Share

Bab 9

Author: Arif
Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.

Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.

Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.

Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.

Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.

Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.

Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.

Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.

Meskipun para pejabat ini tidak berpangkat, mereka termasuk bagian pemerintahan dan bergaji tinggi. Posisi mereka biasanya dilanjutkan oleh anak-anak mereka.

Setiap pejabat memiliki puluhan bawahan yang membantu mereka menangani tugas dari pemerintah.

Para pejabat tidak memberi imbalan kepada anak buah mereka. Jadi, para bawahan ini harus mendapatkan keuntungan sendiri pada saat menjalankan tugas.

Keuntungan besar yang didapatkan para bawahan ini harus dibagikan kepada ‘pejabat’, sedangkan keuntungan kecil dapat dibagi oleh mereka sendiri.

Iwan adalah bawahan Eko. Tujuh puluh persen keuntungan yang didapatkan Iwan dari pedagang ikan akan dibagikan kepada Eko. Sementara 30% sisanya akan dibagi Iwan dengan delapan anak buahnya.

Saat melihat bawahannya tersungkur di lantai, Eko tidak langsung datang menghampiri mereka. Dia berdiri di tempat untuk mengamati mereka terlebih dahulu, lalu baru berjalan ke depan gerobak.

Tadi, Danu dan Doddy tidak merasa takut saat menghadapi sembilan preman. Namun, mereka malah langsung ketakutan saat melihat Eko.

Sony juga takut hingga gemetaran, sedangkan Hasan hanya mengerutkan keningnya tanpa mengatakan apa pun.

Wira mengerti kenapa mereka berempat bereaksi seperti itu.

Di mata para penduduk desa, mereka tidak mampu menyinggung hakim, patroli dan pejabat-pejabat kecil lain yang berhubungan dengan kantor pemerintahan daerah.

“Pak Eko!”

Begitu melihat bosnya datang, Iwan buru-buru mengadu, “Kamu harus membantuku menegakkan keadilan. Aku datang ke Pasar Timur untuk membeli ikan, tapi kelima orang ini malah memukuliku sampai begini. Cepat tangkap mereka ke pengadilan daerah!”

“Sembarangan!”

Doddy yang tidak sabaran sudah tidak bisa menahan diri. Dia langsung berkata, “Jelas-jelas kami yang datang untuk menjual ikan, tapi kamu malah mau memeras kami dengan meminta 20% keuntungan. Itu sudah lebih tinggi 10% dari pajak yang harus kami bayar! Sekarang, kamu malah fitnah kami lagi! Sepertinya aku harus menghabisimu hari ini!”

Begitu mendengar ucapan Doddy, Iwan langsung ketakutan dan bersembunyi di belakang Eko. Dia sudah merasakan kehebatan Doddy tadi.

Sebelum Doddy sempat bertindak, Danu pun menahannya.

Saat melihat situasi ini, tidak ada orang yang berani bersuara. Mereka hanya menatap Eko dalam diam.

Eko mengamati Wira, lalu bertanya, “Kamu itu pelajar?”

Wira mengangguk.

Eko pun bertanya lagi, “Kamu punya prestasi?”

Wira melaporkan nilanya, “Waktu di Tahun Makmur kedua, aku dapat peringkat ketiga!”

Lima tahun yang lalu, raja baru Kerajaan Nuala naik jabatan. Tahun jabatannya disebut ‘Tahun Makmur’.

Dua tahun setelah raja baru menjabat, pemilik tubuh sebelumnya mengikuti ujian sarjana yang menerima 20 orang pelajar dari provinsi kecil. Pemilik tubuh sebelumnya menduduki peringkat ketiga dalam ujian itu. Pada zaman ini, pelajar yang berprestasi memiliki beberapa hak istimewa.

“Ternyata kamu itu seorang cendekiawan. Aku Eko Makmur, petugas patroli dari pengadilan daerah.”

Eko yang tadinya terlihat serius pun tersenyum dan menyanjung Wira. Kemudian, dia langsung berbalik dan menampar Iwan.

Iwan langsung tercengang hingga tidak merasakan darah yang mengalir dari sudut mulutnya.

“Dasar preman! Beraninya kamu menindas seorang cendekiawan! Hari ini, aku bakal bawa kamu ke pengadilan daerah supaya kamu dihukum!”

Eko pun langsung menyeret Iwan pergi. Preman-preman lainnya juga mengikuti mereka dengan patuh.

“Bukannya Iwan itu bawahan Eko? Kenapa Eko malah menangkapnya?”

“Soalnya yang Iwan ganggu itu seorang cendekiawan. Eko pasti takut cendekiawan itu menghukum keluarga mereka habis jadi pejabat tinggi. Jadi, dia pura-pura menghukum Iwan dulu!”

“Ah! Ternyata pemuda itu seorang cendekiawan! Tapi kenapa dia jadi pedagang?”

“Memangnya tadi kamu nggak dengar? Dia punya utang!”

Begitu Eko pergi, suasana di Pasar Timur menjadi ramai kembali.

Wira masih sedikit tertegun. Dia tidak menyangka ternyata reputasinya sebagai seorang pelajar cukup berguna juga.

Setelah tersadar dari keterkejutan, mereka berlima pun mulai menjual ikan.

Eko menyeret Iwan keluar dari Pasar Timur. Setelah keluar dari Pasar Timur, dia pun menendang Iwan lagi.

Iwan langsung berdiri dan buru-buru menyanjung Eko, “Pak Eko, dia cuman seorang pelajar, masih belum jadi sarjana. Perjalanannya untuk menjadi pejabat masih jauh! Kenapa kita harus takut padanya ....”

Sebelum Iwan menyelesaikan kalimatnya, Eko menamparnya lagi. “Dasar tolol! Dia sudah terpilih menjadi pelajar di usia 15 tahun, itu berarti dia sangat berbakat! Orang seperti ini cepat atau lambat pasti bakal jadi sarjana. Kalau sudah jadi pejabat besar, dia pasti bisa dengan gampang menghukummu! Orang paling mengerikan di dunia ini adalah cendekiawan! Cuman orang bodoh kayak kalian yang merasa cendekiawan itu mudah ditindas!”

Anak yang tidak sabaran itu bisa menghajar sembilan orang sendirian. Dia jelas adalah orang yang berlatih bela diri. Orang yang menarik anak yang tidak sabaran itu juga pasti jauh lebih hebat darinya.

Orang yang paling mengerikan adalah pria paruh baya yang memiliki tatapan tajam itu. Aura yang dipancarkannya bahkan lebih mengerikan dari seorang algojo. Dia pasti juga bukan orang biasa.

Jika Eko ingin menghadapi ketiga orang itu, dia juga belum tentu berhasil bahkan dengan mengerahkan seluruh anak buahnya. Bisa gawat jika masalah ini jadi besar dan diketahui pemimpin kabupaten.

Sebagai pejabat kecil, Eko paling jelas orang seperti apa yang bisa ataupun tidak bisa disinggung.

Setelah mendengar ucapan Eko, Iwan buru-buru berkata sambil tersenyum, “Pak Eko benar! Tapi gimana kalau kelak mereka masih terus berjualan ikan di Pasar Timur? Kita nggak boleh kehilangan keuntungan sebesar ini!”

“Tentu saja nggak boleh!”

Eko memicingkan matanya, lalu berkata, “Hari ini, kamu sudah dikalahkan mereka, kamu nggak bakal bisa menekan para pedagang itu lagi. Untuk sementara, ganti bos saja dulu. Nanti kalau ada kesempatan, kamu boleh menjabat lagi. Nggak perlu ambil keuntungan dari kelompok cendekiawan itu, tapi suruh mereka jangan umbar-umbar hal ini ke orang lainnya.”

Eko merasa orang-orang ini pasti sudah berusaha keras untuk menangkap segerobak ikan itu.

Lagi pula, cuacanya sudah makin dingin, ikan juga akan makin sulit ditangkap. Jadi, Eko merasa tidak mengambil keuntungan dari mereka juga tidak akan merugikan dirinya.

“Baik, Pak Eko!”

Iwan menunduk dengan tidak rela. Bos yang sudah turun pangkat mana mungkin bisa naik pangkat lagi.

Lagi pula, bos pengganti juga tidak begitu mudah dicari.

...

“Tiga belas ribu tujuh ratus enam puluh gabak!”

Ikan yang masih hidup sangat mudah dijual. Belum sampai dua jam, ikan di gerobak mereka hanya tersisa dua ekor yang besar dan sepuluh ekor yang kecil. Itu juga merupakan penghasilan bersih yang mereka dapat setelah membayar pajak.

Ini adalah pertama kalinya Sony, Danu dan Doddy melihat uang yang begitu banyak dalam hidup mereka. Mata mereka langsung berbinar.

Namun, Hasan malah menggeleng sambil mengerutkan keningnya. “Jumlah yang kita dapat ini masih belum setengah dari 40 ribu gabak!”

Ketiga orang itu langsung tersadar dan berkata dengan cemas, “Jadi gimana? Kita sudah nggak sempat tangkap ikan lagi. Hari ini hari terakhir bayar utang!”

Wira juga tersenyum masam. Dia awalnya mengira penjualan ikan yang masih hidup paling tidak bisa menghasilkan 20-30 ribu gabak. Alhasil, harga penjualan di Kerajaan Nuala masih belum mencapai harapannya.

“Cuman bisa pinjam uang dulu!” Hasan menghela napas, lalu berkata, “Aku masih punya 3.000 gabak. Kalau kita pinjam sama para kerabat, seharusnya bisa terkumpul sepuluh ribu gabak!”

Penduduk desa sangat miskin, tidak banyak orang yang bisa mengumpulkan 3.000 gabak.

Sony berkata sambil menggertakkan giginya, “Coba aku cari Kak Surya buat pinjam uang. Sekarang, kita sudah punya teknik rahasia tangkap ikan. Biarpun kita nggak kasih tahu mereka caranya, asalkan kita bisa menjanjikan sedikit keuntungan, dia mungkin bisa pinjamin sekitar 5.000-6.000 gabak!”

“Dengan begitu juga masih kurang 10 ribu gabak!”

Danu menatap Wira dan berkata, “Kak Wira, gadai saja gelang Kakak Ipar! Kita sudah punya teknik rahasia tangkap ikan. Kita bisa dapatkan kembali gelangnya dalam beberapa hari dengan membayar tambahan sedikit bunga.”

“Nggak perlu, aku masih punya cara lain!”

Wira menggeleng, lalu lanjut berkata, “Sekarang, kalian ke Pasar Selatan dan beli barang-barang yang kusuruh kalian beli pakai uang ini. Habis itu, pergi ke ‘Toko Besi Keluarga Salim’ di Pasar Utara untuk cari aku.”

Dari awal, Wira memang tahu dia tidak bisa mendapatkan 40 ribu gabak dari hasil menangkap ikan sehari.

Setelah mendengar Wira ingin membeli barang, keempat orang itu langsung terkejut.

Sony berkata dengan bingung, “Paman Hasan, lihat! Uang membayar utang sudah nggak cukup, tapi Wira malah mau belanja lagi. Apalagi semua yang dia suruh beli itu makanan, pakaian dan barang sekunder lain yang nggak penting. Dia mulai boros lagi!”

Ucapan Sony membuat Doddy marah. “Sony! Dasar nggak punya hati nurani! Kak Wira sudah membelikanmu dan Kakak pakaian dan sepatu, tapi kamu malah mengatainya!”

Sony mengeluh, “Aku cuman khawatir dia nggak bisa bayar utang!”

Danu yang dewasa pun berkata, “Ayah, kenapa Kak Wira membelikanku dan Sony pakaian yang serupa?”

Hasan menjawab, “Ikuti saja kata Wira. Dia itu orang yang punya banyak ide. Dia menyuruh kita melakukan ini pasti ada artinya. Patuhi saja perintahnya!”
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Khafidz Fadli
kwkwkwkwkok
goodnovel comment avatar
Janice
petugas patroli pasar, satpol pp dong ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 16

    Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 17

    Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3104

    Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3103

    Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3102

    Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3101

    Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3100

    Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3099

    Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3098

    Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3097

    Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3096

    Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status