Share

Bab 7

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-19 13:40:05
“Baik, suamiku!”

“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”

“Nggak bisa!”

“Kenapa?”

“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”

“Oh ....”

Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”

“Istri pejabat?”

“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”

...

Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.

Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih nggak cukup, aku bakal cari kakakku. Dia nggak mungkin nggak peduli padaku.”

“Jaga rumah baik-baik, ya! Tunggu aku pulang!” Wira memasukkan gelang itu ke dalam sakunya. Setelah merapikan rambut Wulan, dia pun berpamitan dengan Wulan dan berangkat ke ibu kota provinsi.

Wulan memegang wajahnya yang tersentuh jari Wira sambil tersipu.

Semalam, kedua orang itu masih belum berhubungan. Mereka hanya berpelukan sambil mengobrol. Akan tetapi, dia sangat menyukai sifat suaminya sekarang.

Sekarang, Wira sangat lembut, perhatian dan baik hati. Meskipun mereka tidak berhubungan selamanya, Wulan sudah merasa senang bisa mempunyai suami seperti ini.

Danu dan Sony berjalan di depan untuk membawa jalan, sedangkan Hasan berjalan di tengah sambil menarik gerobak. Wira dan Doddy berjalan di paling belakang.

Di zaman ini, dunia masih belum aman. Apalagi di malam hari, ada banyak perampok dan bandit yang sering berkeliaran.

Jalanannya juga tidak rata dan berlubang. Jika tidak hati-hati, gerobak mereka bisa masuk ke lubang yang dalam.

Hasan sudah sering melakukan perjalanan di malam hari. Jadi, perjalanan mereka kali ini juga lancar-lancar saja.

Langit berangsur-angsur cerah, kota yang berada di kejauhan pun muncul di hadapan mereka.

Saat berjalan, Doddy tiba-tiba berbisik, “Kak Wira, bantu aku ganti nama, dong!”

Mendengar permintaan Doddy, Wira pun kebingungan.

Doddy mengeluh, “Di dusun kita, orang yang namanya Doddy terlalu banyak. Aku mau kayak Ayah, suruh orang bantu ganti nama. Dulu, nama ayah Wasan, sekarang sudah jadi Hasan. Lebih enak didengar, ‘kan? Kak Wira, kamu itu orang yang berpendidikan dan tahu banyak hal. Bantu aku ganti nama, dong!”

Di Dusun Darmadi memang ada banyak orang yang bernama Doddy. Wira pun tersenyum dan menjawab, “Kamu paling pengin buat apa?”

Setelah mengintip punggung ayahnya, Doddy menjawab dengan suara kecil, “Kak Wira, aku mau bergabung dengan militer. Aku mau basmi Bangsa Agrel biar bisa mendapatkan kembali tanah kita yang direbut mereka.”

Setelah mendengar jawaban Doddy, Wira pun terdiam.

Bangsa Agrel dan Kerajaan Nuala sudah berperang ratusan tahun. Mereka sudah berhasil merebut sepertiga tanah Kerajaan Nuala. Wira tidak menyangka Doddy yang hidup miskin malah mempunyai pemikiran seperti itu. Setelah tertegun sesaat, Wira pun menjawab, “Kalau gitu, Zabran saja!”

Doddy langsung panik, “Zabran? Kedengarannya kayak zebra. Zebra itu mangsa, bukan pemangsa. Nggak mau ah, kurang bagus. Kak Wira, ganti yang lebih enak didengar, dong!”

Setelah melihat reaksi Doddy, Wira pun merasa lucu. “Zabran itu artinya kuat dan mampu. Bukannya kamu mau membasmi musuh? Kamu harus kuat dan mampu, dong!”

“Ah, begitu!”

Doddy langsung berseru gembira, “Zabran, Zabran Darmadi! Keren juga, ya! Makasih, Kak Wira. Mulai sekarang namaku Zabran, bukan Doddy lagi! Yang manggil Doddy nggak bakal kusahut!”

Wira mengerjainya, “Doddy?”

Doddy langsung menoleh dan menjawab, “Ada apa, Kak Wira?”

Wira langsung tertawa terbahak-bahak, “Hahaha!”

Doddy masih belum mengerti kenapa Wira bereaksi seperti itu. Setelah sesaat, dia baru berkata dengan malu, “Selain Kak Wira, aku nggak bakal nyahut siapa pun yang panggil aku Doddy!”

Hasan yang berjalan di depan berseru, “Doddy, datang kemari dulu!”

“Oke!”

Doddy berjalan maju dengan muka masam sambil membatin, ‘Selain Kak Wira dan Ayah, aku nggak bakal nyahut siapa pun yang panggil aku Doddy!’

Danu berkata, “Doddy, kamu bantu Ayah tarik gerobaknya dulu. Aku saja yang temani Kak Wira!”

Doddy terdiam, lalu berkata dengan kesal, “Ya sudah, tambah satu orang lagi deh!”

Danu yang terlihat serius berjalan ke belakang gerobak, lalu berkata dengan malu, “Kak Wira, aku juga mau ganti nama.”

Wira berkata sambil tersenyum, “Kamu pengin buat apa?”

Danu berbisik, “Aku nggak mau masuk militer, tapi aku suka bela diri. Ayah bilang berlatih bela diri itu menghabiskan banyak energi, tubuhku nggak bakal tahan kalau kelaparan. Sementara dulu, kami selalu kurang makan. Jadi, aku nggak bisa latihan dengan baik!”

Mata Wira langsung berbinar setelah mendengarnya. “Kamu pernah berlatih bela diri? Siapa yang ajarin? Kamu bisa sekaligus hadapi berapa orang?”

Danu menggaruk kepalanya dan berkata dengan malu, “Ayah pernah ajari beberapa teknik militer. Aku juga cuman pernah mukul Doddy!”

Kakak yang memukul adiknya mana mungkin pakai kekuatan penuh. Wira pun bercanda, “Kalau berlatih bela diri, kamu harus berlatih sampai jadi yang paling kuat. Gimana kalau namamu ‘Satriya’ saja?”

Danu langsung terkejut, “Ah! Kak Wira, aku nggak sanggup terima nama yang artinya sedalam itu!”

Wira menepuk bahu Danu sambil berkata, “Percaya saja sama diri sendiri. Tetapkan tujuanmu, lalu berusaha capai tujuan itu. Ini bisa menyemangati dirimu sendiri!”

“Satriya Darmadi, Satriya. Emm!”

Setelah bergumam beberapa kali, Danu pun mengangguk. Semangat juang mulai memenuhi tatapannya!

Setelah beberapa saat, Sony juga mendekati Wira sambil menyeringai. “Kak Wira, nama Sony biasa banget. Aku juga mau ganti nama!”

Wira mendengus, “Arti namamu itu pembawa berkah, mana biasa?”

Setelah mendengar ucapan Wira, Sony pun menjadi bersemangat. “Habis dengar ucapan Kak Wira, aku jadi merasa namaku sudah berbeda. Kayak jadi lebih berkelas! Kak Wira memang berwawasan luas! Makasih!”

Biasanya, pemilik tubuh sebelumnya selalu naik kereta sapi untuk pergi ke ibu kota provinsi. Dia tidak pernah berjalan sejauh 20 kilometer.

Belum sampai setengah jalan, Wira sudah tidak sanggup berjalan lagi. Dia mau tak mau harus duduk di atas gerobak.

Namun, Hasan, Danu dan Doddy masih berjalan dengan lincah. Bahkan Sony juga masih terlihat energik. Energi mereka benar-benar di luar jangkauan orang dari era teknologi!

Setelah beberapa saat, mereka berlima pun tiba di ibu kota provinsi. Tembok kota mengelilingi sebuah menara yang tingginya sekitar tiga meter. Di atas menara, berdiri para prajurit yang bersenjata.

Di luar dan dalam tembok kota, terdapat dua baris prajurit yang bersenjata dan dua penjaga yang duduk di balik meja.

Danu, Doddy dan Sony memandang ke arah menara dengan wajah terkejut, sedangkan Hasan malah tidak menunjukkan reaksi apa pun.

“Gerobak menjual ikan harus bayar 100 gabak untuk masuk ke kota!” kata prajurit penjaga pintu setelah memeriksa gerobak mereka.

Wira pun membayar uang dengan terpaksa.

Pemilik tubuh sebelumnya sering datang ke ibu kota provinsi. Jadi, dia tahu harus membayar uang masuk apabila mau berjualan di kota. Biaya yang harus dibayar tergantung pada barang apa yang mereka bawa. Dulu, membawa masuk segerobak ikan hanya perlu membayar 50 gabak.

Bulan lalu, pemimpin kabupaten baru diganti. Biaya masuk kota pun meningkat hingga dua kali lipat.

Setelah menerima bayaran dari Wira, prajurit penjaga baru membiarkan mereka masuk.

Di dalam kota, ada beberapa rumah bertingkat dua yang terbuat dari batu bata.

Setelah melihatnya, Wira sedikit kecewa. Situasi di dalam kota bahkan lebih buruk dari desa di kehidupan lampaunya.

Namun, para penduduk kota memakai pakaian yang jauh lebih bagus dan bercorak daripada penduduk Dusun Darmadi.

Danu, Doddy dan Sony terlihat bersemangat, seolah-olah sudah memasuki dunia baru.

Ada banyak penduduk dusun yang mungkin tidak pernah keluar dari dusun seumur hidup mereka. Jangan ibu kota provinsi, mereka mungkin juga jarang pergi ke pusat desa atau kota kecil. Jadi, orang yang pernah datang ke ibu kota provinsi selalu merasa sangat bangga.

Kelima orang itu mendorong gerobak mereka ke pasar daging yang berada di sebelah timur kota.

Setelah sampai di depan pasar, Hasan berkata, “Aku nggak tahu harga pasaran ikan. Harus pergi cari tahu dulu nih.”

Wira menatap ke arah Danu, Doddy dan Sony. Doddy menggaruk kepalanya dengan kebingungan, sedangkan Danu juga terlihat sedikit takut.

Sony pun maju dengan percaya diri, “Serahkan hal ini padaku.”

Tidak lama kemudian, Sony kembali dan menjelaskan tentang pajak penjualan dan harga ikan dengan jelas.

Harga pajak penjualannya sepuluh persen. Seekor ikan kecil yang beratnya di bawah 500 gram harganya 20 gabak, yang beratnya sekitar sekilo harganya 30 gabak. Ikan yang beratnya di atas 1,5 kilogram bisa dijual 40 gabak, yang beratnya 1,5-4 kilogram bisa dijual 50 gabak, sedangkan yang beratnya di atas 4 kilogram bisa dijual 60 gabak.

Namun, itu adalah harga ikan yang sudah mati. Jika ikannya masih hidup, harganya bisa ditambah 20 gabak dari harga sebelumnya.

Kelima orang itu pun masuk ke Pasar Timur, lalu hendak mencari kios dan mulai berjualan.

Sebelum mereka sempat berjualan, empat orang yang terlihat galak tiba-tiba mengerumuni gerobak mereka.

Salah seorang dari mereka yang berbadan kekar dan berwajah galak menyilangkan tangannya lalu mencibir, “Sudah sampai Pasar Timur bukannya beri hormat ke pemilik tanah dulu sebelum berjualan. Berani banget kalian!”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anggi Rizkianto Saputra
Woii gua ngakak sumpah, line nya panjang jga, kena bom ampe 4 kali ga tuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2826

    Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2825

    Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2824

    "Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2823

    "Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2822

    Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2821

    "Baik."Lucy dan lainnya mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke sosok itu. Setelah badai pasir reda, mereka langsung mengambil tindakan dan mengepung sosok itu.Sosok itu masih terlihat bengong. Tidak ada emosi apa pun pada ekspresinya. Jelas sekali, dia tidak punya kesadaran apa pun lagi, bahkan pantas disebut sebagai mesin pembunuh."Kalau Senia berhasil mengembangkan banyak racun itu, mungkin sembilan provinsi akan jatuh dalam kekacauan. Agha sekalipun bukan lawannya. Kalaupun dikeroyok, manusia biasa tetap bukan lawan mereka. Ketika saat itu tiba, akan ada banyak korban jiwa."Wira tak kuasa menghela napas. Harus diakui bahwa metode Senia ini sungguh kejam. Demi merebut kekuasaan dan mengambil alih sembilan provinsi, dia sampai mengorbankan nyawa manusia dan mengembangkan racun seperti ini.Sayangnya, sekalipun Wira telah membuat persiapan dan membulatkan tekadnya untuk membunuh Senia, mereka tetap berhasil kabur. Pasti sulit untuk menangkap Senia ke depannya. Dia harus mencari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2820

    Wira mengangguk. "Hati-hati."Setelah mendapat izin dari Wira, Agha pun tidak berbasa-basi lagi dan langsung melompat ke depan. Dengan tangan menggenggam palu, dia langsung menyerbu ke arah Senia.Angin kencang terus menerpa, membuat mata Agha terasa perih. Ini bukan angin biasa. Ketika pasir mengenai wajah, rasanya akan sangat sakit. Namun, demi membunuh Senia, Agha tidak takut mempertaruhkan nyawanya.Ketika melihat Agha makin dekat dengan Senia dan hendak melancarkan serangan, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dan mengadang di hadapan Agha."Jadi, kamu adik Wira? Kamu Agha yang disebut sebagai orang terkuat di dunia?" tanya Senia sambil terkekeh-kekeh."Kenapa memangnya?" Agha mendengus dan mengalihkan pandangannya kepada pria di depannya.Penampilan pria ini sangat aneh. Dia memakai zirah yang sudah berkarat dan tidak memiliki senjata apa pun. Selain itu, masih ada helm yang menutupi wajahnya sehingga yang terlihat hanya sepasang matanya.Sepasang mata itu tidak menunjukkan emosi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2819

    "Tuan Wira, kamu berhasil mengejar kami." Nada bicara Senia terdengar lembut, tetapi tatapannya dipenuhi niat membunuh.Di situasi seperti ini, mereka hanya bisa bertarung. Meskipun begitu, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada ekspresi Senia.Senia terkekeh-kekeh, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Jadi, kamu berniat membunuhku hari ini?""Memangnya bisa apa lagi? Aku nggak mungkin membiarkanmu meninggalkan tempat ini, 'kan? Doly sudah memberitahuku semuanya. Kalau dia lebih cepat selangkah, kamu nggak mungkin ada di sini sekarang.""Tapi, nggak masalah. Di sini masih wilayahku. Sekalipun kamu punya sayap, bawahanmu nggak bakal bisa membawamu meninggalkan Provinsi Yonggu dengan selamat.""Hehe." Senia menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyahut, "Aku sudah menebaknya sejak awal. Karena dia sudah di sisimu, dia pasti bakal memberitahumu semuanya. Semua cuma masalah waktu.""Hanya saja, aku nggak menyangka dia sama sekali nggak memikirkan hubungan kami sebelumnya. Dia memberi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2818

    Di wilayah terpencil Provinsi Yonggu.Tempat ini baru saja mengalami bencana alam. Situasi di sini sangat kacau dan berantakan. Banyak desa yang hancur. Jika ingin dibangun kembali, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Saat ini, Senia sedang mengendarai kudanya. Orang-orang di belakang mengikuti. Mereka akan meninggalkan Provinsi Yonggu.Sekelompok orang ini sedang berpacu dengan waktu. Jika terlambat selangkah saja, mereka mungkin akan mati di sini. Panji sekalipun tampak terburu-buru."Ibu, Wira benaran bisa membunuh kita? Aku rasa dia nggak bakal berani. Kami berdua memang cuma pangeran, tapi kamu penguasa Kerajaan Agrel.""Kerajaan Agrel punya ratusan ribu pasukan elite. Kalau perang benaran terjadi, kita juga masih bisa menambah pasukan. Mana mungkin Wira membuat keputusan seceroboh ini?" tanya Dahlan dengan bingung dan terengah-engah.Meskipun Dahlan mengendarai kuda, dia kurang ahli dalam hal ini. Selama ini, dia selalu menaiki kereta kuda ke mana-mana. Dia pun merasa sangat

DMCA.com Protection Status