Share

Bab 5

Penulis: Arif
Sony berdiri di depan pintu rumah Wira dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.

Wira yang melihatnya pun bertanya, “Ngapain kamu berdiri di sini?”

Danu dan Doddy langsung melangkah keluar untuk mengepung Sony.

Mereka merasa Sony yang pagi-pagi datang ke rumah Kak Wira pasti berniat jahat!

Sony langsung terkejut dan buru-buru mundur. Dia berkata, “A ... aku ingin makan ikan!”

Si Sony ini benar-benar tidak tahu malu. Wira menggeleng, lalu menjawab, “Kamu datang terlambat, ikannya sudah habis!”

Sony berkata dengan cemberut, “Nanti malam masih ada, ‘kan? Asal bisa makan ikan, aku nggak masalah harus ikut banu gali rumput seharian!”

Saat berkeliaran semalam, Sony menemukan bahwa keluarga Wira dan keluarga Hasan sudah makan ikan.

Saat berkeliaran pagi ini, dia menemukan keluarga Wira makan ikan lagi bersama Hasan dan kedua putranya.

Setelah memikirkan keuntungan yang dikatakan Wira kemarin, Sony akhirnya mengerti apa yang sudah dilewatkannya. Dia sudah kehilangan dua kesempatan untuk makan ikan!

Wira berpikir sejenak, lalu berkata, “Kalau gitu, kamu harus dapatkan dua telur ayam dulu!”

Di pedesaan, ada banyak orang yang beternak ayam. Namun, mereka biasanya akan menyimpan telur untuk dijual. Mendapatkan dua biji telur bukanlah hal yang mudah.

“Oke!”

Sony langsung berbalik untuk pergi.

Setelah Sony pergi, Hasan langsung mengingatkan Wira, “Wira, telur itu cuman alasan untuk mempersulit Sony, ‘kan? Tapi orang itu benar-benar nggak tahu malu, dia mungkin bisa mendapatkan telurnya. Kalau dia juga bergabung sama kita, aku takut dia bakal bocorin teknik rahasia menangkap ikan.”

Namun, Wira malah menjawab dengan tenang, “Paman Hasan, aku butuh telur untuk tangkap ikan. Kalau dia benar-benar bisa mendapatkannya, biarkan saja dia bergabung sama kita. Toh kalau banyak orang, kerjaannya juga bisa cepat selesai!”

Menangkap ikan hanyalah masa transisi, Wira tidak berharap untuk melakukan ini selamanya.

Setelah selesai berbicara, keempat orang itu pun berangkat kerja.

Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan perempuan dari rumah Surya, “Sony! Dasar gelandangan yang cuman tahu santai-santai! Aku sudah urus makan dan minummu tiap hari, tapi kamu malah berani curi telurku! Kalau kamu hebat, jangan pulang ke rumah ini lagi! Kalau nggak, aku bakal patahkan kakimu!”

“Hehe, telurnya sudah dapat! Kalau bisa bergabung sama grup penangkap ikan Wira, nanti malam aku sudah bisa makan ikan!”

Sony berlari ke luar Dusun Darmadi untuk mencari Wira sambil membawa telur yang dia curi.

Dengan mendapatkan dua biji telur itu, Sony pun secara resmi bergabung dengan grup penangkap ikan Wira.

Pekerjaan mereka hari ini dimulai dari menggali rumput. Hasan, Danu, Doddy dan Sony bertugas untuk menggali rumput. Sementara Wira bertugas untuk mencuci rumput, lalu menghaluskannya di lesung batu.

Berhubung kerja Wira sangat lambat, tugas itu pun diambil alih oleh Danu dan Doddy.

Saat mereka bekerja sampai setengah, ada banyak penduduk dusun yang mengerumuni mereka karena penasaran. Namun, mereka hanya menonton sebentar dan langsung pergi setelah bosan.

Makan siang mereka adalah serabi sisa sarapan tadi. Hal ini membuat Sony yang ingin makan ikan menjadi sedikit kecewa.

Setelah sibuk sampai sore, mereka berlima pun menjinjing sepuluh ember yang berisi serpihan rumput ke pinggir Sungai Jinggu.

Setelah mendapat wilayah perairan yang dalam dan mempunyai banyak ikan, Wira pun memecahkan telur ke dalam tepung kedelai. Setelah itu, dia mengaduk adonan hingga rata dan menuangkannya ke dalam sungai.

Hasan dan yang lainnya sangat menyayangkan bahan yang digunakan Wira. Mereka biasanya bahkan tidak rela memakan mi telur, sekarang adonan itu malah dibuang begitu saja ke dalam sungai. Wira memang benar-benar boros!

Namun, dengan adanya telur sebagai umpan, ikan yang berenang ke arah umpan pun menjadi makin banyak!

Danu dan Doddy mendengar perintah Wira untuk menuangkan seluruh serpihan rumput ke dalam sungai.

Tidak lama kemudian, seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, seekor demi seekor ikan pun mengapung.

Keempat orang selain Wira langsung bersemangat dan kegirangan.

Ternyata teknik rahasia Wira menangkap ikan begitu mudah dan berguna.

“Cepat tangkap ikannya! Kalau biusnya sudah habis, mereka bisa berenang lagi!” ujar Wira dengan buru-buru.

Rumput yang digunakan Wira adalah rumput pembius ikan. Rumput ini mengandung racun yang bisa membius ikan apabila digunakan dalam jumlah banyak. Di Kerajaan Nuala, masih belum ada yang menyadari kegunaan rumput ini.

Penduduk desa yang mendapatkan rumput pembius ikan biasanya juga akan membuang rumput itu ke dalam air. Namun, rumput yang belum dihancurkan tidak bisa melepaskan racun dengan sempurna. Jika tingkat racunnya tidak cukup banyak, ikannya tidak akan terbius.

Setelah mendengar ucapan Wira, semua orang pun buru-buru menangkap ikan.

Hasil yang mereka peroleh sangat banyak. Ikan besar memenuhi sepuluh ember kayu, sedangkan ikan kecil diikat ke empat batang kayu panjang dengan tumbuhan merambat.

Wira pun mulai membagi hasil. “Paman Hasan, Danu, Doddy, Sony, aku bakal jual ikan besar untuk bayar utang. Ikan kecilnya untuk kalian. Gimana?”

Sony buru-buru mengangguk.

Jumlah ikan kecil yang mereka dapatkan hari ini setidaknya ada di atas 50 kilogram. Jika dibagi, satu orang bisa mendapatkan sekitar 10-15 kilogram. Penghasilan ini sangat besar.

Namun, Hasan malah menggeleng dan berkata, “Jangan, meski ikan kecil nggak bernilai, kamu juga bisa menghasilkan paling nggak 200-300 gabak dari ikan sebanyak ini. Utangmu itu 40 ribu gabak! Meski semua ikan besarnya terjual habis, belum tentu juga kamu bisa kumpul cukup uang!”

Doddy juga melambaikan tangannya dan berkata dengan bangga, “Kak Wira, jual saja ikan kecilnya. Dua ikan besar yang kamu kasih kemarin juga jual saja. Dengan cara menangkap ikan ini, kelak kita nggak perlu takut nggak dapat makan ikan lagi!”

Danu juga mengangguk setuju, lalu menatap Sony.

Sony mencibir, “Oke, tapi aku harus bawa dua ekor ikan pulang ke rumah. Tadi pagi aku sudah curi telur kakak iparku, kalau aku nggak bawa apa-apa pulang, dia bahkan nggak bakal kasih aku tidur di kandang sapi.”

Setelah mendengar ucapan Sony, Doddy tertawa terbahak-bahak. Hasan dan Danu juga menahan tawa mereka.

Sekarang, Sony tinggal di rumah Surya. Biasanya saat meminta makan, dia akan selalu direpeti kakak iparnya dulu. Malamnya, dia juga hanya bisa tidur di kandang sapi. Jadi gelandangan memang terlihat bebas, tetapi sebenarnya sangat menderita.

“Nggak masalah. Ikan yang tersisa juga sekalian dijual saja besok. Nanti aku pasti bagi-bagi penghasilannya!”

Wira tersenyum dan mengubah topiknya, “Tapi besok, aku harus nyusahin kalian buat jual ikannya bareng lagi!”

Dusun Darmadi berjarak sekitar 20 kilometer dari ibu kota provinsi, jalannya juga sangat tidak rata. Wira tidak mungkin sanggup membawa ikan yang beratnya puluhan kilogram ke kota sendirian.

Setelah mendengar ucapan Wira, Hasan mengerutkan keningnya dan berkata, “Kita itu toh kerabat, ngapain begitu sungkan. Nanti malam, aku pergi pinjam gerobak. Sebelum fajar, kita sudah harus berangkat biar bisa jual ikannya dengan harga yang bagus!”

Kemudian, Wira berkata lagi, “Untuk sementara, jangan kasih tahu orang lain dulu soal cara tangkap ikan ini. Aku sudah punya rencana.”

Hasan mengangguk. “Aku ngerti. Rumput dan ikan di sungai juga terbatas. Makin banyak yang tahu, ikan yang bisa kita tangkap juga bakal makin dikit dan sulit!”

Sony juga mengingatkan, “Paman Hasan, aku nggak bakal kasih tahu kakakku, tapi kamu juga jangan kasih tahu Bibi Hani. Kalau nggak, nanti kakakku kasih tahu kakak iparku, terus Bibi Hani juga bisa kasih tahu keluarganya. Dengan begitu, teknik rahasia ini pasti bakal cepat tersebar! Biarpun kita bisa tetap tangkap ikan, harganya juga nggak bakal tinggi lagi. Cara tangkap ikan ini nggak boleh tersebar! Kalau kita bisa kerja begini 2-3 tahun, kita sudah bisa kaya!”

Setelah mendengar ucapan Sony, mata Danu dan Doddy langsung berbinar.

Kalau sudah kaya, mereka sudah bisa menggaji orang untuk kerja. Lagi pula, mereka juga tidak perlu takut kelaparan lagi.

Hasan mengangguk. “Kita berlima boleh kerja sama. Tapi ini teknik rahasia yang diajari Wira. Jadi, dia harus dapat keuntungan yang lebih banyak dari kita!”

Sony mengangguk setuju.

Wira memang tidak begitu banyak bekerja, tetapi ini adalah teknik rahasianya. Tanpa teknik rahasia ini, kekuatan mereka berempat juga tidak akan berguna.

Hasan berkata lagi, “Habis jual ikannya dan bayar utang, kamu lanjut belajar saja! Jangan khawatir, kami bakal tetap kasih kamu keuntungan besar dari hasil tangkap ikan. Tapi, dengan jadi pejabat baru bisa menghormati leluhur!”

Danu, Doddy, dan Sony memandang Wira dengan kagum.

Dari beberapa dusun di sekitar, Wira adalah satu-satunya pelajar yang berpeluang menjadi pejabat.

Meskipun teknik rahasia menangkap ikan ini sangat menguntungkan, bertani tetap merupakan mata pencaharian utama mereka.

Setelah mendengar perkataan mereka, Wira hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun.

Kelima orang itu pun membawa ikan yang mereka tangkap kembali ke dusun.

Baru berjalan tidak lama, Wira sudah berhenti karena rasa sakit tak tertahankan yang datang dari kedua bahunya.

Doddy pun langsung mengangkat ember yang diangkat Wira sebelumnya. Dia bisa mengangkat empat ember sendirian dan tetap berjalan dengan cepat.

Setelah kelima orang itu sampai ke Dusun Darmadi, semua warga dusun pun gempar melihat bawaan mereka dan mulai mengerumuni mereka.

“Banyak banget ikannya?”

“Pasti bisa hasilkan banyak uang, ‘kan?”

“Rumah, istri dan tanah Wira sudah terselamatkan!”

“Belum tentu! Utangnya 40 ribu gabak. Cuman jual ikan-ikan ini saja belum tentu cukup!”

“Gimana cara kalian tangkap ikan sebanyak ini?”

Semua warga dusun sangat iri. Ada yang membicarakan soal utang Wira, ada juga yang mencari tahu tentang teknik rahasia menangkap ikan.

Cara menangkap ikan tradisional adalah dengan menjala atau memancing.

Jika menangkap ikan menggunakan jala, jala yang dibuat dari tali rami gampang rusak setelah lama terendam air. Jadi, para nelayan biasanya masih harus menghabiskan banyak waktu untuk mengeringkan jala sebelum bisa menggunakannya lagi. Mereka sudah merasa beruntung apabila bisa mendapatkan beberapa ekor ikan dalam sehari.

Sementara jika menangkap ikan dengan cara memancing, tali pancingnya kurang kuat. Saat memancing ikan besar, talinya mudah putus. Jadi, cara memancing hanya bisa digunakan untuk menangkap ikan kecil.

Dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan warga, kelima orang itu hanya tersenyum tanpa menjawab.

“Wira, kalau sudah dapat begitu banyak ikan, bagi-bagi ke warga dong! Sungai Jinggu itu sungai kita semua. Kamu nggak boleh egois!”

Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjalan mendekat dengan pelan.

Pria tua ini mempunyai pipi tirus, mata sipit dan juga berjenggot. Dia memakai jubah panjang berwarna putih dan topi kain. Penampilannya terlihat berbeda dari warga dusun lainnya, lebih mirip dengan seorang pelajar.

Pria tua ini adalah Agus Darmadi, pemimpin Dusun Darmadi. Dia merupakan orang kaya yang mempunyai sekitar 20 hektar tanah.

“Benar! Ayo bagi seekor ikan buat tiap keluarga!”

Setelah mendengar ucapan pria tua itu, ada beberapa warga dusun yang juga setuju meski tidak banyak.

Wira memang menangkap banyak ikan, tetapi dia juga mempunyai utang 40 ribu gabak. Uang dari penjualan semua ikan ini juga belum tentu cukup untuk membayar utang.

Wira menatap Agus sambil mengerutkan keningnya.

Agus sudah belajar selama 40 tahun, tetapi dia bahkan tidak lulus ujian menjadi pelajar. Sementara pemilik tubuh sebelumnya sudah lulus ujian menjadi pelajar pada umur 15 tahun. Hal ini sudah membuat Agus merasa malu.

Oleh karena itu, Agus selalu menjelek-jelekkan pemilik tubuh sebelumnya. Apalagi dalam tiga tahun terakhir, Agus sudah sering mengarang cerita untuk memfitnah pemilik tubuh sebelumnya.

Setelah mengamati suasananya, Hasan berbisik pada Wira, “Pak Agus memang suka ambil keuntungan. Kasih saja dia dua ekor ikan kecil supaya dia pergi. Jangan sampai dia menghasut semua orang dan kalian jadi ribut. Nanti reputasimu bisa hancur!”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
elfan Dina
mantab novel nya ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 6

    Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan.""Dasar anak tak tahu diri!”Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Wira pun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 7

    “Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 11

    Lestari dan Suryadi buru-buru keluar. Mereka melihat Wira mengangkat panci itu, lalu menuangkan campuran cairan gula dan lumpur kuning ke dalam corong yang dilapisi jerami.“Ayah, lihat!” ujar Lestari dengan cemberut.Suryadi juga melihat situasinya dengan kaget.Larutan gula itu mengalir turun melalui corong dan mulai terpisah.Tidak lama kemudian, bagian atas mengkristal menjadi gula putih, bagian tengah membentuk gula cokelat dan bagian paling bawah adalah ampas gula mentah.“Gula cokelat dan gula putih!” seru Lestari dengan terkejut.Harga gula mentah paling murah, 100 gabak per setengah kilo, sedangkan harga gula cokelat 300 gabak per setengah kilo. Di pasar, belum ada yang menjual gula putih.Perbandingan warna lapisan gula itu adalah 50% gula putih, 30% gula cokelat dan 20% ampas gula mentah.Dengan perbandingan seperti itu, gula cokelat yang didapat sudah bisa menutupi modal gula mentah. Sementara penjualan gula putih sudah benar-benar murni keuntungan.Suryadi, Hasan, Danu dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 12

    Kusir mengeluarkan sebuah balok penumpu dan menyuruh Lestari turun terlebih dahulu. Kemudian, dia baru memapah Wira untuk turun dari kereta. Danu dan Sony mengeluarkan dua kotak cendana dari dalam kereta.Saat melihat keempat orang itu memasuki toko, pegawai toko pun menyambut mereka dengan ramah, “Tuan, apa yang bisa aku bantu?”Setelah melihat reaksi pegawai toko, Danu dan Sony langsung mengerti maksud Wira menyuruh mereka berganti pakaian.Tadi pagi saat mereka berempat mau membeli barang, mereka bahkan sudah diusir terlebih dahulu sebelum mengatakan apa-apa. Sekarang, setelah melihat pakaian mereka, pegawai toko malah langsung bersikap sangat ramah.Wira berkata dengan penuh percaya diri, “Aku datang untuk cari pemilik toko, suruh dia keluar!”“Namaku Hendra Sutedja. Siapa namamu? Untuk apa kamu kemari?”Hendra Sutedja, tuan ketiga keluarga Sutedja yang gemuk itu berjalan turun dari lantai dua. Dia mengamati Wira terlebih dahulu, lalu melirik Lestari, Danu dan Sony. Kemudian, seula

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 13

    “Simpan uangnya!”Wira sama sekali tidak melirik uang di dalam kotak itu. Dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya. “Transaksi kita sudah selesai. Aku pamit dulu!”Danu menerima kotak itu, sedangkan Lestari dan Sony berjalan di belakangnya.“Wira, tunggu dulu!” Hendra langsung mengejarnya dan bertanya, “Kapan kamu bisa sediakan gula kristal ini lagi?”“Itu tergantung keberuntunganku!” Wira berkata sambil mengangkat alisnya, “Gula kristal pada dasarnya memang langka. Pedagang dari Wilayah Barat harus melalui wilayah bangsa Agrel sebelum sampai di Kerajaan Nuala, sedangkan wilayah bangsa Agrel sangat berbahaya. Entah kapan mereka bakal datang lagi. Mungkin tiga bulan, mungkin juga setahun. Jadi, aku juga nggak bisa pastikan waktunya.”“Oh!” Hendra berkata dengan hormat, “Kulihat kamu sangat berwibawa, kamu pasti berasal dari keluarga besar, ‘kan? Apa kamu itu anak keluarga Darmadi dari Kota Nagari?”Kota Nagari juga merupakan kota pusat pemerintahan. Jaraknya sekitar 150 kilometer

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2958

    Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2957

    "Api unggun ini masih hangat, berarti mereka masih belum pergi terlalu lama. Kita juga datang dengan menunggang kuda, mereka mungkin sudah menyadari kedatangan kita. Tapi, meskipun mereka hebat, mereka juga nggak mungkin bisa berlari secepat itu. Mana mungkin nggak ada jejak mereka di sekitar sini," kata pria itu.Pria itu terus berjalan mondar-mandir dan sesekali mengetuk kepalanya sendiri, entah apa yang sedang dipikirkannya.Semua orang berdiri dengan rapi di belakang pria itu. Kelihatan jelas, mereka sudah dilatih secara profesional dan pasti adalah pasukan elite di wilayah barat. Namun, alasan mereka tiba-tiba datang ke sini masih menjadi misteri dan ini juga yang masih dipikirkan Wira.Namun, Wira merasa sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal ini. Prioritas mereka sekarang adalah mencari cara untuk melarikan diri dari sana secepat mungkin. Ini adalah keputusan terbaik."Jenderal, kami menemukan beberapa mayat di sini dan pakaian mereka sudah dilepas. Sepertinya mereka adalah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2956

    Sementara itu, Dwija yang berdiri di samping menyilangkan tangannya dan berkata, "Masih perlu dipikirkan lagi? Ini pasti ulah guru agung di samping Senia itu. Sekarang kita sudah datang ke wilayah barat ini, ini adalah wilayah kekuasaannya. Setelah tiba di sini, kita tentu saja selalu berada di bawah kendalinya. Kalau benar-benar dia yang bersembunyi di balik ini, situasi kita benar-benar buruk."Wira tidak mengatakan apa-apa, tetapi apa yang dikatakan Dwija memang benar. Jika keadaannya memang demikian, situasi mereka benar-benar buruk. Setiap langkah mereka selanjutnya akan penuh dengan hambatan dan berada di bawah kendali Panji.Agha tiba-tiba berkata, "Kak Wira, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Bukankah kita sebaiknya memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini? Orang-orang ini dilengkapi dengan senjata dan mengenakan zirah juga. Kalau kita melawan mereka, takutnya ...."Meskipun biasanya Agha adalah pria tangguh yang suka langsung berkelahi dengan orang lain, buk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2955

    "Kak Wira, sepertinya ada orang yang datang," kata Agha yang berdiri terlebih dahulu dan menatap ke kejauhan."Kenapa tiba-tiba ada begitu banyak orang yang datang ke tempat terpencil seperti ini? Dilihat dari cara mereka, sepertinya mereka mau berkelahi. Jangan-jangan di wilayah barat ini juga sering terjadi perang?" kata Wira dengan ekspresi serius, lalu segera bangkit dan menatap orang-orang yang terus mendekat itu.Sulit untuk melihat dengan jelas berapa banyak orang yang datang karena jaraknya masih cukup jauh. Namun, didengar dari suara langkah kuda, bisa ditebak jumlah orang yang datang pasti banyak.Melihat semua itu, ekspresi Wira langsung berubah dan secara refleks mundur beberapa langkah. Dia melihat orang-orang di sampingnya dan segera berkata, "Sekarang kita masih nggak tahu maksud kedatangan mereka, sebaiknya kita sembunyi dulu. Mungkin saja mereka bukan datang untuk mencari kita."Semua orang langsung menganggukkan kepala. Menghadapi kerumunan seperti itu, mereka tentu s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2954

    Menjelang fajar, Wira dan yang lainnya baru berhenti untuk beristirahat. Mereka membuat api unggun dan memanggang hasil buruan."Kak Wira, orang-orang ini benar-benar misterius. Mereka sampai tinggal di tempat terpencil seperti ini. Apa mereka sama sekali nggak berhubungan dengan orang luar? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari?" tanya Agha sambil menikmati daging buruannya.Setahu Agha, orang yang biasanya memiliki kemampuan luar biasa tidak akan memilih tinggal di tempat seperti ini, orang itu pasti akan menunjukkan kehebatannya. Bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidupnya juga.Agha tidak mengerti mengapa orang-orang dari Lembah Duka ini memilih untuk tinggal di sini. Dengan kemampuan mereka, mereka bisa berkuasa ke mana pun mereka pergi.Wira malah tersenyum dan berkata, "Orang yang benar-benar bijak biasanya memilih untuk tinggal di tempat terpencil seperti ini dan menenangkan diri. Reputasi dan kekayaan sudah nggak berarti ba

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2953

    Wira langsung menolak keinginan Mutia, tetapi tindakannya ini juga untuk melindungi Mutia. Jika mereka berada di sembilan provinsi, dia tentu saja memiliki banyak tempat untuk menempatkan Mutia. Dia juga bisa membiarkan Mutia untuk melakukan apa pun yang diinginkannya dan bahkan mengizinkan Mutia untuk tetap berada di sisinya. Namun sayangnya, situasi kali ini berbeda.Bagaimanapun juga, ini bukan sembilan provinsi dan bukan wilayah kekuasaannya juga, Wira merasa dia tidak akan bisa melindungi siapa pun. Bahkan dia sendiri pun kesulitan untuk melangkah dengan aman di sini, dia tidak bisa menjanjikan apa pun pada orang lain.Mendengar perkataan Wira, ekspresi Mutia menjadi muram. Dia menggigit bibirnya dengan erat dan bergumam, "Apa aku benar-benar nggak bisa ikut denganmu?"Wira menganggukkan kepalanya dengan tegas.Fahri yang berada di samping juga berkata, "Mutia, kalau Tuan Wira sudah berkata begini, kamu jangan terus merepotkan Tuan Wira lagi. Aku juga bisa melihat Tuan Wira ini ad

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2952

    Ditambah lagi, sekarang Yasa sudah meninggal, setidaknya tidak ada orang di Provinsi Tengah ini yang bisa terus mengancam Fahri dan Mutia.Saat mengungkit masalah ini, Fahri tersenyum dan bergumam, "Aku sudah memikirkannya dengan baik, aku berencana untuk pergi ke tempat lain bersama putriku. Kalau terus tinggal di sini, kami hanya akan makin larut dalam kesedihan saja ...."Wira juga menganggukkan kepala. Bagi Fahri dan Mutia, di sini memang sudah menjadi tempat yang penuh dengan luka. Mereka sudah tinggal di sini selama ini, tetapi sekarang semuanya sudah berubah. Bukan hanya semua anggota keluarga mereka sudah mati, Vila Hijau juga sudah tiada dan sekarang hanya tinggal puing-puing.Untungnya, setidaknya ada satu hal yang termasuk bagus yaitu semua orang mengira semua anggota Keluarga Husain sudah tewas di kobaran api itu. Hanya perlu mengganti identitas dan pindah ke tempat lain, Fahri dan Mutia masih bisa memulai hidup yang baru. Ditambah lagi, mereka masih memiliki begitu banyak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2951

    Fahri juga menyadari dia sudah salah bicara dan memang pertanyaannya tadi terlalu banyak. Dia segera mengalihkan topik pembicaraannya dan buru-buru berkata, "Maaf, aku sudah terlalu banyak bertanya."Wira tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Fahri perlahan-lahan menjelaskan, "Sebenarnya Lembah Duka ini bukan rahasia lagi bagi orang-orang di wilayah barat, tapi katanya orang-orang yang tinggal di dalamnya semuanya punya kemampuan untuk mengendalikan alam dan cuaca. Meskipun aku juga belum pernah melihatnya langsung, cerita tentang mereka sudah legendaris. Memang sulit untuk dipercaya, tapi tetap harus percaya.""Karena alasan inilah, nggak ada orang di wilayah barat yang berani membahasnya. Aku sendiri juga begitu. Kalau Tuan Wira nggak bertanya, aku juga nggak akan berani membahasnya meskipun kakiku dipatahkan. Kalau memberi tahu orang luar tentang Lembah Duka, aku akan jadi musuh mereka. Bukan hanya nyawaku terancam, bahkan keluargaku pun mungkin nggak akan tersisa satu pun."W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2950

    Sebenarnya Agha mengerti, tetapi hanya ingin mengeluh. Dia tidak berniat jahat. Jika tidak, dia tidak mungkin membantu Mutia tadi."Ya, ya. Aku memang salah sebelumnya. Sayangnya, waktu nggak bisa diputar kembali. Kini, aku menjadi pendosa besar bagi keluargaku." Fahri menghela napas dengan tidak berdaya.Selain dirinya dan Mutia, semua orang tewas dalam kebakaran. Bagaimana mungkin hatinya tidak hancur memikirkan hal ini?Wira menepuk bahu Fahri, lalu menghiburnya, "Kamu sendiri juga tahu semuanya sudah berlalu. Sekarang kamu juga sudah menyesal. Yang bisa kita lakukan untuk sekarang cuma melihat ke depan.""Masalah ini bisa dianggap selesai untuk sementara waktu. Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Kalau kamu butuh uang, aku bisa membantu."Tadi Yasa berniat menggunakan uang untuk meredakan masalah, tetapi Wira tidak setuju. Bagaimanapun, dia tidak kekurangan uang.Sementara itu, harta benda di Vila Hijau telah habis dijarah dan bangunan telah menjadi reruntuhan. Kini, ayah dan anak ini

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status