Share

Bab 5

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sony berdiri di depan pintu rumah Wira dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.

Wira yang melihatnya pun bertanya, “Ngapain kamu berdiri di sini?”

Danu dan Doddy langsung melangkah keluar untuk mengepung Sony.

Mereka merasa Sony yang pagi-pagi datang ke rumah Kak Wira pasti berniat jahat!

Sony langsung terkejut dan buru-buru mundur. Dia berkata, “A ... aku ingin makan ikan!”

Si Sony ini benar-benar tidak tahu malu. Wira menggeleng, lalu menjawab, “Kamu datang terlambat, ikannya sudah habis!”

Sony berkata dengan cemberut, “Nanti malam masih ada, ‘kan? Asal bisa makan ikan, aku nggak masalah harus ikut banu gali rumput seharian!”

Saat berkeliaran semalam, Sony menemukan bahwa keluarga Wira dan keluarga Hasan sudah makan ikan.

Saat berkeliaran pagi ini, dia menemukan keluarga Wira makan ikan lagi bersama Hasan dan kedua putranya.

Setelah memikirkan keuntungan yang dikatakan Wira kemarin, Sony akhirnya mengerti apa yang sudah dilewatkannya. Dia sudah kehilangan dua kesempatan untuk makan ikan!

Wira berpikir sejenak, lalu berkata, “Kalau gitu, kamu harus dapatkan dua telur ayam dulu!”

Di pedesaan, ada banyak orang yang beternak ayam. Namun, mereka biasanya akan menyimpan telur untuk dijual. Mendapatkan dua biji telur bukanlah hal yang mudah.

“Oke!”

Sony langsung berbalik untuk pergi.

Setelah Sony pergi, Hasan langsung mengingatkan Wira, “Wira, telur itu cuman alasan untuk mempersulit Sony, ‘kan? Tapi orang itu benar-benar nggak tahu malu, dia mungkin bisa mendapatkan telurnya. Kalau dia juga bergabung sama kita, aku takut dia bakal bocorin teknik rahasia menangkap ikan.”

Namun, Wira malah menjawab dengan tenang, “Paman Hasan, aku butuh telur untuk tangkap ikan. Kalau dia benar-benar bisa mendapatkannya, biarkan saja dia bergabung sama kita. Toh kalau banyak orang, kerjaannya juga bisa cepat selesai!”

Menangkap ikan hanyalah masa transisi, Wira tidak berharap untuk melakukan ini selamanya.

Setelah selesai berbicara, keempat orang itu pun berangkat kerja.

Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan perempuan dari rumah Surya, “Sony! Dasar gelandangan yang cuman tahu santai-santai! Aku sudah urus makan dan minummu tiap hari, tapi kamu malah berani curi telurku! Kalau kamu hebat, jangan pulang ke rumah ini lagi! Kalau nggak, aku bakal patahkan kakimu!”

“Hehe, telurnya sudah dapat! Kalau bisa bergabung sama grup penangkap ikan Wira, nanti malam aku sudah bisa makan ikan!”

Sony berlari ke luar Dusun Darmadi untuk mencari Wira sambil membawa telur yang dia curi.

Dengan mendapatkan dua biji telur itu, Sony pun secara resmi bergabung dengan grup penangkap ikan Wira.

Pekerjaan mereka hari ini dimulai dari menggali rumput. Hasan, Danu, Doddy dan Sony bertugas untuk menggali rumput. Sementara Wira bertugas untuk mencuci rumput, lalu menghaluskannya di lesung batu.

Berhubung kerja Wira sangat lambat, tugas itu pun diambil alih oleh Danu dan Doddy.

Saat mereka bekerja sampai setengah, ada banyak penduduk dusun yang mengerumuni mereka karena penasaran. Namun, mereka hanya menonton sebentar dan langsung pergi setelah bosan.

Makan siang mereka adalah serabi sisa sarapan tadi. Hal ini membuat Sony yang ingin makan ikan menjadi sedikit kecewa.

Setelah sibuk sampai sore, mereka berlima pun menjinjing sepuluh ember yang berisi serpihan rumput ke pinggir Sungai Jinggu.

Setelah mendapat wilayah perairan yang dalam dan mempunyai banyak ikan, Wira pun memecahkan telur ke dalam tepung kedelai. Setelah itu, dia mengaduk adonan hingga rata dan menuangkannya ke dalam sungai.

Hasan dan yang lainnya sangat menyayangkan bahan yang digunakan Wira. Mereka biasanya bahkan tidak rela memakan mi telur, sekarang adonan itu malah dibuang begitu saja ke dalam sungai. Wira memang benar-benar boros!

Namun, dengan adanya telur sebagai umpan, ikan yang berenang ke arah umpan pun menjadi makin banyak!

Danu dan Doddy mendengar perintah Wira untuk menuangkan seluruh serpihan rumput ke dalam sungai.

Tidak lama kemudian, seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, seekor demi seekor ikan pun mengapung.

Keempat orang selain Wira langsung bersemangat dan kegirangan.

Ternyata teknik rahasia Wira menangkap ikan begitu mudah dan berguna.

“Cepat tangkap ikannya! Kalau biusnya sudah habis, mereka bisa berenang lagi!” ujar Wira dengan buru-buru.

Rumput yang digunakan Wira adalah rumput pembius ikan. Rumput ini mengandung racun yang bisa membius ikan apabila digunakan dalam jumlah banyak. Di Kerajaan Nuala, masih belum ada yang menyadari kegunaan rumput ini.

Penduduk desa yang mendapatkan rumput pembius ikan biasanya juga akan membuang rumput itu ke dalam air. Namun, rumput yang belum dihancurkan tidak bisa melepaskan racun dengan sempurna. Jika tingkat racunnya tidak cukup banyak, ikannya tidak akan terbius.

Setelah mendengar ucapan Wira, semua orang pun buru-buru menangkap ikan.

Hasil yang mereka peroleh sangat banyak. Ikan besar memenuhi sepuluh ember kayu, sedangkan ikan kecil diikat ke empat batang kayu panjang dengan tumbuhan merambat.

Wira pun mulai membagi hasil. “Paman Hasan, Danu, Doddy, Sony, aku bakal jual ikan besar untuk bayar utang. Ikan kecilnya untuk kalian. Gimana?”

Sony buru-buru mengangguk.

Jumlah ikan kecil yang mereka dapatkan hari ini setidaknya ada di atas 50 kilogram. Jika dibagi, satu orang bisa mendapatkan sekitar 10-15 kilogram. Penghasilan ini sangat besar.

Namun, Hasan malah menggeleng dan berkata, “Jangan, meski ikan kecil nggak bernilai, kamu juga bisa menghasilkan paling nggak 200-300 gabak dari ikan sebanyak ini. Utangmu itu 40 ribu gabak! Meski semua ikan besarnya terjual habis, belum tentu juga kamu bisa kumpul cukup uang!”

Doddy juga melambaikan tangannya dan berkata dengan bangga, “Kak Wira, jual saja ikan kecilnya. Dua ikan besar yang kamu kasih kemarin juga jual saja. Dengan cara menangkap ikan ini, kelak kita nggak perlu takut nggak dapat makan ikan lagi!”

Danu juga mengangguk setuju, lalu menatap Sony.

Sony mencibir, “Oke, tapi aku harus bawa dua ekor ikan pulang ke rumah. Tadi pagi aku sudah curi telur kakak iparku, kalau aku nggak bawa apa-apa pulang, dia bahkan nggak bakal kasih aku tidur di kandang sapi.”

Setelah mendengar ucapan Sony, Doddy tertawa terbahak-bahak. Hasan dan Danu juga menahan tawa mereka.

Sekarang, Sony tinggal di rumah Surya. Biasanya saat meminta makan, dia akan selalu direpeti kakak iparnya dulu. Malamnya, dia juga hanya bisa tidur di kandang sapi. Jadi gelandangan memang terlihat bebas, tetapi sebenarnya sangat menderita.

“Nggak masalah. Ikan yang tersisa juga sekalian dijual saja besok. Nanti aku pasti bagi-bagi penghasilannya!”

Wira tersenyum dan mengubah topiknya, “Tapi besok, aku harus nyusahin kalian buat jual ikannya bareng lagi!”

Dusun Darmadi berjarak sekitar 20 kilometer dari ibu kota provinsi, jalannya juga sangat tidak rata. Wira tidak mungkin sanggup membawa ikan yang beratnya puluhan kilogram ke kota sendirian.

Setelah mendengar ucapan Wira, Hasan mengerutkan keningnya dan berkata, “Kita itu toh kerabat, ngapain begitu sungkan. Nanti malam, aku pergi pinjam gerobak. Sebelum fajar, kita sudah harus berangkat biar bisa jual ikannya dengan harga yang bagus!”

Kemudian, Wira berkata lagi, “Untuk sementara, jangan kasih tahu orang lain dulu soal cara tangkap ikan ini. Aku sudah punya rencana.”

Hasan mengangguk. “Aku ngerti. Rumput dan ikan di sungai juga terbatas. Makin banyak yang tahu, ikan yang bisa kita tangkap juga bakal makin dikit dan sulit!”

Sony juga mengingatkan, “Paman Hasan, aku nggak bakal kasih tahu kakakku, tapi kamu juga jangan kasih tahu Bibi Hani. Kalau nggak, nanti kakakku kasih tahu kakak iparku, terus Bibi Hani juga bisa kasih tahu keluarganya. Dengan begitu, teknik rahasia ini pasti bakal cepat tersebar! Biarpun kita bisa tetap tangkap ikan, harganya juga nggak bakal tinggi lagi. Cara tangkap ikan ini nggak boleh tersebar! Kalau kita bisa kerja begini 2-3 tahun, kita sudah bisa kaya!”

Setelah mendengar ucapan Sony, mata Danu dan Doddy langsung berbinar.

Kalau sudah kaya, mereka sudah bisa menggaji orang untuk kerja. Lagi pula, mereka juga tidak perlu takut kelaparan lagi.

Hasan mengangguk. “Kita berlima boleh kerja sama. Tapi ini teknik rahasia yang diajari Wira. Jadi, dia harus dapat keuntungan yang lebih banyak dari kita!”

Sony mengangguk setuju.

Wira memang tidak begitu banyak bekerja, tetapi ini adalah teknik rahasianya. Tanpa teknik rahasia ini, kekuatan mereka berempat juga tidak akan berguna.

Hasan berkata lagi, “Habis jual ikannya dan bayar utang, kamu lanjut belajar saja! Jangan khawatir, kami bakal tetap kasih kamu keuntungan besar dari hasil tangkap ikan. Tapi, dengan jadi pejabat baru bisa menghormati leluhur!”

Danu, Doddy, dan Sony memandang Wira dengan kagum.

Dari beberapa dusun di sekitar, Wira adalah satu-satunya pelajar yang berpeluang menjadi pejabat.

Meskipun teknik rahasia menangkap ikan ini sangat menguntungkan, bertani tetap merupakan mata pencaharian utama mereka.

Setelah mendengar perkataan mereka, Wira hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun.

Kelima orang itu pun membawa ikan yang mereka tangkap kembali ke dusun.

Baru berjalan tidak lama, Wira sudah berhenti karena rasa sakit tak tertahankan yang datang dari kedua bahunya.

Doddy pun langsung mengangkat ember yang diangkat Wira sebelumnya. Dia bisa mengangkat empat ember sendirian dan tetap berjalan dengan cepat.

Setelah kelima orang itu sampai ke Dusun Darmadi, semua warga dusun pun gempar melihat bawaan mereka dan mulai mengerumuni mereka.

“Banyak banget ikannya?”

“Pasti bisa hasilkan banyak uang, ‘kan?”

“Rumah, istri dan tanah Wira sudah terselamatkan!”

“Belum tentu! Utangnya 40 ribu gabak. Cuman jual ikan-ikan ini saja belum tentu cukup!”

“Gimana cara kalian tangkap ikan sebanyak ini?”

Semua warga dusun sangat iri. Ada yang membicarakan soal utang Wira, ada juga yang mencari tahu tentang teknik rahasia menangkap ikan.

Cara menangkap ikan tradisional adalah dengan menjala atau memancing.

Jika menangkap ikan menggunakan jala, jala yang dibuat dari tali rami gampang rusak setelah lama terendam air. Jadi, para nelayan biasanya masih harus menghabiskan banyak waktu untuk mengeringkan jala sebelum bisa menggunakannya lagi. Mereka sudah merasa beruntung apabila bisa mendapatkan beberapa ekor ikan dalam sehari.

Sementara jika menangkap ikan dengan cara memancing, tali pancingnya kurang kuat. Saat memancing ikan besar, talinya mudah putus. Jadi, cara memancing hanya bisa digunakan untuk menangkap ikan kecil.

Dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan warga, kelima orang itu hanya tersenyum tanpa menjawab.

“Wira, kalau sudah dapat begitu banyak ikan, bagi-bagi ke warga dong! Sungai Jinggu itu sungai kita semua. Kamu nggak boleh egois!”

Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjalan mendekat dengan pelan.

Pria tua ini mempunyai pipi tirus, mata sipit dan juga berjenggot. Dia memakai jubah panjang berwarna putih dan topi kain. Penampilannya terlihat berbeda dari warga dusun lainnya, lebih mirip dengan seorang pelajar.

Pria tua ini adalah Agus Darmadi, pemimpin Dusun Darmadi. Dia merupakan orang kaya yang mempunyai sekitar 20 hektar tanah.

“Benar! Ayo bagi seekor ikan buat tiap keluarga!”

Setelah mendengar ucapan pria tua itu, ada beberapa warga dusun yang juga setuju meski tidak banyak.

Wira memang menangkap banyak ikan, tetapi dia juga mempunyai utang 40 ribu gabak. Uang dari penjualan semua ikan ini juga belum tentu cukup untuk membayar utang.

Wira menatap Agus sambil mengerutkan keningnya.

Agus sudah belajar selama 40 tahun, tetapi dia bahkan tidak lulus ujian menjadi pelajar. Sementara pemilik tubuh sebelumnya sudah lulus ujian menjadi pelajar pada umur 15 tahun. Hal ini sudah membuat Agus merasa malu.

Oleh karena itu, Agus selalu menjelek-jelekkan pemilik tubuh sebelumnya. Apalagi dalam tiga tahun terakhir, Agus sudah sering mengarang cerita untuk memfitnah pemilik tubuh sebelumnya.

Setelah mengamati suasananya, Hasan berbisik pada Wira, “Pak Agus memang suka ambil keuntungan. Kasih saja dia dua ekor ikan kecil supaya dia pergi. Jangan sampai dia menghasut semua orang dan kalian jadi ribut. Nanti reputasimu bisa hancur!”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
elfan Dina
mantab novel nya ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 6

    Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan.""Dasar anak tak tahu diri!”Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Wira pun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 7

    “Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2688

    Delon berpikir jika Senia benar-benar akan turun tangan, tidak mungkin mengutusnya dan Raja Kresna yang datang ke sini. Namun, sekarang dia malah menggali kuburan untuk diri sendiri dan bahkan melompat ke dalamnya. Benar-benar bodoh.Raja Kresna yang duduk di samping juga menggelengkan kepala dan berpikir mengapa ada orang sebodoh ini di dunia. Benar-benar sangat bodoh.Wira menatap Delon dengan tajam. Melihat Delon yang ragu-ragu, dia kembali berkata, "Bagaimana? Apa kamu nggak mau?"Delon secara refleks menganggukkan kepala.Wira tetap menatap Delon yang berada di depannya dan berkata, "Kalau ibumu nggak datang, sepertinya nggak ada yang bisa membelamu lagi. Kamu mungkin belum tahu, tapi adikku ini juga termasuk keluarga bangsawan. Kedudukanku dan ibumu sejajar. Kamu adalah anak ibumu, sedangkan dia adalah adikku. Jadi, kedudukan kalian berdua itu setara.""Begini saja. Kalau kamu merasa nggak adil, kamu boleh melampiaskan amarahmu itu padanya. Nggak peduli bagaimana caramu menghadap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2687

    Saat ini, Wira memang sudah menyiapkan perjamuan di aula utama. Begitu Wira dan Raja Kresna masuk, perjamuan pun dimulai dan mereka mulai minum bersama-sama.Tanpa perlu saling berdiskusi, Wira dan Raja Kresna sudah inisiatif untuk mengabaikan Delon. Lagi pula, Raja Kresna juga cerdas, dia tahu jelas kelakuan Delon pasti sudah membuat Wira kesal. Jika saat ini dia masih membawa Delon di sampingnya, itu sama saja dengan mencari masalah. Lebih baik dia minum bersama Wira, mungkin saja masih ada peluang untuk membalik keadaannya.Raja Kresna tetap ingat dengan tujuannya datang ke sini adalah untuk membawa Dahlan kembali. Jika tidak berhasil, Senia pasti akan mempersulitnya setelah dia kembali ke Kerajaan Agrel nanti. Ditambah lagi, ada guru agung yang terus mengawasinya."Wira, anak buahmu memukulku. Apa yang akan kamu lakukan soal ini?" Tepat saat Wira dan Raja Kresna sedang menikmati minumannya, terlihat Delon yang berlari masuk dengan tergesa-gesa.Saat para pengawal segera masuk dan h

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2686

    Melihat Agha yang tidak sedang bercanda, Delon akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lembut. Selama masih hidup, dia yakin suatu hari nanti dia bisa membalas dendamnya. Jika dia terus membantah Agha, dia khawatir nyawanya akan melayang. Asalkan bisa lolos, suatu hari nanti pasti akan ada cara untuk memberi pelajaran pada Agha dan memulihkan harga dirinya.Melihat Delon sudah tunduk, Lucy baru mendekat dan berkata, "Sudahlah. Kalau dia sudah tahu kesalahannya, nggak perlu mempermasalahkannya lagi. Sebagai tuan rumah, kita harus lebih menjaga sikap."Mendengar perkataan Lucy, Agha baru menarik kembali kakinya dengan enggan dan berteriak, "Cepat pergi!"Delon terus menganggukkan kepala, lalu segera pergi dari sana tanpa menoleh sedikit pun."Kali ini kamu menanganinya dengan baik," kata Lucy sambil tersenyum setelah Delon pergi.Agha menggaruk kepalanya dengan canggung dan berkata, "Kalau nanti Kak Wira tahu tentang hal ini, dia pasti akan menyalahkanku lagi, 'kan?"Meskipun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2685

    "Kamu berani mengancamku?" kata Delon yang menggertakkan gigi dengan marah dan menatap Lucy dengan ganas. Selain ibunya, tidak ada yang berani berbicara seperti itu padanya di seluruh Kerajaan Agrel. Lucy ini juga hanya kaki tangan Wira, tetapi sudah berani meremehkannya.Saat Delon hendak meledak, terdengar suara dengan nada dingin dari belakang."Nona Lucy, siapa ini? Kenapa dia berteriak-teriak di sini? Tadi sepertinya aku dengar dia menyebut nama kakakku," kata Agha.Delon langsung menoleh dan menatap Agha dari atas sampai bawah. Melihat Agha yang mengenakan pakaian kasar, dia pun tertawa dingin. "Aku dengar sembilan provinsi adalah tanah yang makmur, tapi kenapa orang-orang Wira malah berpakaian seperti ini? Kalau kamu nggak muncul di kediaman jenderal, aku akan mengira kamu ini pengemis. Benar-benar memalukan!"Mendengar perkataan itu, ekspresi Agha langsung berubah karena orang ini menghinanya. Tak lama kemudian, dia maju dua langkah dan langsung meninju wajah Delon.Delon meman

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2684

    Saat itu, Senia bahkan bersiap untuk menyerang Dataran Tengah, sehingga semua orang tidak memiliki kesan baik terhadapnya. Namun, dia adalah tamu dan Wira sendiri yang menyambut, mereka juga tidak berkata apa-apa dan hanya bisa melihat situasinya.Di bawah tatapan semua orang, Wira dan yang lainnya segera memasuki kediaman jenderal.Begitu masuk, Delon baru keluar dari kereta. Setelah melirik Wira, dia bertanya dengan ekspresi yang tetap angkuh, "Di mana adikku?"Meskipun mendengar perkataan Delon, Wira tidak menghiraukannya seolah-olah perkataan Delon hanya angin saja. Dia memang tidak menyandang gelar raja, tetapi dia adalah penguasa dua provinsi juga dan seseorang yang berpengaruh. Bahkan raja dari Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan bahkan Senia sendiri pun tidak berani berbicara dengan sikap seperti ini di hadapannya.Namun, Delon yang hanya seorang pangeran saja pun berani meremehkan dan bahkan berani memerintah Wira. Benar-benar tidak tahu diri.Lucy yang berdiri di samping Wi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2683

    Wira membalas, "Nggak perlu. Bagaimanapun juga, ini adalah Provinsi Yonggu. Kamu sendiri juga sudah bilang Raja Kresna ini selalu berhati-hati. Meskipun benar-benar ada orang-orang itu di sekitarnya, dia juga nggak berani macam-macam. Kalau kita terlalu menyelidiki mereka, malah akan membuat kita yang terlihat kurang baik.""Karena mereka sudah datang sebagai tamu, siapkan semuanya sekarang. Kita akan pergi menyambut mereka."Setelah memberikan beberapa instruksi dan berganti pakaian, Wira mengikuti Lucy keluar.Satu jam kemudian, rombongan perlahan-lahan mendekat di luar gerbang kota. Ada seseorang yang menunggang kuda di depan rombongan itu. Meskipun usia orang itu sudah lima puluhan tahun, dia tetap terlihat gagah perkasa. Dia adalah Raja Kresna yang terkenal."Sudah lama nggak jumpa, Raja Kresna masih berwibawa seperti dulu. Ratu Senia bisa punya jenderal sepertimu di sisinya, pantas saja dia bisa begitu tenang," puji Wira yang maju sambil tersenyum.Raja Kresna yang cerdik segera

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2682

    Jika bukan karena bantuan Wira, Senia juga tidak akan berhasil mendapatkan tanda tangan untuk perjanjian empat wilayah itu. Dilihat dari sudut pandang tertentu, semua wilayah kekuasaannya terletak di wilayah tandas di utara meskipun dia menguasai satu wilayah. Istana utama Kerajaan Agrel juga berada di utara, sehingga tidak terancam ataupun terpengaruh oleh sembilan provinsi.Ada perbedaan besar antara suku-suku di utara dan wilayah tandus di utara. Wilayah suku di utara sangat kecil, sehingga mereka langsung tunduk dengan patuh begitu ditekan Wira. Namun, wilayah tandus di utara sangat luas dan Wira sangat memahami hal itu.Inilah alasan utama mengapa selama ini dia lebih memilih untuk berdamai daripada berperang dengan Kerajaan Agrel. Jika benar-benar terjadi pertempuran, dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun juga. Tidak peduli siapa pun yang menjadi penguasa Kerajaan Agrel, hasilnya tetap sama."Tuan, kali ini yang datang bukan Senia, tapi putra sulungnya, Delon," kata Lucy

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2681

    Di dalam kediaman jenderal. Melihat tumpukan laporan di atas meja, Wira merasa kepalanya agak sakit.Saat berada di Provinsi Lowala, Wira tidak perlu mengkhawatirkan dan ikut campur pada hal-hal ini dan bahkan tidak perlu ikut campur. Dengan adanya Osmaro dan yang lainnya, dia bisa menjadi pemimpin yang lepas tangan. Selama ini, dia tetap tinggal di Provinsi Yonggu hanya untuk membantu Danu menstabilkan situasinya.Danu adalah seorang prajurit, tentu saja ahli dalam memimpin pasukan dan bertarung di medan perang. Dia bahkan bisa memimpin dengan bijaksana dan memiliki keberanian yang luar biasa. Namun, untuk urusan administrasi, dia tidak begitu ahli. Oleh karena itu, Wira tetap tinggal di sana untuk memberikannya sedikit bantuan.Namun, Wira tidak menyangka akan terjadi bencana banjir tepat pada saat seperti ini. Mungkin saja, ini memang sudah takdirnya. Jika dia tidak berada di Provinsi Yonggu, saat ini Danu pasti sudah tak berdaya dan memimpin pasukannya untuk menekan pemberontakan p

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2680

    Senia segera menyahut, "Coba beri tahu aku apa keuntungannya kalau Raja Kresna menemui Wira?"Senia seketika menjadi berminat."Sebenarnya sederhana saja. Aku tahu Ratu mencemaskan Raja Kresna, Raja Ararya, dan Raja Tanuwi. Raja Byakta sudah disingkirkan, tapi ketiga orang ini masih memiliki kekuasaan besar.""Selama masih ada Ratu, mereka tentu nggak berani bertindak sembarangan. Tapi, kalau Ratu menyerahkan takhta kepada salah satu pangeran, pangeran mungkin akan kesulitan menahan mereka.""Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Raja Kresna. Gimana menurutmu?"Harus diakui bahwa ini adalah ide yang sangat kejam. Guru Agung ingin memanfaatkan Wira untuk menyingkirkan Raja Kresna."Kalau Raja Kresna benar-benar mengalami masalah di Provinsi Yonggu dan kabar ini tersebar, sepertinya seluruh rakyat Kerajaan Agrel akan menganggap Wira sebagai musuh. Benar, 'kan? Lagi pula, semua orang di Kerajaan Agrel adalah pejuang sejati," jelas Guru Agung.Seketika, Senia mema

DMCA.com Protection Status