Share

Bab 7

Author: Arif
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Baik, suamiku!”

“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”

“Nggak bisa!”

“Kenapa?”

“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”

“Oh ....”

Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”

“Istri pejabat?”

“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”

...

Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.

Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih nggak cukup, aku bakal cari kakakku. Dia nggak mungkin nggak peduli padaku.”

“Jaga rumah baik-baik, ya! Tunggu aku pulang!” Wira memasukkan gelang itu ke dalam sakunya. Setelah merapikan rambut Wulan, dia pun berpamitan dengan Wulan dan berangkat ke ibu kota provinsi.

Wulan memegang wajahnya yang tersentuh jari Wira sambil tersipu.

Semalam, kedua orang itu masih belum berhubungan. Mereka hanya berpelukan sambil mengobrol. Akan tetapi, dia sangat menyukai sifat suaminya sekarang.

Sekarang, Wira sangat lembut, perhatian dan baik hati. Meskipun mereka tidak berhubungan selamanya, Wulan sudah merasa senang bisa mempunyai suami seperti ini.

Danu dan Sony berjalan di depan untuk membawa jalan, sedangkan Hasan berjalan di tengah sambil menarik gerobak. Wira dan Doddy berjalan di paling belakang.

Di zaman ini, dunia masih belum aman. Apalagi di malam hari, ada banyak perampok dan bandit yang sering berkeliaran.

Jalanannya juga tidak rata dan berlubang. Jika tidak hati-hati, gerobak mereka bisa masuk ke lubang yang dalam.

Hasan sudah sering melakukan perjalanan di malam hari. Jadi, perjalanan mereka kali ini juga lancar-lancar saja.

Langit berangsur-angsur cerah, kota yang berada di kejauhan pun muncul di hadapan mereka.

Saat berjalan, Doddy tiba-tiba berbisik, “Kak Wira, bantu aku ganti nama, dong!”

Mendengar permintaan Doddy, Wira pun kebingungan.

Doddy mengeluh, “Di dusun kita, orang yang namanya Doddy terlalu banyak. Aku mau kayak Ayah, suruh orang bantu ganti nama. Dulu, nama ayah Wasan, sekarang sudah jadi Hasan. Lebih enak didengar, ‘kan? Kak Wira, kamu itu orang yang berpendidikan dan tahu banyak hal. Bantu aku ganti nama, dong!”

Di Dusun Darmadi memang ada banyak orang yang bernama Doddy. Wira pun tersenyum dan menjawab, “Kamu paling pengin buat apa?”

Setelah mengintip punggung ayahnya, Doddy menjawab dengan suara kecil, “Kak Wira, aku mau bergabung dengan militer. Aku mau basmi Bangsa Agrel biar bisa mendapatkan kembali tanah kita yang direbut mereka.”

Setelah mendengar jawaban Doddy, Wira pun terdiam.

Bangsa Agrel dan Kerajaan Nuala sudah berperang ratusan tahun. Mereka sudah berhasil merebut sepertiga tanah Kerajaan Nuala. Wira tidak menyangka Doddy yang hidup miskin malah mempunyai pemikiran seperti itu. Setelah tertegun sesaat, Wira pun menjawab, “Kalau gitu, Zabran saja!”

Doddy langsung panik, “Zabran? Kedengarannya kayak zebra. Zebra itu mangsa, bukan pemangsa. Nggak mau ah, kurang bagus. Kak Wira, ganti yang lebih enak didengar, dong!”

Setelah melihat reaksi Doddy, Wira pun merasa lucu. “Zabran itu artinya kuat dan mampu. Bukannya kamu mau membasmi musuh? Kamu harus kuat dan mampu, dong!”

“Ah, begitu!”

Doddy langsung berseru gembira, “Zabran, Zabran Darmadi! Keren juga, ya! Makasih, Kak Wira. Mulai sekarang namaku Zabran, bukan Doddy lagi! Yang manggil Doddy nggak bakal kusahut!”

Wira mengerjainya, “Doddy?”

Doddy langsung menoleh dan menjawab, “Ada apa, Kak Wira?”

Wira langsung tertawa terbahak-bahak, “Hahaha!”

Doddy masih belum mengerti kenapa Wira bereaksi seperti itu. Setelah sesaat, dia baru berkata dengan malu, “Selain Kak Wira, aku nggak bakal nyahut siapa pun yang panggil aku Doddy!”

Hasan yang berjalan di depan berseru, “Doddy, datang kemari dulu!”

“Oke!”

Doddy berjalan maju dengan muka masam sambil membatin, ‘Selain Kak Wira dan Ayah, aku nggak bakal nyahut siapa pun yang panggil aku Doddy!’

Danu berkata, “Doddy, kamu bantu Ayah tarik gerobaknya dulu. Aku saja yang temani Kak Wira!”

Doddy terdiam, lalu berkata dengan kesal, “Ya sudah, tambah satu orang lagi deh!”

Danu yang terlihat serius berjalan ke belakang gerobak, lalu berkata dengan malu, “Kak Wira, aku juga mau ganti nama.”

Wira berkata sambil tersenyum, “Kamu pengin buat apa?”

Danu berbisik, “Aku nggak mau masuk militer, tapi aku suka bela diri. Ayah bilang berlatih bela diri itu menghabiskan banyak energi, tubuhku nggak bakal tahan kalau kelaparan. Sementara dulu, kami selalu kurang makan. Jadi, aku nggak bisa latihan dengan baik!”

Mata Wira langsung berbinar setelah mendengarnya. “Kamu pernah berlatih bela diri? Siapa yang ajarin? Kamu bisa sekaligus hadapi berapa orang?”

Danu menggaruk kepalanya dan berkata dengan malu, “Ayah pernah ajari beberapa teknik militer. Aku juga cuman pernah mukul Doddy!”

Kakak yang memukul adiknya mana mungkin pakai kekuatan penuh. Wira pun bercanda, “Kalau berlatih bela diri, kamu harus berlatih sampai jadi yang paling kuat. Gimana kalau namamu ‘Satriya’ saja?”

Danu langsung terkejut, “Ah! Kak Wira, aku nggak sanggup terima nama yang artinya sedalam itu!”

Wira menepuk bahu Danu sambil berkata, “Percaya saja sama diri sendiri. Tetapkan tujuanmu, lalu berusaha capai tujuan itu. Ini bisa menyemangati dirimu sendiri!”

“Satriya Darmadi, Satriya. Emm!”

Setelah bergumam beberapa kali, Danu pun mengangguk. Semangat juang mulai memenuhi tatapannya!

Setelah beberapa saat, Sony juga mendekati Wira sambil menyeringai. “Kak Wira, nama Sony biasa banget. Aku juga mau ganti nama!”

Wira mendengus, “Arti namamu itu pembawa berkah, mana biasa?”

Setelah mendengar ucapan Wira, Sony pun menjadi bersemangat. “Habis dengar ucapan Kak Wira, aku jadi merasa namaku sudah berbeda. Kayak jadi lebih berkelas! Kak Wira memang berwawasan luas! Makasih!”

Biasanya, pemilik tubuh sebelumnya selalu naik kereta sapi untuk pergi ke ibu kota provinsi. Dia tidak pernah berjalan sejauh 20 kilometer.

Belum sampai setengah jalan, Wira sudah tidak sanggup berjalan lagi. Dia mau tak mau harus duduk di atas gerobak.

Namun, Hasan, Danu dan Doddy masih berjalan dengan lincah. Bahkan Sony juga masih terlihat energik. Energi mereka benar-benar di luar jangkauan orang dari era teknologi!

Setelah beberapa saat, mereka berlima pun tiba di ibu kota provinsi. Tembok kota mengelilingi sebuah menara yang tingginya sekitar tiga meter. Di atas menara, berdiri para prajurit yang bersenjata.

Di luar dan dalam tembok kota, terdapat dua baris prajurit yang bersenjata dan dua penjaga yang duduk di balik meja.

Danu, Doddy dan Sony memandang ke arah menara dengan wajah terkejut, sedangkan Hasan malah tidak menunjukkan reaksi apa pun.

“Gerobak menjual ikan harus bayar 100 gabak untuk masuk ke kota!” kata prajurit penjaga pintu setelah memeriksa gerobak mereka.

Wira pun membayar uang dengan terpaksa.

Pemilik tubuh sebelumnya sering datang ke ibu kota provinsi. Jadi, dia tahu harus membayar uang masuk apabila mau berjualan di kota. Biaya yang harus dibayar tergantung pada barang apa yang mereka bawa. Dulu, membawa masuk segerobak ikan hanya perlu membayar 50 gabak.

Bulan lalu, pemimpin kabupaten baru diganti. Biaya masuk kota pun meningkat hingga dua kali lipat.

Setelah menerima bayaran dari Wira, prajurit penjaga baru membiarkan mereka masuk.

Di dalam kota, ada beberapa rumah bertingkat dua yang terbuat dari batu bata.

Setelah melihatnya, Wira sedikit kecewa. Situasi di dalam kota bahkan lebih buruk dari desa di kehidupan lampaunya.

Namun, para penduduk kota memakai pakaian yang jauh lebih bagus dan bercorak daripada penduduk Dusun Darmadi.

Danu, Doddy dan Sony terlihat bersemangat, seolah-olah sudah memasuki dunia baru.

Ada banyak penduduk dusun yang mungkin tidak pernah keluar dari dusun seumur hidup mereka. Jangan ibu kota provinsi, mereka mungkin juga jarang pergi ke pusat desa atau kota kecil. Jadi, orang yang pernah datang ke ibu kota provinsi selalu merasa sangat bangga.

Kelima orang itu mendorong gerobak mereka ke pasar daging yang berada di sebelah timur kota.

Setelah sampai di depan pasar, Hasan berkata, “Aku nggak tahu harga pasaran ikan. Harus pergi cari tahu dulu nih.”

Wira menatap ke arah Danu, Doddy dan Sony. Doddy menggaruk kepalanya dengan kebingungan, sedangkan Danu juga terlihat sedikit takut.

Sony pun maju dengan percaya diri, “Serahkan hal ini padaku.”

Tidak lama kemudian, Sony kembali dan menjelaskan tentang pajak penjualan dan harga ikan dengan jelas.

Harga pajak penjualannya sepuluh persen. Seekor ikan kecil yang beratnya di bawah 500 gram harganya 20 gabak, yang beratnya sekitar sekilo harganya 30 gabak. Ikan yang beratnya di atas 1,5 kilogram bisa dijual 40 gabak, yang beratnya 1,5-4 kilogram bisa dijual 50 gabak, sedangkan yang beratnya di atas 4 kilogram bisa dijual 60 gabak.

Namun, itu adalah harga ikan yang sudah mati. Jika ikannya masih hidup, harganya bisa ditambah 20 gabak dari harga sebelumnya.

Kelima orang itu pun masuk ke Pasar Timur, lalu hendak mencari kios dan mulai berjualan.

Sebelum mereka sempat berjualan, empat orang yang terlihat galak tiba-tiba mengerumuni gerobak mereka.

Salah seorang dari mereka yang berbadan kekar dan berwajah galak menyilangkan tangannya lalu mencibir, “Sudah sampai Pasar Timur bukannya beri hormat ke pemilik tanah dulu sebelum berjualan. Berani banget kalian!”
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anggi Rizkianto Saputra
Woii gua ngakak sumpah, line nya panjang jga, kena bom ampe 4 kali ga tuh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 15

    Namun, pintunya tetap tidak terbuka setelah didobrak.Budi melambaikan tangannya sambil berkata, “Jangan dobrak lagi, sudah ditahan dari dalam. Panjat dinding saja!”Keempat bawahan itu pun berhenti mendobrak. Kemudian, mereka mulai bertumpu pada satu sama lain untuk memanjat dinding rumah Wira. Setelah melompat masuk, bawahan itu pun membukakan pintu dari dalam agar Budi bisa masuk.Setelah melihat Budi masuk ke rumahnya, Wulan langsung berlari ke ruang utama dengan panik.Budi melangkah dengan santai sambil berkata, “Cantik, suamimu sudah kabur, tapi kamu masih begitu setia padanya. Bukannya lebih baik hidup bersamaku yang penyayang?”“Suamiku nggak kabur! Dia pasti pulang untuk bayar utang! Kamu jangan macam-macam!”Wulan menyeret meja di dalam ruang utama untuk menahan pintu.“Apa bagusnya si Pemboros itu hingga kamu begitu setia padanya?”Budi memberi isyarat pada bawahannya, lalu dua bawahannya langsung mendobrak pintu.Saat pintu didobrak, Wulan yang sedang menahan meja juga ter

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2688

    Delon berpikir jika Senia benar-benar akan turun tangan, tidak mungkin mengutusnya dan Raja Kresna yang datang ke sini. Namun, sekarang dia malah menggali kuburan untuk diri sendiri dan bahkan melompat ke dalamnya. Benar-benar bodoh.Raja Kresna yang duduk di samping juga menggelengkan kepala dan berpikir mengapa ada orang sebodoh ini di dunia. Benar-benar sangat bodoh.Wira menatap Delon dengan tajam. Melihat Delon yang ragu-ragu, dia kembali berkata, "Bagaimana? Apa kamu nggak mau?"Delon secara refleks menganggukkan kepala.Wira tetap menatap Delon yang berada di depannya dan berkata, "Kalau ibumu nggak datang, sepertinya nggak ada yang bisa membelamu lagi. Kamu mungkin belum tahu, tapi adikku ini juga termasuk keluarga bangsawan. Kedudukanku dan ibumu sejajar. Kamu adalah anak ibumu, sedangkan dia adalah adikku. Jadi, kedudukan kalian berdua itu setara.""Begini saja. Kalau kamu merasa nggak adil, kamu boleh melampiaskan amarahmu itu padanya. Nggak peduli bagaimana caramu menghadap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2687

    Saat ini, Wira memang sudah menyiapkan perjamuan di aula utama. Begitu Wira dan Raja Kresna masuk, perjamuan pun dimulai dan mereka mulai minum bersama-sama.Tanpa perlu saling berdiskusi, Wira dan Raja Kresna sudah inisiatif untuk mengabaikan Delon. Lagi pula, Raja Kresna juga cerdas, dia tahu jelas kelakuan Delon pasti sudah membuat Wira kesal. Jika saat ini dia masih membawa Delon di sampingnya, itu sama saja dengan mencari masalah. Lebih baik dia minum bersama Wira, mungkin saja masih ada peluang untuk membalik keadaannya.Raja Kresna tetap ingat dengan tujuannya datang ke sini adalah untuk membawa Dahlan kembali. Jika tidak berhasil, Senia pasti akan mempersulitnya setelah dia kembali ke Kerajaan Agrel nanti. Ditambah lagi, ada guru agung yang terus mengawasinya."Wira, anak buahmu memukulku. Apa yang akan kamu lakukan soal ini?" Tepat saat Wira dan Raja Kresna sedang menikmati minumannya, terlihat Delon yang berlari masuk dengan tergesa-gesa.Saat para pengawal segera masuk dan h

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2686

    Melihat Agha yang tidak sedang bercanda, Delon akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lembut. Selama masih hidup, dia yakin suatu hari nanti dia bisa membalas dendamnya. Jika dia terus membantah Agha, dia khawatir nyawanya akan melayang. Asalkan bisa lolos, suatu hari nanti pasti akan ada cara untuk memberi pelajaran pada Agha dan memulihkan harga dirinya.Melihat Delon sudah tunduk, Lucy baru mendekat dan berkata, "Sudahlah. Kalau dia sudah tahu kesalahannya, nggak perlu mempermasalahkannya lagi. Sebagai tuan rumah, kita harus lebih menjaga sikap."Mendengar perkataan Lucy, Agha baru menarik kembali kakinya dengan enggan dan berteriak, "Cepat pergi!"Delon terus menganggukkan kepala, lalu segera pergi dari sana tanpa menoleh sedikit pun."Kali ini kamu menanganinya dengan baik," kata Lucy sambil tersenyum setelah Delon pergi.Agha menggaruk kepalanya dengan canggung dan berkata, "Kalau nanti Kak Wira tahu tentang hal ini, dia pasti akan menyalahkanku lagi, 'kan?"Meskipun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2685

    "Kamu berani mengancamku?" kata Delon yang menggertakkan gigi dengan marah dan menatap Lucy dengan ganas. Selain ibunya, tidak ada yang berani berbicara seperti itu padanya di seluruh Kerajaan Agrel. Lucy ini juga hanya kaki tangan Wira, tetapi sudah berani meremehkannya.Saat Delon hendak meledak, terdengar suara dengan nada dingin dari belakang."Nona Lucy, siapa ini? Kenapa dia berteriak-teriak di sini? Tadi sepertinya aku dengar dia menyebut nama kakakku," kata Agha.Delon langsung menoleh dan menatap Agha dari atas sampai bawah. Melihat Agha yang mengenakan pakaian kasar, dia pun tertawa dingin. "Aku dengar sembilan provinsi adalah tanah yang makmur, tapi kenapa orang-orang Wira malah berpakaian seperti ini? Kalau kamu nggak muncul di kediaman jenderal, aku akan mengira kamu ini pengemis. Benar-benar memalukan!"Mendengar perkataan itu, ekspresi Agha langsung berubah karena orang ini menghinanya. Tak lama kemudian, dia maju dua langkah dan langsung meninju wajah Delon.Delon meman

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2684

    Saat itu, Senia bahkan bersiap untuk menyerang Dataran Tengah, sehingga semua orang tidak memiliki kesan baik terhadapnya. Namun, dia adalah tamu dan Wira sendiri yang menyambut, mereka juga tidak berkata apa-apa dan hanya bisa melihat situasinya.Di bawah tatapan semua orang, Wira dan yang lainnya segera memasuki kediaman jenderal.Begitu masuk, Delon baru keluar dari kereta. Setelah melirik Wira, dia bertanya dengan ekspresi yang tetap angkuh, "Di mana adikku?"Meskipun mendengar perkataan Delon, Wira tidak menghiraukannya seolah-olah perkataan Delon hanya angin saja. Dia memang tidak menyandang gelar raja, tetapi dia adalah penguasa dua provinsi juga dan seseorang yang berpengaruh. Bahkan raja dari Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan bahkan Senia sendiri pun tidak berani berbicara dengan sikap seperti ini di hadapannya.Namun, Delon yang hanya seorang pangeran saja pun berani meremehkan dan bahkan berani memerintah Wira. Benar-benar tidak tahu diri.Lucy yang berdiri di samping Wi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2683

    Wira membalas, "Nggak perlu. Bagaimanapun juga, ini adalah Provinsi Yonggu. Kamu sendiri juga sudah bilang Raja Kresna ini selalu berhati-hati. Meskipun benar-benar ada orang-orang itu di sekitarnya, dia juga nggak berani macam-macam. Kalau kita terlalu menyelidiki mereka, malah akan membuat kita yang terlihat kurang baik.""Karena mereka sudah datang sebagai tamu, siapkan semuanya sekarang. Kita akan pergi menyambut mereka."Setelah memberikan beberapa instruksi dan berganti pakaian, Wira mengikuti Lucy keluar.Satu jam kemudian, rombongan perlahan-lahan mendekat di luar gerbang kota. Ada seseorang yang menunggang kuda di depan rombongan itu. Meskipun usia orang itu sudah lima puluhan tahun, dia tetap terlihat gagah perkasa. Dia adalah Raja Kresna yang terkenal."Sudah lama nggak jumpa, Raja Kresna masih berwibawa seperti dulu. Ratu Senia bisa punya jenderal sepertimu di sisinya, pantas saja dia bisa begitu tenang," puji Wira yang maju sambil tersenyum.Raja Kresna yang cerdik segera

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2682

    Jika bukan karena bantuan Wira, Senia juga tidak akan berhasil mendapatkan tanda tangan untuk perjanjian empat wilayah itu. Dilihat dari sudut pandang tertentu, semua wilayah kekuasaannya terletak di wilayah tandas di utara meskipun dia menguasai satu wilayah. Istana utama Kerajaan Agrel juga berada di utara, sehingga tidak terancam ataupun terpengaruh oleh sembilan provinsi.Ada perbedaan besar antara suku-suku di utara dan wilayah tandus di utara. Wilayah suku di utara sangat kecil, sehingga mereka langsung tunduk dengan patuh begitu ditekan Wira. Namun, wilayah tandus di utara sangat luas dan Wira sangat memahami hal itu.Inilah alasan utama mengapa selama ini dia lebih memilih untuk berdamai daripada berperang dengan Kerajaan Agrel. Jika benar-benar terjadi pertempuran, dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun juga. Tidak peduli siapa pun yang menjadi penguasa Kerajaan Agrel, hasilnya tetap sama."Tuan, kali ini yang datang bukan Senia, tapi putra sulungnya, Delon," kata Lucy

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2681

    Di dalam kediaman jenderal. Melihat tumpukan laporan di atas meja, Wira merasa kepalanya agak sakit.Saat berada di Provinsi Lowala, Wira tidak perlu mengkhawatirkan dan ikut campur pada hal-hal ini dan bahkan tidak perlu ikut campur. Dengan adanya Osmaro dan yang lainnya, dia bisa menjadi pemimpin yang lepas tangan. Selama ini, dia tetap tinggal di Provinsi Yonggu hanya untuk membantu Danu menstabilkan situasinya.Danu adalah seorang prajurit, tentu saja ahli dalam memimpin pasukan dan bertarung di medan perang. Dia bahkan bisa memimpin dengan bijaksana dan memiliki keberanian yang luar biasa. Namun, untuk urusan administrasi, dia tidak begitu ahli. Oleh karena itu, Wira tetap tinggal di sana untuk memberikannya sedikit bantuan.Namun, Wira tidak menyangka akan terjadi bencana banjir tepat pada saat seperti ini. Mungkin saja, ini memang sudah takdirnya. Jika dia tidak berada di Provinsi Yonggu, saat ini Danu pasti sudah tak berdaya dan memimpin pasukannya untuk menekan pemberontakan p

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2680

    Senia segera menyahut, "Coba beri tahu aku apa keuntungannya kalau Raja Kresna menemui Wira?"Senia seketika menjadi berminat."Sebenarnya sederhana saja. Aku tahu Ratu mencemaskan Raja Kresna, Raja Ararya, dan Raja Tanuwi. Raja Byakta sudah disingkirkan, tapi ketiga orang ini masih memiliki kekuasaan besar.""Selama masih ada Ratu, mereka tentu nggak berani bertindak sembarangan. Tapi, kalau Ratu menyerahkan takhta kepada salah satu pangeran, pangeran mungkin akan kesulitan menahan mereka.""Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Raja Kresna. Gimana menurutmu?"Harus diakui bahwa ini adalah ide yang sangat kejam. Guru Agung ingin memanfaatkan Wira untuk menyingkirkan Raja Kresna."Kalau Raja Kresna benar-benar mengalami masalah di Provinsi Yonggu dan kabar ini tersebar, sepertinya seluruh rakyat Kerajaan Agrel akan menganggap Wira sebagai musuh. Benar, 'kan? Lagi pula, semua orang di Kerajaan Agrel adalah pejuang sejati," jelas Guru Agung.Seketika, Senia mema

DMCA.com Protection Status