Share

Bab 9

Author: Arif
last update Last Updated: 2023-05-19 13:40:05
Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.

Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.

Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.

Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.

Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.

Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.

Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.

Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.

Meskipun para pejabat ini tidak berpangkat, mereka termasuk bagian pemerintahan dan bergaji tinggi. Posisi mereka biasanya dilanjutkan oleh anak-anak mereka.

Setiap pejabat memiliki puluhan bawahan yang membantu mereka menangani tugas dari pemerintah.

Para pejabat tidak memberi imbalan kepada anak buah mereka. Jadi, para bawahan ini harus mendapatkan keuntungan sendiri pada saat menjalankan tugas.

Keuntungan besar yang didapatkan para bawahan ini harus dibagikan kepada ‘pejabat’, sedangkan keuntungan kecil dapat dibagi oleh mereka sendiri.

Iwan adalah bawahan Eko. Tujuh puluh persen keuntungan yang didapatkan Iwan dari pedagang ikan akan dibagikan kepada Eko. Sementara 30% sisanya akan dibagi Iwan dengan delapan anak buahnya.

Saat melihat bawahannya tersungkur di lantai, Eko tidak langsung datang menghampiri mereka. Dia berdiri di tempat untuk mengamati mereka terlebih dahulu, lalu baru berjalan ke depan gerobak.

Tadi, Danu dan Doddy tidak merasa takut saat menghadapi sembilan preman. Namun, mereka malah langsung ketakutan saat melihat Eko.

Sony juga takut hingga gemetaran, sedangkan Hasan hanya mengerutkan keningnya tanpa mengatakan apa pun.

Wira mengerti kenapa mereka berempat bereaksi seperti itu.

Di mata para penduduk desa, mereka tidak mampu menyinggung hakim, patroli dan pejabat-pejabat kecil lain yang berhubungan dengan kantor pemerintahan daerah.

“Pak Eko!”

Begitu melihat bosnya datang, Iwan buru-buru mengadu, “Kamu harus membantuku menegakkan keadilan. Aku datang ke Pasar Timur untuk membeli ikan, tapi kelima orang ini malah memukuliku sampai begini. Cepat tangkap mereka ke pengadilan daerah!”

“Sembarangan!”

Doddy yang tidak sabaran sudah tidak bisa menahan diri. Dia langsung berkata, “Jelas-jelas kami yang datang untuk menjual ikan, tapi kamu malah mau memeras kami dengan meminta 20% keuntungan. Itu sudah lebih tinggi 10% dari pajak yang harus kami bayar! Sekarang, kamu malah fitnah kami lagi! Sepertinya aku harus menghabisimu hari ini!”

Begitu mendengar ucapan Doddy, Iwan langsung ketakutan dan bersembunyi di belakang Eko. Dia sudah merasakan kehebatan Doddy tadi.

Sebelum Doddy sempat bertindak, Danu pun menahannya.

Saat melihat situasi ini, tidak ada orang yang berani bersuara. Mereka hanya menatap Eko dalam diam.

Eko mengamati Wira, lalu bertanya, “Kamu itu pelajar?”

Wira mengangguk.

Eko pun bertanya lagi, “Kamu punya prestasi?”

Wira melaporkan nilanya, “Waktu di Tahun Makmur kedua, aku dapat peringkat ketiga!”

Lima tahun yang lalu, raja baru Kerajaan Nuala naik jabatan. Tahun jabatannya disebut ‘Tahun Makmur’.

Dua tahun setelah raja baru menjabat, pemilik tubuh sebelumnya mengikuti ujian sarjana yang menerima 20 orang pelajar dari provinsi kecil. Pemilik tubuh sebelumnya menduduki peringkat ketiga dalam ujian itu. Pada zaman ini, pelajar yang berprestasi memiliki beberapa hak istimewa.

“Ternyata kamu itu seorang cendekiawan. Aku Eko Makmur, petugas patroli dari pengadilan daerah.”

Eko yang tadinya terlihat serius pun tersenyum dan menyanjung Wira. Kemudian, dia langsung berbalik dan menampar Iwan.

Iwan langsung tercengang hingga tidak merasakan darah yang mengalir dari sudut mulutnya.

“Dasar preman! Beraninya kamu menindas seorang cendekiawan! Hari ini, aku bakal bawa kamu ke pengadilan daerah supaya kamu dihukum!”

Eko pun langsung menyeret Iwan pergi. Preman-preman lainnya juga mengikuti mereka dengan patuh.

“Bukannya Iwan itu bawahan Eko? Kenapa Eko malah menangkapnya?”

“Soalnya yang Iwan ganggu itu seorang cendekiawan. Eko pasti takut cendekiawan itu menghukum keluarga mereka habis jadi pejabat tinggi. Jadi, dia pura-pura menghukum Iwan dulu!”

“Ah! Ternyata pemuda itu seorang cendekiawan! Tapi kenapa dia jadi pedagang?”

“Memangnya tadi kamu nggak dengar? Dia punya utang!”

Begitu Eko pergi, suasana di Pasar Timur menjadi ramai kembali.

Wira masih sedikit tertegun. Dia tidak menyangka ternyata reputasinya sebagai seorang pelajar cukup berguna juga.

Setelah tersadar dari keterkejutan, mereka berlima pun mulai menjual ikan.

Eko menyeret Iwan keluar dari Pasar Timur. Setelah keluar dari Pasar Timur, dia pun menendang Iwan lagi.

Iwan langsung berdiri dan buru-buru menyanjung Eko, “Pak Eko, dia cuman seorang pelajar, masih belum jadi sarjana. Perjalanannya untuk menjadi pejabat masih jauh! Kenapa kita harus takut padanya ....”

Sebelum Iwan menyelesaikan kalimatnya, Eko menamparnya lagi. “Dasar tolol! Dia sudah terpilih menjadi pelajar di usia 15 tahun, itu berarti dia sangat berbakat! Orang seperti ini cepat atau lambat pasti bakal jadi sarjana. Kalau sudah jadi pejabat besar, dia pasti bisa dengan gampang menghukummu! Orang paling mengerikan di dunia ini adalah cendekiawan! Cuman orang bodoh kayak kalian yang merasa cendekiawan itu mudah ditindas!”

Anak yang tidak sabaran itu bisa menghajar sembilan orang sendirian. Dia jelas adalah orang yang berlatih bela diri. Orang yang menarik anak yang tidak sabaran itu juga pasti jauh lebih hebat darinya.

Orang yang paling mengerikan adalah pria paruh baya yang memiliki tatapan tajam itu. Aura yang dipancarkannya bahkan lebih mengerikan dari seorang algojo. Dia pasti juga bukan orang biasa.

Jika Eko ingin menghadapi ketiga orang itu, dia juga belum tentu berhasil bahkan dengan mengerahkan seluruh anak buahnya. Bisa gawat jika masalah ini jadi besar dan diketahui pemimpin kabupaten.

Sebagai pejabat kecil, Eko paling jelas orang seperti apa yang bisa ataupun tidak bisa disinggung.

Setelah mendengar ucapan Eko, Iwan buru-buru berkata sambil tersenyum, “Pak Eko benar! Tapi gimana kalau kelak mereka masih terus berjualan ikan di Pasar Timur? Kita nggak boleh kehilangan keuntungan sebesar ini!”

“Tentu saja nggak boleh!”

Eko memicingkan matanya, lalu berkata, “Hari ini, kamu sudah dikalahkan mereka, kamu nggak bakal bisa menekan para pedagang itu lagi. Untuk sementara, ganti bos saja dulu. Nanti kalau ada kesempatan, kamu boleh menjabat lagi. Nggak perlu ambil keuntungan dari kelompok cendekiawan itu, tapi suruh mereka jangan umbar-umbar hal ini ke orang lainnya.”

Eko merasa orang-orang ini pasti sudah berusaha keras untuk menangkap segerobak ikan itu.

Lagi pula, cuacanya sudah makin dingin, ikan juga akan makin sulit ditangkap. Jadi, Eko merasa tidak mengambil keuntungan dari mereka juga tidak akan merugikan dirinya.

“Baik, Pak Eko!”

Iwan menunduk dengan tidak rela. Bos yang sudah turun pangkat mana mungkin bisa naik pangkat lagi.

Lagi pula, bos pengganti juga tidak begitu mudah dicari.

...

“Tiga belas ribu tujuh ratus enam puluh gabak!”

Ikan yang masih hidup sangat mudah dijual. Belum sampai dua jam, ikan di gerobak mereka hanya tersisa dua ekor yang besar dan sepuluh ekor yang kecil. Itu juga merupakan penghasilan bersih yang mereka dapat setelah membayar pajak.

Ini adalah pertama kalinya Sony, Danu dan Doddy melihat uang yang begitu banyak dalam hidup mereka. Mata mereka langsung berbinar.

Namun, Hasan malah menggeleng sambil mengerutkan keningnya. “Jumlah yang kita dapat ini masih belum setengah dari 40 ribu gabak!”

Ketiga orang itu langsung tersadar dan berkata dengan cemas, “Jadi gimana? Kita sudah nggak sempat tangkap ikan lagi. Hari ini hari terakhir bayar utang!”

Wira juga tersenyum masam. Dia awalnya mengira penjualan ikan yang masih hidup paling tidak bisa menghasilkan 20-30 ribu gabak. Alhasil, harga penjualan di Kerajaan Nuala masih belum mencapai harapannya.

“Cuman bisa pinjam uang dulu!” Hasan menghela napas, lalu berkata, “Aku masih punya 3.000 gabak. Kalau kita pinjam sama para kerabat, seharusnya bisa terkumpul sepuluh ribu gabak!”

Penduduk desa sangat miskin, tidak banyak orang yang bisa mengumpulkan 3.000 gabak.

Sony berkata sambil menggertakkan giginya, “Coba aku cari Kak Surya buat pinjam uang. Sekarang, kita sudah punya teknik rahasia tangkap ikan. Biarpun kita nggak kasih tahu mereka caranya, asalkan kita bisa menjanjikan sedikit keuntungan, dia mungkin bisa pinjamin sekitar 5.000-6.000 gabak!”

“Dengan begitu juga masih kurang 10 ribu gabak!”

Danu menatap Wira dan berkata, “Kak Wira, gadai saja gelang Kakak Ipar! Kita sudah punya teknik rahasia tangkap ikan. Kita bisa dapatkan kembali gelangnya dalam beberapa hari dengan membayar tambahan sedikit bunga.”

“Nggak perlu, aku masih punya cara lain!”

Wira menggeleng, lalu lanjut berkata, “Sekarang, kalian ke Pasar Selatan dan beli barang-barang yang kusuruh kalian beli pakai uang ini. Habis itu, pergi ke ‘Toko Besi Keluarga Salim’ di Pasar Utara untuk cari aku.”

Dari awal, Wira memang tahu dia tidak bisa mendapatkan 40 ribu gabak dari hasil menangkap ikan sehari.

Setelah mendengar Wira ingin membeli barang, keempat orang itu langsung terkejut.

Sony berkata dengan bingung, “Paman Hasan, lihat! Uang membayar utang sudah nggak cukup, tapi Wira malah mau belanja lagi. Apalagi semua yang dia suruh beli itu makanan, pakaian dan barang sekunder lain yang nggak penting. Dia mulai boros lagi!”

Ucapan Sony membuat Doddy marah. “Sony! Dasar nggak punya hati nurani! Kak Wira sudah membelikanmu dan Kakak pakaian dan sepatu, tapi kamu malah mengatainya!”

Sony mengeluh, “Aku cuman khawatir dia nggak bisa bayar utang!”

Danu yang dewasa pun berkata, “Ayah, kenapa Kak Wira membelikanku dan Sony pakaian yang serupa?”

Hasan menjawab, “Ikuti saja kata Wira. Dia itu orang yang punya banyak ide. Dia menyuruh kita melakukan ini pasti ada artinya. Patuhi saja perintahnya!”
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Khafidz Fadli
kwkwkwkwkok
goodnovel comment avatar
Janice
petugas patroli pasar, satpol pp dong ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2918

    Saat ini, para prajurit baru tersadar kembali dan menyerbu ke arah Wira dan lainnya.Sayangnya, meskipun mereka adalah prajurit elite pilihan Caraka, mereka tidak mungkin bisa menghentikan kecepatan Agha dan Dwija.Agha adalah orang terkuat, sedangkan Dwija adalah pendekar terhebat. Ini adalah kombinasi yang tak terkalahkan.Sesaat kemudian, para prajurit pun tumbang. Semuanya terbunuh dengan satu serangan.Tentunya, orang-orang seperti ini tidak perlu dikasihani. Mereka telah lama mengikuti Caraka dan tangan mereka telah ternodai oleh darah. Sayangnya, selagi mereka bertarung, Panji dan Caraka berhasil melarikan diri."Kak, mereka berhasil lolos," ujar Agha yang berdiri di samping Wira dengan kesal.Wira menepuk bahunya sambil tersenyum. "Nggak apa-apa, semuanya sesuai dugaanku. Biarkan saja mereka. Kalau Panji bisa ditangkap semudah itu, justru aku bakal curiga."Agha menghela napas. "Padahal kita sudah hampir berhasil. Sayang sekali!"Wira menggeleng. "Kamu sudah lupa pada kemampuan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2917

    Sejak tadi, Wendi terus mengamati mereka. Segala sesuatu tidak luput dari pandangannya. Karena makhluk beracun itu terus melindungi matanya, Itu berarti kelemahannya terletak di mata. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mengalahkan musuh!Wira mengangguk, lalu memasukkan tangannya ke saku untuk mengambil pistol.Hanya saja, sekarang Wira masih harus menunggu. Dia tidak boleh bertindak gegabah supaya musuh tidak berwaspada padanya. Serangan ini harus diam-diam dan mendadak!Sesaat kemudian, makhluk beracun itu meninju dada Agha, membuat Agha terpental. Saat berikutnya, Dwija langsung mengambil kesempatan untuk menyerang mata monster itu.Ketika Dwija hendak mengambil tindakan, Wira sontak berseru, "Minggir!"Dwija buru-buru menarik pedangnya dan mundur sepuluh langkah. Dia tiba di hadapan Agha dan memapahnya.Dor! Terdengar suara tembakan. Wira telah menarik pelatuknya dan pelurunya mengenai mata monster itu secara akurat!Seketika, makhluk beracun itu berhenti bergerak dan berlutut

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2916

    "Aku rasa matanya terlihat sangat lemah. Kalian boleh coba serang matanya. Mungkin itu kelemahannya," ujar Wendi yang tatapannya tertuju pada mata makhluk beracun itu.Tubuh makhluk beracun itu dilapisi oleh zirah, ditambah lagi kekuatan fisiknya sangat mengerikan. Tentu sulit untuk menghancurkan pertahanannya. Jadi, kelemahannya mungkin bukan di tubuhnya. Matanya adalah kemungkinan terbesar.Hanya saja, Wendi tidak dapat memastikan spekulasinya untuk sekarang. Mereka harus bertarung untuk membuktikannya.Saat Agha dan Dwija hendak menyerang, Wendi berpesan, "Kalian harus akhiri pertempuran ini secepat mungkin. Kalau dia membuang-buang waktu kalian, kalian sebaiknya mundur.""Tubuh manusia punya batasan, sedangkan tubuh monster ini sudah melampaui manusia. Di beberapa aspek, dia nggak tergolong manusia lagi.""Kalau kalian nggak mengakhiri pertempuran dengan cepat, kalian sendiri yang bakal rugi."Agha dan Dwija bertatapan sesaat, lalu sama-sama mengangguk. Saat berikutnya, keduanya sa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2915

    Sebelumnya Agha menggunakan senjata, tetapi masih tidak bisa mengalahkan monster di depannya ini. Kini, dia harus bertarung dengan tangan kosong. Agha tidak punya keyakinan untuk menang.Namun, Wira berdiri tepat di belakangnya. Meskipun tidak bisa bertahan, Agha tetap harus melindungi Wira.Agha telah berjanji kepada Danu dan lainnya, sekalipun harus mengorbankan nyawanya, keselamatan Wira tetap harus terjamin. Dia tidak bisa membiarkan Wira berada dalam bahaya atau dirinya akan menjadi pendosa!"Kak, Kamu dan Wendi pergi saja dulu. Serahkan semuanya kepadaku dan Dwija. Kami pasti bisa melawan mereka. Setelah membereskan mereka, kami akan menyusul kalian," ucap Agha dengan tegas.Dwija menggenggam pedangnya dengan erat sambil mengangguk dengan tegas."Sebelumnya aku sudah dengar tentang kehebatan monster ini. Senjata sekalipun nggak bisa melukainya. Aku nggak percaya ada monster sehebat itu di dunia.""Sekarang, aku akhirnya punya kesempatan untuk melihatnya. Aku tentu harus bekerja s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2914

    "Selain kabut yang agak tebal, sepertinya nggak ada apa-apa di sini," ujar Agha sambil menggaruk kepalanya."Justru kabut di depan ini yang membuatku merasa ada yang nggak beres." Wendi mengernyit, lalu mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya.Kemudian, dia segera mengeluarkan empat butir pil dari dalam. Setelah memakan sebutir, dia membagikan sisanya kepada mereka."Kabut ini beracun. Kalian cepat makan pil ini." ucap Wendi untuk memperingatkan.Tanpa ragu sedikit pun, Wira dan lainnya segera menelan pil itu.Wendi ahli dalam racun. Dia tentu bisa mendeteksi jika ada racun di kabut ini. Trik licik seperti ini tidak ada apa-apanya di hadapan Wendi.Ekspresi Wira menjadi sangat suram. "Ternyata ada orang yang ingin menghalangi jalan kita. Sepertinya jejak kita terdeteksi musuh."Saat berikutnya, terdengar tawa yang keras. Yang muncul di depan mereka tidak lain adalah Panji dan Caraka. Di belakang mereka terdapat banyak orang.Seiring dengan kemunculan mereka, kabut beracun itu p

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2913

    Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk bertindak!Jika mereka bisa membunuh Wira, anak buahnya tidak mungkin bisa apa-apa lagi. Dengan begitu, Provinsi Lowala dan Provinsi Yonggu akan jatuh ke tangan mereka!Ketika saat itu tiba, di seluruh sembilan provinsi, siapa yang bisa menandingi Senia? Kerajaan Agrel akan menyapu sembilan provinsi dan Senia akan menjadi penguasa baru!"Apa Wira dan lainnya benaran akan datang? Kalau perjalanan mereka tertunda, apa kita harus terus menunggu di sini?"Caraka bertanya sambil minum teh. Nada bicaranya terdengar tidak sabar. Karena kali ini mereka tidak membawa banyak orang, mereka tidak sepenuhnya menguasai informasi tentang Wira dan lainnya, hanya bisa menuruti spekulasi Panji.Panji mengusap janggutnya sambil tertawa. Kemudian, dia menyahut, "Nggak usah cemas. Dengan kecerdikan Wira, aku rasa nggak sulit bagi dia untuk tahu dari mana aku berasal.""Lembah Duka memang tempat yang sangat misterius, tapi banyak orang yang tahu keberadaannya.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2912

    Wira melirik ketiga orang itu sejenak, lalu menggeleng dengan putus asa. Orang-orang ini benar-benar seperti hantu kelaparan! "Kak, kulihat kamu bicara lama dengan pelayan tadi. Apa kamu sudah dapat informasi?" tanya Agha sambil membersihkan giginya dengan tusuk gigi dan beralih menatap Wira.Wira mengangguk, lalu menyahut, "Aku sudah tanya semuanya. Orang-orang yang menguasai kemampuan aneh itu berasal dari tempat yang disebut Lembah Duka. Lembah itu terletak di Provinsi Tengah.""Kalau kita ingin menyelidiki tentang Panji dan mencari cara untuk melawannya, kita harus pergi ke Provinsi Tengah dan mencoba masuk ke Lembah Duka!""Asalkan kita bisa masuk ke Lembah Duka, nggak peduli siapa sebenarnya Panji atau seperti apa hubungannya dengan orang-orang di sana, setidaknya misi kita sudah selesai setengah. Tentunya, kita akan menemukan cara untuk melawan Panji!"Mengetahui informasi musuh adalah kunci kemenangan. Karena orang-orang di Lembah Duka tidak sembarangan terlibat dengan urusan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2911

    "Provinsi Tengah? Sebaiknya lupakan saja deh ...." Wira menggeleng dan menghela napas. "Dengar-dengar, Provinsi Tengah memang makmur dan kaya, juga merupakan pusat dari wilayah barat. Banyak orang yang datang ke wilayah barat pasti pergi ke Provinsi Tengah.""Harus kuakui bahwa tempat itu memang bagus, tapi aku punya satu kekhawatiran, yaitu ...." Wira sengaja memperpanjang suaranya, lalu melanjutkan, "Katanya di sana ada banyak masalah dan banyak orang lokal yang menguasai ilmu hitam. Mereka biasanya tinggal di Provinsi Tengah.""Kita yang baru datang ini masih asing dengan wilayah barat. Kalau kita sampai menarik perhatian orang-orang seperti itu, bukankah kita akan celaka?""Pada akhirnya, kita malah cuma buang-buang tenaga, bahkan bisa kehilangan nyawa. Kalau begitu, untuk apa kita susah payah datang ke wilayah barat?"Saat berbicara, Wira terus mengamati pelayan di depannya, sembari mencoba menebak pikirannya.Daripada langsung bertanya tentang orang-orang yang menguasai kemampuan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2910

    Wira sampai tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya yang satu ini!Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah penginapan dan segera mengurus prosedur menginap.Setelah selesai menata barang, mereka turun ke lantai bawah dan segera memesan beberapa makanan. Agha pun makan dengan lahap."Kelihatannya sederhana saja, tapi rasanya lumayan enak! Kalian juga makan yang banyak!" ucap Agha sambil makan.Wira sama sekali tidak menghiraukannya dan malah menatap pelayan penginapan yang sedang berdiri di depan pintu.Karena di dalam penginapan tidak ada banyak orang, pelayan itu terlihat cukup santai dan sedang berdiri di depan pintu menikmati angin.Sekarang musim panas di wilayah barat. Wira dan lainnya juga tidak tahan menghadapi suhu yang terlalu tinggi ini, apalagi pelayan yang harus bekerja.Wira meletakkan peralatan makannya, lalu mendekati pelayan itu. Sambil tersenyum, dia bertanya, "Sobat, aku rasa kamu bukan orang asli sini, 'kan?""Benar, penilaianmu tajam sekali! Aku memang bu

DMCA.com Protection Status