Share

Bab 6

Author: Arif
Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan."

"Dasar anak tak tahu diri!”

Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.

Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!

“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.

Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.

Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.

Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.

Setelah itu, Wira pun berkata, “Para warga sekalian, kalian juga tahu soal masalahku. Aku harus menjual ikan-ikan ini untuk bayar utang. Jadi, aku nggak bisa bagi ikannya hari ini. Tapi habis aku lewati rintangan ini, aku pasti bakal bagi-bagi ikan buat kalian semua!”

Setelah mendengar ucapan Wira, semua warga pun bubar dengan perasaan gembira.

Meskipun mereka juga hidup susah, setidaknya mereka tidak mempunyai utang sebanyak 40 ribu gabak.

Selain orang yang berhati jahat, mana ada orang yang tega mengambil keuntungan dari Wira pada saat-saat seperti ini.

Setelah melihat tindakan Wira, Hasan juga mengangguk pelan.

Hubungan sesama warga sangat penting. Cara Wira menyelesaikan masalah ini sangat bagus. Meskipun tidak membagi ikan kepada para warga, dia juga tidak menyinggung mereka.

Setelah semua orang bubar, mereka berlima pun melanjutkan perjalanan ke rumah Wira.

“Ikannya banyak banget!”

Saat melihat sepuluh ember ikan yang dibawa pulang Wira, Wulan sangat terkejut. Dia menatap Wira dengan berlinang air mata.

Ternyata suaminya memang punya teknik rahasia menangkap ikan. Dia benar-benar punya cara untuk bayar utang.

“Gadis bodoh, untuk apa kamu nangis!”

Wira menyeka air mata di wajah Wulan, lalu berkata dengan lembut, “Cepat buat serabi lagi. Malam ini, kita masih bisa makan ikan.”

“Emm!”

Setelah menerima perlakuan lembut Wira, Wulan pun tersipu. Dia menjawab dengan suara kecil, lalu buru-buru berlari ke dapur.

Danu, Doddy dan Sony sangat iri. Di seluruh Kabupaten Uswal, tidak ada wanita yang bisa menandingi kecantikan istri Wira.

“Wira, kami sudah sarapan di rumahmu tadi pagi. Malam ini, kita makan di rumah saja.”

Selesai berbicara, Hasan menuangkan semua ikannya ke gentong air, lalu melambaikan tangan kepada kedua putranya.

Danu dan Doddy sebenarnya masih ingin makan ikan, tetapi mereka juga langsung pergi tanpa ragu. Mereka sudah puas bisa dapat makan ikan pagi tadi.

“Benar, ayo pulang!”

Sony juga malu untuk tinggal setelah melihat ketiga orang itu pergi.

Namun, Wira malah menghentikan mereka. “Jangan pergi dulu! Selain makan, masih ada kerjaan lain!”

Hasan pun menghentikan langkah kakinya. “Kerjaan apa?”

Wira berjalan ke depan gentong yang berisi ikan yang dia tangkap kemarin, lalu berkata, “Bantu aku ikat ikannya jadi begini!”

Begitu melihat ke dalam gentong air, keempat orang itu pun terkejut.

Kepala dan ekor ikan yang ada di dalam gentong air diikat membentuk busur dengan tali rami, sedangkan insang mereka mengapung di atas air. Namun, semua ikannya masih hidup!

Biasanya, ikan yang ditangkap dari sungai akan mati setelah dibiarkan selama beberapa jam. Akan tetapi, ikan yang ditangkap Wira kemarin malah masih hidup sampai sekarang.

Wulan yang berada di dapur juga penasaran.

Wira pun menjelaskan, “Ini namanya ‘Teknik Busur Ikan’. Kalau kepala dan ekornya diikat begini, oksigen yang dihirup insang bisa lebih banyak. Jadi, biarpun cuman ada sedikit air, ikannya juga nggak bakal mati karena kekurangan oksigen!”

‘Kekurangan oksigen?’

Keempat orang itu terlihat bingung, tetapi juga sangat gembira.

Mereka tidak mengerti arti oksigen, tetapi mereka mengetahui dengan jelas perbedaan harga ikan yang masih hidup dan yang sudah mati.

Hasan langsung menjawab sambil melambaikan tangannya, “Kalau gitu, kita langsung ikat saja sekarang. Nggak bakal lama kok, buat apa makan lagi!”

Wira berkata sambil tersenyum, “Teknik Busur Ikan harus dilakukan dua kali. Pertama-tama, kita ikat dulu ekornya. Setelah lewat dua jam, kotoran di dalam tubuh ikan bakal keluar. Habis itu, kita baru buka ikatan ekornya untuk ikat lubang pengeluarannya. Dengan begitu, daging ikannya bisa jadi lebih segar dan empuk.”

Keempat orang itu memperhatikan ekor ikan dengan saksama, ternyata memang ada bekas dua ikatan.

Doddy langsung berkata dengan kagum, “Kak Wira, kenapa kamu bisa mengerti begitu banyak teknik yang luar biasa?”

“Memangnya masih perlu tanya?” Sony langsung berkata dengan penuh percaya diri, “Wira itu seorang pelajar. Dia pasti belajar soal teknik rahasia menangkap ikan dan Teknik Busur Ikan dari buku. Wira, betul, ‘kan?”

Wira tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. “Kamu memang pintar!”

“Hehe!” Sony langsung merasa bangga karena dipuji seorang sarjana.

Saat mereka selesai mengikat ikan, makan malam mereka juga sudah siap.

Serabi yang hangat dan ikan goreng sudah disajikan di ruang utama.

Wulan tetap makan di dalam dapur. Pada zaman ini, wanita biasanya tidak makan dengan duduk di meja.

Setelah bekerja seharian, kelima pria itu pun menyantap makanan mereka dengan lahap.

Meskipun ini sudah ketiga kalinya Hasan, Danu dan Doddy menyantap ikan dalam dua hari ini, mereka masih terlihat sangat bersemangat.

Sony yang sudah ingin makan ikan selama dua hari juga makan dengan lahap. Namun, dia tiba-tiba menangis.

Wira pun buru-buru bertanya, “Sony, kamu kenapa?”

“Nggak apa-apa, Kak Wira!”

Doddy berkata dengan terus terang, “Semalam, kami sekeluarga juga makan sambil nangis. Soalnya sudah lama banget kami nggak makan daging.”

Begitu mendengar ucapan Doddy, Hasan langsung memelototinya.

Doddy pun buru-buru menunduk dan lanjut memakan ikannya dalam diam.

“Aku teringat orang tuaku!” Sony menyeka air matanya, lalu lanjut berkata, “Sebelum mereka meninggal, aku tanya mereka pengin makan apa. Mereka bilang pengin makan daging. Soalnya mereka belum pernah benar-benar menikmati daging. Mereka pengin tahu gimana rasanya makan daging sampai kenyang! Awalnya, aku kira aku bakal seperti orang tuaku. Aku nggak nyangka hari ini aku bisa makan daging sampai puas .... Huhuhu!”

Sony menggigit serabi dan memasukkan sepotong besar ikan ke dalam mulutnya. Dia makan sambil menangis, seolah-olah sudah gila.

Hasan, Danu dan Doddy tidak menertawakannya. Ekspresi mereka juga terlihat sedih.

Warga desa tidak mempunyai banyak penghasilan, tetapi harus membayar pajak dan kerja rodi. Jangankan makan daging sampai kenyang, bahkan ada banyak warga desa yang tidak pernah makan kenyang seumur hidupnya.

Namun, hidup mereka akan berubah setelah mengetahui teknik rahasia menangkap ikan.

“Sudah dua jam, aku pergi ikat ikan dulu!”

Selesai berbicara, Hasan pun pergi mengikat ikan. Danu juga diam-diam mengikutinya.

“Malu-maluin saja!”

Sony menyeka air matanya sambil membereskan peralatan makan mereka. Doddy juga membantunya.

Saat melihat keempat orang yang sedang sibuk itu, Wira merasa sangat sedih.

Mereka adalah orang yang paling rajin di era ini, tetapi juga merupakan orang yang paling miskin dan menderita di era ini. Mereka sudah melakukan upaya yang sangat besar dan melakukan pekerjaan terberat di dunia ini, tetapi mereka tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup yang paling mendasar.

Setelah selesai mengikat ikan, mereka berempat pun pulang ke rumah masing-masing.

Sony pulang ke rumah Kak Surya dan mengetuk pintu.

Begitu membuka pintu, istri Kak Surya yang bernama Sinta itu berteriak sambil memegang sapu, “Dasar pecundang! Sudah curi telurku masih berani pu .... Ah!”

“Nih!”

Selama ini, Sony hanya bisa diam saat dimaki kakak iparnya. Sekarang, dia bisa dengan bangga melemparkan kedua ekor ikan kecil itu ke dalam rumah mereka.

Dua ekor ikan hidup yang beratnya masing-masing sekilo itu menggelepar di atas lantai.

Sinta buru-buru menangkap kedua ekor ikan itu, lalu sikapnya terhadap Sony juga langsung berubah. “Sony, kenapa malam banget pulangnya? Sudah makan belum? Sini kubuatin serabi.”

“Nggak usah, aku sudah kenyang makan daging!”

Setelah itu, Sony berjalan dengan lambat ke kandang sapi sambil berkata, “Keluarkan baju dan sepatu baru Kakak, besok aku mau ke kota. Kelak, selama ada aku di rumah, keluarga kita bisa makan daging tiap hari!”

“Apa?” Sinta langsung tercengang. Omong kosong apa yang sedang dibicarakan Sony? Bahkan pemimpin kabupaten juga belum tentu bisa makan daging setiap hari.

Sony berbaring di dalam kandang sapi dan menyelimuti dirinya denagn sebuah selimut yang sudah robek. Di sampingnya, ada seekor sapi tua yang sedang mengunyah rumput. Dia menatap bintang di langit sambil bergumam, “Ayah, Ibu, putra kalian sudah bangkit. Aku bakal jadi orang sukses! Kalian pantau saja aku dari langit! Tahun Baru nanti, aku bakal persembahkan daging untuk kalian!”

Di sisi lain, Wira dan Wulan sudah selesai mandi. Mereka sama-sama tidur di ranjang, tetapi tetap menggunakan selimut masing-masing.

Wira belum tidur, tetapi juga tidak memikirkan hal mesum. Dia hanya termenung sambil menatap langit-langit yang gelap.

Wulan bertanya dengan hati-hati, “Suamiku, kamu lagi sedih?”

“Sedikit!”

Wira bertanya, “Wulan, menurutmu dunia ini bisa berubah nggak? Berubah jadi dunia di mana semua orang bisa makan kenyang, punya baju, nggak ngidam daging lagi. Anak-anak juga bisa belajar, sedangkan orang yang sakit bisa berobat. Semua orang nggak perlu khawatir soal kekacauan lagi!”

“Nggak bisa!” Setelah terdiam sesaat, Wulan mengatakan alasannya, “Suamiku, yang kamu bilang itu persatuan dunia yang belum bisa tercapai sampai sekarang!”

Wira tersenyum masam dan menjawab, “Benar juga. Dengan teknologi dan produktivitas zaman ini, mana mungkin persatuan dunia bisa tercapai!”

‘Teknologi?’ Wulan sangat kebingungan. Dia tertegun sejenak, lalu berbisik, “Suamiku, kamu sudah berubah jadi kayak orang lain!”

Wira langsung terkejut, “Apanya yang berubah?”

Wulan menjawab dengan suara kecil, “Dulu, kamu sama sekali nggak peduli sama kerabat jauh seperti Paman Hasan, Danu, Doddy dan Sony. Sekarang, kamu malah begitu baik terhadap mereka dan sudah nggak merendahkan mereka lagi. Dulu, kamu juga memandang rendah kepala desa seperti Pak Budi, tapi malah takut banget sama mereka. Sekarang, kamu nggak peduli lagi sama mereka. Kamu sudah berubah. Sekarang, kamu memperlakukan orang sebagaimana mereka memperlakukanmu.”

Wira sangat terkejut akan pengamatan Wulan yang begitu cermat. Dia pun bertanya, “Apa kamu suka sama aku yang sekarang?”

“Emm!”

“Ayo masuk ke dalam selimutku!”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 7

    “Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3330

    Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3329

    "Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3328

    "Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3327

    Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3326

    Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3325

    "Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3324

    "Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3323

    "Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3322

    Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status