Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang
Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan
Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula
“Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer
Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji
Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter
Menurut aturan Kerajaan Nuala, batas terakhir membayar utang itu di tengah malam.Apa yang sudah dilakukan Budi?Wira memang tidak melihat apa yang sudah terjadi. Namun, saat melihat pintu aula utama yang roboh, Wulan yang berlinang air mata, tangannya yang bengkak dan memar, pisau dan gunting yang ada di tangan anak buah Budi serta para kerabat yang memegang tongkat kayu, Wira langsung mengerti apa yang terjadi.“Suamiku!”Saat semua anak buah Budi sedang lengah, Wulan mengambil kesempatan untuk berlari keluar dari aula utama. Dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Wira dan menangis tersedu-sedu.“Jangan takut, aku sudah pulang!”Wira mengelus rambut panjang Wulan sambil menghiburnya. Kemudian, dia mengangkat tangan Wulan yang bengkak dan memar sambil bertanya, “Masih sakit?”“Nggak sakit lagi!”Meskipun Wulan masih merasa tangannya sangat sakit, dia tetap memaksakan seulas senyum. Saat melihat semua warga desa yang menatap mereka, Wulan buru-buru bersembunyi di belakang Wira
Cahaya matahari terbenam menyinari uang emas itu hingga terlihat sangat berkilau.Budi memungut uang emas itu, lalu menggosoknya ke baju sebelum menggigitnya. Kemudian, ekspresinya pun bertambah muram. “Dari mana kamu mendapatkannya!”Sebatang uang emas sudah bernilai 100 ribu gabak. Ditambah dengan uang perak dan koin perunggu, totalnya sudah 180 ribu gabak. Kenapa Wira bisa punya begitu banyak uang?!“Kamu nggak perlu tahu!” Wira langsung menjawab dengan ketus, “Aku cuman mau tanya, itu emas apa bukan?”Para warga dusun juga menatap Budi.Wira sudah memberikan semua yang Budi minta, mereka mau tahu bagaimana rentenir ini mau mencari alasan lagi.“Emas ini agak keras, pasti sudah dicampur dengan perunggu. Aku cuman terima emas murni!”Budi mengabaikan bekas gigitannya di batang emas, lalu mencari alasan lain untuk menolak.“Dicampur perunggu? Hei! Memangnya gigimu begitu kuat sampai bisa meninggalkan bekas gigitan di perunggu? Kenapa kamu begitu nggak tahu malu?”Amarah semua warga du
"Dengan begitu, Wira bias mengikuti petunjuk itu dan perlahan-lahan pasti akan menemukan dalang di balik semua itu," kata Gina.Kresna tenggelam dalam renungannya, bertanya-tanya apakah semuanya seperti yang dikatakan Gina. Dengan kata lain, berarti Wira hanya ingin dia naik takhta untuk menjadikannya sebagai boneka di tangan Wira saja. Jika itu terjadi, Kerajaan Agrel akan menjadi milik Wira dan mereka terpaksa meninggalkan Provinsi Ladu.Saat ini, dua dari sembilan provinsi sudah berada di tangan Wira. Jika Kerajaan Beluana berhasil dihancurkan, Wira akan menjadi penguasa nomor satu di dunia ini. Pada saat itu, Wira akan menduduki posisi tertinggi sepenuhnya. Saat memikirkan itu, Kresna merasa ini benar-benar sebuah transaksi yang menguntungkan Wira."Ternyata begitu. Setelah mendengar penjelasanmu, sekarang aku akhirnya mengerti apa yang sedang dipikirkan Wira. Kamu ini benar-benar orang kepercayaanku. Sepertinya keputusanku dulu untuk membiarkanmu tetap berada di sisiku adalah lang
"Biar aku pikirkan baik-baik lagi," jawab Kresna yang tidak menolak niat baik Wira, tetapi dia juga tidak langsung menyetujuinya. Hal ini memang harus dipertimbangkan, tetapi masih ada hal lain yang lebih layak untuk dipertimbangkan. Jika dia menolak Wira sekarang, mungkin dia tidak akan bisa membawa Dahlan kembali seumur hidupnya.Jika gagal menyelesaikan tugas, Kresna berpikir Senia pasti akan menyulitkannya saat dia kembali nanti. Senia memiliki kekuatan militer yang absolut, ini adalah kekuatan yang tidak bisa dilawannya. Di tengah zaman yang kacau ini, melindungi diri sendiri adalah hal yang paling penting. Mengenai ambisi besarnya, dia hanya bisa perlahan-lahan mencari kesempatan untuk mewujudkannya."Gina." Setelah Wira pergi, Kresna menatap ke arah sudut ruangan dan memanggil dengan tenang.Seorang wanita yang mengenakan jubah hijau keluar dan berdiri di depan Kresna dengan hormat. Dia adalah seorang ahli yang dilatih di Pasukan Bayangan dan juga satu-satunya ahli wanita di pas
Senia terus memikirkan cara untuk melemahkan kekuasaan Kresna. Kali ini, tindakan Senia yang mengutusnya sudah cukup untuk membuktikan bahwa akan ada perubahan yang terjadi. Inilah hal yang paling dikhawatirkan Kresna.Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Boleh saja. Aku bisa menghargai permintaanmu ini. Kamu boleh membawa Dahlan pergi nanti. Kalau masalah Desa Damaro, aku bakal membantu kalian mengurusnya. Aku nggak bakal membiarkan mereka mencari masalah dengan kalian."Kresna merasa senang. Dia tidak menyangka semuanya akan berjalan selancar ini. Apa mungkin terjadi sesuatu pada Wira? Jika tidak, mana mungkin dia berubah pikiran secepat ini?Wira meneruskan, "Aku mengambil inisiatif untuk mencarimu karena ada yang ingin kubahas. Aku rasa kamu bakal sangat tertarik dengan tawaranku.""Tawaran?" Kresna menatap Wira dengan bingung. Memangnya keuntungan apa yang bisa Wira dapatkan dari dirinya?Wira menyahut, "Ya, ada penawaran besar. Kamu adalah orang yang paling cocok untuk penawaran in
"Yang Mulia, Tuan Wira datang ...." Pria itu terbata-bata dan tampak ketakutan. Pada saat yang sama, dia mundur dua langkah.Seketika, Wira muncul di hadapan Kresna. Ternyata itu benar-benar Wira! Kresna tak kuasa termangu. Dia tidak bodoh. Kresna tahu Wira sengaja bersembunyi darinya. Siapa sangka, Wira malah tiba-tiba muncul sekarang. Situasi macam apa ini?"Raja Kresna, lama nggak ketemu. Belakangan ini aku sangat sibuk, makanya aku pergi tanpa berpamitan. Kamu nggak keberatan, 'kan?" ucap Wira.Wira melirik pria berpakaian hitam di samping, lalu langsung berjalan masuk dan duduk. Sikap santainya ini terlihat seolah-olah dia sedang pulang ke rumahnya. Suasana pun tidak terlalu canggung.Kresna membalas, "Mana mungkin aku keberatan? Sebagai pemimpin, kamu pasti sibuk karena ada banyak masalah yang terjadi belakangan ini. Aku sudah merasa sangat terhormat karena kamu masih ingat padaku."Wira tak kuasa merasa lucu melihat penampilan Kresna yang bermuka dua. Namun, dia tetap berpura-p
"Tuan, kenapa kamu kembali?" Begitu Wira tiba di depan pintu, Danu kebetulan keluar dan menabraknya. Tatapannya dipenuhi kebingungan. Bukannya Wira berniat untuk bersembunyi? Kenapa malah kembali?"Di mana Raja Kresna? Aku mau ketemu dia," ujar Wira langsung.Sepertinya, orang yang paling khawatir selama beberapa waktu ini adalah Kresna, 'kan? Jika Kresna tahu dirinya kembali, Kresna pasti akan langsung menemuinya. Tidak perlu Wira repot-repot mencarinya."Dia di kamar. Dia cukup tenang beberapa hari ini kok. Tapi, kudengar dia terus mencari jejakmu," timpal Danu.Wira mengangguk. "Kalau begitu, aku temui dia dulu."Apa aku perlu ikut?" Danu mencemaskan keselamatan Wira.Wira terkekeh-kekeh sebelum menyahut, "Nggak usah. Aku bukan mau berkelahi dengannya kok. Cuma ada hal penting yang harus dibahas. Tapi, aku memang butuh bantuan kalian."Tiba-tiba, muncul sesosok di benak Wira.Danu berkata, "Katakan saja kalau butuh bantuan. Nggak usah sungkan-sungkan padaku.""Aku mau informasi tent
Setelah langit berangsur terang, Wira baru berbaring di meja dan tertidur lelap. Tubuhnya dipenuhi bau alkohol.Setelah Huben pergi, Wira terus menyendiri di ruang tamu. Dia minum tanpa henti karena hatinya kurang nyaman.Wira tidak ingin curhat kepada siapa pun. Dia mungkin akan merasa nyaman setelah curhat, tetapi orang lain mungkin akan merasa tertekan.Beberapa hal memang seharusnya dihadapi sendirian, seperti hubungannya dengan Senia. Demi kedamaian dunia, apa maknanya teman lama, apalagi mereka dari suku yang berbeda?Wulan memasuki ruang tamu dengan hati-hati, lalu meletakkan jaket di punggung Wira. Gerakannya pelan, tetapi Wira tetap terbangun.Wira bergerak sedikit, lalu perlahan-lahan bangkit. Lengannya terasa agak kebas."Kenapa nggak tidur lagi? Masih terlalu pagi," ucap Wira dengan lembut sambil berbalik dan memeluk Wulan.Wulan menggeleng dan menimpali, "Kamu juga nggak tidur. Gimana bisa aku tidur nyenyak?""Kemarin kamu dan Tuan Huben mengobrol lama sekali. Sepertinya T
Wira tersenyum getir. Sekalipun Huben tidak mengatakannya, dia tetap memahami prinsip ini. Keamanan para rakyat tentu lebih penting dari kebahagiaan sendiri. Mungkin, ini alasan mengapa Wira tidak ingin menjadi raja.Begitu menjadi raja, Wira hanya akan bertambah repot. Dia tidak akan punya waktu untuk diri sendiri dan istri-istrinya. Wira adalah orang yang menyukai kebebasan. Jika dibandingkan dengan kekuasaan, dia lebih mementingkan kebebasan!"Oke, aku bakal kembali ke Provinsi Yonggu malam ini juga. Sudah saatnya aku bicara dengan Raja Kresna," ucap Wira.Begitu mendengar nama ini, Huben terkejut. "Raja Kresna? Dia lagi di Provinsi Yonggu?""Benar sekali." Wira mengangguk. "Kenapa? Kamu juga tahu Raja Kresna?""Mana mungkin aku nggak tahu." Huben memegang janggutnya sambil meneruskan dengan pelan,"Di Kerajaan Agrel, ada 3 orang yang memegang kekuasaan paling besar. Raja Kresna adalah salah satunya. Selain itu, dia punya kekuasaan militer terbesar!""Orang ini bukan pengangguran sep
Cara yang satu terlalu berisiko, cara yang satu lagi terlalu lambat. Semua ini bukan solusi yang sempurna.Namun, tidak peduli bagaimana Wira memutar otaknya, dia tidak bisa terpikir akan cara ketiga. Sementara itu, Huben masih punya cara terakhir. Wira tentu ingin mendengarnya. Mungkin, cara ini adalah cara yang terbaik untuk mengatasi masalah."Cara terakhir adalah berinisiatif menyatakan perang. Jika ingin mengatasi masalah internal, kita harus mengalihkan target kepada orang lain. Tapi, semua ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Dengan kata lain, harus ada yang menjadi kambing hitam supaya nama baik kita nggak tercoreng."Meskipun strategi ini merugikan orang lain, harus diakui bahwa ini adalah metode terbaik. Wira sama sekali tidak terpikir akan cara ini sebelumnya. Setelah diperingatkan oleh Huben, Wira baru tersadarkan. Huben memang genius!"Tuan Wira, aku sudah memberitahumu semua solusi yang terpikirkan olehku. Gimana menurutmu?" tanya Huben.Wira mengetuk
"Tuan Huben, aku paling suka bicara dengan orang pintar sepertimu. Seharusnya kamu sudah tahu isi pikiranku, 'kan?" ujar Wira.Berbicara dengan orang cerdas tidak perlu bertele-tele. Kadang, mereka bisa memahami maksud seseorang tanpa perlu diungkapkan.Ini juga alasan kenapa Wira begitu menyukai Huben. Bahkan, Wira sampai menyerahkan markas utamanya untuk dikelola Huben. Bisa dilihat betapa besarnya kepercayaan Wira terhadap Huben."Aku tahu." Huben mengembuskan napas panjang. "Aku tentu tahu posisimu sedang sulit. Harus ada pengorbanan yang dibuat untuk mengatasi masalah ini. Bahkan, kelak mungkin akan ada masalah yang terjadi karena keputusan yang dibuat sekarang.""Tapi, ada juga keuntungannya. Kalau kita menggunakan kas negara untuk membantu para rakyat, kalau suatu hari terjadi perang dan keuangan kita belum pulih, para rakyat nggak mungkin mengabaikan begitu saja.""Tuan Wira, sekarang reputasimu sudah tercoreng. Kudengar banyak orang yang menyebarkan rumor di luar sana untuk me