Share

4. Keguguran 2

Puspa pucat dan berkeringat. Padahal suhu dalam ruangan cukup dingin. Bahkan ia hanya sanggup menunduk dan tidak berani memandang sang suami dan kedua orang tuanya yang tengah berbincang. Sore itu Pak Fathir dan istrinya menyambangi Bu Dewi setelah dikabari oleh Puspa siang tadi.

Ia khawatir kalau Bram akan mengungkapkan amarahnya. Walaupun jelas itu tidak mungkin dilakukan dihadapan mamanya yang tengah sakit.

Nyatanya sampai kedua orang tuanya pamitan, Bram tidak membahasnya. Puspa lega, meski semua ini hanya sementara sampai mama mertuanya kembali pulih.

***L***

"Mas, ini baju ganti untukmu." Puspa menggeser ransel berisi pakaian suaminya.

Bram yang tengah fokus di layar laptop, hanya melirik sekilas. Puspa menghampiri ibu mertuanya yang tengah mendengarkan cerita Sony. Tadi dari sekolah, Puspa langsung mengajak anak tirinya ke rumah sakit.

"Seneng ya didampingi Bunda?" Bu Dewi mengusap pipi sang cucu.

"Seneng dong, Uti. Semua teman-teman Sony didampingi ibunya. Selama ini Sony kan sama Mbak Tika." Bocah itu bercerita tentang kegiatan di sekolah hari ini.

"Puspa, terima kasih banyak. Sudah berusaha menjadi ibu yang baik buat cucu mama. Maafkan Vanya yang belum bisa menerimamu, tapi mama yakin dia bakalan luluh." Bu Dewi memandang menantunya.

Puspa tersenyum dan terasa getir bagi dirinya sendiri. Mungkin ini tidak akan lama. Bram masih bertahan karena mamanya sedang sakit.

"Semoga kalian juga segera dikasih momongan."

Mendengar doa ibu mertuanya, dada Puspa berdesir. Tangannya gemetar.

"Sony, mau kan punya adek?" tanya Bu Dewi pada cucunya.

"Mau, Uti. Teman-teman Sony banyak yang punya adik kecil. Tadi sama ibunya diajak ke sekolah waktu kami ada acara parents day."

Hingga Sony diajak pulang oleh Puspa, Bram tidak nimbrung sama sekali percakapan mereka. Lelaki yang memang pendiam itu kian dingin.

Bahkan sampai seminggu kemudian, ketika mamanya sudah pulang ke rumah, Bram hanya bicara seperlunya saja.

***L***

"Mas, saja yang tidur di sini. Biar aku yang tidur di kamar lain." Puspa bicara pada Bram yang hendak keluar kamar malam itu. Sudah seminggu ini Bram tidak tidur di kamar mereka.

Puspa segera membuka pintu dan menutupnya pelan. Sejenak dia mematung di depan kamar. Kemudian melangkah ke salah satu kamar yang berhadapan dengan kamar suaminya. Ketika baru membuka pintu, teguran Vanya mengagetkan.

"Ngapain kamu ke kamar itu?"

Puspa urung masuk. Vanya menghampiri. "Untuk apa kamu ke sini? Mau ngacak-ngacak barang berharga milik mamaku. Nggak cukup kamu ambil papaku, sekarang kamu ingin menjarah kenangan tentang mamaku," hardik gadis itu dengan tatapan penuh kebencian.

"VANYA." Bram keluar kamar. "Papa tidak pernah ngajarin kamu jadi anak yang kurang ajar. Masuk ke kamarmu!" Vanya pergi dengan mata berkaca-kaca.

Begitu juga dengan Puspa. Embun sudah membasahi netranya. Apa yang dilakukan Bram bukan untuk membelanya, tapi demi mendisiplinkan putrinya.

"Kembali ke kamar," ucap Bram. Puspa mengikuti langkah sang suami.

Bram langsung berbaring dan memejam. Puspa masih diam di pinggir pembaringan. Kamar terasa sangat sunyi. Pria di sebelahnya tampak lelah. Beberapa hari ini Bram memang sangat sibuk. Makanya belum lagi mengajak bertemu kedua orang tuanya. Mungkin dia juga memikirkan kondisi sang mama yang belum pulih.

Tidak ada lagi pembahasan tentang malam itu. Namun bukan berarti Bram bisa menerimanya. Puspa yakin, suaminya masih menunggu waktu yang tepat untuk mengambil sikap. Keputusan yang merupakan bom waktu bagi Puspa. Entah bertahan atau menceraikannya.

***L***

Satu bulan kemudian ....

"Puspa, kamu haid, ya. Banyak darah di celanamu," tegur Pipit yang terkejut melihat bagian dalam, paha sahabatnya penuh darah.

Puspa terbeliak. Dia tidak sedang haid, tapi pendarahan. Baru kemarin Puspa mendapati dirinya hamil setelah melakukan testpack. "Pit, anterin aku ke klinik."

Pipit membimbing Puspa naik ke motor dan melajukannya dengan cepat. Sampai klinik wanita itu langsung mendapatkan tindakan medis.

"Maaf, Mbak mengalami keguguran." Dokter klinik memberikan keterangan setelah selesai pemeriksaan USG.

Next ....

Selamat membaca 🥰

Comments (3)
goodnovel comment avatar
PiMary
Kalau kejadian laknat itu terjadinya sdh lama,berarti itu benih suamiinya dong....
goodnovel comment avatar
Yanyan
langsung ke guguran ..berarti udh ada sp***ma masuk ya
goodnovel comment avatar
Ely Endrawati
bagus ceritanya mb
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status