar pajak saja sudah bisa dijebloskan ke penjara pengadilan daerah atau dipaksa kerja rodi.Setelah diperlakukan begini oleh Wira, Budi tidak mungkin mengampuninya.“Kalian nggak perlu khawatir!”Wira menyuruh Doddy mengambilkannya sebuah bangku. Kemudian, dia berdiri di atasnya dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 20

    Mereka sudah akan kaya!Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.Agus mengerutkan keningnya dan membatin, ‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.”“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2958

    Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2957

    "Api unggun ini masih hangat, berarti mereka masih belum pergi terlalu lama. Kita juga datang dengan menunggang kuda, mereka mungkin sudah menyadari kedatangan kita. Tapi, meskipun mereka hebat, mereka juga nggak mungkin bisa berlari secepat itu. Mana mungkin nggak ada jejak mereka di sekitar sini," kata pria itu.Pria itu terus berjalan mondar-mandir dan sesekali mengetuk kepalanya sendiri, entah apa yang sedang dipikirkannya.Semua orang berdiri dengan rapi di belakang pria itu. Kelihatan jelas, mereka sudah dilatih secara profesional dan pasti adalah pasukan elite di wilayah barat. Namun, alasan mereka tiba-tiba datang ke sini masih menjadi misteri dan ini juga yang masih dipikirkan Wira.Namun, Wira merasa sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal ini. Prioritas mereka sekarang adalah mencari cara untuk melarikan diri dari sana secepat mungkin. Ini adalah keputusan terbaik."Jenderal, kami menemukan beberapa mayat di sini dan pakaian mereka sudah dilepas. Sepertinya mereka adalah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2956

    Sementara itu, Dwija yang berdiri di samping menyilangkan tangannya dan berkata, "Masih perlu dipikirkan lagi? Ini pasti ulah guru agung di samping Senia itu. Sekarang kita sudah datang ke wilayah barat ini, ini adalah wilayah kekuasaannya. Setelah tiba di sini, kita tentu saja selalu berada di bawah kendalinya. Kalau benar-benar dia yang bersembunyi di balik ini, situasi kita benar-benar buruk."Wira tidak mengatakan apa-apa, tetapi apa yang dikatakan Dwija memang benar. Jika keadaannya memang demikian, situasi mereka benar-benar buruk. Setiap langkah mereka selanjutnya akan penuh dengan hambatan dan berada di bawah kendali Panji.Agha tiba-tiba berkata, "Kak Wira, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Bukankah kita sebaiknya memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini? Orang-orang ini dilengkapi dengan senjata dan mengenakan zirah juga. Kalau kita melawan mereka, takutnya ...."Meskipun biasanya Agha adalah pria tangguh yang suka langsung berkelahi dengan orang lain, buk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2955

    "Kak Wira, sepertinya ada orang yang datang," kata Agha yang berdiri terlebih dahulu dan menatap ke kejauhan."Kenapa tiba-tiba ada begitu banyak orang yang datang ke tempat terpencil seperti ini? Dilihat dari cara mereka, sepertinya mereka mau berkelahi. Jangan-jangan di wilayah barat ini juga sering terjadi perang?" kata Wira dengan ekspresi serius, lalu segera bangkit dan menatap orang-orang yang terus mendekat itu.Sulit untuk melihat dengan jelas berapa banyak orang yang datang karena jaraknya masih cukup jauh. Namun, didengar dari suara langkah kuda, bisa ditebak jumlah orang yang datang pasti banyak.Melihat semua itu, ekspresi Wira langsung berubah dan secara refleks mundur beberapa langkah. Dia melihat orang-orang di sampingnya dan segera berkata, "Sekarang kita masih nggak tahu maksud kedatangan mereka, sebaiknya kita sembunyi dulu. Mungkin saja mereka bukan datang untuk mencari kita."Semua orang langsung menganggukkan kepala. Menghadapi kerumunan seperti itu, mereka tentu s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2954

    Menjelang fajar, Wira dan yang lainnya baru berhenti untuk beristirahat. Mereka membuat api unggun dan memanggang hasil buruan."Kak Wira, orang-orang ini benar-benar misterius. Mereka sampai tinggal di tempat terpencil seperti ini. Apa mereka sama sekali nggak berhubungan dengan orang luar? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari?" tanya Agha sambil menikmati daging buruannya.Setahu Agha, orang yang biasanya memiliki kemampuan luar biasa tidak akan memilih tinggal di tempat seperti ini, orang itu pasti akan menunjukkan kehebatannya. Bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidupnya juga.Agha tidak mengerti mengapa orang-orang dari Lembah Duka ini memilih untuk tinggal di sini. Dengan kemampuan mereka, mereka bisa berkuasa ke mana pun mereka pergi.Wira malah tersenyum dan berkata, "Orang yang benar-benar bijak biasanya memilih untuk tinggal di tempat terpencil seperti ini dan menenangkan diri. Reputasi dan kekayaan sudah nggak berarti ba

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2953

    Wira langsung menolak keinginan Mutia, tetapi tindakannya ini juga untuk melindungi Mutia. Jika mereka berada di sembilan provinsi, dia tentu saja memiliki banyak tempat untuk menempatkan Mutia. Dia juga bisa membiarkan Mutia untuk melakukan apa pun yang diinginkannya dan bahkan mengizinkan Mutia untuk tetap berada di sisinya. Namun sayangnya, situasi kali ini berbeda.Bagaimanapun juga, ini bukan sembilan provinsi dan bukan wilayah kekuasaannya juga, Wira merasa dia tidak akan bisa melindungi siapa pun. Bahkan dia sendiri pun kesulitan untuk melangkah dengan aman di sini, dia tidak bisa menjanjikan apa pun pada orang lain.Mendengar perkataan Wira, ekspresi Mutia menjadi muram. Dia menggigit bibirnya dengan erat dan bergumam, "Apa aku benar-benar nggak bisa ikut denganmu?"Wira menganggukkan kepalanya dengan tegas.Fahri yang berada di samping juga berkata, "Mutia, kalau Tuan Wira sudah berkata begini, kamu jangan terus merepotkan Tuan Wira lagi. Aku juga bisa melihat Tuan Wira ini ad

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2952

    Ditambah lagi, sekarang Yasa sudah meninggal, setidaknya tidak ada orang di Provinsi Tengah ini yang bisa terus mengancam Fahri dan Mutia.Saat mengungkit masalah ini, Fahri tersenyum dan bergumam, "Aku sudah memikirkannya dengan baik, aku berencana untuk pergi ke tempat lain bersama putriku. Kalau terus tinggal di sini, kami hanya akan makin larut dalam kesedihan saja ...."Wira juga menganggukkan kepala. Bagi Fahri dan Mutia, di sini memang sudah menjadi tempat yang penuh dengan luka. Mereka sudah tinggal di sini selama ini, tetapi sekarang semuanya sudah berubah. Bukan hanya semua anggota keluarga mereka sudah mati, Vila Hijau juga sudah tiada dan sekarang hanya tinggal puing-puing.Untungnya, setidaknya ada satu hal yang termasuk bagus yaitu semua orang mengira semua anggota Keluarga Husain sudah tewas di kobaran api itu. Hanya perlu mengganti identitas dan pindah ke tempat lain, Fahri dan Mutia masih bisa memulai hidup yang baru. Ditambah lagi, mereka masih memiliki begitu banyak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2951

    Fahri juga menyadari dia sudah salah bicara dan memang pertanyaannya tadi terlalu banyak. Dia segera mengalihkan topik pembicaraannya dan buru-buru berkata, "Maaf, aku sudah terlalu banyak bertanya."Wira tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Fahri perlahan-lahan menjelaskan, "Sebenarnya Lembah Duka ini bukan rahasia lagi bagi orang-orang di wilayah barat, tapi katanya orang-orang yang tinggal di dalamnya semuanya punya kemampuan untuk mengendalikan alam dan cuaca. Meskipun aku juga belum pernah melihatnya langsung, cerita tentang mereka sudah legendaris. Memang sulit untuk dipercaya, tapi tetap harus percaya.""Karena alasan inilah, nggak ada orang di wilayah barat yang berani membahasnya. Aku sendiri juga begitu. Kalau Tuan Wira nggak bertanya, aku juga nggak akan berani membahasnya meskipun kakiku dipatahkan. Kalau memberi tahu orang luar tentang Lembah Duka, aku akan jadi musuh mereka. Bukan hanya nyawaku terancam, bahkan keluargaku pun mungkin nggak akan tersisa satu pun."W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2950

    Sebenarnya Agha mengerti, tetapi hanya ingin mengeluh. Dia tidak berniat jahat. Jika tidak, dia tidak mungkin membantu Mutia tadi."Ya, ya. Aku memang salah sebelumnya. Sayangnya, waktu nggak bisa diputar kembali. Kini, aku menjadi pendosa besar bagi keluargaku." Fahri menghela napas dengan tidak berdaya.Selain dirinya dan Mutia, semua orang tewas dalam kebakaran. Bagaimana mungkin hatinya tidak hancur memikirkan hal ini?Wira menepuk bahu Fahri, lalu menghiburnya, "Kamu sendiri juga tahu semuanya sudah berlalu. Sekarang kamu juga sudah menyesal. Yang bisa kita lakukan untuk sekarang cuma melihat ke depan.""Masalah ini bisa dianggap selesai untuk sementara waktu. Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Kalau kamu butuh uang, aku bisa membantu."Tadi Yasa berniat menggunakan uang untuk meredakan masalah, tetapi Wira tidak setuju. Bagaimanapun, dia tidak kekurangan uang.Sementara itu, harta benda di Vila Hijau telah habis dijarah dan bangunan telah menjadi reruntuhan. Kini, ayah dan anak ini

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status