Share

Bab 10

Author: Arif
last update Last Updated: 2023-05-19 13:40:05
Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.

Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.

Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.

Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.

Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.

Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.

Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.

Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.

“Siapa?”

Terdengar suara seseorang dari dalam rumah. Kemudian, seorang gadis berjalan keluar. Saat melihat Wira, dia langsung tercengang. Setelah beberapa saat, dia baru berkata dengan cemberut, “Sudah punya istri langsung lupain pamannya. Dasar durhaka! Masih ingat datang kemari?”

Gadis itu berumur sekitar 17-18 tahun. Wajahnya kecil, rambutnya diikat model kucir kuda. Dia tidak terlalu tinggi, sedangkan wajahnya dihiasi beberapa bintik hitam. Matanya besar dan jernih, giginya juga rapi. Dia terlihat cantik dan manis.

Setelah mendengar ucapannya, Wira tidak marah. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Lestari, Paman di mana?”

Gadis itu adalah adik sepupu Wira, Lestari Salim. Dia sudah membantu ayahnya mengelola keuangan di rumah sejak kecil. Jadi, dia sangat jago berhitung. Selain itu, dia juga bermulut tajam. Sejak kecil, pemilik tubuh sebelumnya sudah sering adu mulut dengannya.

“Dia pergi memilih batu bara. Bentar lagi juga balik!” Setelah mengamati Wira sejenak, Lestari berkata dengan muram, “Dengar-dengar, habis nikah, kamu asyik foya-foya dan sudah habiskan semua kekayaan yang diwariskan Paman dan Bibi. Rumor itu benar? Jangan bohong!”

Wira tersenyum ringan sambil mengangguk.

“Dasar kamu ini! Semuanya bilang kalau Kakak Ipar itu wanita tercantik sekabupaten, tapi kamu malah bertindak sembarangan di luar. Apa sebenarnya yang kamu pikirin? Sudah dipelet orang?”

Setelah memarahi Wira, Lestari pun mengganti topik pembicaraan. “Aku sudah malas mengatai orang nggak berperasaan sepertimu. Sudah makan belum? Mau kumasakin sesuatu?”

“Nanti saja!” Setelah mendengar ucapan Lestari, Wira langsung terkejut dan menggeleng dengan rasa bersalah.

Tiba-tiba, seorang pria kekar yang menjinjing dua keranjang batu bara berjalan masuk. Saat melihat Wira, pria itu langsung meletakkan keranjang berisi batu bara dan buru-buru menghampiri Wira dengan gembira. “Wira, akhirnya kamu datang juga!”

Orang itu adalah paman pemilik tubuh sebelumnya. Namanya Suryadi Salim. Dia sangat menyayangi pemilik tubuh sebelumnya seperti putra kandungnya sendiri. Namun, pemilik tubuh sebelumnya masih belum dewasa. Setelah melihat pamannya, Wira membungkuk sambil berkata, “Paman, maafkan aku. Dulu, aku nggak ngerti soal kekhawatiranmu. Aku sudah salah!”

“Cepat bangun!” Suryadi buru-buru memapah Wira, lalu berkata dengan berlinang air mata, “Paman juga salah. Sebagai orang dewasa, seharusnya aku tetap pergi mengunjungimu meski kamu nggak datang jenguk aku. Tapi sekarang sudah nggak masalah. Lestari, cepat pergi beli seperempat kilo daging sapi untuk Wira. Dengar-dengar, ada yang jual ikan yang masih hidup juga di Pasar Timur, pergi beli seekor untuk kakakmu ini!”

“Harga daging sapi setengah kilo 100 gabak, seperempat kilo sudah mau 50 gabak. Harga seekor ikan segar setengah kilo 80 gabak, yang sekilo seekor sudah mau 160 gabak. Ditambah dengan bahan lainnya, cuman makanan untuk dia seorang sudah menghabiskan 300 gabak! Ayah, dia sudah nggak datang jenguk kamu selama tiga tahun, tapi kamu malah begitu senang begitu dia datang minta maaf!”

Begitu mendengar ucapan ayahnya, Lestari langsung cemberut. Dia dengan cepat menghitungkan seluruh biaya yang diperlukan untuk menjamu Wira, tetapi tetap bangkit sambil menjinjing keranjang sayur.

Wira buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, “Lestari, jangan beli sayur dulu. Aku butuh bantuanmu!”

Lestari langsung cemberut. “Kamu butuh bantuan apa? Dengar-dengar kamu sudah pinjam uang sama orang. Apa kamu datang cari kami karena nggak bisa bayar utang?”

“Lestari!” Setelah memelototi putrinya, Suryadi bertanya pada Wira, “Wira, maafkan Paman nggak mengawasimu baik-baik selama beberapa tahun ini, kamu jadi terjerumus ke jalan yang salah. Jangan takut, habis bayar utangnya, jadilah orang yang baik ke depannya. Kamu utang berapa? Paman punya sedikit simpanan. Kamu boleh pakai dulu untuk bayar utang.”

“Ayah! Itu uang yang kusimpan supaya kamu bisa menikah lagi dan melahirkan anak untuk meneruskan keluarga kita!”

Setelah mengucapkan hal itu, Lestari dipelototi ayahnya lagi. Dia pun berkata dengan cemberut, “Kamu cuman sayang dia!”

“Aku memang punya sedikit utang, tapi aku bisa bayar sendiri. Paman, Lestari, aku butuh kalian persiapkan beberapa barang untukku. Makin cepat makin bagus!”

Wira pun menyebutkan semua barang-barang yang diperlukannya.

“Panci besi, corong, lumpur kuning, panci besar .... Kamu perlu itu semua buat apa?”

Setelah mendengar benda-benda yang diperlukan Wira, Lestari pun bertanya dengan kebingungan. Namun, kedua orang itu segera mempersiapkannya.

Tidak lama kemudian, Hasan, Sony, Danu dan Doddy tiba di depan Toko Besi Keluarga Salim. Mereka berempat berdiri di depan pintu dengan canggung.

Suryadi buru-buru mempersilakan mereka masuk. Saat melihat barang bawaan mereka, Suryadi berkata dengan terkejut, “Mau datang ya datang saja, buat apa bawa begitu banyak barang?”

“Harga setengah kilo gula mentah sudah 100 gabak. Ini setidaknya ada sekitar 20-25 kilo, harganya paling nggak 4.000 gabak.”

“Sebuah kotak cendana sebesar ini paling nggak 1.000 gabak, dua biji sudah 2.000 gabak.”

“Selembar sapu tangan sutra ini 500 gabak, dua lembar sudah 1.000 gabak.”

“Jubah sutra dan sepatu bot dari Toko Penjahit Keluarga Solia paling nggak 1.500 gabak.”

“Giok ini paling nggak 4.000 gabak!”

“Sebuah kantong wewangian ini 2.000 gabak!”

“Dua ekor ikan besar dan sepuluh ekor ikan kecil ini masih hidup. Beratnya paling nggak 15 kilo, bisa dijual sekitar 900 gabak.”

Setelah melihat barang-barang yang dibawa Hasan dan yang lainnya, Lestari langsung menyebutkan semua harga-harganya.

Keempat orang itu pun menatap Lestari dengan terkejut. Semua barang yang mereka beli harganya kurang lebih sama dengan harga yang disebut Lestari. Lestari benar-benar hebat!

“Wira, kamu toh nggak punya begitu banyak uang. Buat apa kamu bawa begitu banyak barang kemari?”

Entah apa yang dipikirkan Lestari sehingga dirinya tiba-tiba tersipu.

“Kami yang tangkap ikannya kemarin. Sebagian besar sudah terjual, sisanya ini untuk kamu dan Paman!”

Kemudian, Wira mengalihkan topik pembicaraan. “Gula mentah ini bakal kuproses lagi buat dijual. Selebihnya, lihat saja nanti. Cepat masak dulu! Kami semua belum makan.”

“Cepat pergi masak. Aku pergi beli daging dulu!”

Selesai berbicara, Suryadi pun pergi dengan membawa keranjang sayurnya. Sementara Lestari langsung masuk ke dapur untuk memasak.

Wira pun memberi perintah kepada Hasan, Danu, Doddy dan Sony.

Danu ditugaskan menutup pintu toko, sedangkan Doddy ditugaskan mencuci corong yang mereka beli tadi. Sony mengaduk campuran lumpur kuning dan Hasan menyalakan api untuk panci besar.

Keempat orang itu sangat penasaran apa yang mau dilakukan Wira.

Tidak lama kemudian, Suryadi pulang dari berbelanja sayur. Situasi di hadapannya membuatnya terkejut.

Begitu api menyala, Wira menuangkan tiga bungkus gula mentah ke panci. Setelah gulanya mencair, dia langsung berkata, “Sony, cepat masukkan cairan lumpur kuningnya!”

“Hah?!” Sony langsung terkejut. “Wira, yakin mau tuang? Gula di dalam panci ini paling nggak 1,5 kilo. Kalau sudah tuang campuran lumpur kuning ke dalam, gulanya sudah nggak bisa dimakan lagi. Kita bakal rugi 1.000 gabak!”

Hasan dan Danu juga terkejut.

Jika lumpur kuning dituangkan ke dalam sirup gula, sirup gula akan terbuang sia-sia.

Wira langsung mendesak, “Tuang saja! Kalau nggak, gulanya benar-benar bakal terbuang sia-sia!”

Setelah mendengar ucapan Wira, Sony langsung mengulurkan tangannya dengan gemetar.

“Jangan tunda lagi! Ikuti saja perintah Kak Wira!”

Meskipun Doddy juga heran, dia langsung maju dan menuangkan seember cairan lumpur kuning itu ke dalam panci.

Dia tidak tahu apa yang ingin Wira lakukan, tetapi dia akan mematuhi semua perintah Wira mulai sekarang.

Begitu cairan lumpur kuning dituang ke dalam cairan gula, Wira langsung mengaduk dengan cepat. Lumpur kuning dan cairan gula pun menyatu.

Tepat pada saat ini, Lestari berjalan keluar untuk menyuruh kelima orang itu makan. Setelah melihat keadaan itu, dia buru-buru berlari ke dapur dan berteriak, “Ayah, Kak Wira menuangkan cairan lumpur kuning ke dalam gula mentah!”

Suryadi langsung terkejut. “Wira toh nggak bodoh. Kenapa dia menyia-nyiakan barang seperti itu? Coba pergi lihat!”
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Muhammad Helmi
Sudah cukup bagus, walau dikemas dalam dialog2 yg sederhana ,namun cukup real, menjadikan seperti kisah nyata. Semangat
goodnovel comment avatar
Okke d'Dragon
skrg sdh smpe bab 945.. Wulan anak seorang Raja di Kerajaan Istana Surgawi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 18

    Seluruh badan Budi terasa sakit. Dia meringkuk sambil menutup kepalanya dan memohon, “Pak Agus, kamu bakal biarkan aku dipukul begitu saja? Tunggu saja waktu musim panen nanti!”Setelah memikirkan hal penting itu, Agus buru-buru menasihati Wira, “Wira, ayo kita bicara baik-baik. Jangan ....”“Diam! Kenapa tadi kamu nggak nasihati dia untuk bicara baik-baik sama aku!”Wira bahkan tidak menoleh dan lanjut menendang Budi.Agus pun terdiam. Dia hanya bisa menatap Wulan, lalu berkata, “Bujuklah suamimu. Kalau orangnya mati, masalahnya bisa jadi besar.”Wulan hanya cemberut tanpa berkata apa-apa. Dia membatin, ‘Suamiku nggak bodoh. Dia nggak bakal bunuh si Tua Bangka itu.’Dari tadi, Wulan sudah memperhatikan Wira. Selain tinju pertama yang dilayangkan ke wajah Budi, Wira hanya menendang kaki, pantat, punggung, dan tempat-tempat tidak berbahaya lainnya. Jadi, Budi tidak akan mati.Melihat Wulan yang tetap diam, Agus menatap ke arah Danu, Doddy, dan Sony. Namun, mereka juga tidak memedulikan

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2826

    Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2825

    Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2824

    "Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2823

    "Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2822

    Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2821

    "Baik."Lucy dan lainnya mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke sosok itu. Setelah badai pasir reda, mereka langsung mengambil tindakan dan mengepung sosok itu.Sosok itu masih terlihat bengong. Tidak ada emosi apa pun pada ekspresinya. Jelas sekali, dia tidak punya kesadaran apa pun lagi, bahkan pantas disebut sebagai mesin pembunuh."Kalau Senia berhasil mengembangkan banyak racun itu, mungkin sembilan provinsi akan jatuh dalam kekacauan. Agha sekalipun bukan lawannya. Kalaupun dikeroyok, manusia biasa tetap bukan lawan mereka. Ketika saat itu tiba, akan ada banyak korban jiwa."Wira tak kuasa menghela napas. Harus diakui bahwa metode Senia ini sungguh kejam. Demi merebut kekuasaan dan mengambil alih sembilan provinsi, dia sampai mengorbankan nyawa manusia dan mengembangkan racun seperti ini.Sayangnya, sekalipun Wira telah membuat persiapan dan membulatkan tekadnya untuk membunuh Senia, mereka tetap berhasil kabur. Pasti sulit untuk menangkap Senia ke depannya. Dia harus mencari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2820

    Wira mengangguk. "Hati-hati."Setelah mendapat izin dari Wira, Agha pun tidak berbasa-basi lagi dan langsung melompat ke depan. Dengan tangan menggenggam palu, dia langsung menyerbu ke arah Senia.Angin kencang terus menerpa, membuat mata Agha terasa perih. Ini bukan angin biasa. Ketika pasir mengenai wajah, rasanya akan sangat sakit. Namun, demi membunuh Senia, Agha tidak takut mempertaruhkan nyawanya.Ketika melihat Agha makin dekat dengan Senia dan hendak melancarkan serangan, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dan mengadang di hadapan Agha."Jadi, kamu adik Wira? Kamu Agha yang disebut sebagai orang terkuat di dunia?" tanya Senia sambil terkekeh-kekeh."Kenapa memangnya?" Agha mendengus dan mengalihkan pandangannya kepada pria di depannya.Penampilan pria ini sangat aneh. Dia memakai zirah yang sudah berkarat dan tidak memiliki senjata apa pun. Selain itu, masih ada helm yang menutupi wajahnya sehingga yang terlihat hanya sepasang matanya.Sepasang mata itu tidak menunjukkan emosi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2819

    "Tuan Wira, kamu berhasil mengejar kami." Nada bicara Senia terdengar lembut, tetapi tatapannya dipenuhi niat membunuh.Di situasi seperti ini, mereka hanya bisa bertarung. Meskipun begitu, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada ekspresi Senia.Senia terkekeh-kekeh, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Jadi, kamu berniat membunuhku hari ini?""Memangnya bisa apa lagi? Aku nggak mungkin membiarkanmu meninggalkan tempat ini, 'kan? Doly sudah memberitahuku semuanya. Kalau dia lebih cepat selangkah, kamu nggak mungkin ada di sini sekarang.""Tapi, nggak masalah. Di sini masih wilayahku. Sekalipun kamu punya sayap, bawahanmu nggak bakal bisa membawamu meninggalkan Provinsi Yonggu dengan selamat.""Hehe." Senia menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyahut, "Aku sudah menebaknya sejak awal. Karena dia sudah di sisimu, dia pasti bakal memberitahumu semuanya. Semua cuma masalah waktu.""Hanya saja, aku nggak menyangka dia sama sekali nggak memikirkan hubungan kami sebelumnya. Dia memberi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2818

    Di wilayah terpencil Provinsi Yonggu.Tempat ini baru saja mengalami bencana alam. Situasi di sini sangat kacau dan berantakan. Banyak desa yang hancur. Jika ingin dibangun kembali, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Saat ini, Senia sedang mengendarai kudanya. Orang-orang di belakang mengikuti. Mereka akan meninggalkan Provinsi Yonggu.Sekelompok orang ini sedang berpacu dengan waktu. Jika terlambat selangkah saja, mereka mungkin akan mati di sini. Panji sekalipun tampak terburu-buru."Ibu, Wira benaran bisa membunuh kita? Aku rasa dia nggak bakal berani. Kami berdua memang cuma pangeran, tapi kamu penguasa Kerajaan Agrel.""Kerajaan Agrel punya ratusan ribu pasukan elite. Kalau perang benaran terjadi, kita juga masih bisa menambah pasukan. Mana mungkin Wira membuat keputusan seceroboh ini?" tanya Dahlan dengan bingung dan terengah-engah.Meskipun Dahlan mengendarai kuda, dia kurang ahli dalam hal ini. Selama ini, dia selalu menaiki kereta kuda ke mana-mana. Dia pun merasa sangat

DMCA.com Protection Status