Share

Bab 6

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-19 13:40:05
Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan."

"Dasar anak tak tahu diri!”

Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.

Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!

“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.

Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.

Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.

Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.

Setelah itu, Wira pun berkata, “Para warga sekalian, kalian juga tahu soal masalahku. Aku harus menjual ikan-ikan ini untuk bayar utang. Jadi, aku nggak bisa bagi ikannya hari ini. Tapi habis aku lewati rintangan ini, aku pasti bakal bagi-bagi ikan buat kalian semua!”

Setelah mendengar ucapan Wira, semua warga pun bubar dengan perasaan gembira.

Meskipun mereka juga hidup susah, setidaknya mereka tidak mempunyai utang sebanyak 40 ribu gabak.

Selain orang yang berhati jahat, mana ada orang yang tega mengambil keuntungan dari Wira pada saat-saat seperti ini.

Setelah melihat tindakan Wira, Hasan juga mengangguk pelan.

Hubungan sesama warga sangat penting. Cara Wira menyelesaikan masalah ini sangat bagus. Meskipun tidak membagi ikan kepada para warga, dia juga tidak menyinggung mereka.

Setelah semua orang bubar, mereka berlima pun melanjutkan perjalanan ke rumah Wira.

“Ikannya banyak banget!”

Saat melihat sepuluh ember ikan yang dibawa pulang Wira, Wulan sangat terkejut. Dia menatap Wira dengan berlinang air mata.

Ternyata suaminya memang punya teknik rahasia menangkap ikan. Dia benar-benar punya cara untuk bayar utang.

“Gadis bodoh, untuk apa kamu nangis!”

Wira menyeka air mata di wajah Wulan, lalu berkata dengan lembut, “Cepat buat serabi lagi. Malam ini, kita masih bisa makan ikan.”

“Emm!”

Setelah menerima perlakuan lembut Wira, Wulan pun tersipu. Dia menjawab dengan suara kecil, lalu buru-buru berlari ke dapur.

Danu, Doddy dan Sony sangat iri. Di seluruh Kabupaten Uswal, tidak ada wanita yang bisa menandingi kecantikan istri Wira.

“Wira, kami sudah sarapan di rumahmu tadi pagi. Malam ini, kita makan di rumah saja.”

Selesai berbicara, Hasan menuangkan semua ikannya ke gentong air, lalu melambaikan tangan kepada kedua putranya.

Danu dan Doddy sebenarnya masih ingin makan ikan, tetapi mereka juga langsung pergi tanpa ragu. Mereka sudah puas bisa dapat makan ikan pagi tadi.

“Benar, ayo pulang!”

Sony juga malu untuk tinggal setelah melihat ketiga orang itu pergi.

Namun, Wira malah menghentikan mereka. “Jangan pergi dulu! Selain makan, masih ada kerjaan lain!”

Hasan pun menghentikan langkah kakinya. “Kerjaan apa?”

Wira berjalan ke depan gentong yang berisi ikan yang dia tangkap kemarin, lalu berkata, “Bantu aku ikat ikannya jadi begini!”

Begitu melihat ke dalam gentong air, keempat orang itu pun terkejut.

Kepala dan ekor ikan yang ada di dalam gentong air diikat membentuk busur dengan tali rami, sedangkan insang mereka mengapung di atas air. Namun, semua ikannya masih hidup!

Biasanya, ikan yang ditangkap dari sungai akan mati setelah dibiarkan selama beberapa jam. Akan tetapi, ikan yang ditangkap Wira kemarin malah masih hidup sampai sekarang.

Wulan yang berada di dapur juga penasaran.

Wira pun menjelaskan, “Ini namanya ‘Teknik Busur Ikan’. Kalau kepala dan ekornya diikat begini, oksigen yang dihirup insang bisa lebih banyak. Jadi, biarpun cuman ada sedikit air, ikannya juga nggak bakal mati karena kekurangan oksigen!”

‘Kekurangan oksigen?’

Keempat orang itu terlihat bingung, tetapi juga sangat gembira.

Mereka tidak mengerti arti oksigen, tetapi mereka mengetahui dengan jelas perbedaan harga ikan yang masih hidup dan yang sudah mati.

Hasan langsung menjawab sambil melambaikan tangannya, “Kalau gitu, kita langsung ikat saja sekarang. Nggak bakal lama kok, buat apa makan lagi!”

Wira berkata sambil tersenyum, “Teknik Busur Ikan harus dilakukan dua kali. Pertama-tama, kita ikat dulu ekornya. Setelah lewat dua jam, kotoran di dalam tubuh ikan bakal keluar. Habis itu, kita baru buka ikatan ekornya untuk ikat lubang pengeluarannya. Dengan begitu, daging ikannya bisa jadi lebih segar dan empuk.”

Keempat orang itu memperhatikan ekor ikan dengan saksama, ternyata memang ada bekas dua ikatan.

Doddy langsung berkata dengan kagum, “Kak Wira, kenapa kamu bisa mengerti begitu banyak teknik yang luar biasa?”

“Memangnya masih perlu tanya?” Sony langsung berkata dengan penuh percaya diri, “Wira itu seorang pelajar. Dia pasti belajar soal teknik rahasia menangkap ikan dan Teknik Busur Ikan dari buku. Wira, betul, ‘kan?”

Wira tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. “Kamu memang pintar!”

“Hehe!” Sony langsung merasa bangga karena dipuji seorang sarjana.

Saat mereka selesai mengikat ikan, makan malam mereka juga sudah siap.

Serabi yang hangat dan ikan goreng sudah disajikan di ruang utama.

Wulan tetap makan di dalam dapur. Pada zaman ini, wanita biasanya tidak makan dengan duduk di meja.

Setelah bekerja seharian, kelima pria itu pun menyantap makanan mereka dengan lahap.

Meskipun ini sudah ketiga kalinya Hasan, Danu dan Doddy menyantap ikan dalam dua hari ini, mereka masih terlihat sangat bersemangat.

Sony yang sudah ingin makan ikan selama dua hari juga makan dengan lahap. Namun, dia tiba-tiba menangis.

Wira pun buru-buru bertanya, “Sony, kamu kenapa?”

“Nggak apa-apa, Kak Wira!”

Doddy berkata dengan terus terang, “Semalam, kami sekeluarga juga makan sambil nangis. Soalnya sudah lama banget kami nggak makan daging.”

Begitu mendengar ucapan Doddy, Hasan langsung memelototinya.

Doddy pun buru-buru menunduk dan lanjut memakan ikannya dalam diam.

“Aku teringat orang tuaku!” Sony menyeka air matanya, lalu lanjut berkata, “Sebelum mereka meninggal, aku tanya mereka pengin makan apa. Mereka bilang pengin makan daging. Soalnya mereka belum pernah benar-benar menikmati daging. Mereka pengin tahu gimana rasanya makan daging sampai kenyang! Awalnya, aku kira aku bakal seperti orang tuaku. Aku nggak nyangka hari ini aku bisa makan daging sampai puas .... Huhuhu!”

Sony menggigit serabi dan memasukkan sepotong besar ikan ke dalam mulutnya. Dia makan sambil menangis, seolah-olah sudah gila.

Hasan, Danu dan Doddy tidak menertawakannya. Ekspresi mereka juga terlihat sedih.

Warga desa tidak mempunyai banyak penghasilan, tetapi harus membayar pajak dan kerja rodi. Jangankan makan daging sampai kenyang, bahkan ada banyak warga desa yang tidak pernah makan kenyang seumur hidupnya.

Namun, hidup mereka akan berubah setelah mengetahui teknik rahasia menangkap ikan.

“Sudah dua jam, aku pergi ikat ikan dulu!”

Selesai berbicara, Hasan pun pergi mengikat ikan. Danu juga diam-diam mengikutinya.

“Malu-maluin saja!”

Sony menyeka air matanya sambil membereskan peralatan makan mereka. Doddy juga membantunya.

Saat melihat keempat orang yang sedang sibuk itu, Wira merasa sangat sedih.

Mereka adalah orang yang paling rajin di era ini, tetapi juga merupakan orang yang paling miskin dan menderita di era ini. Mereka sudah melakukan upaya yang sangat besar dan melakukan pekerjaan terberat di dunia ini, tetapi mereka tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup yang paling mendasar.

Setelah selesai mengikat ikan, mereka berempat pun pulang ke rumah masing-masing.

Sony pulang ke rumah Kak Surya dan mengetuk pintu.

Begitu membuka pintu, istri Kak Surya yang bernama Sinta itu berteriak sambil memegang sapu, “Dasar pecundang! Sudah curi telurku masih berani pu .... Ah!”

“Nih!”

Selama ini, Sony hanya bisa diam saat dimaki kakak iparnya. Sekarang, dia bisa dengan bangga melemparkan kedua ekor ikan kecil itu ke dalam rumah mereka.

Dua ekor ikan hidup yang beratnya masing-masing sekilo itu menggelepar di atas lantai.

Sinta buru-buru menangkap kedua ekor ikan itu, lalu sikapnya terhadap Sony juga langsung berubah. “Sony, kenapa malam banget pulangnya? Sudah makan belum? Sini kubuatin serabi.”

“Nggak usah, aku sudah kenyang makan daging!”

Setelah itu, Sony berjalan dengan lambat ke kandang sapi sambil berkata, “Keluarkan baju dan sepatu baru Kakak, besok aku mau ke kota. Kelak, selama ada aku di rumah, keluarga kita bisa makan daging tiap hari!”

“Apa?” Sinta langsung tercengang. Omong kosong apa yang sedang dibicarakan Sony? Bahkan pemimpin kabupaten juga belum tentu bisa makan daging setiap hari.

Sony berbaring di dalam kandang sapi dan menyelimuti dirinya denagn sebuah selimut yang sudah robek. Di sampingnya, ada seekor sapi tua yang sedang mengunyah rumput. Dia menatap bintang di langit sambil bergumam, “Ayah, Ibu, putra kalian sudah bangkit. Aku bakal jadi orang sukses! Kalian pantau saja aku dari langit! Tahun Baru nanti, aku bakal persembahkan daging untuk kalian!”

Di sisi lain, Wira dan Wulan sudah selesai mandi. Mereka sama-sama tidur di ranjang, tetapi tetap menggunakan selimut masing-masing.

Wira belum tidur, tetapi juga tidak memikirkan hal mesum. Dia hanya termenung sambil menatap langit-langit yang gelap.

Wulan bertanya dengan hati-hati, “Suamiku, kamu lagi sedih?”

“Sedikit!”

Wira bertanya, “Wulan, menurutmu dunia ini bisa berubah nggak? Berubah jadi dunia di mana semua orang bisa makan kenyang, punya baju, nggak ngidam daging lagi. Anak-anak juga bisa belajar, sedangkan orang yang sakit bisa berobat. Semua orang nggak perlu khawatir soal kekacauan lagi!”

“Nggak bisa!” Setelah terdiam sesaat, Wulan mengatakan alasannya, “Suamiku, yang kamu bilang itu persatuan dunia yang belum bisa tercapai sampai sekarang!”

Wira tersenyum masam dan menjawab, “Benar juga. Dengan teknologi dan produktivitas zaman ini, mana mungkin persatuan dunia bisa tercapai!”

‘Teknologi?’ Wulan sangat kebingungan. Dia tertegun sejenak, lalu berbisik, “Suamiku, kamu sudah berubah jadi kayak orang lain!”

Wira langsung terkejut, “Apanya yang berubah?”

Wulan menjawab dengan suara kecil, “Dulu, kamu sama sekali nggak peduli sama kerabat jauh seperti Paman Hasan, Danu, Doddy dan Sony. Sekarang, kamu malah begitu baik terhadap mereka dan sudah nggak merendahkan mereka lagi. Dulu, kamu juga memandang rendah kepala desa seperti Pak Budi, tapi malah takut banget sama mereka. Sekarang, kamu nggak peduli lagi sama mereka. Kamu sudah berubah. Sekarang, kamu memperlakukan orang sebagaimana mereka memperlakukanmu.”

Wira sangat terkejut akan pengamatan Wulan yang begitu cermat. Dia pun bertanya, “Apa kamu suka sama aku yang sekarang?”

“Emm!”

“Ayo masuk ke dalam selimutku!”

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 7

    “Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 14

    Dalam perjalanan pulang, Hasan menarik gerobak di depan, sedangkan Danu mengawal di belakang. Doddy dan Sony sedang berjalan sambil mengobrol, sementara Wira tidur di atas gerobak. Dia sudah tidak tahan begadang dari semalam.Doddy berkata dengan semangat, “Kak Sony, coba cerita sekali lagi gimana Kak Wira menjual gulanya.”“Doddy, aku sudah cerita berkali-kali! Tenggorokanku sudah mau sakit!”Sony pun menunduk dan bermain dengan bajunya.“Ya sudah kalau nggak mau cerita lagi. Tapi kelak, panggil aku Zabran! Itu nama yang diberi Kak Wira untukku!” ujar Doddy dengan serius.Sony mengangkat lengan bajunya sambil berkata, “Zabran, kenapa kamu nggak ganti baju baru? Baju ini nyaman banget, lho!”Setelah meninggalkan Toko Gula Keluarga Sutedja, Wira pun berbelanja banyak. Semua orang mendapatkan dua set pakaian dan sepatu baru.Doddy melirik ke arah ayahnya yang sedang menarik gerobak. Baju baru harus disimpan sampai Tahun Baru, mana mungkin Doddy berani langsung memakainya seperti Sony. Ji

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2830

    Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2829

    Setelah kembali ke kediaman jenderal, Danu dan Agha segera masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.Berbeda dengan mereka berdua, Wira terlihat jauh lebih santai. Meski semalam dia juga ikut dalam perjalanan yang melelahkan, Wira tidak benar-benar bertarung melawan musuh.Sementara itu, Danu dan Agha harus terus bertarung melawan makhluk-makhluk beracun sehingga tenaga mereka terkuras habis. Wira memahami betul kelelahan yang mereka rasakan.Setelah akhirnya bisa pulang, Wira hanya bisa membiarkan keduanya beristirahat dengan tenang. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara yang sangat dia percayai.Berhubung Wira sendiri tidak terlalu lelah dan tidak merasa mengantuk, dia langsung menuju ke kamar Doly.Doly adalah orang yang berbakat. Setelah dia sepenuhnya berpihak kepada Wira, tentu Wira merasa perlu menjenguknya untuk melihat kondisi lukanya.Ketika Wira memasuki kamar, dia melihat Doly sedang berjalan mondar-mandir dengan ekspresi penuh pikiran. Menyadari Wira telah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2828

    Bagi mereka, semua itu seperti mimpi buruk yang tidak akan terlupakan.Wira berucap, "Semua, tolong bangkit dulu. Kalian terus berlutut di depanku, bahkan ada yang usianya lebih tua dariku. Ini sama saja dengan memperpendek umurku. Sejujurnya, sejak dulu aku selalu menentang kebiasaan berlutut seperti ini. Sebenarnya kebiasaan ini bisa diubah.""Saat bertemu, cukup berjabat tangan saja. Nggak perlu sampai berlutut segala, 'kan? Kita semua sama, sama-sama punya satu kepala di atas satu pundak. Nggak ada yang punya kepala dan lengan berlebih. Jadi, nggak ada perbedaan besar di antara kita," tambah Wira."Kalau kita terus membagi manusia ke dalam kelas-kelas yang berbeda, bukannya itu sangat nggak adil bagi banyak orang? Apalagi di kampung halamanku, kebiasaan berlutut ini dipercaya bisa memperpendek umur!" jelas Wira.Mendengar ucapan Wira, barulah semua orang mulai bangkit. Banyak dari mereka sempat berpikir bahwa setelah kekuasaan Wira makin besar, dia pasti bukan lagi Wira yang dulu.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2827

    Kalau tidak di masa depan saat mereka perlu memimpin pasukan untuk berperang, dari mana lagi uang untuk membiayai perang akan didapatkan?Mereka semua sebenarnya hanya memikirkan Wira. Akibat alasan itu, mereka memang terkesan dingin dan tanpa perasaan. Namun pada akhirnya, bukankah semua itu dilakukan demi kepentingan wilayah dua provinsi ini?Wira memberi tahu, "Semuanya, tolong segera bangkit. Soal 5 miliar gabak ini, kalian seharusnya berterima kasih pada Ibu Suri Kerajaan Agrel. Kalau bukan karena mereka, mana mungkin kami bisa mendapatkan perak sebanyak itu?""Tanpa itu, tentu saja kami nggak bisa membangun kembali rumah-rumah kalian," ucap Wira dengan tenang. Apa yang dia katakan memang benar adanya. Sebenarnya dia juga sempat dilema, apakah harus menggunakan uang dari kas negara atau tidak?Jika uang itu benar-benar digunakan, kekhawatiran Danu dan yang lainnya bisa menjadi kenyataan. Dalam skenario seperti itu, jika terjadi kekacauan di seluruh negeri, rakyat tidak hanya akan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2826

    Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2825

    Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2824

    "Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2823

    "Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2822

    Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber

DMCA.com Protection Status