Srek , , , Srek , , , Srek , , ,
Suara sobekan lembar berkas mengisi keheningan di tengah ruang rapat. Semua peserta tampak tertegun dengan hati gelisah. Pasalnya, hal itu menandakan bahwa CEO mereka tidak puas dengan hasil laporan rapat yang biasa mereka laporkan. Brak ... Suara gebrakan meja rapat dan udara dingin dari seorang perempuan muda membuat semua orang terkejut. "Dasar tidak becus! Apa yang kalian kerjakan, semunya sampah!" bentaknya dengan suara yang penuh amarah. "Maaf, Miss. Kami akan segera menjelaskan keadaan seperti ini tidak akan terjadi lagi," kata laki-laki berjas hitam yang menjabat sebagai kepala keuangan dengan nada memelas. "Ta-," ucapan kepala keuangan terhenti ketika melihat gestur tangan CEO yang mengisyaratkan untuk diam. "Kalian bisa meninggalkan ruangan sekarang. Bereskan pekerjaan kalian, dan pesangon akan segera disampaikan dalam waktu kurang dari 24 jam. Terima kasih untuk dedikasi di Atmaja Company," kata sekretaris CEO dengan nada dingin. Kepala keuangan dan karyawan lainnya ... Meninggalkan ruangan dengan perasaan campur aduk. Mereka tahu bahwa setelah dipecat dari Atmaja Company, mereka akan kesulitan mencari kerja, ditambah lagi tidak ada perusahaan yang memberikan gaji tinggi dan fasilitas lengkap seperti yang mereka dapati di sini. Setelah semua karyawan pergi, hanya tinggal CEO dan sekretarisnya. "Hah ..., sekretaris menatap CEO, "Lagi, Xel? Serius? Lagi-lagi kamu memecat pengganti mereka!?" protes sekretaris dengan nada yang semakin tinggi. KLEK, , , CEO berlaku santai, menganggap ocehan sekretarisnya aneh lalu. Dia membuka botol minuman dan meminum beberapa teguk dengan tenang. "Yakh! Jawab aku, di mana lagi aku harus mencari pengganti mereka!?" keluhnya dengan nada putus asa, menatap CEO yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri. CEO menyeka sisa air di sudut bibirnya dan tersenyum ceria di depan sekretarisnya. "Bukan hal yang sulit menemukan pengganti mereka. Ingat, ini adalah Atmaja Company. Banyak orang yang berbondong-bondong datang. Tidak perlu mempertahankan sampah seperti mereka." Sekretaris menatapnya dengan ikhlas sebelum satu tangan CEO memberikan isyarat untuk diam. Drttt ... drttt ... drttt ... "Hallo, Mom." "Datanglah ke mansion sekarang. Kakek menunggumu." "Ya, Mom. Xel segera pulang." CEO yang menerima panggilan telepon menatap sekretarisnya dengan, "Kakek di mansion. Kita pulang!" Dia Berjalan Lebih dulu menuju pintu keluar ruang rapat, meninggalkan sektretarisnya. "Yakh!Axela Atmaja kau benar-benar menguji kesabaranku!" Keluhnya pada atasannya,Axela Atmaja atau biasa di panggil Miss Xela dan dipanggil Xel oleh orang-orang terdekatnya. "Aku tidak punya banyak waktu,Bi!"tegas Axela yang terus berjalan menuju pintu keluar. Bianca atau yang biasa dipanggil miss Bianca, adalah sekretaris sekaligus sahabat Axela sejak di bangku perkuliahan.Bianca memutuskan bekerja menjadi sekretaris Axela setelah ditawari langsung oleh sahabatnya itu.Bianca adalah salah satu orang yang bertahan dari sikap keras kepala Axela Bianca mempercepat langkah,menyusul Axela sambil merutuki sahabatnya itu. "Haits,bisa cepat tua aku ,karena menghadapi manusia satu ini !"gerutunya . "Berhenti merutuk,raja terakhir sudah menunggu!"sahut Axela tanpa menoleh Bianca mengantup bibir dan tidak berkata-kata lagi.Dia tau hal yang paling di segani Axela di muka bumi ini adalah kakeknya.Oleh karena itu, Axela menyebut kakeknya dengan sebutan Raja terakhir. ----------- "Xel,aku juga ingin tahu apa yang membuat kakek tiba-tiba datang?"tanya Bianca pada Axela yang duduk disampingnya,fokus dengan macbook yang menampilkan berkas-berkas kerjaan.Axela hanya mengangkat bahu menandakan dia tidak tahu maksud kedatangan kakeknya. "Terakhir kali kakek datang meminta kau menjadi CEO,lalu kali ini minta apa lagi?" tanyak Bianca,wajahnya berkerut memikirkan kemungkinan Axela tetap acuh,matanya tak lepas dari dari layar macbook. Mata Bianca membulat sempurna dan dia memekik " OMG!OMG!OMG!" TUK . . . "Kau mengejutkanku!,Bicalarah dengan santai,"ujar Axela,mengetuk kening Bianca dengan jemari lentiknya. "Aww,yakh,kasar sekali! selain keras kepala,kau ini sangat ringan tangan!" Protes Bianca ,mengusap kening yang di ketuk Axela. "Kau baru tahu! Ingin kutambah lagi,miss Bianca?"tantang Axela,bersiap mengetuk kening Bianca lagi. Bianca cepat-cepat merentangkan jarak dan menutup keningnya,"Tidak! Ini sudah cukup!" Serunya,kesal. Axela tersenyum jahil dan kembali fokus pada berkas di macbook nya. "BTW , Xel.Bagaimana Kalau kali ini kakek meminta kau segera menikah?" Tanya Bianca, setelah memikirkan segala kemungkinan yang akan diminta kakeknya sahabatnya kali ini. Axela menghela napas berat, menghentikan kegiatannya dan menatap sahabatnya dengan tatapan horor," Tidak mungkin,aku masih muda.kakek tidak akan meminta hal itu! Sepertinya kau butuh healing,agar otak mu bisa kembali segar!" "Maka berikan aku waktu untuk liburan keluar negeri selama satu Minggu.Aku jamin setelah pulang dari liburan,otak ku akan segar kembali.Bagaimana?" Pintanya,kedua alisnya naik turun, berharap Axela menyetujui nya. Axela mengangguk sambil menatap macbook nya " Setelah itu kau jangan pijakkan kaki mu di Atmaja Company lagi!" ancamnya, setengah becanda. Bianca menatap sinis Axela yang mengatakan itu dengan begitu santai, " YAKH,Axela Atmaja , kalau aku di pecat lalu siapa yang akan betah menjad sektretarismu,hah?Tidak akan ada orang yang betah,kau tahu itu! Lagipula,apa salahnya mengajukan proposal liburan ke luar negeri pada atasan? kalau di izinkan ya pergi, kalau tidak ya sudah, terus diam dalam tekanan!" "Kau terlalu berisik,Bi", Axela bergumam,matanya tetap fokus pada pekerjaan nya. Bianca menghela nafas dan membuka handphone nya.Dia sudah terbiasa dengan keras kepala sahabatnya itu dan tidak pernah memasukkan hati sikap dan kata-kata kasar Axela.Itulah dinamika persahabatan mereka----kasar diluar,tapi peduli di dalam Mobil berhenti di halaman mewah mansion milik keluarga Atmaja.Sopir , segera keluar dan membuka pintu mobil dengan sigap.sebelum Axela melangkah turun,ia menyerahkan Black Card kepada sahabatnya dengan senyum tipis namun tulus. "Kau belanja apa saja yang kau inginkan.Kembali bekerja besok dengan otak Segar" kata Axela dengan nada lembut namun tegas, seolah memberikan perintah sekaligus nasihat. Setelah itu,tanpa menunggu jawaban ,Axela melangkah masuk kedalam mansion megah, diiringi aura wibawa yang sulit di abaikan. Bianca tersenyum lebar,Matanya berkilauan penuh semangat saat menggemgam Blackcard tersebut,"Terimakasih, Miss Xel.Love You sekebon !" Serunya dengan nada ceria ,penuh rasa syukur dan kegembiraan yang meluap-luap Sopir kembali duduk di kursi kemudi , menoleh kearah Bianca." Langsung pulang, Nona?"Tannyaknya sopan. Dengan mata bersinar dan senyum tak kunjung pudar, Bianca menjawab " ke mall,pak." "Baik,Nona." Jawab sopir sambil mengangguk ,lalu melajukan mobil meninggalkan halaman mansion mewah itu. Bianca tersenyum lebar , mengipasi dirinya dengan black card tersebut ,dan bergumam pelan namun penuh makna,"WAH,Miss Xela sepertinya sedang kerasukan jin baik.Sering-seringlah jin baik merasuki diri mu , miss Xela .aku cepat kaya ," perasaan bahagia dan keheranan menyatu dalam suaranya, menambah warna pada momen tersebut. ***Axela melangkah masuk ke dalam mansion megah itu, disambut oleh para maids yang membungkuk hormat. Dia memperbaiki mereka dan mempercepat langkahnya menuju ruang makan untuk bertemu kakaknya.Saat tiba di ruang makan, Jennie melihat kedua orang tuanya dan kakaknya menyambut kedatangannya dengan senyuman hangat. "Kemari, bergabunglah makan siang dengan kami, miss Xela."kata laki-laki tua yang di panggil Axela dengan sebutan kakek.Axela duduk dan berbincang makan siang dengan kakek serta kedua orang tuanya."Ingin makan apa, Nona Muda?" tanya maid yang berdiri di samping Axela."Pasta dan beberapa potong daging," jawab Axela sambil memperhatikan hidangan-hidangan yang tersedia di meja.Maid itu mengambilkan makan siang untuk Axela.Mereka menaruhnya di depannya, dan mengisi gelasnya dengan air putih. Kemudian, dia melangkah mundur."Selamat makan!" seru Kakek dengan semangat.Mereka mulai menikmati makanan yang lezat itu. Di tengah-tengah makan, Kakek menghentikan aktivitas makannya
"Tumben sekali menghubungi lebih dari tiga kali, sepertinya ada yang tidak beres," gumam Bianca, baru tiba di apartemennya setelah pulang berbelanja dengan blackcard Axela.Drtt... drtt... drtt..."Tak butuh waktu lama, panggilan telepon segera diangkat."Bianca: Halo, Miss Xela. Ada yang bisa sekretaris Bianca bantu(tawanya meledek sahabatnya)Jennie: (menghela napas panjang) Bi, aku sedang tidak mood meladeni ledekanmu. Aku tunggu di young cafe, tidak lebih dari 30 menit.Tut...Panggilan diakhiri sepihak oleh Axela."Yakh! Huh, manusia satu ini," gumam Bianca sambil berjalan mengambil kunci mobil. "Baru saja kerasukan jin baik, sekarang sudah kembali menjadi iblis," keluhnya.Young Cafe adalah tempat favorit Axela dan Bianca untuk melepaskan stres dari tekanan pekerjaan. Bianca sudah tiba lebih dulu dari Axela yang datang lima menit kemudian.Srek...Axela meletakkan foto kusut di depan Bianca."Apa ini?" Bianca menatap bingung antara foto kusut dan Axela"Bukalah," titah Axela sam
Ting ...Pesan masuk ke dalam ponsel Axela yang sedang merias wajahnya. Matanya melirik sekilas ke arah layar, dan dia melihat pesan itu berasal dari Alex, orang kepercayaannya Kakeknya. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat, penasaran dengan apa yang akan dia temukan.Axela meletakkan lipstik di tempat semula, lalu bercermin sekali lagi untuk memastikan tampilannya sudah sempurna. Setelah merasa puas, dia menarik napas dalam-dalam dan membuka pesan tersebut.Isi pesan yang dikirim Alex berupa biodata singkat calon suami Axela.(Andra Abimanyu, usia 22 tahun. Anak tunggal, yatim-piatu, pekerjaan part-time; pengantar makanan, pekerja cafe. Mahasiswa semester 7 Atmaja Universitas, jurusan hukum).Axela membaca biodata itu dengan seksama, alisnya sedikit terangkat. Yatim-piatu? Pekerjaan part-time? Apa yang sedang direncanakan Kakek? Pikiran Axela berkecamuk, menimbulkan campuran antara penasaran dan khawatir.Tak ingin menunggu lebih lama lagi, Axela langsung menelpon sekretarisnya.
Axela berjalan terburu-buru di lorong kampus, mengabaikan banyak pasangan mata yang menatapnya dengan nada menyebalkan panggilan dari sahabatnya.“Axela …” panggil Bianca berulang kali, berusaha keras menyamai langkah Axela yang semakin cepat.Axela terus berjalan menuju mobil, mengabaikan pertanyaan sahabatnya. Banyak pertanyaan memenuhiKepalanya.calon suaminya, benar-benar bisu? Kenapa Kakeknya ingin Axela menikahi laki-laki bisu itu? Apa istimewanya laki-laki itu? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar tanpa henti di benaknya, hingga tepukan di bahu dari Bianca menyadarkannya.“Huft …,” Bianca mengatur napas yang tersengal-sengal setelah mengejar Axela, “Apa yang terjadi? Kenapa kau meninggalkan dia begitu saja?” tanyanya, khawatir.“Kita bicara di dalam, Bi.”Klik …Bianca membuka pintu mobil dengan remote. Axela masuk ke dalam mobil dan menyandarkan tubuhnya dengan kasar di kursi. Bianca ikut masuk dan duduk di kursi sebelahnya.Dia menyentuh bahu sahabatnya yang terlihat sangat seri
" Apa yang harus aku lakukan,Bi?" tanya Axela ,duduk di atas meja kerja dalam ruangannya sambil meneguk minuman beralkohol yang selalu tersedia di sana. Bianca merasa kasihan melihat sahabatnya tampak begitu putus asa. Pukul 10 pagi ini,Axela sudah mulai mengonsumsi alkohol,sesuatu yang tidak biasa bagi sahabatnya yang biasanya tengah sibuk dengan tumpukan pekerjaan. Bianca mendekati Axela dengan penuh perhatian."Xel,ini bukan cara yang baik untuk mengatasi semuanya,"katanya lembut, mencoba mencapai hati sahabatnya yang sedang kesulitan. Axela menatap Bianca dengan mata yang terlihat kosong dan penuh dengan beban pikiran "Aku tidak tau lagi,Bi. semuanya begitu rumit,"ujarnya dengan suara yang bergetar, cobaann yang nyata. Bianca duduk di sebelah Axela, menempatkan tangannya di punggung sahabatnya dengan lembut."Axela,aku tahu ini sangat sulit untuk bagimu.Tapi, bagaimana jika kita melihat situasi ini dari sudut pandang berbeda?"katanya dengan hati-hati. Axela menoleh keara
Axela dan Bianca duduk di sofa sederhana dalam rumah Andra. Pandangan mereka menelusuri setiap sudut ruangan, mencoba memahami kehidupan laki-laki yang begitu berbeda dengan mereka. Tidak ada barang-barang mewah, hanya ada beberapa perabotan biasa yang menunjukkan kesederhanaan hidup Liam. Setelah beberapa waktu, Andra muncul kembali dari dapur. Wajahnya masih menunjukkan sisa-sisa kelelahan dan luka yang belum sepenuhnya pulih. Dia membawa tiga kotak susu cokelat, satu-satunya yang bisa dia tawarkan sebagai jamuan untuk tamunya. Dengan senyum yang penuh ketulusan, dia memberikan satu kotak susu kepada Axela dan satu lagi kepada Bianca. "Maaf, hanya ini yang aku punya, "kata Andra dengan memberikan selembar kertas Bianca tertegun melihat cara Andra berkomunikasi. Calon suami sahabatnya itu benar-benar bisu, tidak bisa berbicara. Axela mengabaikan hal itu dan menatap Liam dengan serius. "Menikahlah denganku!" pintanya dengan tegas. Andra menatap Axela dengan tatapan penuh kebi
Pagi itu, Andra berjalan di trotoar menuju halte bus. Dia akan pergi ke kampus, seperti biasanya, menggunakan bus. Agenda hari ini adalah menghabiskan waktu di perpustakaan untuk menyelesaikan tugas akhirnya. Meskipun masih ada bekas memar dan satu plester di keningnya akibat bully yang diterimanya, senyum kecil merekah di wajah Andra. Saat duduk di dalam bus,Andra merasa sedikit tenang, terlepas dari semua yang telah dia alami. Dia menatap jendela, melihat pemandangan kota yang bergerak perlahan. Dalam hatinya, dia mencoba menyemangati diri sendiri, membisikkan kata-kata positif yang memberinya kekuatan. "Semangat, Andra! Hari ini akan menjadi hari baik untukmu!" gumamnya pelan, hampir seperti doa yang penuh harapan. Hatinya terasa hangat setelah melakukan hal itu, seperti secercah cahaya di tengah kegelapan.Bus terus melaju, membawa Andra semakin dekat ke kampus. Dia menghembuskan napas panjang, mempersiapkan dirinya untuk hari yang baru.***
Di dalam kamar kecilnya yang bernuansa astronot, Andra menatap langit-langit dengan banyak pikiran berlarian di dalam kepalanya. Berkali-kali dia menghela napas kasar, meratapi nasib yang menghampiri hidupnya."Kenapa jalan hidupku rumit sekali, Tuhan? Apa salahku? Apa salah kedua orang tuaku di masa lalu, sampai-sampai hidupku selalu tertimpa kesulitan?" keluhnya dalam hati sambil memijat keningnya."Lagi, kenapa lagi aku harus bertemu wanita menakutkan itu! Datang-datang langsung minta nikah! Dikira nikah itu gampang kali ya? Mentang-mentang dia CEO, seenak jidatnya memutuskan beasiswa orang yang mati-matian berjuang," kesalnya sambil menutup wajah dengan selimut.Ting...Suara notifikasi pesan masuk terdengar dari ponselnya. Dengan enggan,Andra melihat pengirim pesan, ternyata dari nomor baru. Andra mengabaikan pesan itu, hingga masuk pesan kedua.Ting...Mau tidak mau, dia membuka isi pesan yang ternyata dari wanita menakutkan yang baru saja dia keluhkan.Isi pesan pertama: