Share

Bab 2 Nikahi Dia

Axela melangkah masuk ke dalam mansion megah itu, disambut oleh para maids yang membungkuk hormat. Dia memperbaiki mereka dan mempercepat langkahnya menuju ruang makan untuk bertemu kakaknya.

Saat tiba di ruang makan, Jennie melihat kedua orang tuanya dan kakaknya menyambut kedatangannya dengan senyuman hangat.

"Kemari, bergabunglah makan siang dengan kami, miss Xela."kata laki-laki tua yang di panggil Axela dengan sebutan kakek.

Axela duduk dan berbincang makan siang dengan kakek serta kedua orang tuanya.

"Ingin makan apa, Nona Muda?" tanya maid yang berdiri di samping Axela.

"Pasta dan beberapa potong daging," jawab Axela sambil memperhatikan hidangan-hidangan yang tersedia di meja.

Maid itu mengambilkan makan siang untuk Axela.

Mereka menaruhnya di depannya, dan mengisi gelasnya dengan air putih. Kemudian, dia melangkah mundur.

"Selamat makan!" seru Kakek dengan semangat.

Mereka mulai menikmati makanan yang lezat itu. Di tengah-tengah makan, Kakek menghentikan aktivitas makannya dan merogoh kantong celananya. Lalu, ia langsung menghentikan aktivitas anggota keluarga lainnya.

Beberapa saat kemudian, Kakek mengeluarkan satu foto.

Mereka meletakkannya di samping Axela. "Nikahi dia!" pinta Kakek dengan suara tenang tapi tegas.

Suasana di meja makan seketika berubah menjadi tegang. Perlahan Axela mengambil foto itu dan membalikkan sisinya, melihat wajah orang yang dimaksud oleh kakaknya.

"Dad, Axela masih terlalu muda untuk menikah. Dia baru dua tahun menjabat sebagai CEO, biarkan dia menikmati masa mudanya," protes Tuan Atmaja, ayah Axela.

Kakek menatap putranya dengan tajam, "Masa muda seperti apa yang kau maksud? Pergi ke klub hampir setiap malam? Mabuk-mabukan? Hampir diperkoas? Itu yang kau maksud, ha?"

Nyonya Atmaja mengelus punggung suaminya, menggeleng pelan. Memberikan isyarat untuk tidak melanjutkan keributan. Tuan Atmaja membuang napas kasar, menahan amarah.

"Jangan pikir aku tidak tahu apa yang terjadi pada cucuku! Meskipun aku tinggal..."

Di luar negeri, aku tahu apa yang kalian lakukan!" tegas Kakek, menatap satu per satu anggota keluarganya.

"Berhenti merusak dirimu sendiri! Kau masih muda, jangan menyesal di kemudian hari karena kebodohanmu! Kau harus ingat, kau adalah penerus seluruh aset The Atmaja's. Kau harus menjaga nama baik keluarga!" Kakek memperingatkan Jennie dengan tegas.

Axela meremas fotonya dengan kuat, menatap kakaknya dengan mata penuh.

"Aku tidak ingin menikah dengannya! Aku tidak akan menurut permintaan Kakek kali ini!" serunya, bangkit dari kursinya dan bergerak meninggalkan ruang makan, menuju kamarnya di lantai dua.

Kakek bersikap acuh, "Kalau begitu, bersiaplah namamu di hapus dari daftar ahli waris! Pikirkan baik-baik. Aku memberimu waktu 24 jam, jika tidak, kau akan menyesal. Aku tidak pernah main-main dengan keputusan ini, Miss Xela!" Kakek berdiri, mengambil tongkat nya dan berjalan keluar menuju pintu keluar mansion.

Axela mematung, menggenggam foto itu dengan kuat, menahan amarah yang berkecamuk di dalam hatinya.

Tuan dan Nyonya Atmaja tidak tahu harus berbuat apa, karena kendali penuh ada di tangan Kakek. Dengan perasaan campur aduk, Axela melangkah menyusuri anak tangga menuju kamarnya, pikiran dan hatinya dipenuhi oleh kebingungan dan kemarahan.

Bagaimana ini, Dad? Mommy kasihan dengan putri kita. Dia selalu menjadi anak yang baik, walaupun dengan berbagai kenakalan yang dia buat," ujar Nyonya Atmaja dengan suara bergetar, matanya berkaaca-kaca menatap suaminya.

Tuan Atmaja menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya di kursi dengan ekspresi frustrasi. "Aku juga tidak tahu, Mom. Mommy tahu sendiri, jika dia sudah mengatakan A, mau tidak mau harus menuruti," jawabnya.

Nyonya Atmaja mengusap pipinya yang mulai basah oleh air mata. "Mommy tidak tega melihat putri kita terpaksa menjalani pernikahan yang tidak diinginkannya. Kita harus melakukan sesuatu."

Tuan Atmaja meremas tangan istrinya, mencoba menenangkan. "Mommy, coba berbicara dengan putri kita. Tanyakan bagaimana perasaannya tentang ini. Mungkin ada jalan keluar yang belum kita pikirkan. Sementara itu, Daddy akan mencoba berbicara dengan Dady"

Nyonya Atmaja mengangguk pelan, meskipun hatinya masih berat. "Mommy akan mencoba berbicara dengan Axela. Mungkin dia bisa terbuka dengan kita dan kita bisa mencari solusi bersama."

"Jangan khawatir, Mom. Kita akan melalui ini bersama-sama. Putri kita tidak sendirian," tambah Tuan Atmaja, berusaha memberi ketenangan kepada istrinya.

Dengan keputusan itu, ...

Nyonya Atmaja berdiri, menguatkan diri untuk mendekati putrinya yang pasti sedang merasa tertekan di kamarnya. Sementara itu, Tuan Atmaja menatap pintu yang baru saja dilalui ayahnya, bertekad untuk berbicara dan mencari jalan bagi keluarga kecilnya.

***

Bugh...

Axela menjatuhkan dirinya ke atas kasur yang luas berwarna krem di kamarnya. Nafasnya terengah-engah saat dia menatap foto calon suami nya.

Dia tampan, tapi kenapa terlihat aku lebih tua darinya?" pikir Axela, kebingungan.

Setelah beberapa waktu menimbang wajah pria itu, Axela tersadar dan menggelengkan kepalanya. "Hah, apa yang kau pikirkan, Axela Atmaja," desahnya dengan frustrasi. Dia mengacak-acak rambutnya, sementara kakaknya menatapnya dengan nada henti.

"Oh c'mon, aku masih terlalu muda untuk menikah,

Aku belum siap terikat dengan siapapun!" serunya sambil merogoh kantong blazer untuk menemukannya ponsel nya

Saat dia menemukannya, dia segera menelpon sekretaris sekaligus sahabatnya, Bianca. Namun, setelah tiga kali mencoba, panggilannya tidak dijawab. Kegelisahan Jennie semakin memuncak.

"Haits, ulat bulu itu pasti lupa diri sejak berbelanja!" gerutunya sambil melempar ponselnya ke sisi tempat duduk.

Dia menutup matanya perlahan, masih memegang Foto calon suaminya. Rasa kantuk mulai menguasai dirinya, dan tanpa disadari, Axela tertidur.

Di bawah kesadarannya, dia mulai menghilang, pikirannya masih berputar pada nasib yang tak diinginkannya, mencari cara untuk menghadapinya.

***

Klik...

Pintu kamar Axela dibuka perlahan. Mommy Atmaja melangkah masuk, berhati-hati, seakan takut mengusik tidur lelap putrinya.

Mommy Atmaja duduk di tepi ranjang, membelai lembut rambut putrinya yang terlelap.

"Kamu pasti sangat tertekan, Sayang," bisiknya dengan nada penuh kasih sayang. Jemarinnya membenahi anak rambut putrinya di samping wajah Axela.

"Mommy minta maaf karena tidak bisa berbuat banyak. Tapi mommy percaya kamu bisa melewati semua ini."

Dengan hati-hati, Mommy Atmaja memperbaiki posisi tidur Axela. Saat hendak menyelimuti tubuh putrinya, pandangannya tertuju pada sebuah foto yang tergenggam erat di tangan Axela.

Perlahan, dia mengambil foto itu dan mengamatinya. "Dia tampan, tapi sepertinya lebih muda dari Axela. Kenapa Daddy ingin menikah dengan laki-laki ini?" gumamnya pelan

Selesai menyelimuti putrinya, Mommy Atmaja melangkah keluar dari kamar, membiarkan Axela menikmati istirahatnya.

Klik...

"Bagaimana, Mom?" tanya Tuan Atmaja begitu melihat istrinya istirahat menutup pintu kamar Axela. Nada suaranya penuh kewhawatiran.

Mommy Axela menggenggam tangan suaminya degan lembut

Axela sedang tidur. Dia terlihat sangat kelelahan. Biarkan dia beristirahat dulu, Mommy belum sempat berbicara padanya.

Tuan Atmaja mengangguk, wajahnya mencerminkan rasa lega bercampur cemas. "Ya, biarkan Putri kita beristirahat. Aku akan menemui Daddy sekarang."

Mommy Atmaja mengelus lengan suaminya, memberi dorongan dengan lembut. "Bicara dengan Baik-baik, Dad," ujarnya, mengingatkan suaminya dengan tatapan penuh harap.

Tuan Atmaja mengangguk lagi, berusaha mengingat pesan istrinya. Di dalam hatinya, dia bertekad akan berbicara pada ayahnya dengan penuh kesabaran dan pengertian. Karena biasanya dia dan ayahnya akan berakhir dengan pertengkaran.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status