Share

Bab 10

Penulis: Arif
Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.

Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.

Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.

Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.

Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.

Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.

Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.

Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.

“Siapa?”

Terdengar suara seseorang dari dalam rumah. Kemudian, seorang gadis berjalan keluar. Saat melihat Wira, dia langsung tercengang. Setelah beberapa saat, dia baru berkata dengan cemberut, “Sudah punya istri langsung lupain pamannya. Dasar durhaka! Masih ingat datang kemari?”

Gadis itu berumur sekitar 17-18 tahun. Wajahnya kecil, rambutnya diikat model kucir kuda. Dia tidak terlalu tinggi, sedangkan wajahnya dihiasi beberapa bintik hitam. Matanya besar dan jernih, giginya juga rapi. Dia terlihat cantik dan manis.

Setelah mendengar ucapannya, Wira tidak marah. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Lestari, Paman di mana?”

Gadis itu adalah adik sepupu Wira, Lestari Salim. Dia sudah membantu ayahnya mengelola keuangan di rumah sejak kecil. Jadi, dia sangat jago berhitung. Selain itu, dia juga bermulut tajam. Sejak kecil, pemilik tubuh sebelumnya sudah sering adu mulut dengannya.

“Dia pergi memilih batu bara. Bentar lagi juga balik!” Setelah mengamati Wira sejenak, Lestari berkata dengan muram, “Dengar-dengar, habis nikah, kamu asyik foya-foya dan sudah habiskan semua kekayaan yang diwariskan Paman dan Bibi. Rumor itu benar? Jangan bohong!”

Wira tersenyum ringan sambil mengangguk.

“Dasar kamu ini! Semuanya bilang kalau Kakak Ipar itu wanita tercantik sekabupaten, tapi kamu malah bertindak sembarangan di luar. Apa sebenarnya yang kamu pikirin? Sudah dipelet orang?”

Setelah memarahi Wira, Lestari pun mengganti topik pembicaraan. “Aku sudah malas mengatai orang nggak berperasaan sepertimu. Sudah makan belum? Mau kumasakin sesuatu?”

“Nanti saja!” Setelah mendengar ucapan Lestari, Wira langsung terkejut dan menggeleng dengan rasa bersalah.

Tiba-tiba, seorang pria kekar yang menjinjing dua keranjang batu bara berjalan masuk. Saat melihat Wira, pria itu langsung meletakkan keranjang berisi batu bara dan buru-buru menghampiri Wira dengan gembira. “Wira, akhirnya kamu datang juga!”

Orang itu adalah paman pemilik tubuh sebelumnya. Namanya Suryadi Salim. Dia sangat menyayangi pemilik tubuh sebelumnya seperti putra kandungnya sendiri. Namun, pemilik tubuh sebelumnya masih belum dewasa. Setelah melihat pamannya, Wira membungkuk sambil berkata, “Paman, maafkan aku. Dulu, aku nggak ngerti soal kekhawatiranmu. Aku sudah salah!”

“Cepat bangun!” Suryadi buru-buru memapah Wira, lalu berkata dengan berlinang air mata, “Paman juga salah. Sebagai orang dewasa, seharusnya aku tetap pergi mengunjungimu meski kamu nggak datang jenguk aku. Tapi sekarang sudah nggak masalah. Lestari, cepat pergi beli seperempat kilo daging sapi untuk Wira. Dengar-dengar, ada yang jual ikan yang masih hidup juga di Pasar Timur, pergi beli seekor untuk kakakmu ini!”

“Harga daging sapi setengah kilo 100 gabak, seperempat kilo sudah mau 50 gabak. Harga seekor ikan segar setengah kilo 80 gabak, yang sekilo seekor sudah mau 160 gabak. Ditambah dengan bahan lainnya, cuman makanan untuk dia seorang sudah menghabiskan 300 gabak! Ayah, dia sudah nggak datang jenguk kamu selama tiga tahun, tapi kamu malah begitu senang begitu dia datang minta maaf!”

Begitu mendengar ucapan ayahnya, Lestari langsung cemberut. Dia dengan cepat menghitungkan seluruh biaya yang diperlukan untuk menjamu Wira, tetapi tetap bangkit sambil menjinjing keranjang sayur.

Wira buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, “Lestari, jangan beli sayur dulu. Aku butuh bantuanmu!”

Lestari langsung cemberut. “Kamu butuh bantuan apa? Dengar-dengar kamu sudah pinjam uang sama orang. Apa kamu datang cari kami karena nggak bisa bayar utang?”

“Lestari!” Setelah memelototi putrinya, Suryadi bertanya pada Wira, “Wira, maafkan Paman nggak mengawasimu baik-baik selama beberapa tahun ini, kamu jadi terjerumus ke jalan yang salah. Jangan takut, habis bayar utangnya, jadilah orang yang baik ke depannya. Kamu utang berapa? Paman punya sedikit simpanan. Kamu boleh pakai dulu untuk bayar utang.”

“Ayah! Itu uang yang kusimpan supaya kamu bisa menikah lagi dan melahirkan anak untuk meneruskan keluarga kita!”

Setelah mengucapkan hal itu, Lestari dipelototi ayahnya lagi. Dia pun berkata dengan cemberut, “Kamu cuman sayang dia!”

“Aku memang punya sedikit utang, tapi aku bisa bayar sendiri. Paman, Lestari, aku butuh kalian persiapkan beberapa barang untukku. Makin cepat makin bagus!”

Wira pun menyebutkan semua barang-barang yang diperlukannya.

“Panci besi, corong, lumpur kuning, panci besar .... Kamu perlu itu semua buat apa?”

Setelah mendengar benda-benda yang diperlukan Wira, Lestari pun bertanya dengan kebingungan. Namun, kedua orang itu segera mempersiapkannya.

Tidak lama kemudian, Hasan, Sony, Danu dan Doddy tiba di depan Toko Besi Keluarga Salim. Mereka berempat berdiri di depan pintu dengan canggung.

Suryadi buru-buru mempersilakan mereka masuk. Saat melihat barang bawaan mereka, Suryadi berkata dengan terkejut, “Mau datang ya datang saja, buat apa bawa begitu banyak barang?”

“Harga setengah kilo gula mentah sudah 100 gabak. Ini setidaknya ada sekitar 20-25 kilo, harganya paling nggak 4.000 gabak.”

“Sebuah kotak cendana sebesar ini paling nggak 1.000 gabak, dua biji sudah 2.000 gabak.”

“Selembar sapu tangan sutra ini 500 gabak, dua lembar sudah 1.000 gabak.”

“Jubah sutra dan sepatu bot dari Toko Penjahit Keluarga Solia paling nggak 1.500 gabak.”

“Giok ini paling nggak 4.000 gabak!”

“Sebuah kantong wewangian ini 2.000 gabak!”

“Dua ekor ikan besar dan sepuluh ekor ikan kecil ini masih hidup. Beratnya paling nggak 15 kilo, bisa dijual sekitar 900 gabak.”

Setelah melihat barang-barang yang dibawa Hasan dan yang lainnya, Lestari langsung menyebutkan semua harga-harganya.

Keempat orang itu pun menatap Lestari dengan terkejut. Semua barang yang mereka beli harganya kurang lebih sama dengan harga yang disebut Lestari. Lestari benar-benar hebat!

“Wira, kamu toh nggak punya begitu banyak uang. Buat apa kamu bawa begitu banyak barang kemari?”

Entah apa yang dipikirkan Lestari sehingga dirinya tiba-tiba tersipu.

“Kami yang tangkap ikannya kemarin. Sebagian besar sudah terjual, sisanya ini untuk kamu dan Paman!”

Kemudian, Wira mengalihkan topik pembicaraan. “Gula mentah ini bakal kuproses lagi buat dijual. Selebihnya, lihat saja nanti. Cepat masak dulu! Kami semua belum makan.”

“Cepat pergi masak. Aku pergi beli daging dulu!”

Selesai berbicara, Suryadi pun pergi dengan membawa keranjang sayurnya. Sementara Lestari langsung masuk ke dapur untuk memasak.

Wira pun memberi perintah kepada Hasan, Danu, Doddy dan Sony.

Danu ditugaskan menutup pintu toko, sedangkan Doddy ditugaskan mencuci corong yang mereka beli tadi. Sony mengaduk campuran lumpur kuning dan Hasan menyalakan api untuk panci besar.

Keempat orang itu sangat penasaran apa yang mau dilakukan Wira.

Tidak lama kemudian, Suryadi pulang dari berbelanja sayur. Situasi di hadapannya membuatnya terkejut.

Begitu api menyala, Wira menuangkan tiga bungkus gula mentah ke panci. Setelah gulanya mencair, dia langsung berkata, “Sony, cepat masukkan cairan lumpur kuningnya!”

“Hah?!” Sony langsung terkejut. “Wira, yakin mau tuang? Gula di dalam panci ini paling nggak 1,5 kilo. Kalau sudah tuang campuran lumpur kuning ke dalam, gulanya sudah nggak bisa dimakan lagi. Kita bakal rugi 1.000 gabak!”

Hasan dan Danu juga terkejut.

Jika lumpur kuning dituangkan ke dalam sirup gula, sirup gula akan terbuang sia-sia.

Wira langsung mendesak, “Tuang saja! Kalau nggak, gulanya benar-benar bakal terbuang sia-sia!”

Setelah mendengar ucapan Wira, Sony langsung mengulurkan tangannya dengan gemetar.

“Jangan tunda lagi! Ikuti saja perintah Kak Wira!”

Meskipun Doddy juga heran, dia langsung maju dan menuangkan seember cairan lumpur kuning itu ke dalam panci.

Dia tidak tahu apa yang ingin Wira lakukan, tetapi dia akan mematuhi semua perintah Wira mulai sekarang.

Begitu cairan lumpur kuning dituang ke dalam cairan gula, Wira langsung mengaduk dengan cepat. Lumpur kuning dan cairan gula pun menyatu.

Tepat pada saat ini, Lestari berjalan keluar untuk menyuruh kelima orang itu makan. Setelah melihat keadaan itu, dia buru-buru berlari ke dapur dan berteriak, “Ayah, Kak Wira menuangkan cairan lumpur kuning ke dalam gula mentah!”

Suryadi langsung terkejut. “Wira toh nggak bodoh. Kenapa dia menyia-nyiakan barang seperti itu? Coba pergi lihat!”
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Muhammad Helmi
Sudah cukup bagus, walau dikemas dalam dialog2 yg sederhana ,namun cukup real, menjadikan seperti kisah nyata. Semangat
goodnovel comment avatar
Okke d'Dragon
skrg sdh smpe bab 945.. Wulan anak seorang Raja di Kerajaan Istana Surgawi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3002

    Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3001

    Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3000

    Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2999

    "Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2998

    Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2997

    "Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2996

    Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2995

    Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2994

    "Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status