Share

Bab 3 Tentukan

"Tumben sekali menghubungi lebih dari tiga kali, sepertinya ada yang tidak beres," gumam Bianca, baru tiba di apartemennya setelah pulang berbelanja dengan blackcard Axela.

Drtt... drtt... drtt...

"Tak butuh waktu lama, panggilan telepon segera diangkat."

Bianca: Halo, Miss Xela. Ada yang bisa sekretaris Bianca bantu(tawanya meledek sahabatnya)

Jennie: (menghela napas panjang) Bi, aku sedang tidak mood meladeni ledekanmu. Aku tunggu di young cafe, tidak lebih dari 30 menit.

Tut...

Panggilan diakhiri sepihak oleh Axela.

"Yakh! Huh, manusia satu ini," gumam Bianca sambil berjalan mengambil kunci mobil. "Baru saja kerasukan jin baik, sekarang sudah kembali menjadi iblis," keluhnya.

Young Cafe adalah tempat favorit Axela dan Bianca untuk melepaskan stres dari tekanan pekerjaan. Bianca sudah tiba lebih dulu dari Axela yang datang lima menit kemudian.

Srek...

Axela meletakkan foto kusut di depan Bianca.

"Apa ini?" Bianca menatap bingung antara foto kusut dan Axela

"Bukalah," titah Axela sambil meneguk cappuccinonya.

Bianca membuka foto itu dan melihat seorang pria berseragam memakai olahraga yang dibalut jaket. Ketika hendak bertanya, Axela lebih dulu bersuara, "Kakek ingin aku menikahinya," ucapnya dengan tenang.

"Apa?!" pekik Bianca, menarik perhatian pengunjung cafe yang lain. "A-ah, maaf," katanya sambil menundukkan kepala sedikit.

Bianca menatap Axela dengan tatapan menuntut. "Kau tidak sedang bercanda, kan? Ini sama sekali tidak lucu! OMG, apa aku sudah jadi paranormal? Tebakanku benar."

Axelamengabaikan komentar itu dan berkata tenang, "Kakek memberiku waktu 24 jam untuk memikirkan. Dia mengancam kalau aku tidak memenuhi permintaannya kali ini, maka aku akan dicoret dari daftar ahli waris The Atmaja's."

Bianca memperbaiki posisi...

Bianca duduk dan menatap Axela dengan serius. "Lalu apa keputusanmu? Mommy dan Daddy tidak bisa banyak berbuat, kan? Kau tahu, pemegang keputusan tertinggi di keluarga Atmaja adalah Kakek."

Axela meneguk sedikit minumannya. "Aku tidak mungkin merelakan namaku dihapus dari daftar ahli waris The Atmaja's. Akan sangat memalukan, cucu sekaligus anak tunggal, tapi tidak mendapat semua aset The Atmaja's. Kau tahu , sendiri tidak mudah bagiku mencapai posisi ini."

Axela. berhenti sejenak. "Aku akan menikahi laki-laki itu, tapi dengan perjanjian kontrak."

Bianca tampak kebingungan. "Perjanjian..."

"Kontrak? Seperti di film-film?"

Axela mengangguk dan kembali meneguk minumannya.

"Bagaimana kalau calon suamimu menolak?" tanya Bianca penasaran.

Axela menghentikan kegiatan minumnya dan menatap sahabatnya dengan wajah datar. "Aku pikir dia berasal dari kalangan bawah. Perhatikan yang dia kenakan," Bianca melihat kembali dengan teliti. "Tidak ada brand branded yang dia pakai. Berikan penawaran dan sejumlah uang dan kontrak akan berjalan,"

"Wow, aku salut dengan kemampuanmu dalam memecahkan masalah," puji Bianca. "Lantas kapan kalian bertemu dan membahas pernikahan?"

Axela menggelengkan kepala. "Kakek tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya meminta aku menikahi laki-laki itu. Tidak ada acaranya pribadi! Pernikahan ini tidak boleh diketahui orang luar."

Bianca terkejut. "Maksudmu hanya dilakukan di tempat ibadah dan dihadiri beberapa orang terdekat?"

Axela menganggukkan kepala pelan dan minum minumannya dengan tenang.

Drtt ... drtt ... drtt...

Panggilan masuk dari Kakek ke ponsel Axela. Dengan enggan, Axela menjawabnya.

Kakek: Sudah menentuk pilihanmu, Miss Xela?

Axela: (menghela napas perlahan, menangguhkan dirinya) Aku akan menikahinya. Kapan kami bertemu?

Kakek: Keputusan yang tepat. Alex akan mengirimkan biodata singkat dirinya,dalam waktu satu Minggu kau harus bisa menikahi nya,jika tidak ancaman itu akan berlaku

"Hah ..." Axela menghempaskan ponselnya di atas meja, membuang napas kasar.

"Ada apa?" Bianca melihat wajah frustrasi Axela, penuh rasa khawatir.

"Kakek memberi waktu satu minggu untuk aku bisa menikahinya. Artinya aku "Harus bertindak cepat dan membuat dia mau menikah denganku," Axela memijat dahinya dengan perlahan,

mencoba meredakan kepalanya yang mulai pening.

Nayeon menggenggam...

Bianca mengambil tangan Axela, mencoba menyalurkan ketenangan. "Axela, kau bisa mengatasinya. Kau selalu bisa. Tapi, satu minggu? Bagaimana kau akan melakukannya?"

Axela menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan. "Aku tidak tahu, Bi. Ini gila. Aku bahkan tidak mengenal dia, apalagi membantunya setuju untuk menikah dalam waktu secepat itu."

Bianca menatap sahabatnya dengan penuh empati. "Kita akan mencari

"Cara. Kau tidak sendirian dalam hal ini. Kita akan atur pertemuan, berdebat dengannya, dan lihat bagaimana reaksinya. Kita punya satu minggu untuk merencanakan semuanya."

Axela mengangguk pelan, mencoba mencari ketenangan dalam dukungan sahabatnya.

Mereka duduk dalam diam sejenak, masing-masing mendalami pikiran mereka.

Axela menatap minumannya yang hampir habis, mencoba menenangkan pikirannya

"Begitu Alex mengirim biodatanya. Kita langsung mencari tahu segala sesuatu tentang pria ini, siapa dia, apa yang dia inginkan, dan bagaimana membantunya setuju dengan pernikahan ini," Axela akhirnya berkata dengan nada tegas.

Bianca mengangguk setuju. "Ya, kita mulai dari situ. Kita harus bergerak cepat, waktu satu minggu bukan hal yang lama untuk membuatnya setuju menikah."

Axela dan Bianca mulai merencanakan langkah-langkah mereka berikutnya, menyadari bahwa waktu terus berjalan dan tekanan semakin meningkat.

***

"Xel, Daddy sudah berusaha membujuk Kakek untuk menghentikan perjodohan itu. Tapi, seperti yang kau tahu, Kakek tetap pada pendiriannya," kata Tuan Atmaja dengan nada penyesalan setelah selesai makan malam.

Tuan, Nyonya Atmaja, dan Axela masih duduk di meja makan

Axela menyeka mulutnya dengan pelan menggunakan sapu tangan yang disediakan oleh pelayan. "Aku akan menikahinya, Dad, Mom," katanya dengan suara tegas namun tubuhnya tampak tenang.

Nyonya Atmaja menyentuh putrinya, matanya penuh kekhawatiran. "Kamu sudah memikirkan ini, Sayang? Ini keputusan yang besar. Menjadi rencana tangga tidak sama seperti pacaran."

Tuan Atmaja menatap putrinya dengan penuh kasih sayang. "Benar yang dikatakan mommy-mu, Sayang. Apa kamu sudah benar-benar memikirkannya?"

Axela meletakkan sapu tangan di sisi meja dan menggenggam tangan mommynya erat-erat. "Aku sudah berbicara dengan Kakek," katanya sambil menatap orang tuanya bergantian. "Aku diberi waktu satu minggu. Aku harus melakukannya dengannya."

"Sayang," suara Nyonya Atmaja penuh kekhawatiran, matanya mulai berka.-kaca. Ia tahu betapa keras kepala ayahmu, tapi ia juga tahu betapa berartinya kamu baginya."

"Percayalah padaku, Mom,"

"Dad. Aku bisa mengatasinya. Aku janji akan menjaga diriku," ujar Axela dengan tekad yang bulat, mencoba meyakinkan kedua orang tuanya.

Tuan Atmajamenghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya di kursi. "Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Xel. Jika ini keputusanmu, tapi ingat, kami selalu ada di sisimu."

Nyonya Atmaja menunduk, air mata mulai mengalir di pipinya. "Kami hanya ingin kamu bahagia, Sayang. Semoga..."

Keputusanmu ini adalah yang terbaik."

Axela berdiri dan memeluk kedua orang tuanya erat. "Terima kasih, Mom, Dad. Aku akan baik-baik saja."

Tuan dan Nyonya Atmaja hanya bisa berdoa dalam hati, berharap keputusan putri mereka adalah yang terbaik dan tidak akan menyesali hatinya. Mereka tahu keputusan ini di depan tidak akan mudah, tetapi mereka juga tahu bahwa Atmaja adalah putri yang kuat.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status